Laporan Praktikum Ekologi Hutan Acara 5 Deskripsi Hutan Dengan Struktur Vertikal (Diagram Profil Hutan) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN ACARA 5 DESKRIPSI HUTAN DENGAN STRUKTUR VERTIKAL (DIAGRAM PROFIL HUTAN)



Disusun Oleh : Nama



: Muhammad Zharifan Nafis



NIM



: 20/459126/KT/09291



Co-Ass



:



1. M. Iqbal Faturrahman 2. Ferby Rizky Muhammad 3. Shabriati Luthfiana



LABORATORIUM EKOLOGI HUTAN DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2021



ACARA V DESKRIPSI HUTAN DENGAN STRUKTUR VERTIKAL (DIAGRAM PROFIL HUTAN) I.



TUJUAN PRAKTIKUM Praktikum kali ini bertujuan untuk membuat diagram profil hutan secara subjektif



II.



DASAR TEORI Keberadaan vegetasi pada suatu area akan memberikan efek positif terhadap keseimbangan ekosistem dalam skala yang luas. Umumnya, vegetasi dalam suatu ekosistem memiliki peranan yang terkait dengan jasa lingkungan seperti diantaranya pengatur siklus karbon dioksida, perbaikan sifat fisik, kimia, serta biologis tanah, pengaturan daur hidrologi di dalam tanah, dan lain-lain. Menurut Febry (2015), pertukaran material antara faktor biotik dan abiotik dan saling terpengaruh satu sama lainnya bisa didefinisikan sebagai sistem. Istilah sistem digunakan karena penyebaran organisme di suatu lingkungan tidak terjadi secara acak dengan adanya keteraturan sesuai kebutuhan hidupnya masing-masing. Meskipun pada umumnya kehadiran vegetasi memberikan dampak positif, nyatanya pengaruh vegetasi akan bergantung pada susunan dan komposisi vegetasi yang tumbuh pada suatu daerah (Indriyanto, 2006 dalam Famella, 2019). Sebagai penyusun utama hutan, pohon memiliki stratifikasi tersendiri yang didasarkan pada ketinggian. Menurut Wawan Septiawan, dkk (2017), kriteria stratifikasi tajuk dibagi menjadi lima. Stratum A terdiri dari pohon-pohon dengan tinggi lebih dari 30 dan merupakan lapisan teratas. Stratum B terdiri dari pohonpohon dengan tinggi 20-30 m. Stratum C terdiri dari pohon-pohon dengan tingggi 1-4 m. Stratum E terdiri dari spesies tumbuhan bawah penutup tanah dengan tinggi kurang dari 1 meter dan merupakan lapisan tajuk terbawah. Pohon memiliki fungsi sebagai pelengkap, penyatu, penegas, penanda, dan pembingkai lingkungan. Pohon juga merupakan unsur paling menonjol dari tanaman secara estetika yang mencakup bentuk, ukuran, tekstur, dan warna. Tiap jenis pohon memiliki karakteristik morfologi yang berbeda dari tiap pohon di sekitarnya (Lestari, 2010 dalam Farhan, dkk. 2019).



Diagram profil pohon adalah penampang struktur vegetasi vegetasi yang digambarkan secara horizontal dan vertikal. Proses penggambaran ini salah satunya dilakukan dengan perangkat lunak SExI-FS. SExI-FS atau Spatially Explicit Individual-based Forest Simulator berfokus pada interaksi antar pohon di dalam suatu komunitas agroforestry (Harja, D. dan Vincént, G. 2008). Model yang dihasilkan menggunakan pendekatan dengan orientasi dimana objeknya adalah tiap perwakilan pohon dari suatu kelas pohon. Objek yang disimulasikan akan dimodifikasi oleh lingkunga sekitarnya melalui media ruang dan cahaya. III.



ALAT DAN BAHAN Alat yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut : 1. Kompas 2. Tali 3. Roll meter 4. Pita meter 5. Hagameter 6. Alat tulis 7. Tallysheet Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini sebagai berikut : 1. Tumbuhan spesies pohon dengan tinggi ≥ 5 m.



IV.



CARA PELAKSANAAN Pada



praktikum



ini,



dilakukan



langkah-langkah



sebagai



berikut



untuk



mendapatkan data : 1. Kuadrat berukuran 8 m x 60 m dibuat pada lokasi yang subjektif agar menggambarkan struktur hutan secara keseluruhan. 2. Individu pohon dengan tinggi ≥ 5 m Digambar menggunakan data sebagai berikut : koordinat pohon (x,y), nama jenis pohon, DBH (m), tinggi pohon (m), tebal tajuk,, lebar tajuk, dan sketsa pohon. 3. Diagram profil hutan lalu dibuat secara manual pada kertas milimeter blok atau secara digital dengan aplikasi SExl-FS. 4. Hasil pengolahan lalu dimasukkan ke dalam hasil pengamatan.



V.



HASIL PENGAMATAN Dari praktikum yang telah dilakukan, dihasilkan data dan diagram profil dari hasil analisis vegetasi metode kuadran komunitas di hutan E sebagai berikut : 



No.



Tabel 5.1. Data untuk pembuatan diagram profil hutan di hutan E.



S pesies



Koordinat x



y



Tinggi Pohon (m)



Panjang Tajuk (m)



TBBC



U



B



T



S



(m)



A (m)



Keliling S ketsa (cm)



1



S horea lepros ula



32,7



6,7



6



0,7



1,5



1



1,2



2



5



12



2



Pterygota alata



36,5



5



17



1,5



2,8



2,2



3,3



7



10



37



3



Pterygota alata



35,2



3



18



2



1,7



3,8



5



8



11



78



4



Hopea odorata



36,4



6,4



15



2,5



1,5



1



2



6



10



28



5 6



Hopea odorata S horea lepros ula Pterygota alata Pterygota alata



39 37,8 37,5 39



4,3 2,1 1,2 1,7



15 12 16 13



2,8 1,5 1,5 1,9



3 2,2 0,5 1,6



1,6 2 3,8 3,9



1,7 1,9 2,5 1,7



5 6 10 6



8 8 12 9



34 42 36 38



Adenanthera pavonina



42,1



1,1



13



0,7



0,5



0,7



0,7



4



Terminalia c atappa



43,3



1,7



21



5,6



7,8



4,5



7



12



18



128



11 Adenanthera pavonina



43



3,2



6



2



4,5



1,6



2,7



4



5



27



12 Adenanthera pavonina



45



2,5



13



4,6



5,2



6,4



1,8



6



8



53



47,6 50,1 52,8



5,6 2,2 8



10 6 8



2,6 0,8 1,4



2 0,9 0,5



2 0,5 3,8



1,4 0,4 3



6 3 5



7 4 7



25 14 22



7 8



9



10



13 14 15



Terminalia c atappa Hopea odorata Hopea odorata



6



30







Gambar 5.1. Diagram profil hutan secara digital di hutan E.







Gambar 5.2.1. Diagram profil hutan horizontal secara digital di hutan E







Gambar 5.2.2. Diagram profil hutan vertikal secara digital di hutan E



VI.



PEMBAHASAN Praktikum acara 5 ini bertujuan untuk membuat diagram profil suatu tegakan. Diagram profil adalah salah satu metode stratifikasi biomassa yang kurang abstrak dengan tingkat ketelitian yang berbeda-beda dan dengan tujuan, variabel, dan ukuran komunitas yang beragam. Diagram profil dapat digunakan untuk mendeskripsikan susunan vertikal secara rinci tidak seperti diagram lapis. Ini dikarenakan diagram profi digambarkan secara tiga dimensi berdasarkan data yang terperinci seperti posisi tiap individu dominan dan pengukuran ketinggian tiap individu (Mueller-Dombois, 2016). Diagram profil ini dibuat dengan tujuan untuk mengamati kenampakan vegetasi secara keseluruhan Diagram ini akan menunjukkan vegetasi serta ekosistem di sekitarnya, mulai dari keanekaragaman hayati dan aktivitasnya serta kedewasaan tegakan (Suci, 2017). Pada acara ini, diagram profil hutan dibuat dengan dua metode yakni metode manual menggunakan kertas milimeter blok serta metode digital dengan penggunaan perangkat lunak SExl-FS. Data yang digunakan pada proses pembuatan diagram profil diambil di Hutan E dan menghasilkan data seperti nama



jenis-jenis pohon, koordinat pohon, tinggi pohon, tinggi pohon bebas cabang, tinggi tajuk terluas dan panjang/lebar tajuk, serta keterangan sketsa pohon. Data diambil pada kuadrat berukuran 8 m x 60 m yang ditempatkan pada titik acak lalu pohon dengan ketinggian lebih dari atau sama dengan 5 m didata. Petak berukuran 8 m x 60 m merupakan modifikasi dari petak yang umum digunakan di hutan hujan tropis. Sedangkan pohon dengan ketinggian ≥ 5 m digunakan untuk memisahkan tumbuhan dengan habitus pohon dengan tumbuhan dengan habitus perdu maupun herba. Setelahnya, pengolahan dan pembuatan diagram profil bisa dilakukan. Pada metode manual, hal yang pertama harus dilakukan dalam membuat diagram profil horizontal adalah membuat sumbu x dan y sesuai ukuran petal ukur. Lalu posisi tiap individu pohon bisa ditentukan dengan koordinat yang sudah ada. Tajuk dibuat dengan memperhatikan panjang tajuk ke arah empat mata angin. Untuk tajuk yang beririsan, ketinggian pohon bisa diperhatikan. Untuk diagram vertikal sendiri, koordinat x tetap digunakan dengan data ketinggian pohon sebagai sumbu y dan tajuk hanya memperhatikan arah barat dan timur dari panjang tajuk. Tajuk mulai terbentuk di tinggi batang bebas cabang sampai tinggi pohon sedangkan tajuk terlebar ada di titik tajuk terluas. Metode ini bersifat subjektif dimana persepsi dan ketelitian orang berbeda-beda sehingga bisa menghasilkan diagram yang berbeda-beda pula. Namun metode ini tidak membutuhkan biaya yang tinggi. Metode ini menggambarkan pohon yang tiga dimensi menuju bidang dua dimensi sehingga sulit untuk digambarkan. Untuk metode digital, data seperti koordinat, nama spesies, DBH, tinggi, panjang tajuk, titik tajuk terluas, dan radius tajuk disusun pada software Excel lalu dipindahkan ke Notepad sehingga bisa dimasukkan ke dalam software SExl-FS. Plot pohon lalu dibuat sehingga diagram profil akan terbentuk secara otomatis. Tampilan diagram vertikal dan horizontal pohon lalu disesuaikan sesuai kebutuhan. Metode ini mudah dilakukan namun membutuhkan spesifikasi perangkat keras yang lumayan mumpuni sehingga tidak semua laptop/computer sanggup menjalankan software SExl-FS. Menurut (Sadili, dkk, 2019), struktur hutan yang cukup lengkap ditandai dengan adanya empat stratum yaitu stratum A (≥ 35m), stratum B (25 m – 35 m), stratum C (10 m – 25 m), dan stratum D (≤10 m). Dari diagram profil hutan yang telah



dibuat,



bisa



diinterpretasikan



bahwa



pohon



di



hutan



E



menggerombol/berkelompok di satu tempat dan stratum yang tidak terlalu lengkap ditandai dengan ketinggian pohon yang berkisar mulai dari 6 meter hingga 21 meter. Ini menandakan hanya dua stratum tajuk yang ada. Hasil ini bisa digunakan untuk berbagai macam hal dalam pengelolaan hutan misalnya pengukuran besaran intersepsi air hujan, besaran erosi tanah, kecocokan habitat satwa, dan lain-lain. VII.



KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai bahwa diagram profil hutan dapat dibuat dengan dua metode, yaitu secara manual pada kertas milimeter blok dan secara digital menggunakan perangkat lunak SExlFS dan pembuatan diagram pohon menggunakan data-data seperti nama jenis pohon, koordinat pohon, tinggi pohon, tinggi batang bebas cabang, tinggi tajuk terluar, panjang/lebar tajuk, Pohon-pohon di hutan E memiliki karakteristik bergerombol dan memiliki strata rata-rata menengah



VIII.



DAFTAR PUSTAKA Famella, dkk. 2019. Keanekaragaman Vegetasi Riparian Sungai Panjang Bagian Hilir di Kecamatan Ambarawa Kabupaten Semarang. Jurnal Akademika Biologi, Vol. 8(1): 30-34.[1] Farhan, M. R., dkk. 2019. Analisis Vegetasi.Halaman 11. Jurusan Biologi FMIPA UNM: Malang. 63 Halaman. [2] Febri, M. 2015. Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa Berasrama terhadap Materi Ekosistem. Seminar Nasional XII Pendidikan Biologi. [3] Harja, D. and Vincént, G. 2008. Spatially Explicit Individual-based Forest Simulator - User Guide and Software.Halaman 1. World Agroforestry Centre



(ICRAF)



and



Institut



de



Recherche



pour



le



Développement



(IRD):Bogor.93 halaman.[4] Mueller-Dombois, D., Ellenbergh, H. 2016. Ekologi Vegetasi : Tujuan dan Metode. Terjemahan oleh Kartawinata, K., Abdulhadi, R. Jakarta : LIPI Press.[5] Sadili, A., Royyani, M. F., Agusta, A., Afandi, I., Efendy, O., Ashari, H. & Keim, A.P. (2019). Kajian pendahuluan floristik dan fitososiologi pohon di Pulau Simeuleu Provinsi Aceh. Jurnal Biologi Indonesia 15 (2): 187-197.[6]



Suci, Dahlan, Z., Yustian, I. 2017. Propil Vegetasi di Kawasan Hutan Konservasi Suaka Margasatwa Gunung Raya Kecamatan Warkuk Kabupaten Oku Selatam. Jurnal Penelitian Sain. 19(1).[7] Wawan Septiawan, dkk.2017. Jenis Tanaman,Kerapatan, dan Statifikasi Tajuk pada Hutan Kemasyarakatan Kelompok Tani Rukun Makmur 1 di Register 30 Gunung Tanggamus, Lampung. Jurnal Sylva Lestari. 5(2):88-101 [8]



IX.



LAMPIRAN [1]



[2]



[3]



[4]



[5]



[6]



[7]



[8]



-