Laporan Praktikum BTH (Media Tanam) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BUDIDAYA TANAMAN HORTIKULTURA



PEMBUATAN MEDIA TANAM



OLEH: NAMA



: ISWAL FAJAR SULTAN



NIM



: G111 13 332



KELOMPOK



: B-2



KELAS



:B



JURUSAN BUDIDAYA PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2015



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Media tanam merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan dalam bercocok tanam. Media tanam menentukan baik buruknya pertumbuhan tanaman yang akhirnya mempengaruhi hasil produksi. Media tanam berfungsi untuk menopang tanaman, memberikan nutrisi, dan menyediakan tempat bagi akar tanaman untuk tumbuh dan berkembang. Lewat media tanam, tumbuh – tumbuhan mendapatkan sebagian besar nutrisinya. Media tanam dapat didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau substrat tempat tumbuh benih yang disebarkan atau ditanam. Media tanam banyak macam ragamnya, dapat merupakan campuran dari bermacam – macam bahan atausatu jenis bahan saja asalkan memenuhi beberapa persyaratan, antara lain cukup baik dalam memegang air, cukup porous sehingga air siraman tidak menggenang, tidak bersifat toksik bagi tanaman, dan yang paling penting media tanam tersebut cukup mengandung unsur – unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman Pemanfaatan bahan organik seperti cocopeat dan arang sekam padi sangat potensial digunakan sebagai komposit media tanam alternatif untuk mengurangi penggunaan top soil. Salah satu kelebihan penggunaan bahan organik sebagai media tanam adalah memiliki struktur yang dapat menjaga keseimbangan aerasi. Bahan-bahan organik terutama yang bersifat limbah yang ketersediaannya melimpah dan murah dapat dimanfaatkan untuk alternatif media tumbuh yang sulit tergantikan. Bahan organik mempunyai sifat remah sehingga udara, air, dan



akar mudah masuk dalam fraksi tanah dan dapat mengikat air. Hal ini sangat penting bagi akar bibit tanaman karena media tumbuh sangat berkaitan dengan pertumbuhan akar atau sifat di perakaran tanaman Berdasarkan uraian diatas, maka perlu di lakukan praktikum supaya mahasiswa bisa mengetahui cara pembuatan sekam bakar dan cocopeat, dan memanfaatkan limbah- limbah pertanian. 1.2 Tujuan dan kegunaan Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk membuat sekam bakar dengan menggunakan sekam bekas penggilingan padi dengan menggunakan teknik sangrai dan pembakaran anaerob. Pembuatan cocopeat dilakukan secara manual menggunakan sisir kayu Adapun kegunaan praktikum ini yaitu mahasiswa diharapkan dapat memberikan pengetahuan tentang cara membuat sekam bakar dan cocopeat secara sederhana.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sekam Bakar Arang sekam sendiri memiliki peranan penting sebagai media tanam pengganti tanah. Arang sekam bersifat porous, ringan, tidak kotor dan cukup dapat menahan air. Penggunaan arang sekam cukup meluas dalam budidaya tanaman hias maupun sayuran (terutama budidaya secara hidroponik). Arang sekam dapat dengan mudah diperoleh di toko-toko pertanian. Namun tidak ada salahnya memproduksi sendiri arang sekam untuk keperluan sendiri dan bahkan mungkin dapat menjualnya nanti (Maspary, 2011). Penambahan arang sekam memiliki pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan perkembangan akar tanaman yang efeknya positif terhadap persentase hidup suatu tanaman.Pemberian arang sekam pada media tumbuh akan menguntungkan karena dapat memperbaiki sifat tanah di antaranya adalah mengefektifkan pemupukan karena selain memperbaiki sifat fisik tanah (porositas, aerasi), arang sekam juga berfungsi sebagai pengikat hara (ketika kelebihan hara) yang dapat digunakan tanaman ketika kekurangan hara, hara dilepas secara perlahan



sesuai



kebutuhan



tanaman/slow



release



(Komarayati



et



al.



