Laporan Praktikum Apus Darah - Eka Saputri - 4401420026 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR MIKROTEKNIK PEMBUATAN PREPARAT APUS DARAH



Nama



: Eka Saputri



NIM



: 4401420026



Rombel : Pendidikan Biologi 2020



JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2022



I.



Tujuan Praktikum 1. Membuat preparat apus darah manusia dengan metode apus dan pewarnaan metode Romanowski. 2. Menganalisis hasil pembuatan preparat apus darah manusia dengan metode apus dan pewarnaan metode Romanowski.



II.



Landasan Teori Darah adalah suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya darah terdiri atas unsurunsur sel dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh. Darah manusia bisa dijadikan suatu preparat untuk diamati, prosedur yang paling sering dilakukan dalam pembuatan preparat atau jaringan sediaan histology atau irisan jaringan yang dapat dipelajari dengan bantuan mikroskop cahaya. Di bawah mikroskop cahaya, jaringan diamati melalui berkas cahaya yang menembus jaringan. Karena jaringan dan organ biasanya terlalu tebal untuk ditembus cahaya, jaringan tersebut harus diiris menjadi lembaran-lembaran tipis yang translusendan kemudian diletakkan diatas kaca objek sebelum jaringan tersebut diperiksa (Fabiana 2019). Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan trombosit. Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separoh komposisi eritrosit terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Sel ni bersifat elastis dan lunak. Lekosit (sel darah putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit. Granulosit terbagi menjadi tiga yaitu Netrofil (terbanyak) berbentuk bulat dengan diameter 10-12 µm, Eosinofil yang strukturnya lebih besar daripada netrofil (10-15 µm) dan Basofil (paling sedikit) dengan ukuran hampir sama dengan netrofil tetapi basofil sangat sulit ditemukan. Agranulosit dibagi menjadi dua yaitu Limfosit yang mempunyai ukuran yang bevariasi, inti bulat sitoplasma mengelilingi inti seperti cincin dan berperan penting dalam imunitas tubuh, dan Monosit (sel lekosit terbesar), intinya berbentuk oval kadang terlipat-lipat dapat bergerak dengan membentuk pseudopodia. Tipe ketiga yaitu



Trombosit (disebut juga keping darah), berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma lengkap dengan membran yang mengelilinginya (Pratiwi, P. I. 2017). Sediaan apus darah menggunakan jari manusia yang baik secara dan



makroskopis



mikroskopis sangat penting dalam menilai keberhasilan dalam pembuatan sediaan



apusan darah. Secara makroskopis, bentuk dan tampilan preparat merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, sediaan kering yang tipis dan telah dipulas memungkinkan untuk mempelajari keadaan sel darah. Salah satu faktor penentu dalam hal ini yaitu teknik pembuatan sediaan apus darah tepi serta faktor-faktor lainnya (Yulianingsih Anwar 2018). Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear) yangmerupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup. Pada masa kini sering digunakan pewarnaan metoda Giemsa dan Wright yang merupakan modifikasi metoda Romanowsky. Pada dasarnya bahan pewarna selalu terdiri atas zat warna basa dan zat warna asam. III.



Langkah Kerja Pembuatan preparat apus/oles darah perlu tahapan persiapan/pembuatan film darah tipis kemudian dilanjutkan dengan tahapan pewarnaan. Tahap pertama yaitu tahap pensterilan, siapkan gelas benda A dan gelas benda B yang sudah di sterilkan menggunakan alkohol 70%, Ujung jari kiri yaitu jari manis disiapkan dengan dikipas-kipaskan kearah kaki kemudian diurut dengan tangan kanan kearah ujung jari. Kemudian ujung jari dan jarum blood lancet pen disterilkan dengan alcohol 70% lalu ujung jari ditusuk dengan jarum dengan bantuan blood lancet pen dan darah dikeluarkan. Tetesan darah pertama diusap dengan kapas beralkohol dan tetesan berikutnya diteteskan pada gelas benda A yang bebas lemak pada posisi 0,5 cm dari tepi kanan gelas benda A (3 menit), selanjutnya gelas benda B yang sisi pendeknya rata diambil dan ditegakkan di sebelah kiri tetesan darah dengan kemiringan gelas benda B sebesar 45º lalu gelas benda B ditarik dengan hati-hati kearah tetesan darah (ke kanan) sehingga terjadi kapilaritas dan tetesan darah merata di ujung sisi pendek gelas benda B. Selanjutnya gelas benda B didorong kearah kiri gelas benda A dengan kuat dan kecepatan yang konstan, sehingga terbentuk film darah yang baik



