Laporan Pendahuluan Waham [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN WAHAM DI RUMAH BERDAYA PADA TANGGAL 22 – 26 FEBRUARI 2021



OLEH KADEK DESI FAJAR YANTI C1116146 VC



PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BINA USADA BALI 2021



1. Konsep Dasar Waham a. Definisi Waham



adalah



suatu



keyakinan



klien yang tidak sesuai dengan



kenyataan, tetapi dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol (Direja, 2011). Waham adalah keyakinan yang salah secara kokoh dipertahankan walaupunwalaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal (Stuart dan Sundeen, 2012). Waham adalah keyakinan yang keliru tentang isi pikir yang dipertahankan secara kuat atau terus menerus namun tidak sesaui dengan kenyataan (SDKI, 2017). Dari definisi diatas dapat disimpulkan Waham adalah suatu keyakinan yang dipertahankan secara kuat terus-menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan. b. Etiologi 1. Faktor Predisposisi a) Genetis: diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif. b) Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic c) Neurotransmitter: abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat. 2. Psikologis: ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli. 3. Faktor Presipitasi a) Proses pengolahan informasi yang berlebihan b) Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal. c) Adanya gejala pemicu



c. Proses Terjadinya Masalah Rentang Respon



(sum r: Keli 2009



Respon Adaptif



Respon Psikososial



 Pikiran Logis  Persepsi Akurat  Emosi konsisten dengan pengalaman  Perilaku sesuai  Berhubungan Sosial



 Pikiran kadang menyimpang  Ilusi  Reaksi emosi tidak stabil  Perilaku aneh/tidak biasa  Menarik diri  Sosial



Respon Maladaptif



be



 Gangguan pikiran waham  Halusinasi  Kerusakan emosi  Prilaku tidak sesuai  Ketidakaturan isolasi sosial



at, )



Keterangan: a. Respon Adaptif Respon



Respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial



budaya yang berlaku. Dengan kata



lain individu tersebut dalam



batas normal jika menghadapi suatu masalah dan akan dapat memecahkan masalah tersebut. Adapun respon adaptif yakni : 1. Pikiran Logis merupakan pandangan yang mengarah pada kenyataan yang dapat diterima akal. 2. Persepsi Akurat merupakan pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan. 3. Emosi Konsisten dengan Pengalaman merupakan perasaan jiwa yang timbul sesuai dengan peristiwa yang pernah dialami. 4. Perilaku Sosial dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan individu tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak bertentangan dengan moral. 5. Hubungan Sosial merupakan proses suatu interaksi dengan orang lain dalam pergaulan ditengah masyarakat dan lingkungan. b. Respon Psikososial



Adapun respon psikososial yakni: 1. Pikiran



terkadang



menyimpang



berupa



kegagalan



dalam



mengabstrakan dan mengambil kesimpulan. 2. Ilusi



merupakan



pemikiran



atau



penilaian



yang



salah



tentang penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera. 3. Emosi berlebihan dengan kurang pengalaman berupa reaksi emosi yang diekspresikan dengan sikap yang tidak sesuai. 4. Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran 5. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindar interaksi dengan



orang



lain,



baik



dalam



berkomunikasi



maupun



berhubungan sosial dengan orang-orang di sekitarnya. c. Respon Maladaptif Respon



maladaptif



merupakan



respon



individu



dalam



menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial budaya dan lingkungan.



Adapun respon maladaptif yakni: 1. Kelainan pikiran (waham) merupakan keyakinan yang secara kokoh dipertahankan lain



walaupun tidak diyakini oleh orang



dan bertentangan dengan keyakinan sosial.Halusinasi



merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah terhadap rangsangan. 2. Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa



suara,



pengelihatan,



pengecapan,



perabaan



atau



penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada”. 3. Kerusakan



proses



emosi



merupakan



ketidak mampuan



mengontrol emosi seperti menurunnya kemampuan mengalami kesenangan, kebahagiaan, dan kedekatan.



untuk



4. Perilaku tidak terorganisir merupakan ketidakteraturan perilaku berupa ketidakselarasan antara perilaku dan gerakan yang di timbulkan. 5. Isolasi sosial merupakan kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak mau berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya. (Stuart, 2017).



