Laporan Praktek Stase Manajemen Keperawatan [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTEK STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN RUANG RAWAT INAP ASOKA BOUGENVILE RS TNI TINGKAT II TELING MANADO



Di Susun Oleh : MAHASISWA PROFESI NERS



PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM STUDI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MUHAMMADIYAH MANADO 2019



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012). Profesionalisasi keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi keperawatan yang telah terbentuk mengalami perubahan dan perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan masyarakat. Profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap sesuatu yang dirasakan, dinilai, dan diterima secara spontan oleh masyarakat. Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan keperawatan sebagai profesi. Sebagai profesi, keperawatan dituntut untuk memiliki kemampuan intelektual, interpersonal, kemampuan teknis, dan moral. Keperawatan sebagai pelayanan/asuhan profesional bersifat humanistis, menggunakan pendekatan holistis, dilakukan berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan, berorientasi pada kebutuhan objektif klien, mengacu pada standar profesional keperawatan dan menggunakan etika keperawatan sebagai tuntutan utama. Perawat dituntut untuk selalu melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar atau rasional dan baik atau etis (Nursalam, 2011).



Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus menjadi tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Proses registrasi dan legislasi keperawatan mulai terjadi sejak diakuinya keperawatan sebagai profesi, sejak tumbuhnya pendidikan tinggi keperawatan (S1 Keperawatan dan Ners), serta sejak berlakunya UndangUndang No. 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan dan Permenkes No. 1239/2001 tentang Registrasi dan Praktek Perawat. Namun pelaksanaan Permenkes No. 1239/2001 tersebut masih perlu mendapatkan persiapan-persiapan yang optimal oleh profesi keperawatan. Hal ini disebabkan adanya beberapa kendala yang dihadapi, meliputi: belum ada pengalaman dalam memberikan pengakuan terhadap praktik keperawatan; belum ada pemahaman tentang wujud dan batasan dari praktik keperawatan sebagai praktik keperawatan profesional; dan jenis serta sifat praktik keperawatan profesional yang harus dikembangkan. Menurut Grant dan Massey (1997) dan Marquis dan Huston (1998), jenis metode pemberian asuhan keperawatan yang profesional ada 4 metode, yaitu metode fungsional, metode kasus, metode tim, dan metode primer. Keempat metode tersebut dikenal dengan Model Praktik Keperawatan Profesional (Nursalam, 2011).



Pengembangan MPKP merupakan upaya banyak negara untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dan lingkungan kerja perawat. Di berbagai negara, pengembangan ini mendapat dukungan yang besar dari Departemen Kesehatan dan dari organisasi profesi (Hoffart dan Woods, 1996; Pearson, 1997). Pengembangan MPKP juga menjadi strategi berbagai rumah sakit untuk membuat perawat betah bekerja di suatu rumah sakit yang sering dikenal dengan istilah magnet hospital. (Scott, Sochalski, dan Aiken, 1999 dikutip oleh Sitorus, 2006). Adapun rumah sakit yang menerapkan pengembangan MPKP di berbagai negara seperti Professional Practice Home (Iowa Veterans Home, 1967), Professional Nursing Practice Model (Beth Israel Hospital, 1973), Unit Level Self Management Model (John Hopkins Hospital, 1981), Nursing Development Units (Burford Hospital, 1983), Professionally Advanced Care Team Model (Robert Wood Johnson Hospital, 1987), Shared Governance (St. Luke’s Hospital, 1988), Transformational Model for the Practice of Professional Nursing (Shadyside Hospital, 1993), dan Clinical Development Units Nursing (The Western Sydney Area Health Service, 1996), (Sitorus, 2006).



BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Konsep dan Proses Manajemen Keperawatan 1. Pengertian Kata manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno “management”, yang artinya seni melaksanakan dan mengatur. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif dalam menjalankan suatu kegiatan yang diorganisasi. Manajemen juga diartikan sebagai suatu organisasi bisnis yang difokuskan pada produksi dan banyak hal lain untuk menghasilkan suatu keuntungan (Nursalam, 2012). Menurut Gillies (1986) dalam Nursalam (2012), manajemen didefinisikan sebagai suatu proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah suatu proses bekerja melalui anggota staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Manajer keperawatan dituntut untuk merencanakan, mengorganisasi, memimpin, dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat. Pengertian Manajemen Keperawatan menurut Harsey dan Blanchard (1977) dalam Suyanto (2008: 2), pengertian manajemen adalah suatu proses melakukan kegiatan pencapaian tujuan organisasi melalui kerja sama dengan orang lain. Manajemen keperawatan adalah suatu proses menyelesaikan suatu pekerjaan melalui perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dengan menggunakan sumber daya secara efektif, efisien dan rasional dalam memberikan pelayanan bio-psiko-sosial-spiritual yang komprehensif pada individu, keluarga, dan masyarakat, baik yang sakit maupun yang sehat melalui proses keperawatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Asmuji, 2012). 2. Proses Manajemen Keperawatan Proses manajemen keperawatan sejalan dengan proses keperawatan sebagai satu metode pelaksanaan asuhan keperawatan yang profesional, sehingga diharapkan keduanya dapat saling mendukung. Menurut Suyanto (2008) manajemen adalah sebagai suatu proses dapat dipelajari dari fungsi-fungsi manajemen yang dilaksanakan oleh seorang manajer. Adapun yang dimaksud fungsi manajemen adalah langkah-langkah penting yang wajib dikerjakan oleh seorang manajer untuk mencapai tujuan. Masing-masing pakar mengidentifikasi fungsi manajemen yang berbeda-beda. Keperawatan lebih sering mengadopsi fungsi manajemen menurut George Terry, yaitu :



a.



Planning (Perencanaan) Sebuah proses yang dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi, sampai dengan menyusun dan menetapkan rangkaian kegiatan untuk mencapainya. Melalui perencanaan akan dapat ditetapkan tugas – tugas staf. Dengan tugas – tugas ini seorang pemimpin akan mempunyai pedoman untuk melakukan supervisi dan evaluasi serta menetapkan sumber daya yang dibutuhkan oleh staf dalam menjalankan tugas – tugasnya.



b.



Organizing (Pengorganisasian) Pengorganisasian



adalah



rangkaian



kegiatan



manajemen



untuk



menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh organisasi dan memanfatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan organisasi. c.



Actuating (directing, commanding, coordinating) atau Penggerakkan Penggerakan sebagai proses manajemen adalah proses memberikan bimbingan kepada staf agar mereka mampu bekerja secara optimal dan melakukan tugas – tugasnya sesuai dengan ketrampilan yang mereka miliki sesuai dengan dukungan sumber daya yang tersedia.



d.



Controling (Pengawasan, Monitoring) Pengawasan adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan rencana kerja yang sudah disusun dan mengadakan koreksi terhadap penyimpangan yang terjadi.



3. Komponen Sistem Manajemen Keperawatan Manajemen keperawatan terdiri atas beberapa komponen yang saling berinteraksi. Pada umumnya suatu sistem dicirikan oleh 5 elemen, yaitu input, proses, output, control dan mekanisme umpan balik. a.



Input. Input dalam proses manajemen keperawatan antara lain berupa informasi, personel, peralatan dan fasilitas



b.



Proses. Proses pada umumnya merupakan kelompok manajer dan tingkat pengelola keperawatan tertinggi sampai keperawatan pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.



c.



Output. Elemen lain dalam pendekatan sistem adalah output atau keluaran yang umumnya dilihat dan hasil atau kualitas pemberian asuhan keperawatan dan pengembangan serta kegiatan penelitian untuk menindaklanjuti hasil atau keluaran.



d.



Control. Control dalam proses manajemen keperawatan dapat dilakukan melalui penyusunan anggaran yang proporsional, evaluasi penampilan kerja perawat, pembuatan prosedur yang sesuai standar dan akreditasi.



e.



Umpan balik. Selain itu, mekanisme umpan balik diperlukan untuk menyelaraskan hasil dan perbaikan kegiatan yang akan datang. Mekanisme umpan balik dapat dilakukan melalui laporan keuangan, audit keperawatan, dan survey kendali mutu, serta penampilan kerja perawat.



4. Ruang Lingkup Manajemen Keperawatan Keperawatan merupakan disiplin praktik klinis. Manajer keperawatan yang efektif sebaiknya memahami dan memfasilitasi pekerjaan perawat pelaksana. Menurut Suyanto (2008) Manajer keperawatan mengelola kegiatan keperawatan meliputi: a.



Menetapkan penggunaan proses keperawatan.



b.



Mengetahui intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan doagnosa.



c.



Menerima akontabilitas kegiatan keperawatan yang dilaksanakan oleh perawat



d.



Menerima akuntabilitas hasil kegiatan keperawatan.



a.



Manajemen Pelayanan Keperawatan Pelayanan keperawatan di Rumah Sakit dikelola oleh bidang perawatan yang terdiri dari tiga tingkatan manajerial, yaitu: 1) Manajemen puncak (kepala bidang keperawatan) 2) Manajemen menengah (kepala unit pelayanan / supervisor) 3) Manajemen bawah (kepala ruang perawatan)



b. Manajemen Asuhan Keperawatan Manajemen asuhan keperawatan yang dilakukan dengan menggunakan proses keperawatan pada prinsipnya menggunakan konsep – konsep manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atau evaluasi.



B. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) 1. Definisi MPKP Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP) adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut (Hoffart dan Woods, 1996). Sebagai suatu model berarti ruang rawat tersebut menjadi contoh teladan dalam praktik keperawatan profesional. Pengembangan MPKP merupakan upaya banyak negara untuk memberdayakan keperawatan dalam layanan kesehatan, terutama pada saat meningkatnya kebutuhan yang disertai biaya tinggi dalam layanan kesehatan (Sitorus dan Yulia, 2006).



Model Praktik Keperawatan Profesional merupakan penataan struktur dan proses sistem pemberian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011). Menurut Hoffart dan Woods (1996) dalam Ratna Sitorus dan



Rumondang



Panjaitan (2011) MPKP terdiri dari lima subsistem, yaitu: a. Nilai-nilai profesional meliputi ekonomi, kesinambungan asuhan, dan belajar sepanjang hayat untuk menopang praktik ilmu yang bermutu. b. Pendekatan manajemen menunjukkan bahwa pada MPKP, pembuat keputusan untuk pasien ada pada manajer asuhan klinik atau Perawat Primer. Kepala ruangan rawat berperan sebagai fasilitator atau mentor. c. Pemebrian asuhan keperawatan pada umumnya menggunakan metode keperawatan primer. d. Hubungan profesional memungkinkan adanya hubungan kolaborasi, konsultasi antar tim, dan koferens antar tim serta konferens untuk penyelesaian konflik. e. Sistem kompensasi dan penghargaan memungkinkan perawat mendapatkan kompensasi dan penghargaan sesuai dengan sifat layanannya yang profesional. Penghargaan dapat juga berupa keberadaan perawat sebagai seorang ahli atau spesialis. f. Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan empat unsur, yakni: standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi tersebut berdasarkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas produksi/jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut sebagai suatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan kesehatan/keperawatan dalam memenuhi kepuasan pasien tidak akan dapat terwujud (Nursalam, 2011). 2.



Dasar Pertimbangan Pemilihan Model MPKP Menurut Nursalam (2012), dasar pertimbangan pemilihan model. Metode Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai berikut: a.



Sesuai dengan visi dan misi institusi. Dasar utama penentuan model pemberian asuhan keperawatan harus didasarkan pada visi dan misi rumah sakit.



b.



Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam asuhan keperawatan. Proses keperawatan merupakan unsur penting terhadap kesinambungan asuhan



keperawatan



kepada



pasien.



Keberhasilan



dalam



asuhan



keperawatan sangat ditentukan oleh pendekatan proses keperawatan. c.



Efektif dan efisien dalam penggunaan biaya.



Setiap suatu perubahan, harus selalu mempertimbangkan biaya dan efektifitas dalam kelancaran pelaksanaannya. Bagaimanapun baiknya suatu model, tanpa ditunjang oleh biaya memadai, maka tidak akan didapat hasil yang sempurna. d.



Terpenuhinya kepuasan pasien, keluarga dan masyarakat. Tujuan akhir asuhan keperawatan adalah kepuasan pelanggan atau pasien terhadap asuhan yang diberikan oleh perawat. Oleh karena itu, model yang baik adalah model asuhan keperawatan yang dapat menunjang kepuasan pelanggan.



e.



Kepuasan dan kinerja perawat. Kelancaran pelaksanaan suatu model sangat ditentukan oleh motivasi dan kinerja perawat. Model yang dipilih harus dapat meningkatkan kepuasan perawat, bukan justru menambah beban kerja dan frustasi dalam pelaksanaannya.



f.



Terlaksananya komunikasi yang adekuat antara perawat dan tim kesehatan



lainnya. Komunikasi secara profesional sesuai dengan lingkup tanggung jawab merupakan



dasar



pertimbangan



penetuan



model.



Model



asuhan



keperawatan diharapkan akan dapat meninkatkan hubungan interpersonal yang baik antara perawat dan tenaga kesehatan lainnya. 3.



Pilar-Pilar dalam MPKP Dalam model praktik keperawatan professional terdapat empat pilar yang digunakan sebagai acuan, yaitu sebagai berikut. a.



Pilar I : Manajemen Approach (pendekatan manajemen) Dalam



model



manajemen



praktik



sebagai



keperawatan



pilar



praktik



mensyaratkaan



perawatan



pendekatan



professional



yang



pertama.Pada pilar I yaitu pendekatan manajemen terdiri dari : 1) Perencanaan Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Dengan kegiatan perencanaan yang dipakai di ruang MPKP meliputi (perumusan visi, misi, filosofi, kebijakan dan rencana jangka pendek ; harian, bulanan, dan tahunan). Jenis-jenis perencanaan terdiri dari : a) Rencana jangka pendek



- Rencana Harian Kepala Ruangan. Rencana harian kepala ruangan kegitannya meliputi: Operan, pre conference dan post conference, mengecek SDM dan sarana prasarana, melakukan interaksi dengan pasien baru atau pasien yang memerlukan perhatian khusus, melakukan supervisi pada ketua tim/perawat pelaksana, hubungan dengan bagian lain terkait rapat-rapat terstruktur/insidentil, mengecek ulang keadaan pasien, perawat, lingkungan



yang



belum



teratasi,



mempersiapkan



dan



merencanakan kegiatan asuhan keperawatan untuk sore, malam, dan besok sesuai tingkat ketergantungan pasien. - Rencana Harian Ketua Tim (Perawat primer). Rencana harian ketua tim meliputi: operan, pre conference dan post conference, penyelenggaraan asuhan keperawatan pasien pada tim yang menjadi tanggung jawabnya, melakukan supervisi perawat pelaksana, kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain, menulis dokumentasi, alokasi pasien sesuai perawat yang dinas. - Rencana Harian Perawat Pelaksana (Perawat asosiete). Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Kegiatan tersebut meliputi: operw2an, pre conference dan post conference, melaksanakan tindakan asuhan keperawatan, mendokumentasikan asuhan keperawatan. Penilaian rencana harian perawat, untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim b) Rencana jangka menengah - Rencana Bulanan Kepala Ruangan. Rencana bulanan kepala ruangan meliputi: membuat jadwal dan memimpin case conference, membuat jadwal dan memimpin pendidikan kesehatan kelompok keluarga, membuat jadwal dinas, membuat jadwal dan memimpin rapat bulanan perawat, membuat jadwal dan memimpin rapat tim kesehatan, membuat jadwal supervisi dan penilaian kinerja ketua tim dan perawat pelaksana, melakukan dokumentasi, membuat laporan bulanan.



- Rencana Bulanan Ketua Tim. Mempresentasikan kasus dalam case



conference,



memimpin pendidikan kesehatan kelompok



keluarga, melakukan supervisi perawat pelaksana. c)



Rencana jangka panjang



Setiap akhir tahun kepala ruangan melakukan evaluasi hasil kegiatan dalam satu tahun yang dijadikan sebagai acuan rencana tindak lanjut serta penyusunan rencana tahunan berikutnya. Rencana kegiatan tahunan mencakup: - Menyusun laporan tahunan yang berisi tentang kinerja MPKP baik proses kegiatan (aktifitas yang sudah dilaksanakan dari 4 pilar praktek professional) serta evaluasi mutu pelayanan. - Melaksanakan rotasi tim untuk penyegaran anggota masingmasing tim. Penyegaran terkait materi MPKP khusus kegiatan yang



masih



rendah



pencapaiannya.



Ini



bertujuan



mempertahankan kinerja yang telah dicapai MPKP bahkan meningkatkannya dimasa mendatang. - Pengembangan



SDM



dalam



bentuk



rekomendasi



peningkatan jenjang karier perawat (pelaksana menjadi katim, katim



menjadi



pendidikan



karu),



formal,



rekomendasi



membuat



jadwal



untuk



melanjutkan



untuk



mengikuti



pelatihan-pelatihan. 2) Pengorganisasian Dengan menyusun stuktur organisasi, jadwal dinas dan daftar alokasi pasien. Pengorganisasian adalah pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan, penugasan suatu kelompok tenaga keperawatan, menentukan cara dari pengkoordinasian aktivitas yang tepat, baik vertikal maupun horizontal, yang bertanggung jawab untuk mencapai tujuan organisasi. Pengorganisasian kegiatan dan tenaga perawat di ruang MPKP menggunakan pendekatan sistem penugasan modifikasi Keperawatan Tim-Primer. Secara vertikal ada Kepala Ruangan, Clinical Care Manager (CCM), Ketua Tim, dan Perawat Pelaksana. bertanggung jawab terhadap sejumlah pasien.



Setiap



tim



Struktur ketenagaan keperawatan pada MPKP (Sitoru, 2006) Kepala Ruangan



CCM



PP1



PP2



PP3



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PA



PAGI



SORE



PA PA



MALAM



PA PA



PA



PA



PA



PA



PA



9-10 pasien



9-10 pasien



9-10 pasien



LIBUR/ CUTI



3) Pengarahan Dalam



pengarahan



terdapat



kegiatan



delegasi,



supervise,



menciptakan iklim motifasi, manajemen waktu, komunikasi efektif yang mencangkup pre dan post conference, dan manajemen konflik. Pengarahan yaitu penerapan perencanaan dalam bentuk tindakan dalam rangka mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.



Istilah



lain



yang



digunakan



sebagai



padanan



pengarahan adalah pengkoordinasian, pengaktifan. Apapun istilah yang digunakan pada akhirnya yang bermuara pada ”melaksanakan” kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya (Marquis & Houston, 1998). Dalam pengarahan, pekerjaan diuraikan dalam tugas-tugas yang mampu



kelola,



jika



perlu



dilakukan



pendelegasian.



Untuk



memaksimalkan pelaksanaan pekerjaan oleh staf, seorang manajer harus melakukan upaya-upaya (Marquis & Houston, 1998). Di ruangan MPKP pengarahan diterapkan dalam bentuk kegiatankegiatan sebagai berikut:



1)



Menciptakan budaya motivasi



2)



Manajemen waktu: Rencana Harian



3)



Komunikasi efektif melalui kegiatan:



4)



Operan antar shift



5)



Pre conference tim



6)



Post conference tim



7)



Manajemen konflik



8)



Pendelegasian dan supervisi



4) Pengendalian Proses



terakhir dari



manajemen adalah pengendalian atau



pengontrolan. Fayol mendefinisikan kontrol sebagai ”Pemeriksaan apakah segala sesuatunya terjadi sesuai dengan rencana yang telah disepakati, instruksi yang dikeluarkan, serta prinsip-prinsip yang ditentukan, yang bertujuan untuk menunjukkan kekurangan dan kesalahan agar dapat diperbaiki dan tidak terjadi lagi”. Pengontrolan penting dilakukan untuk mengetahui fakta yang ada, sehingga jika muncul isue dapat segera direspon dengan cara duduk bersama. Pengendalian adalah upaya mempertahankan kualitas, mutu atau standar. Output (hasil) dari suatu pekerjaan dikendalikan agar memenuhi keinginan (standar) yang telah ditetapkan. Pengendalian difokuskan pada proses yaitu pelaksanaan asuhan keperawatan dan pada output (hasil) yaitu kepuasan pelanggan (pasien), keluarga, perawat dan dokter. Indikator mutu yang merupakan output adalah BOR, ALOS, TOI, audit dokumen keperawatan. Survei masalah keperawatan diperlukan untuk rencana yang akan datang.



b.



Pilar II : Compensatory Reward (Sistem Penghargaan)\ Manajemen sumber daya manusia (SDM) di ruang MPKP berfokus pada proses rekruitmen, seleksi, kontrak kerja, orientasi, penilaian kinerja dan pengembangan staf perawat. Sistem penghargaan menjelaskan manajemen keperawatan khususnya manajemen SDM keperawatan agar produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Metode dalam penyusunan tenaga keperawatan harus teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan pelayanan yang sesuai kepada pasien. Compensatory



reward



(kompensasi



penghargaan)



menjelaskan



manajemen keperawatan khususnya manajemen sumber daya manusia (SDM) keperawatan. Fokus utama manajemen keperawatan adalah



pengelolaan tenaga keperawatan agar dapat produktif sehingga misi dan tujuan organisasi dapat tercapai. Perawat merupakan SDM kesehatan yang mempunyai kesempatan paling banyak melakukan praktik profesionalnya pada pasien yang dirawat di Rumah Sakit. Seorang perawat akan mampu memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan yang profesional apabila perawat tersebut sejak awal bekerja diberikan program pengembangan staf yang terstruktur. Metode dalam menyusun tenaga keperawatan seharusnya teratur, sistematis, rasional, yang digunakan untuk menentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan yang dibutuhkan agar dapat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien sesuai yang diharapkan.



c.



Pilar III : Professional Relationship (Hubungan Profesional) Hubungan profesional dalam pemberian pelayanan keperawatan (tim kesehatan) dan penerima pelayanan disebut dengan hubungan profesional secara eksternal. Sedangkan hubungan professional secara internal yaitu pada pelaksanaannya terjadi antara perawat dengan perawat, perawat dengan petugas kesehatan lainnya dan perawat dengan dokter.



d.



Pilar IV: Manajemen Asuhan Keperawatan Salah satu pilah MPKP adalah pelayanan keperawatan dengan menggunakan manajemen asuhan keperawatan di MPKP tertentu. Manajemen



asuhan



keperawatan



yang



diterapkan



adalah



asuhan



keperawatan yang menerapkan proses keperawatan secara holistic dan dilakukan secara mandiri oleh perawat.



4.



Komponen-Komponen dalam MPKP Terdapat 4 komponen utama dalam model praktik keperawatan professional, yaitu : ketenagaan keperawatan, metoda pemberian asuhan keperawatan, proses keperawatan dan dokumentasi keperawatan. a. Ketenagaan Keperawatan Jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan berdasarkan derajat ketergantungan pasien sesuai dengan Metode Douglas. Penetapan derajat ketergantungan dilakukan berdasarkan petunjuk penetapan derajat ketergantungan pasien.



Jumlah Tenaga Perawat yang dibutuhkan dalam Satu Ruang Rawat



N o



Tingkat Ketergantungan Tingkat Ketergantungan



Jumlah Kebutuhan Tenaga



Jumlah pasien



Pagi



Siang



Malam



20



20 x 0, 17 = 3,4



20 x 0,14 = 2.8



20 x 0,07 = 1.4



1.



Minimal Care



2.



Partial Care



-



- x 0,27 = -



- x 0,15 = -



- x 0,10 = -



3.



Total Care



-



- x 0,36 = -



- x 0,30 = -



- x 0,20 = -



Jumlah



20



3,4



2.8



1.4



Adapun klasifikasi pasien berdasarkan derajat ketergantungan (Metode Douglas) adalah sebagai berikut: 1)



Perawatan Minimal - Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri. - Makan dan minum dilakukan sendiri. - Ambulasi dengan pengawasan. - Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift. - Pengobatan minimal, status psikologi stabil.



2)



Perawatan Parsial - Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu. - Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam. - Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali. - Dipasang foley kateter, intake output dicatat. - Pasien dengan pasang infus, persiapan pengobatan memerlukan prosedur.



3)



Perawatan Total - Semua kebutuhan pasien diabantu. - Merubah posisi observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam. - Makan melalui atau NGT, intravena terapi. - Pemakaian suction. - Gelisah/disorientasi.



b. Metode Pemberian Asuhan Keperawatan Sejalan dengan perkembangan dan perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi di Indonesia, maka model sistem asuhan keperawatan berubah mengarah pada suatu praktik keperawatan profesional. Model sistem asuhan



keperawatan yang dapat dikembangkan adalah tim, primer, dan kasus (Nursalam, 2011). Selain itu, ada juga model modifikasi MPKP Tim-Primer yang digunakan secara kombinasi dari kedua sistem. Menurut Ratna S. Sudarsono (2000) dalam Nursalam (2012), penetapan sistem model ini didasarkan pada beberapa alasan : 1) Keperawatan primer tidak digunakan secara murni, karena perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S-1 Keperawatan atau setara. 2) Keperawatan tim tidak digunakan secara murni, karena tanggung jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim. 3) Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan komunitas asuhan keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer, karena saat ini perawat yang ada di RS sebagian besar adalah lulusan D-3, bimbingan tentang asuhan keperawatan diberikan oleh perawat primer/ketua tim. c.



Proses Keperawatan Proses keperawatan merupakan proses pengambilan keputusan yang dilakukan perawat dalam menyusun kegiatan asuhan secara bertahap. Kebutuhan dan masalah pasien merupakan titik sentral dalam pengambilan keputusan. Pendekatan ilmiah yang fragmatis dalam pengambilan keputusan adalah : 1) Identifikasi masalah. 2) Menyusun alternatif penyelesaikan masalah. 3) Pemilihan cara penyelesaian masalah yang tepat dan melaksanakannya. 4) Evaluasi hasil dari pelaksanaan alternatif penyelesaian masalah. Seluruh langkah pengambilan keputusan ini tertuang pada langkahlangkah proses keperawatan yaitu : 1) Pengkajian fokus pada keluhan utama dan eksplorasi lebih holistic. 2) Diagnosis yaitu menetapkan hubungan sebab akibat dari masalah masalah keperawatan. 3) Rencana tindakan untuk menyelesaikan masalah. 4) Implementasi rencana, dan 5) Evaluasi hasil tindakan.



d.



Dokumentasi Keperawatan



Dokumentasi keperawatan merupakan unsur penting dalam sistem pelayanan keperawatan, karena melalui pendokumentasian yang baik, maka informasi mengenai keadaan Kesehatan pasien dapat diketahui secara berkesinambungan. Di samping itu, dokumentasi merupakan dokumen legal tentang pemberian asuhan keperawatan. Secara lebih spesifik, dokumentasi berfungsi sebagai sarana komunikasi antar profesi Kesehatan, sumber data untuk pemberian asuhan keperawatan, sumber data untuk penelitian, sebagai bahan bukti pertanggung jawaban dan pertanggung gugatan asuhan keperawatan. Dokumen dibuat berdasarkan pemecahan masalah pasien. Dokumentasi berdasarkan masalah terdiri dari format pengkajian, rencana keperawatan, catatan tindakan keperawatan, dan catatan perkembangan pasien. Berdasarkan MPKP yang sudah dikembangkan di berbagai rumah sakit, Hoffart & Woods (1996) menyimpulkan bahwa MPKP tediri lima komponen yaitu nilai – nilai professional yang merupakan inti MPKP, hubungan antar professional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam perubahan pengambilan keputusan serta sistem kompensasi dan penghargaan. C. Peran dan Fungsi Perawat pada MPKP Pada MPKP tugas dan tanggung jawab di dalam melaksanakan asuhan keperawatan dibedakan atas tugas tugas dan tanggung jawab Kepala Ruangan, Clinical Care Manager (CCM), PP dan PA. (Ratna Sitorus dan Rumondang Panjaitan, 2011). 1.



Kepala Ruangan Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, kepala ruangan adalah perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKp/Ners dengan pengalaman. Kepala ruangan bertugas sesuai jam kerja yaitu dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab kepala ruang rawat adalah: a.



Mengatur pembagian tugas jaga perawat (jadwal dinas).



b.



Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan.



c.



Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah ruangan.



d.



Memonitor kegiatan PP dan PA sesuai jadwal kegiatan.



e.



Mengorientasikan pegawai baru, residen, mahasiswa kedokteran, dan mahasiswa keperawatan yang akan melakukan praktek di ruangan, anjurkan membaca format orientasi ruang MPKP.



f.



Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat.



g.



Bekerja sama dengan CCM (pembimbing klinik) membimbing siswa/mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan mengikuti sistem MPKP.



h.



Menciptakan dan memelihara hubungan kerja sama yang harmonis dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain Kepala Ruangan bersama CCM dan PP mengingatkan kembali pasien dan keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung jawab terhadap mereka di ruangan yang bersangkutan.



i.



Mengecek perlengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 set setiap hari.



j.



Bersama CCM melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal penerapan MPKP termasuk sikap tingkah laku profesional.



k.



Bila PP cuti tugas dan tanggung jawab PP tersebut diambil alih oleh Kepala Ruangan/CCM dan dapat didelegasikan kepada PA senior (wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan Kepala Ruangan.



l.



Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitasyang dibutuhkan di ruangan.



m. Bersama CCM memonitoring dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di ruangan dan membuat DP3 dan usulan kenaikan pangkat. n.



Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk membahas kebutuhan di ruangan.



o.



Bersama CCM merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan.



2.



Clinical Care Manager (CCM) Pada ruang rawat dengan MPKP pemula CCM adalah SKp/Ners dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah seorang Ners spesialis. Pada MPKP tingkat II, jumlah Ners Spesialis lebih dari satu orang tetapi disesuaikan dengan kekhususan (Majoring) sesuai kasus yang ada.CCM brtugas sesusai jam kerja yaitu dinas pagi. Tugas dan tanggung jawab CCM adalah: a.



Melakukan pembimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP (ronde keperawatan)



b.



Memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA.



c.



Mempresentasikan isu-isu baru terkait dengan asuhan keperawatan.



d.



Mengidentifikasi evidence yang memerlukan pembuktian.



e.



Mengidentifikasi masalah penelitian, merancang usulan dan melakukan peneltian.



f.



Menerapkan hasil-hasil penelitian dalam memberi asuhan keperawatan.



g.



Bekerja sama dengan kepala ruangan dalam hal: melakukan evaluasi tentang mutu asuhan keperawatan, mengkoordnasikan, mengarahkan dan mengevaluasi mahasiswa praktek, dan membahas dan mengevaluasi tentang penerapan MPKP.



h.



Mengevaluasi pendidikan kesehatan yang dilakukan PP dan memberi masukan untuk perbaikan.



i.



Merancang pertemuan ilmiah untuk membahas hasil evaluasi tentang asuhan keperawatan.



3.



Perawat Primer (PP)/Ketua Tim Pada ruang rawat dengan MPKP pemula, PP pemula adalah perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan dengan pengalaman dan pada MPKP tingkat I adalah perawat dengan kemampuan SKpNers. PP dapat bertugas pada pagi, sore, atau malam hari, namun sebaiknya PP hanya bertugas pada pagi atau sore saja. Tugas dan tanggung jawab PP adalah sebagai berikut: a.



Melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk ruangan berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga sehngga tercipta hubungan terapeutik.



b.



Melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP pada sore, malam ataupun hari libur.



c.



Menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan analisis standar renpra sesuai dengan hasil pengkajian.



d.



Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan, kepada PA di bawah tanggung jawabnya sesuai pasien yang di rawat (pre conference).



e.



Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien pada setiap giliran jaga, sesuai kondisi yang ada.



f.



Melakukan bimbingan dan evaluasi pada PA dalam implementasi tindakan keperawatan, apakah sesuai dengan SOP.



g.



Memonitor Dokumentasi yang dilakukan oleh PA



h.



Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA.



i.



Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan keperawatan yang tidak dapat dilakukan oleh PA



j.



Mengatur pelaksanaan, konsul dan pemeriksaan laboratorium



k.



Melakukan kegiatan serah terima pasien bersama dengan Perawat Pelaksana.



l.



Mendampingi dokter visite pasien di bawah tanggung jawabnya.



m. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan dan membuat catatan perkembangan pasien setiap hari. n.



Melakukan pertemuan dengan pasien dan keluarga minimal tiap 2 hari untuk membahas kondisi keperawatan pasien.



o.



Bila PP cuti/Libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk sebagai pembimbing dengan arahan kepala ruangan.



p.



Memberikan pendidikan kesehatan kepada pasien dan keluarga



q.



Membuat perencanaan pulang, sejak awal pasin dirawat.



r.



Bekerja sama dengan Clinical Care Manager (CCM)



s.



Mengidentifikasi isu yang memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP)



4.



Perawat Asosiet (PA)/Perawat Pelaksana Kemampuan PA pada MPKP pemula atau MPKP tingkat I, sebaiknya perawat dengan kemampuan DIII Keperawatan. namun pada beberapa kondisi bila belum semua tenaga mendapat pendidikan tambahan pada beberapa MPKP yang dikembangkan. Tugas dan tanggung jawab PA/Perawat Pelaksana adalah sebagai berikut a.



Membaca renpra yang telah ditetapkan PP dan meminta bimbingan kepada PP, bila ada hasil yang belum jelas.



b.



Membina hubungan terapeutik dengan pasien dan keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang sudah dilakukan PP.



c.



Menerima pasien baru dan memberikan informasi berdasarkan format orientasi pasien dan keluarga jika PL tidak ada di tempat.



d.



Melakukan tindakan keperawatan pada pasiennya berdasaran renpra.



e.



Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan mendokumentasikannya pada format yang tersedia.



f.



Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat.



g.



Mengecek kerapihan dan kelengkapan status keperawatan.



h.



Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf.



i.



Mengkomunikasikan kepada PP/PJ dinas bila menemukan masalah yng perlu diselesaikan.



j.



Menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengobatan dan tindakan.



k.



Berperan serta dalam penkes pada pasien dan keluarga yang dilakukan PP.



l.



Melakukan inventarisasi fasilitas yng terkait dengan timnya.



m. Membantu tim lain yang membutuhkan. n.



Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga pasien yang menjadi tanggung jawabnya dengan berkoordinasi dengan PP.



D. Perencanaan Perencanaan merupakan fungsi dasar manajemen. Perencanaan adalah pandangan ke depan dan merupakan fungsi yang paling penting tentang suatu rencana kegiatan yang berisi tujuan apa yang harus dicapai, bagaimana cara mencapainya, tempat kegiatan tersebut dilaksanakan, bagaimana indikator/tolak ukur untuk mencapai tujuan serta kegiatan apa yang harus dilakukan selanjutnya atau berkelanjutan. Perencanaan dalam keperawatan merupakan upaya dalam meningkatkan profesionalisme pelayanan keperawatan sehingga mutu pelayanan keperawatan dapat dipertahankan, bahkan ditingkatkan. Dengan melihat pentingnya fungsi perencanaan, dibutuhkan perencanaan yang baik dan profesional. Perencanaan yang baik harus berdasarkan sasaran, bersifat sederhana, mempunyai standar, fleksibel, seimbang, dan menggunakan sumber-sumber yang tersedia terlebih dahulu secara efektif dan efisienn (Swansburg, 1993).



1.



Pengertian Perencanaan Perencanaan adalah keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang hal-hal yang akan dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 1990). Perencanaan dapat juga diartikan sebagai suatu rencana kegiatan tentang apa yang harus dilakukan, bagaimana kegiatan itu dilaksanakan, dimana kegiatan itu dilakukan. Perencanaan merupakan usaha sadar dan pembuatan keputusan yang telah diperhitungkan secara matang tentang hal-hal yang akan dikerjakan di masa depan dalam dan oleh suatu organisasi dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan (Siagian, 2007). Perencanaan adalah sejumlah keputusan yang menjadi pedoman untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005 dalam Asmuji, 2012).



2.



Jenis Perencanaan dalam Manajemen Keperawatan



Dalam manajemen keperawatan kegiatan perencanaan adalah membuat perencanaan jangka panjang, jangka menengah dan jangka pendek. Perencanaan jangka pendek atau disebut juga “Perencanaan operasional” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu jam sampai dengan satu



tahun, perencanaan jangka menengah adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan satu hingga lima tahun (Marquis & Huston, 1998), sedangkan perencanaan jangka panjang atau sering disebut “perencanaan strategis” adalah perencanaan yang dibuat untuk kegiatan tiga samapai dengan dua puluh tahun (Swansburg, 1993). Dalam ruang perawatan, perencanaan biasanya hanya dibuat untuk jangka pendek. Menurut Keliat, dkk (2009), rencana jangka yang dapat diterapkan di ruang di ruang perawatan adalah rencana harian, rencana bulanan dan rencana tahunan. a. Rencana Harian Rencana harian adalah rencana yang berisi kegiatan masing-masing perawat yang dibuat setiap hari sesuai perannya. Rencan harian ini dibuat oleh kepala ruang, ketua tim/perawat primer, dan perawat pelaksana. b. Rencana Bulanan Rencana bulanan adalah rencana yang berisi kegiatan dalam satu bulan. Rencana bulanan ini harus disinkronkan dengan rencana harian. Rencana bulanan dibuat oleh kepala ruang dan ketua tim/perawat primer. c. Rencana Tahunan Rencana tahunan adalah rencana yang dibuat setiap tahun sekali. Rencana tahunan disusun berdasarkan hasil evaluasi kegiatan tahun sebelumnya. Rencana tahunan dibuat oleh kepala ruang. 3.



Rencana Harian Perawat Pelaksana



Rencana harian perawat pelaksana adalah tindakan keperawatan untuk sejumlah pasien yang dirawat pada shift dinasnya. Rencana harian dari perawat pelaksana ini harus terorganisir, terarah, benar-benar dipahami dan dilaksanakan karena tindakan dari perawat pelaksana langusng berhubungan dengan pelayanan keperawatan kepada pasien. Rencana harian perawat pelaksana meliputi kegiatan : operan, pre conference



dan



post



conference,



melaksanakan



tindakan



asuhan



keperawatan, dan mendokumentasikan asuhan keperawatan. Penilaian rencana harian perawat berguna untuk menilai keberhasilan dari perencanaan harian dilakukan melalui observasi menggunakan instrumen dan mengisinya setiap hari oleh setiap ketua tim.



BAB III ANALISA SITUASI



A.



Pengumpulan Data



Kegiatan pengumpulan data ini dilakukan di Ruangan Asoka Bougenvile Rumah Sakit TNI Tingkat II R.W. Mongisidi Manado. Pengumpulan data dilaksanakan pada tanggal 08 Januari 2020 dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan angket. Adapun yang menjadi sasaran dari pengumpulan data ini adalah Man, Material, Method, dan Machine yang ada di ruangan Asoka Bougenvile tersebut. Selain itu, yang menjadi responden dalam pengumpulan data adalah perawat. 1.



Sumber Daya Manusia (M1-Man) a. Struktur Organisasi Ruangan Asoka Bougenvile dipimpin oleh Kepala Ruangan 2 Ketua Tim, 11 Perawat Pelaksana, serta Cleaning Service 1 orang. Adapun Struktur Organisasi Ruang Asoka Bougenvile adalah sebagai berikut. KEPALA RUANGAN Ns.Yuke T. Darado,S.Kep



TIM A



TIM B



KETUA TIM Sisilia Paputungan,Amd.Kep



KETUA TIM Wasti Tindatu,S.Kep



ANGGOTA



ANGGOTA



Ns.Maria C. Bagarai,S.Kep



Ns.Atika Okitasari,S.Kep



Cintya L.J. Sengkey,Amd.Kep



Rosita Polihito,Amd.Kep



Endras Tri Wahyuni,S.Kep



Jelti Daju,S.Kep



Janet Tumule,S.Kep



Noura Manawan, Amd.Kep



Mutiara Eky ,Amd.Kep



Juliastri Anggraini,Amd.Kep Desylia Salikara, Amd.Kep



b. Ketenagaan Berikut akan dijelaskan dalam tabel, mengenai jumlah tenaga keperawatan. Komposisi Tenaga Kerja No 1.



Kualifikasi S-1 Keperawatan Ners



Jumlah 3 orang



Masa Kerja 10 tahun = 1 orang



Status Kepegawaian PNS = 1 orang Kontrak = 2



0-3 tahun = 2 orang 2.



S-1 Keperawatan



4 orang



3-10 tahun = 3 orang



Kontrak = 4 Orang



0-3 tahun = 1 orang 3.



D-3 Keperawatan



7 orang



3-10 tahun = 1 orang



Kontrak = 7 Orang



0-3 tahun = 6 orang



Komposisi Perawat Berdasarkan Latar Belakang Pendidikan 8 6 D-3 Keperawatan ,7



4 2



S-1 Keperawatan Ners, 3



S-1 Keperawatan ,4



S-1 Keperawatan Ners



S-1 Keperawatan



0



Secara



keseluruhan jumlah perawat



D-3 Keperawatan



berdasarkan latar belakang



pendidikan yang ada pada diagram di atas adalah sebanyak 14 orang yang terbagi S-1 Keperawatan Ners sebanyak 3 orang (21,43%), S-1 Keperawatan sebanyak 4 orang (28,57%), dan D-3 Keperawatan sebanyak 7 orang (50%). Sehingga dari data tersebut diperoleh bahwa sebagian besar perawat berpendidikan D-3 Keperawatan.



Komposisi Perawat Berdasarkan Lama Bekerja 10 tahun, 1 0-3 tahun 3-10 tahun, 4



3-10 tahun 0-3 tahun, 9



10 tahun



Secara keseluruhan jumlah perawat berdasarkan lama bekerja yang ada pada diagram di atas sebanyak 14 orang yang terdiri dari lama bekerja 0-3 tahun ada 9 orang (64,29%), 3-10 tahun ada 4 orang (28,57%), dan 10 tahun ada 1 orang (7,14%). Sehingga dari data tersebut diperoleh bahwa sebagian besar perawat memiliki lama bekerja pada range 0-3 tahun. c. Pasien Adapun jumlah pasien selama 1 minggu (tgl 08-11 Januari 2020) berdasarkan data di ruangan adalah sebagai berikut:



d. Pengaturan Ketenagaan Jumlah tenaga yang diperlukan bergantung dari jumlah pasien dan tingkat ketergantungannya. Dalam mengetahui jumlah tenaga yang dibutuhkan menggunakan perhitungan tenaga menurut metode Douglas. Berdasarkan rumus tersebut maka didapatlah jumlah kebutuhan perawat rata-rata per hari di masing-masing shift berdasarkan data pada bulan Januari 2020, hasil perhitungan adalah sebagai berikut: Ratarata BOR



Tingkat



(%) Ketergantungan



pasien 1 minggu terakhir



Minimal Care 95,8 Parsial Care Total Care



Jumlah



Jumlah



Jumlah



kebutuhan



perawat



tenaga



yang



perawat



tersedia



rata-rata



rata-rata



per hari



per hari



13



14



-



Total tenaga perawat yang dibutuhkan pada adalah 6 + 4 + 3 = 13 ditambah 2 orang struktural (Perawat Kepala Ruang dan CCM) = 15 orang. Sementara itu berdasarkan observasi jadwal dinas, perawat yang dinas pagi sebanyak 6 orang PA ditambah PKR dan CCM, dinas sore 5 orang PA, dan dinas malam 3 orang PA. Sehingga dari data tersebut didapati bahwa ketersediaan tenaga perawat di dinas pagi cukup, di dinas sore +1, di dinas malam cukup. Jumlah jam kerja yang dijalani selama ini ternyata 60 % perawat tidak merasa puas dengan jumlah jam tersebut. Sementara itu, kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1 tahun masih belum merata. Sebesar 53 % perawat mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan tidak merasa puas dengan pembagian yang ada.



2.



Sarana dan Prasarana (M2-Material) a. Denah Ruangan



Sebesar 73 % mengatakan bahwa lokasi dan denah ruangan masih kurang baik, sehingga perlu diadakan/direncanakan untuk renovasi ruangan. Salah satu ruangan yang perlu diperbaiki berdasarkan observasi yaitu Toilet pasien yang terlalu jauh dengan kamar pasien. Sementara itu dari hasil observasi Papan Denah yang ada di ruangan perlu diganti dan dilengkapi dengan keterangan, karena Denah yang ada di ruangan sudah tidak memadai.



b.



Fasilitas Ruang Asoka Bougenvile Daftar Inventaris Alat Kesehatan No.



Nama Alat



Jumlah



Keterangan



1.



Tensimeter



1



Baik



2.



Stetoskop



4



Baik



3.



Thermometer



2



Baik



4.



Nebulizer



2



Baik



5.



Kursi Roda



2



Baik



Daftar Inventaris Kebutuhan Keperawatan No.



Nama Alat



Jumlah



Keterangan



1.



Tempat Tidur



20



Cukup Baik



2.



Meja Pasien



24



Baik



3.



Kursi Pasien



30



Baik



5.



Kursi Roda



2



Baik



6.



Brankard



1



Baik



7.



Troli Balutan



1



Baik



8.



Troli Obat



2



Baik



13.



Lemari Dokumen



1



Baik



14.



Lemari Obat



1



Baik



16.



Lemari Linen



1



Baik



20.



Tiang Infus



19



Baik



21.



Interkom



1



Baik



24.



Jam Dinding



8



Baik



25.



Televisi



1



Baik



26. Kursi dan Meja Teras



24



Baik



27. Papan Nama Pasien di Bed



1



Tidak Lengkap



28. Kulkas Obat



8



Baik



33. Kotak Saran



1



Baik



35. AC



1



Dalam perbaikan



Daftar Inventaris Linen



No.



Nama Barang



Jumlah



Keterangan



1.



Laken



20



Baik



2.



Boven



20



Baik



4.



Sarung Bantal



50



Baik



14.



Gorden Tempat Tidur



36



Baik



16.



Tempat Linen Kotor



2



Baik



Daftar Inventaris Fasilitas Kantor No.



Nama Alat



Jumlah



Keterangan



1.



Meja Kantor



5



Baik



2.



Kursi Kantor



9



Baik



3.



Kursi Futura



16



Baik



4.



Computer



1



Baik



7.



Rak Arsip



1



Baik



8.



Intercom



1



Baik



10.



Jam Dinding



1



Baik



11.



Box Tempat Bolpen



1



Baik



1



Baik



12. Box Tempat Arsip



Mengenai fasilitas, 60 % perawat mengatakan bahwa peralatan yang ada sudah lengkap untuk perawatan pasien. 40 % perawat tidak berencana untuk menambah peralatan perawatan pasien. 53 % perawat mengatakan bahwa jumlah alat yang tersedia sudah sesuai dengan rasio pasien. 73 % perawat sudah mengerti cara menggunakan semua alat-alat perawatan pasien. Selain itu, administrasi penunjang yang tersedia di ruangan sudah memadai. 3.



Metode (M3-Method) a. Penerapan MAKP Dari hasil pengumpulan data tentang Model Asuhan Keperawatan yang digunakan saat ini didapatkan bahwa model yang digunakan adalah modifikasi Metode Tim Primer. Sebanyak 8 dari 14 perawat yang dibagikan angket (57.14 %) menyatakan mengerti/memahami model yang digunakan dan 42.9 % menyatakan cocok dengan model yang ada. Mengenai efektifitas dan efisiensi model asuhan keperawatan, didapatkan bahwa dengan menggunakan model yang sekarang ini 53 % perawat menjawab bahwa model asuhan keperawatan tersebut menjadikan lama rawat inap bagi pasien semakin pendek dan 47 % menjawab bahwa model asuhan keperawatan tersebut tidak menjamin lama perawatan pasien menjadi pendek. Dengan adanya model asuhan keperawatan tersebut telah terjadi peningkatan kepercayaan pasien terhadap ruangan. Model asuhan keperawatan tersebut tidak mempersulit pekerjaan yang ada. Di samping itu, 60 % perawat mengatakan bahwa model asuhan keperawatan tersebut tidak memberatkan dalam pembiayaan. Model asuhan keperawatan ini tidak banyak mendapat kritikan dari pasien. Pelaksanaan



model



asuhan



keperawatan



dengan



metode



modifikasi tim primer telah mendukung terlaksananya komunikasi



adekuat antar perawat dan tim kesehatan lain. 87 % perawat mengatakan bahwa kontinuitas rencana keperawatan terlaksana dengan baik. 53 % perawat mengatakan bahwa mereka sering mendapat teguran dari ketua tim jika ditemui ada kesalahan tindakan atau pendokumentasian asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil angket yang disebarkan pada perawat di ruang G, didapatkan bahwa seluruh perawat yang ada telah menjalankan kegiatan sesuai standar. Secara keseluruhan perawat sudah mengenal dan mengetahui kondisi pasien. b. Overan Berdasarkan pengumpulan data diperoleh bahwa overan dilakukan tiga kali dalam sehari, yaitu dari malam ke pagi pukul 07.00 WIB, dari pagi ke sore pukul 14.00 WIB, dan dari sore ke malam pukul 21.00 WIB. Berdasarkan observasi Overan yang dilakukan tidak optimal, beberapa overan dilakukan di nurse station tidak melibatkan pasien, Pelaksanaan ovoran jarang melakukan interaksi dengan pasien. Hal ini disebabkan karena tidak ada pendampingan dari kepala ruangan saat ovoran, kurangnya komunikasi anatar perawat dan pasien. Sebaiknya pelaksanaan ovoran dilakukan bersama Kepala Ruangan, dan ketua Tim serta perawat pelaksana secra bersama – sama, di samping itu penyebab overan tidak optimal karena tidak menggunakan metode SBAR sehingga pelaksanaan overran tidak efektif. Overan dipimpin oleh Kepala Ruangan dan dihadiri oleh semua perawat yang berkepentingan. Sebelum operan dilaksanakan para perawat yang ada mempersiapkan hal-hal yang berkaitan dengan pasien seperti status pasien, list pasien, terutama rencana tindakan yang akan dilakukan terhadap masing-masing pasien. Seluruh perawat yang ada telah mengetahui hal-hal apa yang harus disampaikan saat pelaporan operan. Semua yang dilaporkan saat overan, baik sebelum maupun sesudah overan, semuanya dicatat dalam buku laporan. 70 % perawat mengatakan bahwa tidak ada kesulitan dalam mendokumentasikan laporan karena tidak ada format khusus dalam pendokumentasian laporan. Setelah melakukan overan di Nurse, masing-masing tim langsung menuju ke ruang perawatan pasien untuk melakukan interaksi dengan pasien (visite keperawatan). Adapun interaksi yang dilakukan di depan pasien yaitu perawat yang bertugas pada shift selanjutnya dan memastikan kondisi pasien apakah sesuai dengan yang di-overkan atau tidak. 80 % perawat di ruang Asoka Bougenville sudah mengetahui teknik pelaporan overan saat di depan pasien, seperti menghindari pasien



agar tidak kaget mendengarkan hasil pemeriksaan atau tindakan yang akan diberikan. s



Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam Overan menurut Nursalam (2012) adalah informasi yang disampaikan harus akurat, singkat, sistematis dan menggambarkan kondisi pasien saat itu. Informasi tersebut dapat diperoleh dari Perawat Pelaksana. Jika perawat pelaksana tidak memiliki rencana harian dan laporan kegiatan harian, maka akan berdampak pada kelengkapan informasi yang dibutuhkan saat Overan. Terwujudnya komunikasi yang efektif dalam pelayanan harus menggunakan metode SBAR. Oleh karena itu dalam menyampaikan overan harus menggunakan komunikasi efektif dengan metode SBAR (Situation, Background, Accesment, Recomendation). Berdasarkan hal tersebut, maka rencana kegiatan harian perawat pelaksana sangatlah penting dalam kesinambungan layanan asuhan keperawatan. Berikut adalah data-data yang diperoleh melalui observasi dan wawancara mengenai overan dan rencana harian perawat pelaksana. 1) Hasil Observasi Berdasarkan hasil observasi kelompok pada tanggal 08 – 11 Januari 2020, ditemui bahwa setiap hari seringkali di Tim A dan Tim B terdapat 1-2 orang perawat pelaksana di masing-masing Tim baik di overan pagi maupun overan sore (64.29 %) tidak berinteraksi dengan pasien saat melaksanakan ovoran. Dan beberapa (75,3%) melakukan ovoran di nurse station. 2) Hasil Wawancara Adapun hasil wawancara yang diperoleh pada tanggal 14 Januari 2020 adalah sebagai berikut: a)



Kepala ruangan Hal-hal yang perlu dipersiapkan saat pelaporan overan yaitu rencana kerja, jumlah pasien, ketenagaan cukup atau tidak, kesiapan masingmasing perawat, hal-hal apa saja yangperlu diingatkan seperti hal-hal prioritas atau masalah pasien-pasien yang membutuhkan observasi lebih. Sementara itu metode yang digunakan saat penyampaian overan yaitu menggunakan metode S BAR untuk semua pasien. Mengenai rencana harian, perawat pelaksana memang telah memiliki buku catatan masingmasing. Tetapi untuk format rencana harian belum digunakan.



b) Ketua Tim I



Sebagai seorang ketua tim hal yang perlu dipersipkan saat pelaporan overan yaitu status pasien, list obat, list asuhan keperawatan dan buku tugas. Dalam penyampian overan biasanya menggunakan metode SBAR namun dalam pelaksanaannya di ruang AB belum maksimal.



c)



Ketua Tim II Menurut saya hal yang perlu dissiapkan saat pelaporan overan selaku ketua tim I pertama yaitu kesiapan diri sendiri apakah sudah selesai atau belum, sehingga tidak ada yang ketinggalan saat penyampaian overan. Adapun kesiapan overan yang perlu diperhatikan yaitu overan yang dilaksanakan pada masing-masing shift baik dari malam ke pagi, pagi ke sore dan sore ke malam. Sebenarnya dalam menyampaikan overan harus menggunakan S BAR tetapi selama ini belum 100% dilaksanakan. Menurut saya metode tersebut baru telaksana sekitar 70-80%.



d) Perawat Pelaksana Masing-masing perawat pelaksana ternyata mempunyai caranya sendiri dalam melakukan persiapan sebelum overan berlangsung. Secara umum dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang perlu dipersiapkan sebelum overan adalah berdoa, persiapan diri baik fisik maupun mental, peralatan tulis-menulis termasuk buku kecil/buku catatan pribadi, status dan list pasien, buku laporan masing-masing tim. Selain itu pastikan juga bahwa program-program/tindakan sudah terlaksana, kita harus membaca kembali status pasien membuka kembali status keperawatan untuk melihat tindakan yang akan diberikan, mengecek obat apakah sudah diberikan atau belum, apakah obat tersedia atau tidak serta kita harus tahu apa yang perlu dioverkan seperti instruksi-instruksi yang disampaikan harus jelas. Di samping itu diperlukan juga ketelitian, konsentrasi yang baik dan kesiapan untuk mendengar serta tidak boleh diskusi saat overan berlangsung agar supaya tidak ada informasi yang terlewatkan. Pada saat menyampaikan overan hal-hal yang perlu disampaikan yaitu nama pasien, umur pasien, diagnosa medis, diagnosa keperawatan, hari perawatan, dokter penangung jawab, tindakan yang sudah dilakukan, hasil pemeriksaan lab, tindakan yang belum dilaksanakan, dan program atau tindakan selanjutnya. Pada dasarnya saat menyampaikan overan harus dengan komunikasi yang efektif yaitu menggunakan metode SBAR (Situation, Background, Accessment, Recomendation), namun sebagian besar perawat pelaksana mengatakan bahwa belum maksimal pelaksanaannya.



Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan oleh kelompok tersebut, baik Perawat Pelaksana, Ketua Tim dan Kepala Ruangan telah mempunyai buku tugas/catatan pribadi untuk mendokumentasikan perkembangan pasien kelolaan masing-masing. Namun catatan pribadi Perawat Pelaksana tidak ada keseragaman antara satu dengan yang lainnya. Di samping itu, Perawat Pelaksana juga tidak memiliki format rencana harian untuk dilaksanakan pada shift-nya. Adapun dampak dari tidak adanya rencana harian perawat, yaitu kegiatan yang dilaksanakan sepanjang shift tidak akan terarah dengan baik, kegiatan yang berjalan tidak terstruktur, dan perawat tidak mengetahui apa saja kegiatan yang akan dilakukan sepanjang shift-nya. Sedangkan dengan adanya rencana harian perawat, akan sangat membantu perawat dalam mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien, serta akan menjadi bahan penilaian akan kinerja dari perawat pelaksana itu sendiri. Sehingga berdasarkan data tersebut, maka kelompok mengangkat masalah mengenai tidak optimalnya rencana harian Perawat Pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah tersebut dipandang perlu untuk dibuat sebuah format rencana kegiatan harian Perawat Pelaksana. c.



Ronde Keperawatan Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas & melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilakukan oleh Perawat Primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan Perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim. Berdasarkan angket yang disebarkan, 100 % perawat mengatakan bahwa ruangan mendukung kegiatan ronde keperawatan. 93 % perawat mengatakan bahwa telah mengerti dengan pelaksanaan ronde keperawatan. 73 % perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde keperawatan. Tim ronde keperawatan di ruangan telah tersedia, namun belum melaksanakan ronde secara optimal.



d.



Sentralisasi Obat Sentralisasi obat adalah pengelolaan obat dimana seluruh obat yang



akan



diberikan



kepada



pasien



diserahkan



pengelolaan



sepenuhnya oleh perawat (Nursalam,2002). Terdapat 87 % perawat mengatakan bahwa sudah mengetahui tentang sentralisasi obat. 80 %



perawat menyatakan bahwa sudah pernah diberi wewenang dalam urusan sentralisasi obat. 100 % perawat menyatakan bahwa sudah ada format daftar pengadaan tiap-tiap macam obat seperti: oral, injeksi, supositoria, infus, insulin, dan obat gawat darurat. Mengenai



format



persetujuan



sentralisasi



obat



dari



pasien/keluarga pasien, 73 % perawat menyatakan bahwa di ruangan telah menggunakan format tersebut. Selama ini juga proses penerimaan obat dari pasien/keluarga pasien sudah berjalan dengan baik.



Di



ruangan



telah



tersedia



lemari



khusus



untuk



penyimpanan/sentralisasi obat, bahkan obat-obatan untuk pasien telah diletakkan dalam kotak obat dan dikelompokkan berdasarkan kamar dan bed pasien yang bersangkutan. Selain itu, untuk meminimalisir kesalahan



pemberian



obat,



obat-obatan



tersebut



telah



diberi



label/barcode. Semua perawat sudah mengetahui cara penyimpanan obat secara baik dan benar atau sesuai dengan SOP Rumah Sakit. Dalam memberikan obat kepada pasien, 93 % perawat mengatakan



bahwa



harus



selalu



menginformasikan



jumlah



kepemilikan obat yang telah digunakan. Selain itu, setiap jenis obat yang diberikan pada pasien mempunyai format masing-masing. Setelah memberikan obat kepada pasien, keluarga/pasien wajib menandatangani form terapi pengobatan/medik yang sudah diberikan pada pasien. e.



Supervisi Supervisi adalah merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar, mengobservasi, mendorong, memperbaiki, mempercayai, mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat dengan sabar, adil serta bijaksana. Berdasarkan pengumpulan data, 100 % perawat mengatakan bahwa sudah mengerti tentang supervisi dan sudah dilaksanakan/dilakukan di ruangan. 60 % perawat mengatakan bahwa setiap bulan diadakan supervisi. Bahkan menurut wawancara dengan Kepala Ruangan, disampaikan bahwa biasanya Kepala Ruangan langsung mengadakan supervisi setiap minggu. Setiap tindakan yang dijalankan dan dilaksanakan oleh perawat mempunyai format baku untuk supervisi, seperti SOP (Standar Operasional Prosedur). 80 % perawat menyatakan bahwa alat (instrument untuk supervisi tersedia secara lengkap. Adapun hasil dari supervisi disampaikan kepada perawat, sehingga para perawat



mengetahui apa yang masih perlu dibenahi guna meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Setelah supervisi dilakukan, selalu ada umpan balik dari supervisor untuk setiap tindakan. Hasil dari umpan balik tersebut sebagian besar perawat merasa puas dengan hasil yang ada. Sebesar 87 % perawat mengatakan bahwa setiap hasil supervisi, ada tindak lanjutnya. Setelah diklarifikasi hasil supervisi yang didapat, 93 % perawat mengatakan bahwa mereka menginginkan perubahan untuk setiap tindakan agar sesuai dengan hasil supervisi. Sementara itu, 60 % perawat menyatakan bahwa sudah pernah mendapatkan pelatihan dan sosialisasi tentang supervisi.



f.



Perencanaan Pulang (Discharge Planning) Seluruh perawat mengatakan bahwa sudah mengerti tentang perencanaan pulang. Setiap kali pasien pulang, sebelum itu perawat wajib memberikan pendidikan kesehatan mengenai penyakit yang pasien alami dan mengenai perawatan di rumah. 93 % perawat di ruang G menyatakan bahwa mereka bersedia melakukan perencanaan pulang mulai pasien masuk RS sampai pasien akan keluar Rumah Sakit. 73 % perawat menyatakan bahwa sudah ada pembagian tugas tentang perencanaan pulang. Berdasarkan pengumpulan data, telah tersedia brosur/leaflet yang bisa digunakan perawat untuk perencanaan pulang pasien. Di samping itu, juga sudah ada teknik yang bisa digunakan saat pemberian perencanaan pulang pada pasien. Sebagian besar perawat mengatakan bahwa pasien sudah mengerti dan memahami bahasa yang dipakai perawat saat memberikan perencanaan pulang. Jika ada yang belum dimengerti, pasien/keluarga diberi kesempatan untuk bertanya. Setiap kali selesai memberikan perencanaan pulang, setiap perawat wajib melakukan pendokumentasian pada buku laporan atau list pasien.



g.



Dokumentasi Di ruangan telah tersedia format yang bisa digunakan untuk membantu dan memudahkan perawat dalam melakukan pengkajian pada pasien. Sebesar 87 % perawat mengatakan bahwa sudah melaksanakan pendokumentasian dengan tepat waktu. Sebagian perawat mengatakan bahwa model dokumentasi yang digunakan ini tidak menambah beban kerja perawat. Dengan adanya model



dokumentasi yang digunakan saat ini 80 % perawat menyatakan bahwa menyita banyak waktu perawat. Berdasarkan data yang diperoleh dari Audit Keperawatan (Bulan September – Desember 2015) pendokumentasian asuhan keperawatan memiliki nilai rata-rata 93,7 % dengan perincian: Pengkajian 99 %, Diagnosa 90 %, Intervensi 91 %, Implementasi 91 %, dan Evaluasi 97,5 %.



4.



Pembiayaan (M4Money) tidak dikaji



5.



Mutu (M5-Machine) Dari hasil Audit, mutu asuhan keperawatan berdasarkan persepsi pasien memiliki nilai rata-rata 73,27 %. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi peningkatan mutu pelayanan dari tahun sebelumnya. Sedangkan berdasarkan pengumpulan data yang dilakukan, diperoleh bahwa 78 % pasien mengatakan bahwa perawat memperkenalkan diri pada pasien. Dalam melayani pasien, perawat selalu bersikap sopan dan ramah. Saat menerima pasien baru, perawat selalu menjelaskan peraturan dan tata tertib Rumah Sakit, fasilitas yang tersedia di Rumah Sakit, dan tempattempat mana yang paling penting untuk kelancaran perawatan seperti kamar mandi, ruang perawat, administrasi. Perawat juga selalu menjelaskan tujuan perawatan yang akan dilakukan pada pasien, sehingga pasien/keluarga dapat mengerti mengenai tindakan yang akan diberikan. Kepala ruang maupun perawat pelaksana lainnya wajib memberikan informasi kepada pasien tentang perawat yang bertanggung jawab terhadap pasien. 91 % pasien mengatakan bahwa perawat memperhatikan keluhan pasien dan selanjutnya menanggapi keluhan yang dirasakan oleh pasien. Di samping itu juga, perawat memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapi oleh pasien. Saat melaksanakan tindakan keperawatan, pasien mengatakan bahwa perawat selalu memberikan penjelasan sebelum tindakan keperawatan diberikan.



Selanjutnya



perawat



meminta



persetujuan



kepada



pasien/keluarga sebelum melakukan tindakan. Adapun hal-hal yang perlu dijelaskan sebelum tindakan keperawatan diberikan berupa prosedur tindakan, risiko atau bahaya dari suatu tindakan, dan lain-lain. Semua itu



menurut pernyataan pasien melalui angket, telah dijelaskan oleh perawat dengan lengkap dan jelas. Perawat selalu memantau atau mengobservasi keadaan pasien secara rutin, berdasarkan tingkat ketergantungan pasien. Menurut pernyataan pasien dalam angket, selain cleaning service perawat juga turut membantu dalam hal kebersihan dan kerapihan Rumah Sakit. 91 % pasien mengatakan bahwa perawat melakukan tindakan keperawatan dengan terampil dan percaya diri, serta berhati-hati. Pasien juga menyatakan bahwa setelah melakukan tindakan keperawatan, perawat selalu menilai keadaan dari pasien, misalnya perasaan pasien setelah diberikan tindakan, reaksi pasien setelah tindakan, dan perubahan-perubahan lainnya. Setelah tindakan diberikan, perawat wajib mencatat atau mendokumentasikan dalam buku laporan, status pasien, atau list pasien.



B. Analisa SWOT No 1.



Strenghts



Weaknesses



Opportunity



Threats



(Kekuatan/Kelebihan)



(Kelemahan/Kekurangan)



(Peluang/Kesempatan)



(Ancaman)



Pengumpulan Data M1 – Man



1. Sudah menggunakan



(Sumber Daya Manusia)



1. Adanya kemauan dari



1. Adanya tuntutan yang



Struktur Organisasi



Berlatarbelakang



perawat untuk



tinggi dari masyaraka



dengan MPKP dengan



pendidikan D3



meningkatkan



untuk pelayanan yang



Metode Fungsional



Keperawatan



kemampuan kerja



lebih professional



2. Jenis Ketenagaan :



3.



1. 50 % perawat



2. Kurangnya kesejahteraan



melalui pelatihan dan pendidikan



2. Adanya tuntutan dari



S1 Ners 3 Orang



perawat seperti tidak



S1 Kep 4 Orang



sesuainya jumlah



D3 Kep 7 Orang



pendapatan dengan latar



akreditasi Rumah Sakit



keperawatan harus



Cleaning Service 1 orang



belakang nama



dimana MPKP menjadi



mengikuti SOP yang



salah satu penilaian



telah dibuat oleh Rumah



2. Adanya program



3. Sebagian besar perawat mempunyai statu kepegawaian kontrak 4.



% perawat mempunyai pengalaman kerja yang sedikit (0-3



3.



Rumah Sakit untuk setiap tindakan



Sakit



Tahun) 5. Kesempatan untuk mengambil cuti dalam 1 minggu masih belum merata 6. Pembagian tugas di Ruangan belum jelas



2.



M2 – Material (Sarana dan Prasarana)



1. Inventaris alat kesehatan



1. Jumlah tempat tidur



1. Dapat meningkatkan



1. Tersedianya fasilitas R



dan kebutuhan



melebihi kapasitas



pelayanan kepada



yang lengkap menjadi



keperawatan sudah cukup



ruangan



pasien



item persaingan antar



memadai 2. Alat penunjang seperti Linen dalam kondisi baik dan layak pakai 3. Perawat mengerti cara menggunakan alat perawatan pasien



2. Tidak terdapat denah ruangan 3. Struktur organisasi tidak



RS 2. Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat



sesuai dengan tugas



untuk melengkapi



masing – masing



sarana dan prasarana



4. Sebagian tempat tidur tidak memiliki pengaman



3. Tuntutan akreditasi Rumah Sakit



5. Alat pemeriksaan seperti



4. Makin tingginya



gula darah meminjam dari



kebijakan pemerintah



ruangan lain



dalam pelayanan kesehatan dengan adanya program BPJS



3.



M3 – Methode



1. Ruangan AB



(Metode)



menggunakan MPKP



tidak optimal, beberapa



dengan model fungsional



overan dilakukan di nurse



2. Setiap hari dilakukan ovoran sebanyak 3 kali 3.



1. Overan yang dilakukan



station tidak melibatkan pasien 2. Pelaksanaan ovoran jarang melakukan interaksi dengan pasien 3. Beberapa perawat belum mengerti tentang pelaksanaan ronde keperawatan



1. Adanya kesempatan 1. Adanya tuntutan mendukung terlaksanya akreditasi Rumah Sakit komunikasi antar perawat di ruangan 2. Adanya kesadaran 2. Perawat mendapat kesempatan untuk dievaluasi langsung oleh Kepala Ruangan



pasien dan keluarga akan tanggung jawab dan tanggung gugat



3. Adanya keinginan 3. Adanya tuntutan akan perawat untuk mengalami perubahan setelah disupervisi pelayanan yang sprofesisonal



4. Ronde keperawatan sudah jarang dilakukan diruangan 5. Jadwal supervisi tidak dilakukan secara teratur 6. Belum tersedianya format supervisi 5. Pembagian tugas diruangan tidak sesuai tupoksi 6. Belum terlaksanya pre dan post conference 7. Sebagian perawat belum memahami tentang sentralisasi obat 8. Media penyimpanan obat tidak menuliskan nama pasien, hanya



mencantumkan nomor bed 9. Sebagian perawat belum memahami tentang Discharge Planning 10. Format Discharge Planning sudah tersedia, tetapi belum disosialisasikan… 11. Tidak tersedianya leaflet bagi pasien pulang 12. Pendokumentasian asuhan keperawatan yang belum diisi secara lengkap 13. Penataan ruangan rawat inap belum optimal 14. Pasien tidak dipisah berdasarkan jenis kelamin 4.



M4 – Machine



1. Perawat bersikap sopan dan 1. Minimnya tenaga keperawatan yang berlatar



1. Adanya pengadaaan sarana dan prasarana yang



1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk



(Mutu)



ramah dalam melayani pasien



belakang pendidikan Sarjana



2. Tersedianya Nurse Station



2. Belum tersedianya lembar penilaian pasien terhadap kepuasan selama dirawat



3. Perawat selalu memperhatikan dan menanggapi keluhan yang dirasakan klien 4. Perawat selalu memantau dan mengobservasi keadaan pasien 5.



4.



rusak dari bagian pengadaan pengadaan alat yang canggih barang dalam penunjang diagnostic 1. Adanya tuntutan akreditasi RS mengenai sarana dan prasarana



2. Adanya tuntutan yang tinggi dari mayarakat untuk pelayanan yang lebih professional 3. Makin tingginya kesadaran masyarakat akan hukum



C. Identifikasi Masalah dan Pembobotan Prioritas Masalah 1.



Identifikasi Masalah a.



Belum optimalnya pelaksanaan Ronde Keperawatan di ruangan Asoka Bougenville di tandai dengan hasil wawancara dengan kepala ruangan bahwa ronde keperawatan jarang dilakukan, sebagian perawat kurang memahami tentang ronde keperawatan



b.



Pelaksanaan ovoran yang tidak efektif di buktikan dengan hasil observasi dimana beberapa ovoran dilakukan di ruangan nurse station tanpa melibatkan pasien, serta pelaksanaan ovoran yang tidak menggunakan metode SBAR



c.



Pelaksanaan supervisi yang belum optimal dibuktikan dengan hasil wawancara dengan kepala ruangan yang mengatakan bahwa supervisi jarang dilakukan, beberapa perawat tidak melakukan tugas sesuai tupoksi masing - masing



d.



Pelaksanaan Pre Conference dan Post Conference jarang dilakukan dibuktikan dengan hasil observasi tidak pernah dilakukan pre dan post conference serta hasil wawancara dimana kepala ruangan mengatakan bahwa pre dan post conference hanya dilakukan saat akreditasi Rumah Sakit



2.



Pembobotan dan Prioritas Masalah Proses untuk mendapatkan masalah prioritas dengan menggunakan metode pembobotan yang memperhatikan aspek : -



Magnitude (Mg) Kecenderungan besar dan masalah sering terjadi



-



Severity (Sv) Besarnya kerugian yang ditimbulkan dari masalah ini.



-



Manageability (Mn) Berfokus kepada keperawatan sehingga dapat diatur untuk perubahannya.



-



Nursing Consent (Nc) Melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat



-



Affordability (Af) Ketersediaan sumber daya



Rentang nilai yang digunakan 1-3 dengan rincian 3 : Besar 2 : Sedang 1 : Kecil Untuk mendapatkan nilai prioritas masalahnya : Mg×Sv×Mn×Ne×Af Pembobotan Prioritas Masalah No. 1.



Daftar Masalah



Mg



Sv



Mn



Nc



Af



Skor



Prioritas



Turunnya minat kerja/semangat kerja perawat pelaksana di ruangan G ditandai dengan



2



1



1



2



2



8



V



2



1



2



2



2



16



IV



3



2



2



3



3



108



I



3



2



2



2



2



48



III



2



2



3



3



2



72



II



60 % perawat pelaksana tidak merasa dengan jumlah jam kerja, kesempatan untuk mengambil cuti dalam waktu 1 minggu masih belum merata, 53 % perawat pelaksana mengatakan bahwa pembagian tugas di ruangan belum jelas dan tidak merasa puas dengan pembagian yang ada 2.



Kurangnya tingkat keterampilan dan pengalaman kerja dari perawat pelaksana dibuktikan dengan 52,17 % perawat pelaksana masih PK 1 yang pengalamannya masih minim.



3.



Belum optimalnya penggunaan perencanaan harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat.



4.



Waktu pelaksanaan overan tidak efektif karena overan yang dilaksanakan sudah lebih dari 30 menit dan seringkali selesai tidak tepat waktu.



5.



Pelaksanaan ronde keperawatan di ruang G belum efektif ditandai dengan 73 % perawat menyatakan bahwa pelaksanaan ronde keperawatan di ruangan belum optimal. 67 % perawat menyatakan bahwa keluarga pasien belum mengerti adanya ronde keperawatan.



D. POA (Plan Of Action)



Masalah : Belum optimalnya penggunaan rencana harian perawat pelaksana yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Indikator Tujuan



Alat dan Uraian kegiatan



Waktu



Prosedur/ Strategi



PIC



Sasaran



keberhasilan Meningkatkan



1. Perawat



efektifitas dan



mengetahui



efisiensi



rencana kerja



pelayanan



yang akan



Sebagai



dilakukannya



Perawat



setiap hari



Pelaksana



2. Perawat



Metode 1. Pembuatan desain rencana kerja harian



29 April –



1. Mendesain format rencana



Perawat



Lumintang



yang



01 Mei



kegiatan harian agar bisa



2016



lebih mudah dan efisien



bertugas



dalam pengisiannya.



di ruangan



2. Sosialisasi tentang format rencana kerja



10 Mei 2016



harian sesuai shift



2. Melakukan presentasi awal Fidy Sada



menjelaskan tentang



harian



menggunakan



n format



format pembuatan rencana



lembar rencana



rencana kerja



kerja harian perawat.



kerja harian



harian setiap



Perawat



hari sesuai



10 – 11



Format rencana kerja



menggunaka



3. Implementasi



G



di ruangan untuk



Dengan



shift



Cyntia



3. Bersama dengan perawat



Christien



Format



pelaksana melakukan



Bopeng



rencana kerja



format rencana kerja



implementasi tentang



dan



harian



harian



penggunaan format rencana Sustianti



tentang penggunaan



4. Evaluasi penggunaan format rencana kerja harian sesuai shift



Mei 2016



11 Mei 2016



kerja harian sesuai shift.



Tamara



4. Mengevaluasi penggunaan



Miranti



Format



format pembuatan rencana



Sengkeh



rencana kerja



kerja harian perawat.



dan Yiyin



harian



Pansing



E. Penyelesaian Masalah Pengumpualan data dilakukan dengan memberi angket tentang M1 (Manusia/ketenagaan), M2 (material/sarana dan prasarana), M3 (metode), M5 (mutu); dan mengobservasi situasi serta kondisi diruangan, terkait dengan manajemen keperawatan yang dilaksanakan di ruang G. Untuk lebih memfokuskan masalah, kelompok melakukan wawancara dengan kepala ruangan, ketua tim dan perawat pelaksana sehingga kelompok menemukan beberapa masalah tentang manajemen keperawatan. Dari beberapa masalah tersebut kelompok menyusun prioritas masalah terkait manajemen keperawatan. Prioritas masalah yang telah tersusun, kelompok diskusikan dengan kepala ruangan untuk menentukan masalah mana yang implementasinya paling dibutuhkan oleh ruangan. Hasil diskusi dengan kepala ruangan adalah prioritas masalah yang akan diangkat oleh kelompok yaitu: Belum optimalnya Catatan Perencanan harian perawat pelaksana berhubunganan dengan tidak ada keseragaman catatan harian perawat pelaksana sehingga pencatatannya belum teratur yang mempengaruhi efektifitas dan efisiensi kerja harian perawat. Perencanaan tindakan yang dilakukan oleh kelompok dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan membuat format rencana kerja harian perawat pelaksana dengan tujuan akan sangat membantu perawat dalam mengarahkan kegiatan pelayanan asuhan keperawatan pada pasien serta menunjang dalam serah terima dengan ketua tim. Implementasi



dilakukan



selama



2



hari



yang



dimulai



dengan



mensosialisasikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan meminta masukan untuk perbaikan format agar sesuai dengan keperluan perawat pelaksana. Hari kedua dilanjutkan dengan membagikan format rencana kerja harian perawat pelaksana dan memberikan petunjuk penggunaan format tersebut pada perawat dinas pagi, sore dan malam. Evaluasi dilakukan pada hari ketiga.



DAFTAR PUSTAKA Asmuji. 2012. Manajemen Keperawatan Konsep dan Aplikasi. Jogjakarta : ArRuzz Media. Kelliat, Budi Anna dan Akemat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC. Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan.edisi 3. Jakarta : Salemba Medika. Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika Ratna & Rumondang. (2011). Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta : Sagung Seto. Sitorus, Ratna. 2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan Struktur dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat:Implementasi.Jakarta:EGC.