(tipis dan rata) (3 menit), lalu film darah dikeringanginkan pada rak pewarnaan yang datar dan bersih (5 menit). Setelah film darah kering selanjutnya semua permukaan film darah difiksasi dengan fiksatif metil alcohol lalu dikeringanginkan sampai kering (5 menit), kemudian semua permukaan film darah diwarnai dengan ditetesi zat warna giemsa 3% dan dikeringanginkan sampai kering (40 menit) lalu film darah dicuci dengan aquades dingin yang sebelumnya telah dididihkan (5 menit). Label dilekatkan pada ujung kanan gelas benda dengan posisi memanjang. Lalu preparat diamati dengan perbesaran 10X, difoto dan dianalisis hasilnya (30 menit). IV.



Hasil Gambar



Keterangan 1. Leukosit 2. Eritrosit



1 2



Perbesaran 40 x 10 = 400 Berdasarkan pengamatan terlihat nomor 1 menunjukkan leukosit yang mempunyai inti ditengah dan nomor 2 merupakan eritrosit yang memiliki ciri-ciri bulat dan tidak berinti berwarna ungu transparan, tidak ditemukan macam-macam dari sel darah merah dan putih yang lain karena sel darah bergerombol dan saling bertumbuk. Hasil apus darah kurang jelas untuk diamati karena volume saat pengapusan darah terlalu banyak jadi dihasilkan apusan darah yang terlalu tebal dan pewarnaan dengan giemsa yang kurang lama. V.



Pembahasan



Praktikum pembuatan apusan darah manusia ini menggunakan metode apus/ smear/ oles. Darah yang digunakan adalah darah manusia . Berdasarkan foto dari hasil pengamatan preparat apus darah manusia dengan pewarnaan Giemsa diketahui bahwa preparat secara fisik cukup baik, bersih, dan terwarna akan tetapi pembauatan apus darah sangatlah tebal seharusnya pembuatan apus darah pada saat mengoles harus sangat tipis sehingga Ketika diamati menggunakan mikroskop akan terlihat jelas. Dapat terlihat adanya eritrosit dan leukosit dengan jumlah sedikit. Eritrosit teramati terwarna agak bening transparan. Eritrosit berbentuk bulat, dengan bentuk seperti cekungan (cakram) pada sisi dalam (tengah) dan tak berinti. Jika ditemukan leukosit maka ditunjukkan dengan sel yang memiliki inti berwarna ungu. Warna ungu disebabkan oleh inti leukosit yang basa sehingga mudah menyerap zat warna giemsa. Leukosit yang paling banyak dijumpai ialah neutrofil dan monosit berkisar antara 10-15%, serta sedikit eosinofil dengan presentase kurang dari 5%. Presentase neutrofil memang paling banyak dalam darah, yaitu mencapai 50-70% dari jumlah leukosit yang ada. Preparat tampak rapat namun sel-selnya kurang dapat teramati dengan baik karena bertumpuk, hal tersebut menunjukkan bahwa apusan masih terlalu tebal. Tahapan-tahapan dalam pembuatan preparat antara lain pengambilan sampel darah, pembuatan film darah, pengeringan, fiksasi, pengeringan, pewarnaan, pencucian, dan pelabelan. Setiap tahapan mempunyai fungsi dan maksud yang berbeda-beda. Pengambilan sampel darah dimaksudkan untuk mengambil darah probandus dengan bantuan blood lancet pen, kemudian pembuatan film darah untuk membuat hasil apusan darah. Apusan darah harus setipis mungkin agar dapat diamati dan sel darah tidak saling menumpuk dan rapat. Pengeringan dilakukan dengan bantuan kipas angin agar darah hasil apusan cepat kering sehingga ketika dilakukan fiksasi tidak luntur. Fiksasi bertujuan agar elemenelemen sel mati tetapi tetap mempertahankan bentuk, struktur, maupun ukurannya. Fungsi utama fiksasi yaitu untuk mempertahankan struktur sel darah yang dijadikan obyek, mengubah indeks bias sel darah agar mudah diamati, dan mengubah sel agar mudah menyerap zat warna. Pengeringan dilakukan agar sel terfiksasi dengan sempurna, fiksatif yang tersisa menguap dan hasil apusan tetap kering dan tidak luntur ketika diwarnai. Pewarnaan menggunakan Giemsa yang terdiri atas methylen blue dan eosin yang memberi warna biru pada inti sel. Kemudian dilakukan pengeringan agar warna menempel sempurna