d. Klasifikasi Waham dapat diklasifikasikan menjadi beberapa macam, menurut Direja (2011) yaitu : Jenis waham Pengertian Prilaku klien Waham kebesaran Keyakinan secara .” saya ini pejabat di berlebihan bahawa dirinya



kementrian



memiliki kekuatan khusus



semarang!”, “ saya



atau kelebihan yang



punya perusahaan



berbeda dengan orang lain, paling besar lho ” diucapkan berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan Waham agama



Waham curiga



kenyataan Keyakinan terhadap



“saya



suatu agama secara



yang bisa mengusai



berlebihan, diucapkan



dan



berulang-ulang tetapi tidak



semua mahluk””.



sesuai dengan kenyataan. Keyakinan seseorang atau



“Saya



sekelompok



yang



mau



atau



saya karena iri dengan



mau



orang



merugikan



mencederai



dirinya,



diucapkan kali Waham somatic



Waham nihlistik



adalah



tuhan



mengendalikan



tahu



mereka



menghancurkan



kesukesan saya”



berulang-ulang



tetapi



tidak



sesuai



dengan kenyataan. Keyakinan seseorang



“ Saya



bahwa



kanker”.



menderita



tubuh atau sebagian



Padahal hasil



tubuhnya terserang



pemeriksaan lab tidak



penyakit, diucapkan



ada sel kanker pada



berulang-ulang tetapi tidak



tubuhnya.



sesuai dengan kenyataan. Keyakinan seseorang bahwa



dirinya



sudah



meninggal



dunia,



diucapkan



berulang-



“ ini saya berada di alam kubur ya, semua yang ada disini adalah



ulang tetapi tidak sesuai



roh-roh nya”



dengan kenyataan. e. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis menurut Direja, (2011) yaitu : Tanda dan gejala pada klien dengan Waham Adalah : Terbiasa menolak makan, tidak ada perhatian pada perawatan diri, Ekspresi wajah sedih dan ketakutan, gerakan tidak terkontrol, mudah tersinggung, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dan bukan kenyataan, menghindar dari orang lain, mendominasi pembicaraan, berbicara kasar, menjalankan kegiatan keagamaan secara berlebihan f. Pohon Masalah Resiko Perilaku Kekerasan Perubahan proses pikir: Waham Isolasi Sosial: Menarik Diri Skema. 2 pohon masalah, (Fitria, 2009, dikutip Direja, 2011) g. Penatalaksanaan a. Farmakoterapi Tatalaksana



pengobatan



skizoprenia



paranoid



mengacu



pada



penatalaksanaan skizoprenia secara umum menurut Townsend (1998), Kaplan dan Sadock (1998) antara lain : 1)



Anti Psikotik Jenis – jenis obat antipsikotik antara lain : a) Chlorpromazine Untuk mengatasi psikosa, premedikasi dalam anestesi, dan mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal 3 x 25mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis tinggi 1000mg/hari secara oral.



b) Trifluoperazine Untuk terapi gangguan jiwa organic, dan gangguan psikotik menarik diri, dosis awal 3 x 1mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50mg/hari. c) Haloperidol Untuk ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis , dan mania, dosis awal 3 x 0,5mg sampai 3mg. 2)



Anti Parkinson a) Triheksipenydil (Artane) Untuk semua bentuk parkinsonisme dan untuk menghilangkan reaksi ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan 115mg/hari. b) Difenhidramin Dosis yang diberikan 10-400mg/hari.



3)



Anti Depresan a) Amitriptylin Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan somatic. Dosis 75-300mg/hari. b) Imipramin Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotic. Dosis awal 25mg/hari, dosis pemeliharaan 5075mg/hari.



4)



Anti Ansietas Anti ansietas digunakan untuk mengontrol ansietas, kelainan somatroform, keluhan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obatobat yang termasuk anti ansietas antara lain : -



Fenobarbital 16-320mg/hari



-



Meprobamat 200-2400mg/hari



-



Klordiazepoksida 15-100mg/hari



b. Psikoterapi Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan



saling percaya. Terapi individu lebih efektif daripada terapi kelompok. Terapis tidak boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus menerus membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur, dan membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Terapis perlu menyatakan kepada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes realistis. Terapis harus bersikap empati terhadap pengalaman internal klien dan harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien sehingga mampu menghilangkan ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi, suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terapeutik dapat dilakukan.



c. Terapi Keluarga Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.



