Laporan Pestadi Sprayer [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PESTISIDA DAN APLIKASI “PENGENALAN ALAT DAN CARA APLIKASI PESTISIDA”



Oleh: RAMOT JEVON SILALAHI NIM. 1506120472 AGROTEKNOLOGI-B



LABORATORIUM HAMA TANAMAN JURUSAN AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2018



III. BAHAN DAN METODE



3.1 Waktu dan Tempat Praktikum Pestisida dan Aplikasi dilaksanakan pada hari Senin tanggal 16 April 2018 pukul 13.00 WIB hingga dengan selesai yang bertempat di Laboratorium Hama Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Riau Kampus Bina Widya km 12,5 Simpang Baru, Pekanbaru.



3.2 Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam praktikum adalah alat tulis, kamera dan knapsack sprayer punggung yang ada di Laboratorium Hama. Dalam praktikum ini tidak menggunakan bahan apapun.



3.3 Prosedur Kerja Adapun prosedur kerja yang dilakukan adalah sebagai berikut: 



Disiapkan alat knapsack sprayer punggung







Dijelaskan informasi mengenai berbagai tipe knapsack sprayer punggung yang ada (bagian-bagiannya, prinsip kerja dan spesifikasi alat semprot) oleh asisten praktikum kepada praktikan







Didengarkan instruksi dari asisten terkait mengenai penggunaan alat sprayer pestisida







Disimpan alat knapsack sprayer punggung ke tempat simpan sebelumnya.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Alat-alat Penyemprotan Alat penyemprot (Sprayer) digunakan untuk mengaplikasikan sejumlah tertentu bahan kimia aktif pemberantas hama penyakit yang terlarut dalam air ke objek semprot (daun, tangkai, buah) dan sasaran semprot (hama-penyakit). Efesiensi dan efektivitas alat semprot ini ditentukan oleh kualitas dan kuantitas bahan aktif tersebut yang terkandung di dalam setiap butiran larutan tersemprot (droplet) yang melekat pada objek dan sasaran semprot. Fungsi utama dari suatu penyemprotan adalah memecah suatu cairan (atau campuran larutan) agar terbentuk droplet berukuran efektif sehingga dapat disebarkan secara merata diatas permukaan atau ruang yang harus dilindungi dengan larutan tersebut (Djojosumarto, 2004). Secara garis besar terdapat 4 jenis mekanisme penyemprotan yaitu : 



Penyemprot hidraulik : Larutan dalam suatu tangki ditekan (pada tekanan rendah atau tinggi) sehingga cairan tersebut dipaksa menuju ke ujung nosel pengeluaran membentuk droplet cairan berukuran tertentu. Contoh : hand sprayer







Penyemprot hidro-pneumatic : Selain kedalam tangki diberi tekanan tertentu, masih diberikan tekanan atau hembusan angin diujung nosel penyemprot. Contoh alat penyemprot cat duco.







Penyemrot hembus/tiup : Hampir mirip dengan hidro-pneumatis akan tetapi keseluruhan kepala penyemprot menyatu dengan kipas penghembus. Tipe penyemprot jenis ini dipakai di perkebunan untuk menyemprot tanaman buah-buahan dengan tingkat kepekatan racun yang tinggi.







Penyemprot Aerosol : Mekanisme kerjanya merupakan kombinasi antara penyemprot hidro-pneumatik (penyemprot larutan racun) dan penyemprot hembus (penyemprot media berbentuk asap) disatukan, dimaksudkan untuk memecah droplet menjadi “drift” atau “fog” yang berterbangan di udara dalam waktu yang relatif lama agar hama yang terbang dapat dibunuh mati. Kegiatannya sering disebut sebagai fumigasi.



