Laporan Praktikum Finishing Anilin Pull Up Kambing Leather Goods [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK FINISHING FULL ANILIN FINISHING ANILIN PULL UP KAMBING LEATHER GOODS



DOSEN PENGAMPU:



Titik Anggraini,B.Sc,SE.,MM Ragil Yuliatmo,M.Sc



DISUSUN OLEH: KELOMPOK IV/KELAS TPK A



1. Elisabeth Aisa D. (1701013) 2. Muhammad Nur Nurul I. (1701006) 3. Ferdianto Ardiansyah (1701039) 4. Khusnul Khotimah (1701043)



WORKSHOP PASCA TANNING DAN FINISHING PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENGOLAHAN KULIT POLITEKNIK ATK YOGYAKARTA 2019



JOB SHEET I FINISHING FULL UP ANILIN KULIT KAMBING A. DATA BAHAN BAKU KULIT



Kulit I Luas



Kulit II Kulit I P=88 cm



Luas=8,7 Sqft



L=76 cm Kulit II P=63 cm



Luas= 3,5 Sqft



L=43 cm Tebal



Kulit I -Tebal rata-rata = 0,85 mm Kulit II -Tebal rata-rata = 1,06 mm



Warna



coklat



Kondisi kulit



Kulit I -warna tidak rata -lubang dibagian tepi -bekas kutu grain terkelupas Kulit II



-warna merata -grain terkelupas -terdapat lipatan



Kualitas



: Kulit I = Reject



Kulit II= Reject



Bahan Kimia Tahapan Proses 23 September 2019



Bahan Kimia



Produk Paten



Fungsi



Bagian Berat (g)



Keterangan Perhitungan - Warna kulit crust Havana Kulit 1 : P : 88 cm L : 76 cm



Sortasi dan Grading



Luas : 8,5 sqft Tebal :0,85 mm Kualitas : reject Kulit 2 : P : 63 cm L : 43 cm Luas : 3,9 sqft Tebal :1,06 mm Kualitas : reject



Condisioning



Untuk mengembalikan kadar air bebas, sehingga jika ada perlakuan mekanik tidak pecah



Kulit dispray sampai cukup basah



toogle



Untuk menambah luas, serta membuat kulit lebih flat (mengurangi lipatan)



Toogle tidak dipentang mati Dilakukan 30 menit , kondisi kulit lebih flat dan luas



buffing



Meratakan bagian flesh kulit, sehingga membuat kulit lebih rata ketika dispray dimeja



Buffing dilakukan dengan buffing manual , menggunakan 3 jenis amplas yaitu kasar, sedang dan halus.



24 September 2019



Mengetahui daya resap kulit terhadap air.



Hasil : kulit I= 4 detik,kulit II= 4 detik,. Kulit belum memenuhi standar drop test ,tetapi untuk membersihkan kotoran dan debu yang menempel maka perlu dilakukan clearing



Drop test



Clearing (5 gr/sqft)



H2O



Air



Membantu media pembasah dan sebagai larut bahan finishing



980 (58,8 gr)



980 Γ— 60 1000 = 58,8 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



- Pada proses clearing ini membutuhkan bahan clearing 5 gr/ sqft,



Surfakta n non ionik



Hustapol NID



Menurunkan tegangan muka kulit dan meratakan muatan kulit



20 (1,2 gr)



20 Γ— 60 1000 = 1,2 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Impregnasi



H2O



Air



Membantu media pembasah dan sebagai larut bahan finishing



925



925 Γ— 60 1000 = 112,2 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Acrylic



Primal DGR



Sebagai pengisi



45



45 Γ— 60 1000 = 5,4 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



(10 gr/sqft)



sedangkan total luas 2 kulit 12 sqft. Maka kebutuhan bahan kimia clearing 5gr x 12 sqft = 60 gr/sqft - Tujuan proses clearing ini yaitu untuk meratakan muatan kulit sehingga daya resap bahan ke dalam kulit lebih optimal. - Pada proses clearing ini dilakukan dengan cara kulit di spray dengan bahan tersebut memakai spray gun, lalu dikeringkan - Kontrol proses pada proses clearing ini yaitu drop test Tujuan impregnasi adalah mengurangi daya serap kulit terhadap air maupun bahan kimia finishing. Dilakukan dengan cara padding secara merata



Filler wax



FI 50



25 September 2019



20 Γ— 60 1000 = 2,4 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Untuk mengisi bagian dalam kulit sehingga menghambat serapan air



,sekali ulas dieringkan lalu di ON (over night)



Hasildrop test -kulit I 15 detik -kulit II 20 detik



Mengetahui daya resap kulit terhadap air.