2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Jiwa a. Pengkajian a. Identifikasi klien



Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan



klien



tentang: Nama



klien,



panggilan klien,



Nama



perawat, tujuan, waktu pertemuan, topik pembicaraan. b. Keluhan utama / alasan masuk Tanyakan pada keluarga / klien hal yang menyebabkan klien dan



keluarga datang



dilakukan



ke



keluarga



Rumah



untuk



Sakit,



yang



telah



mengatasi masalah dan



perkembangan yang dicapai. c. Tanyakan pada klien / keluarga, apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa mengalami,



pada



masa



penganiayaan



lalu,



fisik,



pernah



melakukan,



seksual, penolakan dari



lingkungan, kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal. Dapat dilakukan pengkajian pada



keluarga faktor



yang



mungkin



mengakibatkan terjadinya gangguan: 1) Psikologis Keluarga,



pengasuh



dan



lingkungan



klien



sangat



mempengaruhi respon psikologis dari klien. 2) Biologis Gangguan perkembangan dan fungsi otak pertumbuhan dan perkembangan individu pada



atau



SSP,



prenatal, neonatus



dan anak-anak. 3) Sosial Budaya Seperti kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, kerawanan), kehidupan yang terisolasi serta stress yang menumpuk. d. Aspek fisik / biologis Mengukur dan mengobservasi tanda-tanda vital: TD, nadi, suhu, pernafasan. Ukur



tinggi



badan



kaji fungsi organ kalau ada keluhan



e. Aspek psikososial



dan



berat



badan, kalau perlu



1)



Membuat



genogram



yang



memuat



paling



sedikit



tiga generasi yang dapat



menggambarkan hubungan klien



dan keluarga,



yang terkait



masalah



dengan komunikasi,



pengambilan keputusan dan pola asuh. 2) Konsep diri a) Citra tubuh:



mengenai persepsi



klien



terhadap



tubuhnya, bagian yang disukai dan tidak disukai. b) Identitas



diri:



status



dan



posisi



klien



sebelum



dirawat, kepuasan klien terhadap status dan posisinya dan kepuasan klien sebagai laki- laki / perempuan. c) Peran:



tugas



/ kelompok



yang dan



klien dalam



diemban dalam



masyarakat



dan



keluarga kemampuan



melaksanakan tugas tersebut.



d) Ideal diri: harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas, lingkungan dan penyakitnya. e) Harga



diri:



hubungan klien



dengan



orang



lain,



penilaian dan penghargaan orang lain terhadap dirinya, biasanya



terjadi pengungkapan kekecewaan terhadap



dirinya sebagai wujud harga diri rendah. 3)



Hubungan sosial



dengan



orang



lain



yang



terdekat



dalam kehidupan, kelompok yang diikuti dalam masyarakat 4) Spiritual, mengenai nilai dan keyakinan dan kegiatan ibadah.



f. Status mental Nilai



penampilan



pembicaraan klien, (sedih,



klien



rapi



atau



tidak,



amati



aktivitas motorik klien, alam perasaan klien



takut, khawatir),



wawancara, persepsi klien, kesadaran, memori, tingkat



afek



klien,



proses



pikir,



konsentasi



kemampuan penilaian dan daya tilik diri.



interaksi selama isi pikir, dan



tingkat



berhitung,



g. Proses pikir. Proses



pikir



dalam



berbicara jawaban klien



kadang



meloncat- loncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan (flight of ideas) kadang-kadang klien



mengulang pembicaraan yang



sama (persevere) Masalah keperawatan : Gangguan Proses Pikir. h. Isi Pikir Contoh isi pikir klien saat diwawancara:  Klien



mengatakan bahwa



dirinya banyak mempunyai



pacar, dan pacarnya orang kaya dan bos batu bara Masalah keperawatan: waham kebesaran.  Klien mengatakan alasan masuk RSJ karena sakit liver. Masalah keperawatan: waham somatik. i. Kebutuhan Persiapan Pulang 1) Kemampuan makan



klien,



klien



mampu menyiapkan dan



membersihkan alat makan 2) Klien



mampu



BAB



membersihkan WC



dan



BAK,



menggunakan dan



serta membersihkan dan merapikan



pakaian 3)