dan pencucian dilakukan agar zat warna yang tidak mewarnai sel larut terbawa aliran air. Digunakan akuades steril agar tidak ada mikroorganisme lain yang menempel pada apus darah karena ketika dilakukan pengamatan dapat terjadi kesalahan analisis. Preparat apus darah sebaiknya setipis mungkin agar leukosit dan eritrosit dapat diamati dengan jelas dan sel tidak menumpuk. Hal-hal yang mempengaruhi hasil dari preparat apus darah antara lain: 1. Kondisi kaca obyek 2. Kemiringan kaca obyek penggeser darah dan kecepatan menggeser mempengaruhi ketebalan sediaan. Ciri-ciri apusan yang baik antara lain: 1. Sediaan tidak melebar sampai tepi gelas benda 2. Pada sediaan harus ada bagian yang cukup tipis untuk diamati. Pada bagian itu eritrosit tidak menumpuk dan tidak menyusun gumpalan roleaux 3. Ujung preparat tidak boleh seperti bendera sobek 4. Preparat apus harus rata, tidak boleh ada garis-garis atau berlubang VI.



Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.



Preparat apus darah manusia dapat dibuat dengan metode apus dan metode pewarnaan Romanowski.



2.



Hasil preparat yang diamati dengan mikroskop masih cukup tebal sehingga eritrosit dan leukosit tidak terlihat jelas dan sedikit



Daftar Pustaka Afriansyah, M. Ardi. (2016). Pengaruh Variasi Suhu Pengeringan Preparat Apusan Darah Tepi Terhadap Hasil Makroskopik Dan Morfologi Sel Darah Merah (Erythrocyte). Semarang: Universutas Muhammadiyah Semarang. http://repository.unimus.ac.id/128/1/FULLTEXT.pdf Diakses pada 01 januari 2018. Fabiana Meijon Fadul. 2019. “Pembuatan Preparat Apus Darah.” : 1–8. Hoffman, R. et al. (2017) Hematology: Basic Principles and Practice, Hematology: Basic Principles and Practice. doi: 10.1016/C2013-0-23355-9. Pratiwi, P. I. (2017). Analilis Kadar Hemoglobin, Hematokrit dan Jumlah Trombosit Sebelum Dan Sesudah Pemberian Infus pada Penderita Demam Berdara Dengue di RSUD Syekh Yusuf Kab Gowa. Makassar. Rosita, B., & Mustika, H. (2019). Hubungan Tingkat Toksisitas Logam Timbal (Pb) Dengan Gambaran Sediaan Apus Darah Pada Perokok Aktif. Jurnal Kesehatan Perintis, 6(1), 1420. Yulianingsih Anwar, Aan, and Nurhamsiah. 2018. “Penentuan Kriteria Penilaian Kesan Jumlah Leukosit Pada Pemeriksaan Apusan Darah Tepi.” Jurnal Kesehatan Panrita Husada 3(2): 27–34.