Drop test -



Drop test



Mengetahui daya resap kulit terhadap air setelah plating



Staining (7 gr/sqft)



Plating denga suhu 800C, tekanan 1,5 MPA, waktu1detik Kulit menjadi lebih kilap dan gelap. Hasildrop test -kulit I 20 detik -kulit II 20 detik



Meratakan kulit Membentuk polimerisasi



plating



H2O



Air



Membantu media pembasah dan sebagai larut bahan finishing



425



425 Γ— 84 1000 = 35,7 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Liquid dyestuff



LD warna maroon



Memberikan warna pada kulit sesuai dengan warna yang diinginkan



25



25 Γ— 84 1000 = 2,1 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



- Pada proses staining ini membutuhkan bahan staining sebanyak 7 gr/sqft, sedangkan total luas 2 kulit sebanyak 12 sqft, maka kebutuhan bahan staining sebanyak 8 gr x 12 sqft = 84 gr/sqft - Tujuan dari proses staining ini untuk meratakan warna apabila



Protein binder



TOP 239



Memberikan efek kilap



50



Memiliki efek mengisi yang baik



Kiss plate



Oil coat



plating



50 Γ— 84 1000 = 4,2 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Untuk memberikan efek kilap



Dilakukal dengan memberikan resin plating tekanan diatur 1,5MPA suhu 80 oC dengan waktu 0,5 detik , kulit menjadi lebih kilap dan car sudah merekat sampai kedalam



Mineral oil



Oil mesran



Untuk efek migrasi



500



500 Γ— 120 650 = 92 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Paraffin padat



Paraffin padat



Untuk efek putih



100



100 Γ— 120 650 = 18,4 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Wax



Malam



Untuk efek gelap



Untuk mengoptimalkandaya



warna kulit crust tidak rata dan menyamarkan defek - Pada proses staining ini dilakukan dengan cara di spray cross sebanyak 1 kali dimana 1x spray langsung dikeringkan



50



50 Γ— 120 650 = 9,2 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Metode kulit diulas secara merata lalu dikeringkan stetlahkering diulangi sampai habis Kulit menjadi lebih gelap serta merata kesemua bagian



Plating dengan suhu 100oC twkanan 1,5MPA waktu 1 detik



serap minyak kedalam kulit Intermediet



700



700 Γ— 84 1000 = 58,5 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Melio A777 Membuat adhesi antar lapisan



300



300 Γ— 84 1000 = 25,2 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



H2O



Air



Membantu media pembasah dan sebagai larut bahan finishing



750



750 Γ— 84 1000 = 63 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



NC water base



Melio EW 348



Memberikan efek glossy



250



250 Γ— 84 1000 = 21 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Hand modifier



AS 6



Memberikan efek glossy



25 (2,26 gram)



H2O



Air



Binder/ resin acrylic



(7gr/sqft)



Top Coat (7 gr/sqft)



Membantu media pembasah dan sebagai larut bahan finishing



25 Γ— 90,4 1000 = 2,26 π‘”π‘Ÿπ‘Žπ‘š



Tujuan proses ini adalah meningkatkan taya tahan adhesi antar lapisan base coat dengan top coat. Metode dilakukan dengan cara dispray 1x cross dikeringkan 2x - Proses top coat membutuhkan bahan sebanyak 7 gr/sqft, dimana total luas 2 kulit yaitu 12 sqft, maka kebutuhan bahan base coat sebanyak 7 gr x 12 sqft = 84 gr/sqft - Tujuan dari proses top coat yaitu untuk melindungi lapisan dibawahnya dari faktorfaktor yang dapat merusak kulit seperti benturan,goresan,gosoka n,dll - Metode



Spray 1x cross dikeringkan Spray 1x cross dikeringkan. Kulit menjadi lebih kilap, silky.



plating



Measuring



Membuat bahan-bahan berikatan karena terjadi polimerisasi memberikan efek kilap



Diplating dengan suhu 100oC, tekanan 1,5 MPA, waktu 1 detik Kulit bertambah kilap dan gelap serta lembut dipermukaan.