Mandi



klien



dengan



cara



berpakaian, observasi



kebersihan tubuh klien. 4) Istirahat dan tidur klien, aktivitas di dalam dan di luar rumah 5)



Pantau



penggunaan obat



dan



tanyakan reaksi



yang



dirasakan setelah minum obat. j. Masalah psikososial dan lingkungan Dari data keluarga atau klien dimiliki klien.



mengenai masalah yang



k. Pengetahuan Data didapatkan melalui wawancara dengan klien kemudian tiap bagian yang dimiliki klien disimpulkan dalam masalah. l. aspek medic Terapi yang diterima oleh pasien : ECT, antara lain seperti terapi psikomotor, terapi tingkah laku, terapi keluarga, terapi spiritual, terapi okupasi, terapi lingkungan. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan bermasyarakat. b. Diagnosa Keperawatan 1. Perilaku kekerasan 2.



Waham



3.



Menarik Diri



4.



Harga Diri Rendah



sosialisasi



secara



wajar



dalam



kehidupan



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN 1. Waham merupakan core problem dari pohon masalah. No. 1.



Diagnosa Keperawatan Waham Curiga



Perencanaan Tujuan



Intervensi



Rasional



Kriteria Evaluasi



Tujuan Umum : Klien dapat berkomunikasi dengan baik dan terarah. TUK 1 : Kriteria Evaluasi : 1.1 Bina hubungan saling percaya Klien dapat membina 1. Ekspresi wajah dengan menggunakan prinsip hubungan saling bersahabat. komunikasi teraupetik. - Sapa klien dengan ramah baik percaya. 2. Ada kontak mata. verbal maupun non verbal 3. Mau berjabat tangan. - Perkenalkan diri dengan sopan 4. Mau menjawab salam. 5. Klien mau duduk - Tanyakan nama lengkap dan berdampingan. nama yang disukai klien. 6. Klien mau - Jelaskan tujuan pertemuan mengutarakan isi - Jujur dan menepati janji perasaannya. - Tunjukkan rasa empati dan menerima klien dengan apa adanya.



Hubungan saling percaya menjadi dasar interaksi selanjutnya dalam membina klien dalam berinteraksi dengan baik dan benar, sehingga klien mau mengutarakan isi perasaannya.



TUK 2 : Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan yang dimiliki.



Kriteria Evaluasi : 1. Klien dapat mempertahankan aktivitas sehari-hari 2. Klien dapat mengontrol wahamnya.



1.2 Jangan membantah dan mendukung waham klien. - Katakan perawat menerima keyakinan klien. - Katakan perawat tidak mendukung keyakinan klien. 1.3 Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung - “Anda berada ditempat aman dan terlindung”. - Gunakan keterbukaan dan kejujuran, jangan tinggalkan klien dalam keadaan sendiri. 1.4 Observasi apakah wahamnya mengganggu aktivitas sehari-hari dan perawatan diri klien.



Meningkatkan orientasi klien pada realita dan meningkatkan rasa percaya klien pada perawat.



2.1 Beri pujian pada penampilan dan kemampuan klien yang realistis 2.2 Diskusikan dengan klien kemampuan yang dimiliki pada waktu lalu dan saat ini. 2.3 Tanyakan apa yang bisa dilakukan (kaitkan dengan aktivitas sehari-hari dan perawatan diri) kemudian anjurkan untuk melakukan saat ini. 2.4 Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai kebutuhan waham tidak ada. Perawat perlu memperhatikan bahwa klien sangat penting.



Reinforcement positif dapat meningkatkan kemampuan yang dimiliki oleh klien dan harga diri klien.



Suasana lingkungan persahabatan yang mendukung dalam komunikasi teraupetik.



Mengetahui penyebab waham curiga dan intervensi selanjutnya yang akan dilakukan oleh klien.



Klien terdorong untuk memilih aktivitas seperti sebelumnya tentang aktivitas yang pernah dimiliki oleh klien. Dengan mendengarkan klien akan merasa lebih diperhatikan sehingga klien akan mengungkapkan perasaannya.