4.1.1 Klasifikasi Alat Semprot Menurut Suharno (2005) tenaga yang digunakan untuk menggerakkan pompa pada sprayer dapat berasal dari tenaga manusia, motor bakar bensin, motor listrik, dan putaran PTO pada traktor. Berikut adalah penggolongan jenis sprayer yang biasanya digunakan adalah sebagai berikut: 1). Sumber tenaga manusia a. Hand sprayer Jenis sprayer ini berukuran kecil, mudah dipegang sambil menyemprot atau menggerakkan pompa udara. Ukuran volume tangki 250-1000 cc, penggunaannya terbatas untuk menyemprot disekitar ruangan rumah, gedung, dan taman-taman sekitar (tanaman hias dan lain lain). Butiran cairan yang keluar cukup baik dan halus. Terdapat dua tipe atomizer, yaitu single action dan kontinu action.



Gambar 1. Handsprayer (Sumber: Google) Menurut Djojosumarto (2004) Prinsip kerja handsprayer adalah cairan di dalam tangki dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi sehingga akan mengalir melalui selang karet menuju alat pengabut. Cairan dengan tekanan tinggi dan melalui celah yang sempit akan pecah menjadi partikel partikel yang halus. Sitem ini dikenal sebagai hydrolik atomization b) Sprayer otomatis Nama lain jenis ini adalah sprayer otomatis tipe knapsack. Volume tangki tidak boleh diisi seluruhnya dengan air, karena diperlukan adanya ruang untuk tekanan udara. Alat ini tidak dilengkapi dengan alat pengaduk, sebaiknya digunakan untuk cairan berupa larutan dan emulsi. Wattable powder (tepung obat



yang dicairkan) juga tidak tepat bila menggunakan alat ini, karena setiap kali harus menggoncangkan tangki sebagai pengganti agitator. Kapasitas tangki knapsack sprayer bervariasi berkisar antara 13, 15, 18, 20 tergantung mereknya. Contoh knapsack sprayer antara lain Merek Bengawan Solo 425, Yoto 16, Hero, CP 5, Matabi, Berthoud, dan PB16.



Gambar 2. Knapsack sprayer (Sumber: google) Menurut Djojosumarto (2004) Prinsip kerjanya adalah larutan dikeluarkan dari tangki akibat dari adanya tekanan udara melalui tenaga pompa yang dihasilkan oleh gerakan tangan penyemprot. Pada waktu gagang pompa digerakan, larutan keluar dari tangki menuju tabung udara sehingga tekanan di dalam tabung meningkat. Keadaan ini menyebabkan larutan pestisida dalam tangki dipaksa keluar melalui klep dan selanjutnya diarahkan oleh nozzle bidang sasaran semprot. Tekanan udara yang dihasilkan oleh pompa diusahakan konstant, yaitu sebesar 0,7 – 1,0 kg/cm2 atau 10-15 Psi . Tekanan sebesar itu diperoleh dengan cara mempompa sebanyak 8 kali. Untuk menjaga tekanan tetap stabil, pemompaan dilakukan setiap berjalan 2 langkah pompa harus digerakan sekali naik-turun. c). Sprayer semi otomatis Sprayer ini umumnya berbentuk seperti tas yang digendong oleh operatornya. Sprayer ini tidak memerlukan tekanan tinggi, pembentukan tekanan melalui pemompaan yang diberikan sebelum dan selama penyemprotan berlangsung. Jenis-jenis lainnya yaitu bruket sprayer, barel sprayer, wheel barrow



sprayer, dan slide sprayer. Jenis pompa yang digunakan pada setiap jenis sprayer serupa dengan knapsack sprayer namun tangki obat terpisah dari pompa, ada dalam bentuk bundar dan lain-lain.



Gambar 3. Sprayer semi otomatis (Sumber: Google) 2). Tenaga motor a. Jenis portabel motor sprayer (low volume 10 –50 l/ha), jenis ini seperti halnya sprayer gendong akan tetapi dilengkapi dengan motor ukuran kecil ( 3 HP, 2 tak / 6000 rpm) yang memutar impeler penebar/penghembus larutan cairan yang turun (relatif) secara gravitasi dari tangki, contoh “mist blower” atau Knapsack Power Sprayer



Gambar 4. Mist blower (Sumber: Google) b. Skid Power Sprayer , jenis sprayer : stationer, jinjing (dijinjing oleh 2 orang) ,atau ditarik traktor. Unit stationer terdiri atas : motor, pompa tekan (plunyer), dan tangki ( kadang-kadang dipakai ember/drum sebagai pengganti tangki), sedangkan kepala semprot dan selang (panjang 25 –50 m) dibawa menjelajahi lahan.