Menentukan luas kulit dengan menggunakan mesin,sehingga pengukuran lebih akurat dan teliti. Hasil pengukuran kulit I : 8,5 sqft kulit II : 3,5



Sortasi dan Grading



-Melakukan sortasi dan grading lagi untuk kulit yang sudah di finishing/leather.



C. HASIL DAN PEMBAHASAN a) Hasil Praktikum



Luas Tebal



: Kulit I =8,5 sqft : Kulit I



Kulit II =3,5 sqft



Tebal rata-rata = 0,8 mm Kulit II Tebal rata-rata = 0,8 mm Warna Kondisi kulit



coklat Kulit I -kulit kilap ,permukaan lembut -pull up ada Kulit II - kulit kilap , permukaan lembut



Kualitas



: Kulit I = V



Kulit II= V



PEMBAHASAN



Nama



Ferdianto Ardiansyah



Kelas



TPK A2



NIM



1701043



Proses pewarnaan kulit pull up menggunakan pewarna anilin ditambah dengan proses resapan pada permukaan kulit dengan menggunakan minyak berbahan alami tanpa lapisan cat atau pigmen. Fungsi minyak dan lilin cenderung menggelapkan warna sebagai salah satu ciri khas karakter kulit pull up. Warna kulit Pull up lebih terang ketika ditarik. Efek pull-up cenderung lebih jelas ketika kulit ditarik dalam dua arah yang berbeda. Itulah mengapa kulit pull up juga disebut sebagai β€œtwo tone leather”. Minyak dan lilin memberikan effek lebih indah dan unik dengan variasi warna yang halus. Kulit yang digunakan dalam praktikum ini yaitu kulit hasil samak nabati,digunakannya kulit ini agar efek dari pull up yang muncul cukup jelas.Meskipun tidak dapat memunculkan efek pull yang β€œstrong” hanya β€œlight”. SORTASI GRADING Kulit nabati dapat dibedakan berdasarkan dimensi bera t umur dan metode pengawetan. Perbedaan tersebut dapat berpengaruh langsung pada kualitas kulit,jika kulit yang akan diproses tidak disortir maka kualitas kulit jadi yang dihasilkan tidak akan memuaskan.Pada proses finishing pull up ini menggunakan kulit nabati kambing sebanyak 2 lembar kulit,Kulit nabati yang digunakan ada yang berwarna coklat tua dan muda.Perbedaan warna ini dapat muncul karena jenis bahan penyamak yang digunakan memiliki karakter dan sifat



yang berbeda sehingga menghasilkan kulit yang berbeda warna. Grading merupakan suatu proses pengklasifikasian mutu atau grade. Jadi, sortasi grading merupakan suatu proses untuk menentukan kualitas sesuai dengan standart atau aturan yang berlaku selain ituluas kerusakan tidak hanya berdasarkan jumlah luas bagian yang rusak, tetapi termasuk bagian yang tidak rusak diantara dua bagian yang rusak jaraknya kurang dari 6 cm (Wulandari,dkk.2015). Berdasarkan proses sortasi dan grading menurut kelompok kami, kulit 1 memiliki tebal rata rata 0,91mm ; panjang 88 cm ; lebar 76 cm ; luas 8,5 sqft,Kerusakan berupa warna yang tidak merata,lubang-lubang kecil hamper merata di seluruh bagian,bekas kutu,grain terkelupas dan noda hijau



.Warna



tidak



merata



disebabkan



oleh



faktor



perendaman



ketika



pelakuan



overnight,sedangkan lubang lubang bisa disebabkan dari raw material awal karena proses pengulitan yang kurang sempurna. Dengan deskripsi tersebut kulit 1 memiliki kualitas reject. Kulit 2 memiliki tebal 0,95 mm ; panjang 63 cm ; lebar 43 cm ; luas kulit 3,5 sqft ,untuk kerusakan terdapat bagian yang kerut,banyak bagian yang melipat dan grain terkelupas.Penyebab dari kerusakan tersebut kontrol proses yang kurang diperhatikan dan kesalahan ketika melakukan pemrosesan di proses sebelumnya.Berdasarkan deskripsi tersebut kualitas kulit 2 yaitu kualitas reject Kulit nabati dilakukan sortasi dan grading ini bertujuan sebagai pembanding dengan hasil kulit jadinya, sehingga dapat diketahui hasil jadi kulit lebih baik dari kulit sebelum proses finish atau lebih buruk dari bahan baku. Selain itu sortasi juga tergantung pada tujuan kulit jadinya, serta variabel lain tebal tipisnya dan besar- kecilnya kulit yang semuanya itu disesuaikan dengan artikel yang diinginkan(Purnomo,2016). CONDITIONING DAN TOGGLING Proses conditioning ialah proses memasukkan molekul air ke dalam kulit tujuannya agar saat distaking kulit tidak cracking atau serat kulit pecah dan memperbaiki teksturnya. Alat yang digunakan pada proses ini yaitu spray gun. Spray gun diisi air kemudian disemprotkan kepermukaan kulit dengan metode cross (membentuk x / silang) agar molekul-molekul air merata masuk ke dalam kulit. Setelah proses conditioning selesai, kulit didiamkan selama 60 menit yang bertujuan mengotimalkan keresapan air dalam kulit sehingga kulit sedikit lebih lemas dan mudah ketika dipentang.



Berikutnya dilakukan pementangan atau yang sering disebut dengan toggling. Tujuan toggling ialah untuk memaksimalkan luas permukaan kulit dengan cara kulit dipentang cukup mati dengan clip toggle dan biarkan selama 30 menit. Toggling untuk membuka kulit serat kulit ,mendapatkan area yang lebih luas, mengurangi kerut2, dan juga untuk menjaga agar produk barang jadi kulit nantinya, tidak terlalu mulur atau berubah bentuk. Pemanas dari mesin toggling juga dihidupkan yang bertujuan mempercepat proses sehingga tidak memerlukan waktu selama 1 malam.Selain itu dengan pemanas dihidupkan proses pembukaan serat kulit lebih cepat sehingga akan didapatkan luas kulit yang bertambah dari sebelumnya. Kondisi kulit setelah toggling,bekas lipatan-lipatan cukup berkurang dan kulit lebih flat. BUFFING Buffing yang dilakukan dalam proses ini bertujuan untuk merapikan dan pada area flesh side. Selain tujuan tersebut buffing berguna untuk meratakan efek pull up sehingga tidak hanya bagian tertentu saja yang mengalami dan seluruh bagian efek pull up nya merata.Bila buffing tidak merata dapat berpengaruh pada hasil akhir kulitnya. Buffing hanya dilakukan secara manual dengan menggunakan amplaz yang berukuran kasar dan juga halus.Amplas yang kasar digunakan untuk menghilangkan sisa lemak yang berukuran cukup tebal sedangkan amplas yang berukuran halus hanya untuk merapikan bagian flesh yang kurang rata.Ukuran/nomer dari amplas juga berbeda beda tergantung hasl seperti apa yang ingin didapatkan. Tuntutan kulit yang akan di buffing ialah umumnya kulit harus sudah di pentang , karena kulit yang akan di buffing harus rata , tidak banyak lipatan lipatan . Selain itu ketebalan kulit yang rata diseluruh kulit juga penting , untuk mendapatkan hasil buffing yang baik.Hasil kulit setelah buffing bagian flesh lebih merata dan tidak nampak sisa lemak lagi. CLEARING DAN IMPREGNASI Kulit yang akan dilakukan proses finishing perlu dilakukan drop test yang bertujuan mengetahui daya resap kulit terhadap bahan tinggi apa tidak,tetapi untuk pengukuran standarnya ada sendiri yaitu sekitar 10-15 detik,Bila terjadi kesalahan dalam pengujian ini dapat mempengaruhi pemilihan bahan serta hasil akhir dari kulit Hasil yang paling bagus untuk pengujian drop test ini kulit memiliki waktu minimal 10 detik dan tidak boleh lebih,jika kurang



atau lebih waktunya perlu ada proses tambahan yaitu clearing dan impregnasi.Hasil dari drop test kedua kulit menunjukkan waktu sama-sama 4 detik,hal itu menandakan daya resap kulit terlalu tinggi dan tidak sesuai SNI.Waktu yang diperbolehkan untuk drop test minimal 10 detik,sehingga dari segi hasil tidak memenuhi dan perlu dilakukan proses clearing dan impregnasi.Perlu dilakukannya clearing untuk membersihkan kulit dari debu atau kotoran lain yang menempel pada kulit. Proses clearing merupakan proses yang bertujuan untuk meratakan muatan kulit dengan cara penambahan surfaktan. Pada proses clearing ini dilakukan dengan cara di spray cross sebanyak 1 kali dimana 1x spray langsung dikeringkan. Pada proses clearing ini membutuhkan bahan clearing 5 gr/ sqft. Selain itu, pada proses clearing ini menggunakan air dan surfaktan untuk membersihkan kulit dari sisa kotoran. Surfaktan yang digunakan merupakan surfaktan non ionik dengan produk paten Hustapol NID. Surfaktan dipilih karena bisa menurunkan tegangan antar muka. Turunnya tegangan antar muka air dengan kulit akan menyebabkan penetrasi air ke dalam kulit lebih cepat, mengingat bahan baku kulit kras dimana sudah dilakukan penambahan minyak dan bahan kimia lainnya. Selain itu surfaktan juga dapat mennyebabkan rusaknya hydrophobic interactions, menaikan internal repulsive forces, melepaskan lipatan serat, ke semuanya menyebabkan serat kendor dan relax sehingga memudahkan penerasi air Surfaktan ini juga bisa meratakan muatan kulit dengan cara mencampurkan dengan air dan disemprotkan pada kulit. Maka dari itu pada proses clearing ini menggunakan surfaktan non ionik. Surfaktan non-ionik adalah surfaktan yang cenderung tidak bermuatan, ini dikarenakan adanya gugus oksigen pada molekulnya yang membentuk ikatan hydrogen dengan air. Sebelum dilakukan proses clearing, kulit dilakukan uji drop test untuk mengetahui serapan air pada kulit.Tahap awal kulit disiapkan agar serapan permukaan kulit homogen, untuk itu biasanya dilakukan drop test untuk mengetahui sebesar apa serapan permukaan kulit. Setelah itu lakukan pembasahan permukaan dengan air, ammonia, dan surfaktan non-ionik untuk menurunkan tegangan muka(Purnomo,2016). Kulit yang telah selesai dilakukan clearing dilakukan kembali cek drop test yang berfungsi mengecek daya resap air,meningkat kembali atau kembali turun.Hasil dari pengecekan menghasilkan drop test sangat tinggi,sehingga perlu dilakukan impregnasi yang bertujuan mengurangi daya resap air dengan prinsip mengisi bagian serat kulit agar tidak terlalu longgar supaya daya resap air dapat optimal. Intinya proses ini mengatur & mengendapkan polimer secara



terkontrol pada lapisan grain dan sebagian lapisan atas corium. Dengan penguatan corium junction tersebut diharapkan dapat mengurangi endapan polimer dari material atau komponen cat tutup (seperti binder) agar tidak masuk terlalu dalam kearah corium sehingga dapat meningkatkan homogenitas / uniformitas permukaan yang menyebabkan ketahanan pecah permukaan (surface break) naik, demikian pula kemampuan serapan kulit terhadap cairan base coat lebih uniform (Purnomo,2014). Kulit yang telah selesai dalam proses impregnasi akan memperbaiki sifat dari daya resap kulit,tidak hanya itu sifat lainnya seperti grain yang menjadi tidak mudah pecah dan juga meningkatakan ketahanan gores tehadap benda yang bisa menimbulkan goresan.Hasil drop test kulit yang telah dilakukan impregnasi menunjukkan waktu 15 dan 20 detik.”Impregnation, e.g. with Corial Binder IF and Amollan IP, to tighten the grain and impart a settled appearance and smoothness to the surface”(BASF,1997) PLATING Tujuan utama dari proses ini membuat polimerisasi bahan di kulit lebih cepat dan terbentuk secara maksimal sehingga bahan dapat melekat secara optimal ke dalam penampang kulit.Faktor factor yang mempengaruhi hal tersebut dapat berasal dari suhu,waktu serta tekanan,untuk suhu sendiri diatur sebesar 80OC,tekanan 1,5 MPA dan waktu 1 detik.Pengaturan yang sedemikian bertujuan menciptakan polimerisasi pada kulit dengan bahan-bahan sebelumnya.Suhu yang diatur 80OC mengisyaratkan agar protein dalam kulit tidak pecah,dikarenakan penambahan penambahan bahan untuk binder belum dimasukkan,sehingga tidak diperlukan suhu yang tinggi-tinggi.Selain itu dengan plating dihasilkan kulit yang lebih kilap dan warnanya sedikit lebih tua. STAINING Staining merupakan proses pemberian lapisan warna pada permukaan kulit. Di proses ini perlu dilakukan matching colour karena warna yang dibutuhkan bukan warna tunggal. Bahanbahan yang digunakan yaitu air dan LD (Liquid Dyes). Liquid Dyes merupakan dyes yang berbentuk liquid atau cairan yang dimana sifat dari dyes tersebut tidak menutup grain dan dapat berikatan dengan kulit, sehingga defek pada kulit masih dapat terlihat. Staining dilakukan dengan cara menyemprot secara merata pada seluruh permukaan kulit. β€œSpray staining e.g. with Eukesolar