TUK 3 : Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang tidak dimiliki.



TUK 4 : Klien berhubungan realitas.



dapat dengan



Kriteria Evaluasi : 1. Kebutuhan klien terpenuhi 2. Klien dapat melakukan aktivitas secara terarah. 3. Klien tidak menggunakan/membicar akan wahamnya.



Kriteria Evaluasi : 1. Klien dapat berbicara dengan realitas. 2. Klien mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok.



3.1 Observasi kebutuhan klien sehari-hari 3.2 Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi selama dirumah maupun di RS. 3.3 Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham 3.4 Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dan memerlukan waktu dan tenaga. 3.5 Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.



Observasi dapat kebutuhan klien.



mengetahui



4.1 Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, realitas orang lain, waktu dan tempat). 4.2 Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas. 4.3 Berikan pujian tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh klien.



Reinforcement adalah penting untuk meningkatkan kesadaran klien akan realitas.



Dengan mengetahui kebutuhan yang tidak terpenuhi maka dapat diketahui kebutuhan yang akan diperlukan. Dengan melakukan aktivitas klien tidak akan lagi menggunakan isi wahamnya. Dengan situasi tertentu klien akan dapat mengontrol wahamnya.



Pujian dapat memotivasi klien untuk meningkatkan kegiatan positifnya.



TUK 5 : Klien dapat dukungan dari keluarga.



Kriteria Evaluasi : 1. Keluarga dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat. 2. Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan tindakan untuk merawat klien dengan waham. Kriteria Evaluasi: 1. Klien dapat dapat obat menyebutkan manfaat, efek samping dan dosis obat. 2. Klien dapat mendemonstrasikan penggunaan obat dengan benar. 3. Klien dapat memahami akibat berhentinya mengkonsumsi obat tanpa konsultasi. 4. Klien dapat menyebutkan prinsip lima benar dalam penggunaan obat.



5.1 Diskusikan dengan keluarga tentang : - Gejala waham - Cara merawat - Lingkungan keluarga - Follow up dan obat. 5.2 Anjurkan keluarga melaksanakan dengan bantuan perawat.



TUK 6 : Klien menggunakan dengan benar.



6.1



6.2 6.3



Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu klien dalam mengendalikan wahamnya.



Diskusikan dengan klien dan Obat dapat mengontrol waham keluarga tentang obat, dosis, yang dialami oleh klien dan dapat dan efek samping obat dan membantu penyembuhan klien. akibat penghentian. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat. Berikan obat dengan prinsip lima benar dan observasi setelah minum obat.



2. Menarik diri. Menarik diri merupakan salah satu pohon masalah dari Waham : Curiga, yaitu akibat dari Waham curiga. Dimana seseorang yang sudah mengalami Waham Curiga, kemungkinan besar bisa terjadi Menarik diri. Berikut rencana asuhan keperawatan menarik diri : Tgl Dx.keperawata n 2.



Menarik diri



Tujuan TUM : Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain TUK : 1.Pasien dapat membina hubungan saling percaya.



2.Pasien mampu menyebutkan penyebab menarik diri



Kriteria Evaluasi Setelah 1 x interaksi pasien menunjukkan tanda-tanda percaya kepada / terhadap perawat : 1. Wajahcerah, tersenyum 2. Mau berkenalan 3. Adakontakmata 4. Bersediamenceritakanperasaan 5. Bersediamengungkapkanmasalah



Intervensi



Rasional



1.1 Bina hubungan saling percaya dengan : a. Beri salam setiap berinteraksi b. Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan c. Tanyakan dan panggil nama kesukaan pasien d. Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi e. Tanyakan perasaan pasien dan masalah yang dihadapi pasien f. Buat kontak interaksi yang jelas g. Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan pasien



1.1 Membina hubungan saling percaya. Kontak yang jujur, singkat, konsisten dengan perawat dapat membantu klien membina kembali interaksi penuh percaya dengan orang lain.



2.1 Tanyakan pada pasien tentang : Setelah 2 x interaksi pasien dapat a. Orang yang tinggal serumah atau menyebutkan minimal satu penyebab menarik sekamar pasien diri : b. Orang yang paling dekat dengan a. Diri sendiri pasien dirumah atau ruang b. Orang lain



2.1 Keterlibatan orang terdekat dapat membantu membangun dan atau kembali membentuk sistem pendukung dan



Lingkungan c. d. e. f. g. h.