Gambar 5. Skid power sprayer (Sumber: Google) c. Fog Generator , menggunakan pembakaran sistem jet. Dengan sumber tenaga battery 6 Volt (4 buah baterey), maka dapat ditimbulkan loncatan api dari coil untuk memuali start pembakaran bensin (batterey dioperasikan hanya pada saatstart). Apabila pembakaran telah berlangsung maka akan dihasilkan pulsa yang akan memberikan tekanan ke tangki bahan bakar dan tangki larutan racun. Apabila larutan yang dipakai adalah solar, maka daya jangkauan kabutnya mampu mencapai 25 meter, sedangkan bila larutan yang dipakai air, daya capainya 5 –7 meter. Sprayer ini masuk katagori ULV (Ultra Low Volume) 5 liter/hektar, dengan ukuran droplet kurang dari 50 mikron.



Gambar 6. Fog generator (Sumber: Google) 3. Elektrostatis Sprayer, Sumber tenaga yang dipakai adalah Baterey 12 Volt (6 baterry) atau Accu Sepeda motor. Pada prinsipnya, campuran larutan yang relatif turun secara grafitasi disemprotkan oleh sebuah piring cembung bergerigi yang digerakkan oleh sebuah motor listrik kecil dengan putaran 9000 s/d 10000 rpm. Kepala nozzel dihubungkan dengan suatu “Playback” coil untuk menghasilkan droplet dengan muatan listrik statis (positif), dan kabel negatip (grounded) diuraikan di tanah sebagai polaritas kutub negatif.



Gambar 7. Elektositas sprayer (Sumber: Google) 3). CDA Sprayer Berbeda dengan 2 jenis sprayer sebelumnya, CDA sprayer tidak menggunakan tekanan udara untuk menyebarkan larutan semprot ke bidang semprot sasaran, melainkan berdasarkan gaya grafitasi dan putaran piringan.



Gambar 8. CDA sprayer (Sumber: Google) Menurut Djojosumarto (2004) Cara kerjanya adalah larutan mengalir dari tangki melalui selang menuju nozzle, diterima oleh putaran piringan bergerigi (spining disc), dan disebarkan ke arah bidang sasaran. Putaran piring digerakan oleh dinamo dengan sumber tenaga bater 12 volt. Putaran piringan sebesar 2.000 rpm dan butiran yang keluar seragam dengan ukuran 250 mikron. Ukuran 250 mikron merupakan ukuran optimal untuk membasahi permukaan gulma. Berdasarkan keseragaman bentuk butiran yang dihasilkan maka alat semprot ini disebuat CDA (controlled Droplet Application). Contoh CDA sprayer antara lain: Mikron herbi 77, Samurai, dan Bikrky.



4.2 Knapsack Sprayer Solo 425 Solo Hand Sprayer Indonesia Model 425, Adalah Produk Hand Sprayer Terlaris dan Paling banyak di gunakan Oleh Pelaku Pertanian dan Perkebunan di Indonesia. Hand sprayer Bengawan Solo memiliki kapasitas 15 liter. Jenis knapsack sprayer gendong ini terkenal di kalangan petani karena memiliki keandalan dan kualitas sparepartnya yang baik. Sprayer ini selain banyak dipakai untuk pengendalian gulma di perkebunan besar juga praktis digunakan di kebunkebun tanaman perusahaan baik miliki warga, pekarangan, kebun kecil dan lapangan golf. Hal ini karena sprayer ini terbuat dari HDPE, yang membuatnya ringan serta tahan lama (Suharno, 2005). Spesifikasi lengkap dari tangki hand sprayer gendong (knapsack sprayer) Bengawan Solo 425 adalah: 



Kapasitas tangki (tank capacity): 1 Liter







Tekanan semprot (spray pressure) : 2-6 kg/cm2







Panjang tangki (tank length) : 350 mm







Lebar tangki (tank width) : 200 mm







Tinggi tangki (tank height) : 525 mm







Berat kosong sprayer (sprayer empty weight) : 4 Kg







Berat penuh sprayer (sprayer full weight) : 16,5 kg



Gambar 9. Knapsack sprayer solo 425 (Sumber: Google) Menurut Djojosumarto (2004) Prinsip Prinsip kerja knapsack sprayer adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses



pembentukan



partikel



dengan



menggunakan



tekanan



(hydraulic



atomization), yakni tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman (Sudarmo, 1997).



4.1.2 Bagian-bagian Knapsack Sprayer Menurut Suharno (2005) berikut keterangan masing-masing bagian pada knapsack sprayer adalah sebagai berikut: 1. Unit Tangki. Berfungsi sebagai tempat penampungan larutan racun ( insektisida/ pestisida) 2. Saringan/ filter, biasa terbuat dari plastik yang berfungsi untuk menyaring air dan bahan pestisida dari kotoran-kotoran seperti sampah dan pasir 3. Penutup tangki, menutup bagian atas pada tangki untuk menghindari cairan pestisida keluar 4. Unit pompa (pump) Yang terdiri dari silinder pompa, dan piston dari kulit. Untuk memberikan tekanan kepada larutan herbisida, sehingga larutan dapat dikeluarkan dari tangki dan mengalir melalui selang dan keluar pada nozzle. 5. Pengatur tekanan semprot (pressure gauge) Untuk mengatur tekanan terhadap besar kecilnya volume cairan yang dikeluarkan, sesuai dengan kebutuhan. Bagian yang termasuk adalah tuas pompa yang mengatur tekanan piston untuk menyesuaikan dengan tekanan semprot yang diinginkan pengguna. 6. Keran pembuangan, sifatnya opsional, beberapa jenis ada yang melengkapi dengan keran pembuangan dibagian bawah tangki 7. Saluran penyemprot, terdiri dari kran, selang karet, katup serta pipa yang bagian ujungnya dilengkapi nozel. Selang, rata rata panjang sekitar 1 m dan bahan harus fleksibel untuk mengurangi lipatan 8. Sabuk penggendong



Digunakan untuk menyandang sprayer pada punggung. 9. Nozzle (spuyer), komponen ini yang akan menghasilkan perbedaan pola hasil semprotan, bentuk dan bahan berragam. Nozzle adalah bagian sprayer yang menentukan karakteristik semprotan ; yaitu pengeluaran, sudut penyemprotan, lebar penutupan, pola semprotan, dan pola penyebaran yang dihasilkan. Nozzle dibuat dalam bermacam-macam disain. Setiap tipe butiran cairan yang khas dihasilkan oleh nozzle yang khas sesuai dengan kebutuhan. Tipe-tipe nozzle : a.



Centrifugal nozzle : bentuk nozzle yang paling banyak dijumpai, dibuat dengan sudut penyemprotan yang lebar dan dengan berbagai model pola penyemprotan dan kapasitas.



b.



Flooding nozzle : menghasil semprotan dengan model semburan. Nozzle ini disebut juga fan spray nozzle.



c.



Two-fluid atomizer : menghasilkan droplet yang sangat halus dan menghindarkan pemborosan cairan, tetapi membuthkan tenaga yang lebih besar daripada tipe-tipe yang lain.



d. Rotary atomizer : digunakan untuk pekerjaan besar, menyemprotkan cairan dalam jumlah besar dengan gaya sentrifugal dan mempunyai pola penyebaran 360o 6. Laras penyembur, panjang rata rata 50 cm, terbuat dari logam campuran atau sintetis.



Gambar 4. Bagian-bagian knapsack sprayer solo (Sumber: www.sprayer-outlet.com/Solo-Backpack-Sprayer-Parts) 4.3 Syarat Pengaplikasian Pestisida 4.3.1 Secara Teknis Sebelum melakukan penyemprotan pestisida perlu adanya langkah-langkah persiapan, antara lain: a. Menyiapkan bahan-bahan, seperti Pestisida yang akan digunakan (harus terdaftar), fisiknya memenuhi syarat (layak pakai), sesuai jenis dan keperluannya, dan peralatan yang sesuai dengan cara yang akan digunakan (volume tinggi atau volume rendah). b. Menyiapkan perlengkapan keamanan atau pakaian pelindung, seperti sarung tangan, masker, topi, dan sepatu kebun. c. Memeriksa alat aplikasi dan bagian-bagiannya, untuk mengetahui apakah ada kebocoran atau keadaan lain yang dapat mengganggu pelaksanaan aplikasi Pestisida. Jangan pernah menggunakan alat semprot yang bocor. d. Waktu mencampur dan menggunakan Pestisida sebaiknya jangan langsung memasukkan pestisida ke dalam tangki. Siapkan ember dan isi air secukupnya



terlebih dahulu, kemudian tuangkan Pestisida sesuai dengan takaran-takaran sesuai anjuran dan aduk hingga merata. Kemudian larutan tersebut dimasukkan ke dalam tangki dan tambahkan air secukupnya. 4.3.2 Secara Non Teknis Menurut Djojosumarto (2004) Penggunaan pestisida harus memperhatikan prinsip 5 (lima) tepat, yaitu: 1.



Tepat Sasaran. Tentukan jenis tanaman dan hama sasaran yang akan dikendalikan, misal ulat grayak pada daun kedelai, hama wereng pada padi.



2.



Tepat Jenis. Tentukan jenis pestisida apa yang harus digunakan, umumnya pestisida memiliki kekhususan terhadap jenis OPT yang dapat dikendalikan misalnya: bakterisida (pengendali penyakit yang disebabkan bakteri), fungisida (pengendali jamur), insektisida (pengendali serangga), akarisida (pengendali tungau), moluskisida (pengendali moluska seperti keongmas), rodentisida (pengendali tikus), dsb.



3.



Tepat Waktu. Waktu pengendalian ditentukan berdasarkan: a) tahap rentan dari hama yang menyerang, misalnya ulat yang masih kecil, b) banyaknya hama yang paling tepat untuk dikendalikan sesuai ambang ekonominya, misal jumlah ulat grayak 8 ekor/tanaman, c) kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik, d) lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan. Waktu aplikasi merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan efektifitas pestisida yang diaplikasikan. Jika dikaitkan dengan tahap perkembangan hama, maka dikenal waktu aplikasi pestisida yakni 1) Aplikasi Preventif, dilakukan sebelum ada serangan hama dengan tujuan untuk melindungi tanaman, 2) Aplikasi dengan Sistem Kalender (aplikasi berjadwal, tetap banyak dilakukan oleh petani, misalnya seminggu sekali atau bahkan seminggu dua kali), 3) Aplikasi Kuratif, aplikasi ini dilakukan sesudah ada serangan hama dengan maksud untuk menghentikan serangan atau menurunkan populasi OPT, dan 4) aplikasi berdasarkan ambang pengendalian atau ambang ekonomi hama.



4.



Tepat Dosis/Konsentrasi Supaya pestisida yang diaplikasikan efektif membasmi OPT sasaran, maka dosis/konsentrasi pestisida harus ditetapkan secara tepat. Dosis merupakan banyaknya pestisida yang dibutuhkan untuk setiap satuan luas, misalnya dosis pestisida A sebanyak 2 L/ha, pestisida B sebanyak 250 mL/pohon. Sedangkan konsentrasi adalah banyaknya pestisida yang dibutuhkan untuk setiap satuan aplikasi, misalnya 2 mL/L, 0,5 ml/L. Kurangnya perhatian petani terhadap dosis/konsentrasi pestisida ini sering menyebabkan aplikasi pestisida yang salah.



5.



Tepat Cara, lakukan aplikasi pestisida dengan cara yang sesuai dengan formulasi pestisida dan anjuran yang ditetapkan. Cara penggunaan pestisida di antaranya cara penaburan, cara penyemprotan, cara penghembusan, cara pengumpanan, cara fumigasi, dan cara pengasapan.



4.3.3 Faktor Keselamatan Selama penyemprotan di lapang, hal-hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut: a. Pada waktu menyemprot, operator pelaksana atau petani harus memakai perlengkapan keamanan seperti sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang, topi, sepatu kebun, dan masker/ sapu tangan bersih untuk menutup hidung dan mulut selama aplikasi. b. Jangan berjalan berlawanan dengan arah datangnya angin dan tidak melalui area yang telah diaplikasi Pestisida. c. Penyemprotan sebaiknya dilakukan pada waktu pagi hari atau sore hari. d. Selama menyemprot, tidak diperbolehkan makan, minum, atau merokok. e. Satu orang operator/petani hendaknya tidak melakukan aplikasi penyemprotan Pestisida terus-menerus lebih dari 4 (empat) jam dalam sehari. f. Operator/petani yang melakukan aplikasi pestisida hendaknya telah berusia dewasa, sehat, tidak ada bagian yang luka, dan dalam keadaan tidak lapar. g. Pada area yang telah disemprot dipasang tanda peringatan bahaya. h. Bersihkan semua peralatan dan pakaian setelah menyemprot serta segera mandi.



i. Sisa campuran pestisida tidak dibiarkan/disimpan terus di dalam tangki, karena lama-kelamaan akan menyebabkan tangki berkarat atau rusak. Sebaiknya sisa tersebut disemprotkan kembali pada tanaman sampai habis dan jangan membuang sisa cairan semprot atau wadah kemasan pestisida di sembarang tempat, karena akan menyebabkan pencemaran lingkungan.



V. KESIMPULAN DAN SARAN



5.1 Kesimpulan Berdasarkan data diatas bahwa prinsip kerja alat semprot punggung knapsack solo 425 adalah memecah cairan menjadi butiran partikel halus yang menyerupai kabut. Untuk memperoleh butiran halus, biasanya dilakukan dengan menggunakan proses pembentukan partikel dengan menggunakan tekanan (hydraulic atomization), yakni tekanan dalam tabung khusus dipompa sehingga mempunyai tekanan yang tinggi, dan akhirnya mengalir melalui selang karet menuju ke alat pengabut bersama dengan cairan. Cairan dengan tekanan tinggi dan mengalir melalui celah yang sempit dari alat pengabut, sehingga cairan akan pecah menjadi partikel-partikel yang sangat halus. Dengan bentuk dan ukuran yang halus ini maka pemakaian pestisida akan efektif dan merata ke seluruh permukaan daun atau tajuk tanaman. Hand sprayer Bengawan Solo memiliki kapasitas 15 liter. Jenis knapsack sprayer gendong ini terkenal di kalangan petani karena memiliki keandalan dan kualitas sparepartnya yang baik. Sprayer ini selain banyak dipakai untuk pengendalian gulma di perkebunan besar juga praktis digunakan di kebun-kebun tanaman perusahaan baik miliki warga, pekarangan, kebun kecil dan lapangan golf. Hal ini karena sprayer ini terbuat dari HDPE yang membuatnya ringan serta tahan lama.



4.2 Saran Diharapkan bagi praktikan dalam melaksanakan praktikum dapat lebih tertib dan aman untuk mendengarkan arahan para asisten praktikum yang memberikan penjelasan informasi tentang alat penyemprotan pestisida yang ada di laboratorium sehingga terwujud praktikum yang menghasilkan ilmu yang dapat berguna di masa yang akan datang.



DAFTAR PUSTAKA



Djojosumarto, P., 2004. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian. Kanisius. Yogyakarta. Sudarmo, R, M. 1997. Pengendalian Serangga Hama Sayuran dan Palawija. Kanisius. Jakarta. Suharno, Benidiktus. 2005. Handsprayer Alat Penyemprot Pertanian. Kumpulan ArtikelAlat & Mesin Pertanian.