(2003).Komposisi kimiawi dari arang sekam sendiri terdiri dari SiO2 dengan kadar 72,28% dan C sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil (Bakri, 2008) Menurut Tim Penulis PS (2009:46), sekam bakar adalah media tanam yang porous dan steril dari sekam padi yang hanya dapat dipakai untuk satu musim



tanam dengan cara membakar kulit padi kering di atas tungku pembakaran, dan sebelum bara sekam menjadi abu disiram dengan air bersih. Hasil yang diperoleh berupa arang sekam (sekam bakar). Selanjutnya Yati Supriati dan Ersi Herliana (2011:29) mengemukakan arang sekam adalah sekam padi yang telah dibakar dengan pembakaran tidak sempurna. Cara pembuatannya dapat dilakukan dengan menyangrai atau membakar. Keunggulan sekam bakar adalah dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, serta melindungi tanaman. Sekam bakar yang digunakan adalah hasil pembakaran sekam padi yang tidak sempurna, sehingga diperoleh sekam bakar yang berwarna hitam, dan bukan abu sekam yang bewarna putih (Mahmudi, 1994) dalam Timbul P. Tumanggor (2006:9),. Selanjutnya Conover (1980) dalam Timbul P. Tumanggor (2006:8) menambahkan sekam padi memiliki aerasi dan drainasi yang baik, tetapi masih mengandung organisme-organisme pathogen atau organisme yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman. Oleh sebab itu sebelum menggunakan sekam sebagai media tanam, maka untuk menghancurkan patogen sekam tersebut dibakar terlebih dahulu. Menurut Wuryan (2008:2), sekam bakar memiliki karakteristik yang istimewa, oleh karena itu dapat dimanfaatkan sebagai media tanam untuk hidroponik. Komposisi kimiawi sekam bakar adalah SiO2 dengan kadar 52% dan C sebanyak 31%. Sementara kandungan lainnya terdiri dari Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dengan jumlah yang kecil serta beberapa bahan organik lainnya. Sebagai media tanam, sekam bakar berperan penting dalam perbaikan



sifat fisik, sifat kimia, dan melindungi tanaman (Mahmudi, 1994 dalan Timbul P. Tumanggor, 2006:9). 2.2 Cocopeat Media cocopeat pada dasarnya memiliki kemampuan mengikat dan menyimpan air yang sangat kuat. Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media yang memiliki kapasitas menahan air cukup tinggi. Media cocopeat memiliki pori mikro yang mampu menghambat gerakan air lebih besar sehingga menyebabkan ketersediaan air lebih tinggi (Istomo dan Valentino 2012) Utami et al. (2006) juga menyatakan bahwa cocopeat dapat mengganggu pertumbuhan tanaman dikarenakan sifatnya yang dapat menjadikan media lebih masam. Dalam penelitiannya diketahui media campuran tanah+cocopeat dan kompos+cocopeat memiliki pH yang relatif lebih rendah, yaitu antara 5,3-6,8, dibandingkan dengan kelompok media campuran tanah+kompos yaitu 6,3-7. Cresswell (2009) mengatakan, cocopeat terdiri dari 2% - 13% serat pendek yang panjangnya kurang dari 2 cm. Cocopeat bersifat hydrophilik dimana kelembaban akan tersebar merata pada permukaan serbuk. Kondisi seperti ini menyebabkan cocopeat mudah untuk menyerap air meskipun berada di udara kering. Cocopeat tidak cocok digunakan sebagai bahan bakar karena menghasilkan banyak asap dan panas yang dihasilkan sedikit. Cocopeat memiliki daya serap air yang cukup tinggi yaitu sekitar 8 – 9 kali dari beratnya. Dalam cocopeat mengandung mineral-mineral seperti N, P, K, Ca, Cl, Mg, Na yang baik untuk media pembibitan tanaman (DAPCA 2003).



Karakteristik cocopeat sebagai media sapih adalah mampu mengikat dan menyimpan air dengan kuat. Serbuk sabut kelapa (cocopeat) merupakan media yang memiliki kapasitas menahan air cukup tinggi yaitu mencapai 14,71 kali bobot keringnya (Sutater et al., 1998). Selanjutnya Hasriani dkk (2012) juga menyatakan bahwa media sapih cocopeat memiliki kadar air dan daya simpan air masing-masing sebesar 119 % dan 695,4 %. Media sapih cocopeat memiliki pori mikro yang mampunmenghambat gerakan air lebih besar sehinggan menyebabkan ketersediaan air lebih tinggi (Valentino, 2012). Pada saat tertentu, kondisi pada media ini menyebabkan pertukaran gas pada media mengalami hambatan karena media mulai jenuh oleh air karena ruang pori makro yang seharusnya terisi oleh udara ikut terisi oleh air sehingga akar mengalami hambatan dalam pernapasan. Soepardi (1983) menyatakan bahwa air ditahan dalam pori-pori media sapih dengan daya ikat yang berbeda-beda tergantung dari jumlah air yang ada dalam pori-pori tersebut. Pori-pori dalam media sapih terdiri atas pori makro dan pori mikro. Pori makro akan diisi oleh udara, sedangkan pori mikro akan diisi oleh air. Namun apabila keadaan air terlalu berlimpah maka pori-pori makro pun akan diisi oleh air. Oleh karena itu udara dalam media sapih akan semakin berkurang dan pertumbuhan tanaman menjadi kurang baik karena respirasi akan menjadi terhambat.