Dyes 150 Liquid,to colour the surface of undyed leather or to leveldrum dyed shades” (BASF,1997).Proses staining merupakan proses yang dilakukan apabila kulit crust memiliki ketidakrataan warna, kulit memiliki warna yang belang. Pada proses ini terdapat penambahan warna sehingga dapat memperbaiki ketidakrataan warna. Penggunaan LD atau Liquid dyestuff pada proses ini untuk memudahkan dalam penyemprotan menggunakan spray gun. Warna dasar kulit nabati yaitu kecoklatan dan terdapat bagian warna yang belum rata.Pemiliha



warna terserah dari masing-masing kelompok dan memakai warna merah



maroon.Selain memakai LD dilakukan juga pemakain Melio Top 239 yang berfungsi menambah isian dari kulit serta ketika dilakukan plating akan menambah daya kilap kulit.Proses staining memerlukan waktu dan bahan yang cukup banyak dikarenakan terdapat warna kulit yang belum sesuai ,selain itu standar warna kulit yang digunakan juga sering terjadi kesalahan,pada proses staining ini kontrol prosesnya itu kerataan warna pada kulit nya.Metode yang dipakai dalam proses ini yaitu Spray cross sebanyak 1x dikeringkan,lalu cek kerataan warna.Dilakukan spray pada kulit sebanyak 3x sampai kerataan warna kulit sudah sama.pemberian warna juga dimaksudkan untuk memberikan efek warna pull up dasar kulit sehingga dapat nampak jelas. Aplikasi staining umumnya menggunakan alat semprot ( spray-gun) dengan jumlah dyes relative kecil 15-20 gr/l pelarut ditambah dengan penetrator yang sesuai. Staining yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya efek bronzing pada permukaan kulit terutama bila menggunakan dyestuff yang bermuatan kationik. Aplikasikan merata kepermukaan kulit, sebesar 10-15 gr larutan staining untuk setiap luas satu sqft, keringkan dan ulangi bila perlu. Staining yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya efek bronzing pada permukaan kulit terutama bila menggunakan dyestuff yang bermuatan kationik. Aplikasikan merata kepermukaan kulit, sebesar 10-15 gr larutan staining untuk setiap luas satu sqft, keringkan dan ulangi bila perlu(Purnomo,2014). OIL COATING Merupakan tahapan proses yang berfungsi menimbulkan efek pull up dari kulit dengan prinsip terjadinya migrasi minya setelah adanya tekanan ke kulit dari bagian bawah.Bahan yang digunakan berupa mineral oil,paraffin pada dan juga wax. Ketiga bahan tersebut harus dicampurkan atau direaksikan dengan cara pemanasan di atas kompor listrik.Urutan pencampuran dimulai dari wax yang dicairkan terlebih dahulu baru diikuti dengan paraffin lalu yang terkahir