3.Pasien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan kerugian menarik diri



Setelah 3 x interaksi dengan pasien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan sosial, misalnya : a. Banyak teman b. Tidak kesepian c. Bisa diskusi d. Saling menolong e. Dan kerugian menarik diri misalnya : 1. Sendiri 1. Kesepian 2. Tidak bisa diskusi



perawatan Apa yang membuat pasien dekat dengan orang tersebut Orang yang tidak dekat dengan pasien dirumah atau diruang perawatan Apa yang membuat pasien tidak dekat orang dengan tersebut Upayakan yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain Diskusikan dengan pasien penyebab menarik diri atau tidak mau bergaul dengan orang lain Beri pujian terhadap kemampuanpasien mengungkapkan perasaan



3.1 Tanyakan pada pasien tentang : a. Manfaat hubungan sosial b. Kerugian menarik diri c. Diskusikan bersama pasien tentang manfaat berhubungan sosial dan kerugian menarik diri d. Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.



mengintegrasikan klien kembali kedalam jaringan sosial



3.1 Solitude dan kesepian dapat diterima atau dengan pilihan, dan perbedaan ini membantu klien mengidentifikasi apa yang terjadi pada dirinya sehingga dapat diambil langkah untuk mengatasi masalah ini.



4.pasien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.



Setelah 4 x interaksi pasien dapat melaksanakan hubungan social secara bertahap dengan : a. Perawat b. Perawat lain c. Pasien lain d. Kelompok.



5.pasien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial.



Setelah 5 x interaksi pasien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : 1. Orang lain 2. Kelompok



6.pasien mendapat dukungan keluarga dalam



Setelah6 x pertemuankeluargadapatmenjelaskantentang : a. Pengertian menarik diri b. Tanda dan gejala menarik diri



4.1 Observasi perilaku pasien saat berhubungan sosial 4.2.Beri motivasi dan bantu pasien untuk berkenalan atau berkomunikasi dengan : a. Perawat lain b. Pasien lain c. Kelompok 4.3 Libatkan pasien dalam terapi aktivitas kelompok sosialisasi 4.4 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kemampuan pasien bersosialisasi 4.5 Berimotivasipasien untukmelakukankegiatansesuaidengan jadwal yang telahdibuat 4.6 Beripujianterhadapkemampuanpasien memperluaspergaulannyamelaluiakti v itas yang dilaksanakan



4.1 Kehadiran orang yang dapat dipercaya memberi klien rasa terlindungi. Setelah dapat berinteraksi dengan orang lain dan memberi kesempatan klien dalam mengikuti aktivitas kelompok, klien merasa lebih berguna dan rasa percaya diri dapat tumb uh kembali.



5.1 Diskusikan dengan pasien tentang perasaannya setelah berhubungan sosial dengan : a. Orang lain b. Kelompok 5.2 Beri pujian terhadap kemampuan pasien mengungkapkan perasaannya.



5.1 Ketika klien merasa dirinya lebih baih dan mempunyai makna, interaksi sosial dengan orang lain dapat ditingkatkan



6.1Diskusikanpentingnyaperansertakeluarg asebagaipendukunguntukmengatasiprilaku menarikdiri. 6.2 Diskusikan potensi keluarga untuk membantu pasien mengatasi perilaku



6.1Dukungan dari keluarga merupakan bagian penting dari rehabilitasi klien.



memperluas hubungan sosial.



7.pasien dapat memanfaatkan obat dengan baik



c. d.



a. b. c. d.



Penyebab dan akibat menarik diri Cara merawat pasien menarik diri



menarik diri 6.3 Jelaskanpadakeluargatentang : a. Pengertianmenarikdiri b. Tandadangejalamenarikdiri c. Penyebabdanakibatmenarikdiri d. Cara merawat pasien menarik diri e. Latihkeluarga cara merawatpasien menarikdiri. f. Tanyakanperasaankeluargasetela hmencoba cara yang dilatihkan g. Beri motivasi keluarga agar membantu pasien untuk bersosialisasi h. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat pasien dirumah sakit.