BAB III METODOLOGI



3.1 Tempat dan waktu Praktikum Pembuatan Media Tanam dilaksanakan di Exfarm Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin Makassar yang berlangsung pada hari kamis 17 September dan 1 Oktober 2015, pukul 08:00 WITA-selesai 3.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan pada praktikum pembuatan Media yaitu: timbangan, tungku, seng, cangkul, sisir paku, dan karung. Adapun bahan yang digunakan pada praktikum pembuatan media yaitu: sekam 30 kg, sabuk kelapa 20 buah dan air. 3.3 Prosedur Kerja 3.3.1 Pembuatan sekam Bakar Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada Pembuatan sekam bakar yaitu: 1. 2. 3. 4.



Menyiapkan alat dan bahan yang akan di gunakan Menimbang sekam untuk ulangan 1, 2 dan 3 masing- masing 5 kg Menyiapkan tungku untuk pembakaran sekam Menyangrai sekam ulangan 1, kemudian ulangan 2 dan selanjutnya



ulangan 3 masing- masing sebanyak 5 kg 5. Membuat 3 lubang (untuk ulangan 1,2 dan 3) untuk pembuatan sekam anaerob 6. Memasukkan sekam kedalam lubang yang telah di buat, kemudian membakar sekam 7. Menutup lubang pembakaran sekam dengan menggunakan seng, dan menutupnya sedemikian rupa agar udara tidak masuk 8. Mengangkat sekam bakar (anaerob)



3.3.2 Pembuatan Cocopeat Adapun prosedur kerja pembuatan cocopeat yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.



Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan Merendam sabuk kelapa selama 1 minggu Menjemur sabuk kelapa selam 3 hari Menimbang sabuk kelapa yang sudah di keringkan Menyisir sabuk kelapa dengan menggunakan sisir paku, agar cocopeat



terpisah dari seratnya 6. Menimbang cocopiet 7. Menghitung rendemen



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Tabel 4.1 Pengamatan Percobaan Pembuatan Media Tanam Sekam Bakar Ula n g



Sangra i Bobot



Anaero b Bobot



Rendemen (%)



Ket



Akhi Awa Akhi Awal r l r ( ( ( ( a k k k k n g g g g ) ) ) ) 1 5 3,1 5 2,4 2 5 2,4 5 2,7 3 5 2,8 5 2,8 Sumber : Data Primer SetelahDiolah, 2015



Sangr ai



Ana e r o b



62 48 56



48 54 56



Tabel 4.2 . Hasil Pengamatan Percobaan Pembuatan Media Tanam Cocopeat Cocopeat Rendemen (%)



Bobot Awal (kg) Akhir (kg) 5,2 2,0 Sumber : Data Primer SetelahDiolah, 2015



Ket



38,45



4.2 Pembahasan Media tanam merupakan komponen yang sangat penting dalam kegiatan bercocok tanam. Media tanam yang akan digunakan haruslah sesuai dengan jenis tanam yang akan ditanam dan juga keadaan lingkungan tempat melakukan kegiatan bercocok tanam. Hal ini dikarenakan setiap daerah memiliki kelembapan dan curah hujan yang berbeda, sehingga penggunaan media tanam pun harus sesuai agar pertumbuhan tanaman budi daya dapat tumbuh dengan optimal. Penggunaan



media



tanam



yang



baik



juga



akan



mempengaruhi



perkecambahan dari suatu biji yang digunakan sebagai bahan tanam. Dengan penggunaan media tanam yang baik, suplai air yang diperlukan biji untuk melakukan fase perkecambahan setelah masa dormansi dari biji tersebut.



Dikarenakan untuk memulai proses perkecambahan setelah masa dormansi, biji memerlukan air yang cukup agar kecambah dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan hasil praktikum, didapatkan hasil bahwa nilai rendemen yang diperoleh dari pembuatan media tanam yaitu arang sekam secara sangrai dan anaerob didapatkan nilai rata-rata rendemen sekam bakar (metode sangrai) adalah sebesar 52,3%, dan secara anaerob didapatkan hasil sebesar 53,7%. Dari kedua hasil tersebut dapat dikatakan bahwa dengan metode anaerob maka jumlah kehilangan akan lebih sedikit. Tapi, hal ini tidak dapat dijadikan acuan sebab dengan metode anaerob proses pembakaran yang dilakukan membutuhkan waktu yang lebih lama dan secara anaerob pula sekam dapat tercampur dengan tanah maupun kayu kayu pembakaran. Berbeda halnya dengan sangrai, dimana hasil sangrai tidak akan bercampur dengan benda-benda lain dan proses pembuatan sekam secara sangrai lebih efisien dan dapat mendapatkan hasil yang lebih baik dari pada anaerob. Pada media cocopeat didapatkan hasil rendemen sebanyak 38,45% dimana dari jumlah awal sebesar 5,2 kg hanya mendapatkan cocopeat sebesar 2,0. Rendahnya rendemen cocopeat disebabkan oleh proses pengerjaanya. Karena pada proses tersebut cocopeat yang didapatkan banyak terbuang, hal ini terjadi karena dalam proses penyisiran sabut kelapa, cocopeat yang seharusnya jatuh kebawah alas penyisiran, banyak yang terbang akibat dari gangguan angin dan proses penyisiran maka hal inilah yang menyebabkan hasil cocopeat yang disisir mendapatkan hasil yang sedikit. Namun untuk cocopeat sendiri, banyak tidaknya



jumlah cocopeat yang didapatkan tergantung dengan cara pemisahan cocopeat tersebut dengan sabut kelapa.



BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan



Berdasarkan hasil yang diperoleh dari percobaan pembuatan media tanam dengan yaitu sekam padi dengan sabuk kelapa, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain sebagai berikut : 1. Pembuatan media tanam dapat dilakukan dengan sendiri. 2. Cocopeat merupakan media tanam yang didapatkan dari sabut kelapa 3. Nilai rendemen sekam bakar hasil pembakaran anaerob lebih besar dibanding hasil sangrai dengan perbandingan 53,7% : 52,3% 4. Nilai rendemen cocopeat sebesar 38,45% 5.2 Saran Dalam pembuatan media tanam baik itu cocopeat dan sekam bakar, ada baiknya memperhatikan alat dan bahan yang akan digunakan.



DAFTAR PUSTAKA Bakri,(2008), Komponen Kimia dan Fisik Abu Sekam Padi Sebagai SCM untuk Pembuatan Komposit Semen, Jurnal Perennial, 5(1):9-14. Cresswell G. 2009. Coir Dust A Proven Alternative To Peat. Cresswell Horticultural Services. Grose vale.



[DAPCA] Department of Agriculture Philipine Coconut Authority. 2003. Utilization of Cocopeat in Coconut Production. Techno Guide Sheet no. 10 Series of 2003. Department of Agriculture Philipine Coconut Hasriani1, Kalsim DK dan Sukendro A, 2013. Kajian serbuk sabut kelapa (cocopeat) sebagai media tanam. http://dedikalsim.wordpress.com. Istomo, Valentino N. 2012. Pengaruh perlakuan kombinasi mediaterhadap pertumbuhan anakan tumih (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser). Jurnal Silvikultur Tropika 3 (2): 81-84. Maspary. 2011. Fungsi dan Kandungan Arang Sekam/Sekam Bakar. http://www.sehatcommunity.com/2011/11/fungsi-dan-kandunganarang sekamsekam 2106.html#ixzz24emhR0li.) Soepardi G.1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor: Jurusan Tanah, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor Sutater, T. Suciantini dan R. Tejasarwana. 1998. Serbuk sabut kelapa sebagai media tanam krisan dalam modernisasi usaha pertanian berbasis kelapa. Prosiding Konferensi Nasional Kelapa IV. Badan dan Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri. Hal 293-300. Tim Penulis PS. Budidaya Tomat Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 2009. Utami NW, Witjaksono, Hoesen DSH. 2006. Perkecambahan biji dan pertumbuhan semai ramin (Gonystylus bancanus Miq,) pada berbagai media tumbuh. J Biol Div 7 (3): 264-268.



Timbul P. Tumanggor, 2006. Potensi Sisa Media Jamur Kuping sebagai Pupuk Organik pada Tanaman Tapak Dara (Chataranthus roseus (L.) G.DON). Skripsi Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Jakarta. Jakarta. Valentino, N. 2012. Pengaruh Pengaturan Kombinasi Media Terhadap Pertumbuhan



Anakan



Cabutan



Tumih



[Combretocarpus



rotundatus (Miq.) Danser]. [Skripsi]. Institut Pertanian Bogor. Wuryan, 2012. Pengaruh Media Sekam Padi Terhadap Pertumbuhan Tanaman Hias Pot Yati Supriati dan Ersi Herliana. Bertanam 15 Sayuran Organik dalam Pot. Penebar Swadaya. Jakarta. 20



LAMPIRAN Pembuatan Arang Sekam (Sangrai)



Pembuatan Arang Sekam (Anaerob)



Pembuatan Cocopeat