Laporan Praktikum Finishing Upholstery Hensen-1 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FINISHING PIGMENTED ARRIKEL UPHOLSTERY



DOSEN PENGAMPU: Sofwan Siddiq Abdullah, A.md., S.T., M.Sc Nais Pinta Adetya, MT.



DISUSUN OLEH:



Dhany Firmansyah Hensen Almalia Khoriatul Maslukah Reza Endika



1701045 1701046 1701064 17010



Kelompok 10/ Kelas TPK B



WORKSHOP PASCA TANNING DAN FINISHING PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA 2019



JOB SHEET I FINISHING PIGMENTED ARTIKELUPHOLSTERY A. DATA BAHAN BAKU KULIT FOTO BAHAN BAKU KULIT



Luas Tebal



22, 6 sqft Leher : 2,75 mm Belly : 2,75 mm Krupon : 2,75 mm Pantat : 2,75 mm 210 cm 78 cm Terdapat lubang pada bagian krupon, pantat daan belly Warna tidak rata pada bagian perut dan pantat Terdapat luka sembuh pada bagian belly



Panjang Lebar Kondisi kulit



Kualitas



VI (enam)



B. FORMULA DAN URUTAN PROSES Bahan Kimia Tahapan Proses Sortasi dan Grading



Bahan Kimia



Produk paten



Fungsi Menentukan kelas dan kualitas pada kulit



Keterangan Bagian (berat (g))



Perhitungan Kulit memiliki panjang 210 cm dan lebar



Drop test



H2O



Air



Clearing H2O (15 gr/ sqft)



Air



Drop test



Stucco (5-10 gr)



Mengetahui resapan air terhadap kulit Melarutkan 323 gr bahan kimia dan membantu penetrasi Menurunkan 6,6 gr tegangan permukaan kulit & meratakan muatan Membantu 3,3 gr penetrasi



Surfactant



Perbon CC



NH4OH



Amoniak



H2O



Air



Mengetahui resapan air tehadap kulit



Aquabas e MgO



Menutup 5 gr bekas cacat terbuka



970 ×333 1000



78 cm, luas 22, 6 sqft dan tebal rata-rata 2, 75 mm. Terdapat lubang pada bagian krupon, pantat dan belly Warna tidak rata pada bagian perut dan pantat Terdapat luka sembuh pada bagian belly. Dengan kualitas 6. Drop test pertama membutuhkan waktu 25 detik Clearing dilakukan dengan cara padding 1 kali dikeringkan



20 ×333 1000



10 ×333 1000



-



Drop test kedua membutuhkan waktu 1o detik, maka proses clearing dinyatakan cukup Bekas cacat dapat tertutup dan warna sedikit



terlalu gelap Pigmen



Base coat H2O (15 gr/ sqft)



Resin acrylic



Pigmen



Adhesive



Platting



Medium H2O coat (15 gr/ sqft) Pigmen



Adhesive



Compact binder Urethane soft binder



Filler



Yellow, red



Menutup dan meratakan warna Air Melarutkan bahan kimia dan membantu penetrasi x- grade Mengisi, CGS menutup (cover), adhesive tinggi Light Menutup brown (cover) dan dan red meratakan warna PU AP 39 Merekatkan larutan dengan grain Polimerisasi



Air



Light brown dan red PU AP 39



Euderm compact UP-E Bayderm pre bottom 2067 Fi 50



1 tetes



-



148 gr



450 ×333 1000



148 gr



450 ×333 1000



16,5 gr



50 ×333 1000



16,5 gr



50 ×333 1000



Melarutkan 83,2 gr bahan kimia dan membantu penetrasi Menutup cacat 33,3 gr dan meratakan warna Merekatkan 16,6 gr larutan



250 ×333 1000



Merekatkan 83,2 gr pigmen dengan grain Memberi efek 83,2 gr soft pada kulit



250 ×333 1000



Mengisi bagian 33,3 gr loose dan menambah pegangan



100 ×333 1000



100 ×333 1000 50 ×333 1000



250 ×333 1000



Base coat dilakukan dengan cara padding rata 1x ulas dikeringkan. Sebanyak 3x. warna kulit mulai rata, mulai mengkilap dan kondisi bagian kulit yang di stucco belum tersamarkan.