Setelah 7 x interaksi pasien menyebutkan : manfaat minum obat kerugian tidakminum obat nama, warna, dosis, efek terapi dan efek samping obat akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter.



7.1 Diskusikan dengan pasien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, nama, warna, dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat 7.2 Pantaupasien saatpenggunaanobat 7.3 Beri pujian jika pasien menggunakan obat dengan benar 7.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dokter 7.4 Anjurkan pasien untuk konsultasi kepada dokter atau perawat jika terjadi halhal yang tidak diinginkan.



7.1. Membantu dalam meningkatkan perasaan kendali dan keterlibatan dalam perawatan kesehatan klien.



5



Harga Diri Rendah Harga Diri Rendah merupakan penyebab terjadinya Waham Curiga. Berikut intervensi dari harga diri rendah .



No



Diagnosa



Tujuan



Kriteria Evaluasi



Intervensi



Rasional



TUM : Klien dapat melakukan hubungan sosial secara bertahap. TUK : 1.Klien dapat membina hubungan saling percaya. 2.Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 3.Klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan. 4.Klien dapat menetapkan dan merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki. 5.Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya.



1.1 Klien dapat mengungkapkan perasaanya 1.2 Ekspresi wajah bersahabat 1.3 Ada kontak mata 1.4 Menunjukkan rasa senang 1.5 Mau berjabat tangan 1.6 Klien mau mengutarakan masalah yang dihadapi



1.1 Bina hubungan saling percaya : a. Sapa klien dengan ramah, baik verbal maupun nonverbal b. Perkenalkan diri dengan sopan c. Tanya nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d. Jelaskan tujuan pertemuan, jujur dan menepati janji e. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya 1.2 Beri kesempatan untuk mengungkapkan perasaanya tentang penyakit yang dideritanya 1.3 Sediakan waktu untuk mendengarkan klien 1.4 Katakan pada klien bahwa ia adalah seorang yang berharga dan bertanggungjawab serta mampu menolong dirinya sendiri.



1.1 Hubungan saling percaya akan menimbulkan kepercayaan klien pada perawat sehingga akan memudahkan dalam pelaksanaan tindakan selanjutnya.



Keperawatan 3.



Harga diri rendah



6.Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada 2.1 Klien mampu mempertahankan aspek yang positif.



2.1 Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki kllien dan beri pujian / reinforcement atas kemampuan mengungkapkan perasaannya 2.2 Saat bertemu klien, hindarkan memberi penilaian negatif. Utamakan memberi pujian yang realistis.



2.1 Pujian akan meningkatkan harga diri klien.



3.1 Kebutuhan klien terpenuhi



3.1 Diskusikan kemampuan klien yang masih dapat digunakan selama sakit 3.2 Diskusikan juga kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaan di rumah sakit dan di rumah nanti.



3.1 Peningkatan kemampuan mendorong klien untuk mandiri.



3.2 Klien dapat melakukan aktivitas terarah.



4.1 Klien mampu beraktivitas sesuai kemampuan 4.2 Klien mengikuti terapi aktivitas kelompok.



5.1 Klien mampu



4.1 Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan 4.2 Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien 4.3 Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien lakukan.



5.1 Beri kesempatan klien untuk



4.1 Pelaksanaan kegiatan secara mandiri modal awal untuk meningkatkan harga diri.



5.3 Dengan aktivitas



beraktivitas sesuai kemampuan



mencoba kegiatan yang direncanakan 5.2 Beri pujian atas keberhasilan kllien 5.3 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan di rumah.



klien akan mengetahui kemampuannya



6.1 Klien mampu melakukan apa yang diajarkan 6.2 Klien mampu memberikan dukungan



6.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien harga diri rendah 6.2 Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat



6.1 Perhatian keluarga dan pengertian keluarga akan dapat membantu meningkatkan harga diri klien



6.3 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah



A. STRATEGI PELAKSANAAN Dx.1: Waham SP 1p: 1. Membina hubungan saling percaya 2. Jangan membantah atau mendukung waham klien 3. Yakinkan klien dalam keadaan aman dan terlindung 4. Observasi apakah waham klien mengganggu aktivitas sehari-harinya. SP 2p : 1.Mengidentifikasi kemampuan positif pasien 2.Beri pujian pada penampilan klien yang dimiliki pada masa lalu dan saat ini. 3.Tanyakan apa yang bisa dilakukan 4.Jika klien selalu bicara tentang wahamnya dengarkan sampai wahamnya tidak ada SP 3p: 1. Klien dapat mengidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi. 2. Observasi kebutuhan klien sehari-hari 3. Diskusikan kebutuhan klien yang tidak terpenuhi 4. Hubungkan kebutuhan yang tidak terpenuhi dengan timbulnya waham. 5. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan klien dalam memerlukan waktu dan tenaga. 6. Atur situasi agar klien tidak mempunyai waktu untuk menggunakan wahamnya.



SP 4 K: 1.Klien dapat berhubungan dengan realitas 2.Berbicara dengan klien dalam konteks realitas (realitas diri, orang lain, waktu, dan tempat) 3.Sertakan klien dalam terapi aktivitas kelompok: orientasi realitas. 4.Berikan pujian pada tiap kegiatan positif yang dilakukan oleh klien. Sp 5 k: 1. Klien dapat dukungan dari keluarga 2. Diskusikan dengan keluarga tentang -



Gejala waham



-



Cara merawatnya



-



Lingkungan keluarga



-



Follow up dan obat



3.Anjurkan keluarga melaksanakannya dengan bantuan perawat. Sp 6 k: 1. Klien dapat menggunakan obat dengan benar 2. Diskusikan denga klien dan keluarga tentang obat, dosis, efek samping dan akibat penghentian 3. Diskusikan perasaan klien setelah minum obat 4. Berikan obat dengan prinsip 5 benar dan observasi setelah minum obat.



Dx 2 : Menarik Diri Pasien : Sp 1p : 1 Mengidentifikai penyebab isolasi sosial pasien 2. Mengidentifikasi keuntungan berinteraksi dengan orang lain 3. Mengidentifikasi kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain 4. Melatih pasien berkenalan dengan satu orang 5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 2p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien berkenalan dengan dua orang atau lebih 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 3p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih pasien berinteraksi dalam kelompok 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Keluarga Sp 1k : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya 3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien isolasi sosial



Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien. Sp 3k : 1. Menjelaskan perawatan lanjutan. Dx 3 :Harga Diri Rendah Pasien Sp 1p : 1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien 2. Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang masih dapat digunakan 3. Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai dengan kemampuan klien 4. Melatih pasien kegiatan yang dipilih sesuai kemampuan 5. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Sp 2p : 1. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya 2. Melatih kegiatan kedua (atau selanjutnya) yang dipilih sesuai kemampuan 3. Membimbing pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian Keluarga Sp 1k : 1. Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya



3. Menjelaskan cara – cara merawat pasien harga diri rendah Sp 2k : 1. Melatih keluarga mempraktekan cara merawat pasien dengan isolasi sosial 2. Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung kepada pasien isolasi sosial Sp 3k : 1. Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas dirumah termasuk minum obat (discharge planing) 2. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang



d. Evaluasi Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. evaluasi dibagi dua yaitu, evaluasi proses atau formatif yang dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum yang telah ditentukan (Direja, 2015). Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir: S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat dilakukan dengan menanyakan langsung kepada klien tentang tindakan yang telah dilakukan. O : Respon obyektif klien terhadap tindakankeperawatan yang telah dilakukan. Dapat diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau menanyakan kembali apa yang telah dilaksanakan atau member umpan balik sesuai dengan hasil observasi. A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang ada, dapat juga membandingkan hasil dengan tujuan. P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang terdiri dari tindak lanjut klien dan perawat.



DAFTAR PUSTAKA Damaiyanti. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama Keliat, Budi Anna. 2011. Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. S. N. Ade Herma Direja. (2011). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Keliat, B.A. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas : CMHN (basic course). Buku Kedokteran. Jakarta: EGC Stuart, (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Edisi : Lima. Jakarta : EGC Wilkinson A. 2012. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Buku Kedokteran : EGC Yosep, Iyus., 2011, Keperawatan Jiwa, Bandung : Refika Aditama Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC