Laporan Praktikum C-Organik [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Dasar-dasar Ilmu Tanah PENETAPAN KADAR BAHAN ORGANIK TANAH



NAMA



: IMA RAHIMA HIDAYATI



NIM



: G11114324



KELOMPOK



: 14



ASISTEN



: MUH. RESTU



LABORATORIUM FISIKA DAN KIMIA TANAH JURUSAN ILMU TANAH FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2014



I.



PENDAHULUAN



I.1 Latar belakang Kita membutuhkan tanah sebagai sumber kehidupan dan sebagai media tumbuhnya tanaman. Sebagai media tumbuhnya media tanaman tanah harus dapat menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Salah satu faktor yang harus ada adalah bahan organik tanah. Bahan organik mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada berbagai tatanan dekomposisi. Bahan organik tanah lebih mengacu pada bahan (sisa jaringan tanaman/hewan) yang



telah



mengalami



perombakan/dekomposisi



baik



sebagian/seluruhnya, yang telah mengalami humifikasi maupun yang belum. Bahan organik tanah merupakan timbunan binatang dan jasad renik yang sebagian telah mengalami perombakan. Bahan organik ini biasanya berwarna cokelat dan bersifat koloid yang dikenal dengan humus. Humus terdiri dari bahan organik halus yang berasal dari hancuran bahan organik kasar serta senyawa-senyawa baru yang dibentuk dari hancuran bahan organik tersebut melalui suatu kegiatan mikroorganisme di dalam tanah. Humus merupakan senyawa yang resisten berwarna hitam / cokelat dan mempunyai daya menahan air dan unsur hara yang tinggi. Tanah yang mengandung banyak humus atau mengandung banyak bahan organik adalah tanah-tanah Titik atas atau tanahtanah top soil. Bahan organik tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang berfungsi memperbaiki



struktur



tanah,



penyediaan



unsur



hara



dan



sebagainya yang mana nantinya akan mempengaruhi seberapa jauh tanaman memberikan hasil produktifitas yang tinggi.



Berdasarkan uraian di atas, maka dipandang penting untuk melaksanakan praktikum bahan organik tanah guna mengetahui kandungan bahan organik pada suatu tanah serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Bahan organik tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman yaitu sebagai granulator yang berfungsi memperbaiki struktur tanah, penyediaan unsur hara dan sebagainya. Berdasarkan uraian diatas, maka perlu diadakan percobaan bahan organik untuk mengetahui kandungan bahan organik suatu jenis tanah dan mengetahui hubungan bahan organik terhadap kesuburan tanah. I.2 Tujuan dan kegunaan Tujuan diadakannya praktikum bahan organik tanah adalahuntuk menghitung persentase kandungan bahan organik suatu lapisan tanah serta hubungan bahan organik terhadap kesuburan tanah. Adapun kegunaan dari praktikum ini adalah sebagai bahan informasi dalam menghitung banyak bahan organik suatu jenis tanah



dan



tersebut.



selanjutnya



berguna



dalam



pengelolaan



tanah



II.1



II. Pengertian C-organik



Kandungan



organik



TINJAUAN PUSTAKA



tanah



biasanya



diukur



berdasarkan



kandungan C - organik kandungan karbon (C) bahan organik bervariasi antara 45% - 60% dan konversi C-organik menjadi bahan = % C-organik x 1,724. Kandungan bahan organik dipengaruhi oleh arus akumulasi bahan asli dan arus dekomposisi dan humifikasi yang sangat tergantung kondisi lingkungan (vegetasi, iklim, batuan, timbunan, dan praktik pertanian). Arus dekomposisi jauh lebih penting dari pada jumlah bahan organik yang ditambahkan. Pengukuran kandung bahan organik tanah dengan metode Walkey and Black ditentukan berdasarkan kandungan



C-organik (Foth,1994).



Bahan organik tanah adalah kumpulan beragam senyawa-senyawa organik kompleks yang sedang atau telah mengalami proses dekomposisi, baik berupa humus hasil humifikasi maupun senyawa-senyawa anorganik hasil mineralisasi (disebut biotik), termasuk mikrobia heterotrofik dan ototrofik yang terlibat (biotik). Sumber primer bahan organik tanah maupun seluruh fauna dan mikroflora adalah jaringan organiki tanah, baik berupa akar, daun, batang atau ranting, buah sedangkan sumber sekunder bahan organik berupa jaringan organik fauna termasuk kotorannya serta mikroflora. Dalam pengelolaan bahan organik tanah, sumbernya juga berasal dari pemberian pupuk organik berupa pupuk



kandang, pupuk hijau dan kompos, serta pupuk hayati (inokulan). Bahan organik berperan secara fisik, kimia, dan biologi (Hanafiah, 2005). Budidaya organik nyata meningkatkan kandungan karbon tanah. Karbon merupakan komponen paling besar dalam bahan organik sehingga pemberian bahan organik akan meningkatkan kandungan karbon tanah. Tingginya karbon tanah ini akan mempengaruhi sifat tanah menjadi lebih baik, baik secara fisik, kimia dan biologi. Karbon merupakan sumber makanan mikroorganisme tanah,s ehingga keberadaan unsur ini dalam tanah akan memacu kegiatan mikroorganisme sehingga meningkatkan proses dekomposisi tanah dan juga reaksi-reaksi yang memerlukan bantuan mikroorganisme, misalnya pelarutan P, fiksasi N dan sebagainya (Utami dan Handayani, 2003) Bahan organik tanah sangat berperan dalam hal memperbaiki sifat fisik tanah, meningkatkan aktivitas biologis tanah, serta untuk meningkatkan ketersediaan hara bagi tanaman. Bahan organik itu sendiri merupakan bahan yang penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisika, kimia maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat yang tiada taranya. Sekitar setengah dari kapasitas tukar kation (KTK) berasal dari bahan organik. Bahan organik juga merupakan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah. Sumber bahan organik adalah jaringan tanaman (sumber sekunder). Kadar bahan organik tanah dipengaruhi oleh kedalaman, iklim, drainase dan pengolahan dari tanah tersebut. Bahan organik ditentukan kadarnya oleh para peneliti tanah melalui penetapan jumlah unsure karbon organiknya (Hakim dkk,1986). Tanah yang banyak mengandung humus atau bahan organik adalah tanahtanah lapisan atas atau top soil. Semakin ke lapisan bawah tanah maka kandungan bahan organik semakin berkurang, sehingga tanah semakin kurus. Oleh karena itu, top soil perlu dipertahankan (Hardjowigeno, 2003). Lapisan atas profil tanah biasanya cukup banyak mengandung bahan organik dan biasanya berwarna gelap karena penimbunan (akumulasi bahan organik tersebut). Lapisan dengan ciri demikian sudah umum dianggap sebagai daerah (zone) utama penimbunan lahan organik yang disebut tanah atas atau tanah olah. Sub soil adalah tanah dibagian bawahnya, yang mengalami cukup pelapukan,



mengandung sedikit bahan organik. Lapisan organik yang berlainan itu terutama dalam tanah yang sudah mengalami pelapukan di daerah lermbah (Buckman, 1982). Pada tanah dengan drainase buruk, dimana air berlebih, oksidasi terhambat karena kondisi aerasi yang buruk. Hal ini menyebabkan kadar bahan organik dan N tinggi daripada tanah berdrainase baik. Disamping itu vegetasi penutup tanah dan adanya kapur dalam tanah juga mempengaruhi kadar bahan organik tanah. Vegetasi hutan akan berbeda dengan padang rumput dan tanah pertanian. Faktorfaktor ini saling berkaitan, sehingga sukar menilainya sendiri. (Hakim dkk, 1986). Bahan organik dalam tanah merupakan fraksi bukan mineral yang ditemukan sebagai bahan penyusun tanah. Kadar bahan organik yang terdapat dalam tanah Alfisol berkisar antara (0,05-5) % dan merupakan tanah yang ideal untuk lahan pertanian, dan untuk tanah organik mendekati 60 % dan pada Titik oleh kadar bahan organik memperlihatkan kecenderungan yang menurun. (Pairunan, dkk., 1985). Bahan organik tanah menjadi salah satu indikator kesehatan tanah karena memiliki beberapa peranan kunci di tanah. Di samping itu bahan organik tanah memiliki fungsi-fungsi yang saling berkaitan, sebagai contoh bahan organik tanah menyediakan nutrisi untuk aktivitas mikroba yang juga dapat meningkatkan dekomposisi bahan organik, meningkatkan stabilitas agregat tanah, dan meningkatkan daya pulih tanah (Sutanto, 2005). II.2



Hubungan C-organik dengan kesuburan tanah



Bahan organik tanah merupakan salah satu bahan pembentuk agregat tanah, yang mempunyai peran sebagai bahan perekat antar partikel tanah untuk bersatu menjadi agregat tanah, sehingga bahan organik penting dalam pembentukan struktur tanah. Pengaruh pemberian bahan organik terhadap struktur tanah sangat berkaitan dengan tekstur tanah yang diperlakukan. Pada tanah lempung yang berat, terjadi perubahan struktur gumpal kasar dan kuat menjadi struktur yang lebih halus tidak kasar, dengan derajat struktur sedang hingga kuat, sehingga lebih mudah untuk diolah. Komponen organik seperti asam humat dan asam fulvat



dalam hal ini berperan sebagai sementasi pertikel lempung dengan membentuk komplek lempung-logam-humus (Stevenson,1982). Pengaruh bahan organik terhadap sifat fisika tanah yang lain adalah terhadap peningkatan porositas tanah. Porositas tanah adalah ukuran yang menunjukkan bagian tanah yang tidak terisi bahan padat tanah yang terisi oleh udara dan air. Pori pori tanah dapat dibedakan menjadi pori mikro, pori meso dan pori makro. Pori-pori mikro sering dikenal sebagai pori kapiler, pori meso dikenal sebagai pori drainase lambat, dan pori makro merupakan pori drainase cepat. Tanah pasir yang banyak mengandung pori makro sulit menahan air, sedang tanah lempung yang banyak mengandung pori mikro drainasenya jelek. Pori dalam tanah menentukan kandungan air dan udara dalam tanah serta menentukan perbandingan tata udara dan tata air yang baik. Penambahan bahan organik pada tanah kasar (berpasir), akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro. Dengan demikian akan meningkatkan kemampuan menahan air (Stevenson, 1982) Kerusakan tanah secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga kelompok utama, yaitu kerusakan sifat kimia, fisika dan biologi tanah. Kerusakan kimia tanah dapat terjadi karena proses pemasaman tanah, akumulasi garam-garam (salinisasi), tercemar logam berat, dan tercemar senyawa-senyawa organik dan xenobiotik seperti pestisida atau tumpahan minyak bumi (Djajakirana, 2001).



III.



METODOLOGI



III.1 Tempat dan Waktu Praktikum ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah,Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian,Universitas Hasanuddin, Makassar. Pengamatan dilakukan pada hari Rabu, 26 November 2014 pukul 10.00 WITA sampai selesai. III.2 Alat dan Bahan Adapun alat yang digunakan adalah neraca analitik, labu erlenmeyer 250 ml, gelas ukur 25 ml, buret asam, standar buret, dan gelas ukur 100 mL. Adapun bahan yang digunakan adalah sampel tanah terganggu lapisan 1,2 dan 3, asam sulfat pekat (H2SO4), kalium dikromat / K2Cr2O7 1 N, indikator diphenylamine, ammonium ferro sulfat / (NH4)2 Fe(SO4)2 0,25 N, aquades. 3.1 Prosedur kerja 1. Menimbang 1 g contoh tanah kering udara < 2 mm kemudian memasukkan 2. 3. 4. 5. 6.



ke dalam labu Erlenmeyer. Menambahkan 5 ml K2Cr2O7 dan 5 ml H2SO4. Kemudian mendiamkan sampai dingin. Setelah dingin, menambahkan 200 ml air suling Menetesi dengan indikator diphenylamine. Menitrasi dengan larutan ammonium ferro sulfat (hingga suspensi berwarna



hijau). 7. Mencatat milliliter (ml) penitar yang digunakan.



8. Membuat blanko dengan perlakuan yang sama dengan sampel tapi tanpa menggunakan sampel tanah. 9. Menghitung kadar C-Organik dengan persamaan : ( mlpenitarBlanko−mlpenitarsampel ) x N x 1,33 x 3 Kadar C-organik = mg sampel



x



100% Bahan Organik = % C x 1,724



IV.



HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, maka diperoleh data sebagai berikut. Tabel 2. Hasil pengamatan di laboratorium Jenis Lapisan



Kadar C-organik(%)



Bahan organik(%)



Lapisan 2



1,5%



2.58%



4.2 Pembahasan Berdasarkanhasiltabel di atasdapat di lihatbahwakandunganbahanorganikpada lapisan II yaitu 2,58% yang menunjukkan bahwa kadar bahan organik pada lapisan II sedang. Sesuai dengan pendapat Sutedjo (2006) bahwa tanah yang mengandung bahan organic adalah tanah lapisan atas atau top soil karena semakin kebawah suatu lapisan tanah maka kandungan bahan organikny asemakin berkurang sehingga tanah menjadi keras. Tinggi rendahnya kadar bahan organik diantaranya dipengaruhi oleh faktor kedalaman tanah, hal ini sesuai dengan pendapat Buckman dan Brady (1982) bahwa jumlah kandungan bahan organik sangat ditentukan oleh faktor kedalaman tanah dan tekstur tanah itu, dan semakin tinggi kandungan liat suatu tanah maka semakin rendah bahan organiknya.



Faktor-faktor yang mempengaruhi bahan organik dalam tanah adalah seperti pada lapisan II yaitu kedalaman, iklim, tekstur, dan adanya drainase yang buruk bahwa kedalaman suatu lapisan itu mempengaruhi bahan organik dalam tanah karena makin dalam suatu lapisan makin berkurang bahan organik dalam tanah.Hal ini sesuai dengan pendapat Djajakirana (2001)yang mengatakan bahwa Adanya drainase yang buruk juga menyebabkan kadar bahan organic dalam tanah tinggi. Faktor iklim juga mempengaruhi karena makin dingin suatu daerah makin tinggi kadar bahan organiknya. Tekstur tanah juga berperan karena makin banyak unsure haranya. V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai kadar C-organik pada sampel tanah lapisan II yaitu 1,58% dan kandungan bahan organiknya yaitu 2,58% yang berarti memiliki kandungan bahan oragnik sedang. 2. Kandungan bahan organik yang cukup di dalam tanah dapat memperbaiki kondisi tanah agar tidak terlalu berat dan tidak terlalu ringan dalam pengolahan tanah. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan bahan organik dalam tanah yaitu kedalaman tanah, iklim (suhu dan curah hujan), tekstur tanah, drainase, aerasi, aktivitas mikroorganisme, vegetasi. 5.2 Saran Sebaiknya dalam melakukan praktikum di laboratorium praktikan harus berhatihati karena alat-alat yang ada di laboratorium sangat mudah rusak dan dalam melakukan praktikum kita harus teliti dalam melakukan pengukuran agar tidak terjadi kesalahan.



DAFTAR PUSTAKA Buckman dan Brady, 1982. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Djajakirana, 2001.PengelolaanKesuburan Tanah. BumiAksara: Semarang. Foth H. D. 1994,



Dasar-DasarIlmu Tanah,



GadjahMada University Press:



Yogyakarta. Hakim N. M. Y., Nyakpa A. M., Lubis S. G., Nugroho M. R., Soil M. A., Diha G. B., Hong dan H.H. Barley. 1986. Dasar-DasarIlmu Tanah. Universitas Lampung: Lampung. Hanafiah., K., A. 2007. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Rajawali Persada: Jakarta. Hardjowigeno S, 1997, Ilmu Tanah, PT MedityatamaSarana Perkasa: Jakarta. Pairunan A, 1985. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Badan ke~asaina Perguruan Tinggi Negeri Indonesia BagianTimur, Makassar.



LAMPIRAN Perhitungan : Diketahui : Berat tanah kering



: 1000 mg



Normalitas Larutan Penitar : 0,25 Nilai penitar Blanko



: 56,5 ml



Nilai penitar Sampel



: 41,4 ml



Faktor Koreksi C



: 1,33



Berat Molekul/ valensi atom C : 3 % Bahan Organik



: % C x 1,724



Ditanyakan : a. Kadar C-organik b. % bahan Organik Penyelesaian: 1) Lapisan II a.



Kadar



C-organik



=



( ml penitar Blanko−ml penitar sampel ) x N x 1,33 x 3 mg sampel =



( 56,5−41,4 ) x 0,25 x 1,33 x 3 1000



x 100



x 100



=



15,1 x 0,25 x 1,33 x 3 1000



=



15,06 1000



x 100



= 1,5% b. % Bahan Organik = 1,5% x 1,724 = 2,58%



x 100