Suhu 80 ̊C, waktu 2 detik, tekanan 2 atm Medium coat dilakukan dengan cara spray 1x cross keringkan. Kulit dispray 3x, warna kulit rata cacat dan stucoo tersamarkan



Top coat H2O (15 gr/ sqft)



5



485 ×333 1000



Hard dan glosy binder



166,5 gr



500 ×333 1000



Memperkuat atau memperbanya k ikatan PU Menambah efek pegangan



1,6 gr



5 ×333 1000



3,3 gr



10 ×333 1000



Air



Melarutkan 161, bahan kimia gr dan membantu penetrasi



PU top emulsion



Top LN



Crosslingke r



Primal SCL



Hand modifier



AS 6



Platting



Polimerisasi



Measurin g



Mengetahui luas akhir pada kulit Mengetahui ukuran dan kualitas akhir kulit



Sortasi dan grading



C. HASIL DAN PEMBAHASAN a) Hasil Praktikum FOTO HASIL KULIT



Top coat dilaksanakan sebanyak 3x spray dan dikeringkan, hasil kulit mengkilat dan warna rata.



Suhu 105 ̊C, tekanan 3 atm dan waktu 3 detik. Kondisi kulit ada bagian yang melepuh dan grain terangkat.



Luas Tebal



Panjang Lebar Kondisi kulit Kualitas



21,5 sqft Leher : 1,2 mm Krupon : 1,5 mm Belly : 1,5 mm Ekor : 1,1 mm 233 cm 89 cm Warna rata, terdapat grain hampir mengelupas pada bagian leher Terdapat lubang pada bagian krupon I-IV



b) Pembahasan



NAMA : HENSEN ALMALIA NIM



: 1701046



Finishing merupakan rangkaian aplikasi kimia dan aplikasi mekaanik (final process) meningkatkan properties dan appearance produk yang sangat indah dan menarik. Finishing memiliki tujuan yaitu: 1. Melapisi (protecting) permukaan kulit atau memberikaan lapisan tipis/film pada permukaan kulit untuk melindungi permukaan kulit dari pengaruh bahan kimia, panas, gosokan, air, benturan dll. 2. Memperbaiki (upgrading) cacat, defek-defek pada permukaaan kulit sehingga permukaan (grain) tampak lebih natural.



3. Memprerindah, menghias (decorating) agar tampak lebih indah dan fashionable. Jenis finishing terbagi menjadi 3 yaitu finish anilin, finish semi anilin, dan finish pigmented 1. Finish anilin merupakan lapisan tanpa pigmen/transparent coats. Menggunakan kulit full grain atau High Quality Leather. 2. Finish semi anilin merupakan lapisan yang menggunakan sedikit pigmen dan dyess yang dicampur dengan binder atau covering base. 3. Finish pigmented permukaan kulit total merupakan covering pigmen dan binder.



Tahapan dalam proses finishing ialah clearing, staining, base coat (1st coat), top coat (2nd coat). Dalam praktikum ini jenis finishing yang digunakan ialah pigmented



dengan



menggunakan metode spray finish. Kulit yang digunakan ialah kulit sapi crust. Finishing pigmented merupakan finish dengan menggunakan full pigmen, permukaan kulit total merupakan covering pigmen dan binder. Karakter dari jenis finish pigmen ialah tekstur kulit halus dan seperti plastik, warna tidak akan berubah ketika ditekan,tidak terlihat seperti kulit asli tetapi seperti bahan kulit imitasi, pola dan permukaan terlihat sama dan konsisten, pori-pori tertutup rapat, tidak mudah menyerap cairan. Tahapan yang pertama dilakukan ialah identifikasi kulit atau sortasi dan grading pada kulit yang akan digunakan. Identifikasi kulit dilakukan untuk mengetahui kelas dan kualitas kulit, kulit memiliki panjang 210 cm, lebar 78 cm, dengan luas 22, 6 sqft, tebal leher 2,75 mm, belly 2,75 mm, krupon 2,75 mm dan ekor 2,75 mm. Kualitas 6 (enam), Cacat Terdapat lubang pada bagian krupon, pantat daan belly, warna tidak rata pada bagian perut dan pantat, terdapat luka sembuh pada bagian belly. Selanjutnya dilakukan drop test yang bertujuan untuk mengetahui serapan air pada kulit, drop test pertama membutuhkan waktu 25 detik untuk menyerap air, waktu tersebut melebihi batas waktu yang ditentukan yaitu 15 detik, maka perlu dilakukan clearing. Clearing bertujuan untuk membersihkan debu, kotoran dll yang menempel pada permukaan kulit. Sebelum dilakukan coating, biasanya kulit dalam kondisi crust kering, berdebu, mungkin sedikit berminyak, tegangan permukaan tinggi sehingga dapat menghambat penetrasi dan serapan kulit yang tidak merata. Clearing merupakan tahap awal persiapan kulit



agar serapan permukaan kulit homogen, untuk itu maka dilakukan drop test untuk mengetahui serapan permukaan kulit. Clearing (15/ sqft) menggunakan air (323 gr) yang bertujuan sebagai pelarut bahan kimia dan membantu penetrasi, perbon CC (6,6 gr) yang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan kulit dan meratakan muatan, amoniak ( 3,3 gr) berfungsi untuk membantu penetrasi (penetrator). Clearing dilaksanakan dengan cara diulas/ padding rata, setelah diulas maka kulit dikeringkan dengan diangin-anginkan, setelah kering kulit di drop test kembali untuk mengetahui serapan airnya. Drop test kedua ialah 10 detik maka proses clearing dianggap selesai. Tahap selanjutnya ialah proses stucco, proses ini merupakan proses penambalan atau penutupan cacat pada kulit terutama cacat terbuka. Dengan bahan yang digunakan ialah Aquabase MgO (5 gr) untuk menutup cacat terbuka pada kulit, pigmen (kuning dan merah) 1 tetes berfungsi untuk menutup dan meratakan warna. Stucco dilakukan dengan cara diulas dengan alat cup dan fokus pada cacatnya saja. Tahapan selanjutnya ialah base coat (1st coat) (15 gr/ sqft). Base coat adalah lapisan pertama yang akan mendasari, sebagai pondasi dari lapisan cat tutup secara keseluruhan. Lapisan ini merupakan lapisan yang paling fleksibel, soft karena menjadi tumpuan semua lapisan dan yang paling kuat mendapat tekanan (flexing) ketika digunakan. Karena menjadi tumpuan semua lapisan dan yang berhubungan langsung dengan grain/ permukaan kulit maka karakter lapisan cat tutup kulit seperti: adhesion, coveragee, solvent resistance, dry cleanability, toughness, plate release, print retention, wet soak resistance, dan tentunya flexibility merupakan tanggung jawab lapisan ini. Komponen base coat ialah resin/ polimer emulsion (binder), diluent (pengencer larutan binder), auxiliaries dan pigmen/ dyestuff larut air. Lapisan ini difungsikan sebagai dasar kekuatan seluruh lapisan dan sebagai penyangga colour coat. Lapisan ini dibuat sangat lunak untuk memperoleh kekenyalan dan elastisitas rajah/ grain karena rajah yang paling besar mengalami tekanan dan perubahan gerak ketika digunakan. Selain itu juga sebagai proteksi agar lapisan pigmen tidak terserap dan terpenetrasi terlalu masuk kedalam penampang kulit. lapisan ini merupakan lapisan yang bertanggung jawab terhadap ketahanan/ kuat rekat cat dengan kulit, sehingga ikatan dengan kulit bersifat permanen.



Bahan yang digunakan dalam proses base coat ialah air ( 148 gr) untuk melarutkan bahan kimia dan membantu penetrasi, X-Grade CGS (148 gr) merupakan resin acrylic yang berfungsi sebagai pengisi, penutup dan perekat yang tinggi, pigmen (16,5 gr) light brown dan red, pigmen berfungsi untuk mengcover atau menutup cacat serta meratakan warna, PU AP 39 (16,5 gr) yang berfungsi untuk merekatkan larutan base coat dengan grain / rajah pada kulit. Base coat dilakukan dengan cara diulas / padding rata sebanyak 3x dengan metode 1x ulas dikeringkan. Hasil kulit setelah base coat ialah warna kulit mulai rata, kulit mulai mengkilap dan kondisi bagian yang di stucco belum tersamarkan. Metode pengulasan base coat ialah tipis tetapi merata. Proses selanjutnya ialah platting pada kulit dengan tujuan polimerisasi dengan suhu 80 ̊C, tekanan 3 atm dan waktu 2 detik. Setelah platting dilakukan proses medium coat (2nd coat) (15 gram/sqft), medium coat atau colour coat berada diantara base coat dan top coat, bersifat lebih keras dari base coat, lebih lunak dan fleksibel dari top coat, lapisan pembawa warna, menyiapkan permukaan kulit akan siap untuk menerima aplikasi mekanik plating, printing, ironing, embossing, milling. Colorant (pewarna) efek khusus seperti inlay, tipping, antic dll. Medium coat memiliki komponen yaitu binder (resin/ polimer emulsion, colour material (pigmen/ dyestuff), auxiliaries dan diluent (pengencer larutan binder). Film lebih keras dibanding base coat. Bahan yaang digunakan dalam medium coat (2nd coat) ialah air (83,2 gr) sebagai pelarut bahan kimia dan membantu penetrasi, pigmen (33,3 gr) pigmen yang digunakan ialah light brown dan red yang berfungsi untuk penutup cacat (cover) dan meratakan warna, penggunaan pigmen light brown dan red dengan perbandingan 4:1, pewarna pigmen merupakan pewarna yang berasal dari alam, mineral, batuan yang bersifat covering atau menutup permukaan sehingga 90% digunakan pada proses finishing atau pengecatan tutup. Bedanya dengan dyestuff adalah pigmen tidak bereaksi secara kimiawi tetapi melekat karena direkatkan oleh binder, sedangkan dyestuff bereaksi dengan serat kulit dan tidak mempunyai efek menutup dan jarang digunakan sebagai pewarna finishing, kecuali reptil atau aniline finished leather. Pada medium coat juga terdapat komponen yaitu binder yang merupakan pengikat atau pembentuk lapisan tipis (film) umumnya merupakan emulsi resin atau polimer, merupakan komponen vital/ utama dalam base coat. Penggunaan tegantung aplikasi dan yang akan dicapai namun karena base coat memerlukan sifat yang sangat fleksibel maka resin atau polimer yang digunakan bersifat termoplastik seperti resin akrilik dan turunannya.



Bahan medium coat lainnya ialah PU AP 39 (16,6 gr) yang berfungsi untuk merekatkan larutan dengan permukaan kulit/ grain, Euderm Compact UP-E (83,2 gr) merupakan compact binder yang berfungsi merekatkan larutan pigmen dengan kulit, Bayderm Pre Bottom 2067 (83,2 gr) merupakan urethane soft binder yang berfungsi memberikan efek soft pada kulit, Fi 50 (33,3 gr) merupakan filler wax yang berfungsi untuk mengisi bagian loose dan menambah padat pegangannya. Aplikasi medium coat dengan cara spray, dispray 1x cross dikeringkan sebanyak 3x aplikasi. Kondisi kulit setelah di medium coat warna kulit hampir rata, cacat dan stucco tersamarkan. Binder berfungsi merekatkan warna pada kulit, disebut juga pemersatu/ pembentuk lapisan agar komponen warna dan bahan lain yang digunakan dalam pengecatan tutup kulit dapat merekat diatas grain. Binder yang digunakan dewasa ini merupakan water soluble atau water base system, sehingga merupakan emulsi. Binder umumnya merupakan resin/ polimer baik bersifat thermoplastic atau thermosetting. Tahapan proses yang terakhir ialah top coat (3nd coat)( 15 gr/ sqft), lapisan yang terakhir yang berfungsi untuk melindungi lapisan dibawahnya dari berbagai bahan kimia dan pengaruh fisik seperti benturan, gosokan, panas, dingin dll. Untuk itu lapisan ini dirancang menjadi lapisan yang paling keras dibandingkan lapisan dibawahnya. Lapisan ini dapat dikelompokkan menjadi lapisan yang berbasis pelarut air atau water bases dan non water bases, yang menggunakan pelarut organik atau yang disebut dengan tipe laquer. Tipe top coat laquer mempunyai ketahanan pakai, durabilitas, tacktile properties yang lebih baik dibandingkan dengan water bases, namun kurang ramah lingkungan mengingat bahan kimia yang digunakan banyak menghasilkan VOC. Bahan yang digunakan dalam top coat ialah air ( 161,5 gr) sebagai pelarut bahan kimia, Top LN (166, 5 gr) merupakan PU top emulsion yang berfungsi memberikan efek hard dan glozy binder, dalam praktikum ini terdapat perbedaan penggunaan PU yaitu UR 1511, Top LN dan WOP, Top LN dan UR 1511 bersifat glossy pada hasil akhir kulitnya sedangkan WOP bersifat dull atau matte, pada penggunaan PU UR 1511 dilakukan top coat ulang karena kulit menempel pada mesin plat, primal SCL (1,6 gr) crosslingker yang berfungsi untuk memperbanyak atau memperkuat ikatan PU, hardener atau cross-linking agent umumnya



digunakan apabila menggunakan binder poliurethen, karena lapisan film poliurethan hanya akan terbentuk bila ada cross lingker. Umumnya produk ini merupakan komponen poliisocyanate, polifungsional aziridine, binder poliamida atau casein. AS 6 (3,3 gr) yang berfungsi untuk hand modifier. Aplikasi top coat dengan cara spray 3x, kondisi kulit setelah di top coat kulit mengkilat dan warna rata, stucco tersamarkan. Proses selanjutnya ialah platting pada kulit berfungsi untuk polimerisasi dengan suhu 105 ̊C, tekanan 3 atm dan waktu 3 detik. Terdapat bagian yang melepuh dan grainnya hampir terangkat dikarenakan waktu pada platting yang terlalu lama dan terlambat melepaskan kulit pada mesin platnya. Hasil setelah di lakukan top coat yaitu kulit mengkilat, warna rata. Tahap yang terakhir ialah sortasi dan grading hasil dari praktikum yaitu kulit memiliki panjang 233 cm dan lebar 89 cm dengan luas 21, 7 sqft, tebal leher yaitu 1,2 mm, krupon 1,5 mm, belly 1,5 mm dan ekor 1,1 mm. Warna rata dan terdapat lubang pada bagian krupon dan grain hampir mengelupas pada bagian leher akibat platting. Dilakukan pengujian pada kulit finish meliputi uji kerekatan, uji gosok, uji kelemasan dan uji warna. Uji kerekatan dengan cara menempelkan lakban yang kemudian ditarik dengan kuat dan hasil dari uji kerekatan kulit kami ialah kulit tidak mengelupas sama sekali. Uji gosok dilakukan dengan cara menggosokkan 2 kain yaitu 1 kain kering dan 1 kain basah, digosokkan 10 kali pada masing-masing kain dan hasilnya ialah warna tidak luntur pada kain kering maupun kain basah. Uji kelemasan dilakukan dengan alat softness dan hasilnya ialah 3,7mm dengan range diameter 25 (kelemasan medium). Semakin kecil range diameter yang digunakan maka kulit yang diuji semakin soft. Uji yang terakhir ialah uji warna, warna telah sesuai dengan flesh, warna rata, noda/kotoran telah tertutupi, cacat telah tertutupi artinya upgrading berhasil.



KESIMPULAN 1. Praktikum jenis finishing yang digunakan ialah pigmented dengan menggunakan metode spray finish. Kulit yang digunakan ialah kulit sapi crust. Finishing pigmented merupakan finish dengan menggunakan full pigmen, permukaan kulit total merupakan covering pigmen dan binder.



2. Proses stucco, proses ini merupakan proses penambalan atau penutupan cacat pada kulit terutama cacat terbuka. 3. Hasil kulit setelah base coat ialah warna kulit mulai rata, kulit mulai mengkilap dan kondisi bagian yang di stucco belum tersamarkan. 4. Kondisi kulit setelah di medium coat warna kulit hampir rata, cacat dan stucco tersamarkan. 5. Hasil setelah di lakukan top coat yaitu kulit mengkilat, warna rata tetapi terdapat bagian yang melepuh dan grainnya hampir terangkat dikarenakan waktu pada platting yang terlalu lama dan terlambat melepaskan kulit pada mesin platnya. 6. Uji kerekatan baik, uji kelemasan 3,7mm artinya kulit memiliki kelemasan yang medium, uji gosok baik dan uji warna rata, cacat, noda, kotoran telah tertutupi.