meneral oil. Pencampuran ketiga bahan harus dilakukan dalam keadaan cair supaya kandungan bahan pada kulit lebih dapat tercampur dan homogeny,selain itu dapat mencegah terjadinya penggumpalan ketika bahan dicampur. Intinya ketiga bahan memiliki fungsi yang saling mendukung dan terkait,untuk parafin sendiri berfungsi membuat perpindahan/migrasi minyak dapat terkontrol,mineral oil sendiri berfungsi mencegah bahan terserap terlalu dalam ke bagian penampang kulit.Sedangkan wax memberikan efek pull up yang akan dikehendaki,misalnya strong atau light.Metode yang digunakan yaitu dilakukan padding di atas meja miring yang sudah dipanaskan,dengan keadaan yang panas dapat membuat bahan-bahan lebih masuk kedalam kulit dan mencegah bahan tersebut kembali memadat,dikarenakan proses pengulasan/padding harus dilakukan ketika bahan mencair.Proses padding atau pengulasan dilakukan sampai cairan benar benar habis dan memberikan efek ada kulit berupa warna lebih gelap,selain itu tekanan yang diberikan pada permukaan kulit harus sama dan tidak boleh berbeda.Apabila berbeda dapat menimbulkan warna kulit yang kegelapannya tidak sama sehingga berpengaruh pada hasil akhir efek pull up nya. Awalnya kulit yang telah selesai padding,dilakukan plating yang bertujuan mengeratkan bahan bahan tersebut pada kulit dan mempercepat polimerisasi.Kulit yang sudah dilakukan oil coat dilakukan pengecekan atau control proses berupa pengujian efek pull up dan hasilnya efek pull up belum maksimal,dikarenakan bahan bahan tersebut tidak penetrasi ke dalam kulit secara optimal.Berdasarkan hasil itu maka dilakukan oil coating ulang lagi,tetapi menggunakan prosuk paten dari pull up. Metode yang digunakan hampir sama tetapi untuk pencampuran bahan tidak perlu dilakukan pemanasan di kompor.Pencampuran hanya perlu memakai air panas atau hangat dikarenakan bahan bahan tersebut sudah dalam bentuk cair dan memiliki daya konsentrasi zat yang sama.Selain itu produk paten dari pull up tidak cepat memadat sehingga hanya perlu pemberian air panas sesuai takaran.Padding juga dilakukan sampai cairan habis dan tekanan yang diberikan juga harus sama.Awalnya kulit yang telah di padding menimbulkan efek gradient atau kelunturan warna yang cukup jelas,hal ini dimungkinkan karena penmabahan air panas yang membuat lapisan staining terlepas kembali dikarenakan belum adanya daya rekat pada lapisan.Hasil setelah proses ini efek pull up sedikit jelas meskipun warna yang dihasilkan dari sisi kegelapan tidak sama.Plating juga perlu dilakukan setelah perlakuan atau proses tersebut agar mengoptimalkan daya resap minyak agar merata.



INTERMEDIET COAT Intermediate atau color coat lapisan yang berada diantara base coat dan top coat. Sifat lapisan lebih keras dibandingkan dengan base coat tetapi lebih lunak dan fleksibel bila dibandingkan dengan top coat. Selain itu, lapisan ini merupakan lapisan pembawa warna utama, artinya pigmen yang digunakan terbesar jumlahnya terdapat di lapisan ini selain terdapat di-base coat (Purnomo,2014).Berdasarkan tersebut dapat dikatakan 2nd coat merupakan lapisan cat yang berfungsi memberikan warna pada kulit agar terlihat lebih nampak dan bisa menutup cacat/defek di kulit.Seperti defek putih putih di bagian grain kulit crust kambing yang bisa disamarkan dengan memberikan pigmen .BASF 1997,”Inorganic pigments perform generally wellwith respect to covering, which is important for correction of grain defects or if a high colour consistency is requested (automotive leather)”. Intermediate atau color caot lapisan yang berada diantara base coat dan top coat. Sifat lapisan lebih keras dibandingkan dengan base coat tetapi lebih lunak dan fleksibel bila dibandingkan dengan top coat. Selain itu, lapisan ini merupakan lapisan pembawa warna utama, artinya pigment yang digunakan terbesar jumlahnya terdapat dilapisan ini selain terdapat di-base coat. Salah satu tantangan terbesar dalam finishing adalah bagaimana membuat formulasi pada setiap lapisan sehingga selain memenuhi kaidah dan persyaratan fisik yang spesifik setiap jenis kulit juga memenuhi rasa keindahan atau aesthetik yang natural. Intermediat coat merupakan tahapan kedua dari finishing yang mempunyai tanggung jawab spesifik selain sebagai pembawa warna. Lapisan ini mempunyai tugas menyiapkan permukan kulit akan siap untuk menerima aplikasi mekanik plating, printing, ironing, embossin, milling dll. Perlu diingat bahwa dalam operasi mekanik kulit akan banyak menerima panas dan tekanan tinggi yang dapat menyebabkan masalah permukaan spt lengket, mengelupas dr lapisan base coat dll. Denagn lapisan intermediat diharapkan lapisan akan meningkat ketahanan fisiknya selain mendapatkan Bahan atau substansi yang digunakan hampir sama dengan yang digunakan pada lapisan base coat antar lain binder, pewarna dan auxiliaries. Namun dalam penyusunan komponen diarahkan untuk menghasilkan lapisan yang lebih keras dibanding base coat. Dalam hal ini pengurangan dilakukan untuk binder yang lunak dan ditambahkan binder yang lebih keras, demikian pula juga dgn penambahan pigmen



akan membuat lapisan semakin keras. .”They are used to give the desired covering and colour, especially in bottom coats and seasons in the finishing process” (BASF,1997). Bahan yang digunakan diantaranya : Melio A777.. Penggunaan Melio A 821 yang merupakan compact binder berfungsi sebagai pelunak bahan medium agar tidak terlalu keras dan menambah daya adhesi antar lapisan cat tutupProses medium coat kebutuhan bahan sebanyak 7 gr/sqft. Pada proses ini dilakukan dengan cara di



spray cross sebanyak 1x langsung



dikeringkan.Proses spray dilakukan sebanyak 2x yang bertujuan agar daya adhesi atau penghubung yang cukup kuat pada kulit sehingga antara bagian lapisan yang pertama dan kedua tidak mudah terlepas.Kulit yang telah di spray dan dikeringkan dilakukan kontrol proses yaitu menguji daya lengket pada kulit .Adanya lapisan intermediet diharapkan lapisan akan meningkat ketahanan fisiknya selain mendapatkan efek khusus seperti inlay, blotches, stucco, antic, dll (Purnomo,2016). 3rd COAT/TOP COAT β€œThe top coat determines the final appearance and the handle of the leather surface and has a decisive influence on the fastness properties of the finish” (BASF,1997).Lapisan yang paling atas, paling keras paling tipis dibuat dengan tujuan melindungi lapisan warna dan permukaan kulit dari benturan, pukulan, goresan, bahan kimia, pelarut, temperature tinggi/rendah.Biasanya lapisan ini dapat juga disebut lapisan yang memberikan sentuhan terakhir pada kulit sehingga membuat kulit lebih tampak cantik dan indah. Bahan yang digunakan diantaranya :Melio EW 348 dan AS6. Melio EW 348 yang merupakan NC water base mampu memberikan efek glossy yang lebih setelah dilakukan plating/ironing.Sedangkan AS6 yang merupakan silicon mampu memberikan efek kulit lebih silky (nampak seperti sutra) Penggunaan bahan pada top coat ini yaitu 7gr/sqft. Proses top coat dilakukan dengan cara di spray cross sebanyak 2 kali spray, dimana setiap 1x spray kulit dikeringkan.Top Coat atau season coat ini sangat mempengaruhi surface wear (permukaan & ketahanan pakai) dan termasuk sifat abrasion resistance, scuffing/friction, wet and dry crock and clean ability (Purnomo,2016).Hasil warna kulit setelah proses top coat kulit lebih memiliki kerataan warna yang bagus dan tidak ada lagi warna yang berbeda gradiennya,meskipun defek berwarna putih masih sedikit terlihat.”Finishing purposesi mproving its physical properties such



as its lightfastness and rub fastness and levelling out patches and grain faults” (BASF,1997). Berdasarkan hal ini tujuan dari finishing telah dicapai dan kulit sudah bisa dilanjutkan ke proses mekanik.



IRONING FINISH/ROLL IRONING dan MEASURING Ironing finish ini merupakan salah satu metode finishing dengan cara di setrika menggunakan plat panas sehingga menjadikan kulit finish menjadi rata / flat serta efek shiny. Proses trimming kulit dilakukan untuk membuang bagian pinggir kulit yang memiliki kerusakan baik kerusakan alami ataupun kerusakan mekanik.Ironing finish umumnya dilakukan dengan waktu,suhu dan tekanan yang disesuaikan dengan jenis artikel kulit,misalnya pull up ini. Waktu,suhu,dan tekanan ketika ironing finish tidak boleh terlalu tinggi yang bisa membuat karakter artikel dari artikel ini bisa berbeda dari tujuan artikel sebenarnya (kelemasan dan elastisitas cukup tinggi).Tekanan yang digunakan sekitar 1,5 ATM,suhu 1000 C dan waktu sekitar 1 detik. β€œThe methods employed in the processing of garment leather are much more varied than those used in the manufacture of other types of leather. Goatskin and pig skin are mainly used for suede garment because of the structure of theskin, but most sheepskin is full-grain” (BASF,1997). Hasil akhir kulit adalah permukaan kulit lebih mengkilat,warna lebih gelap dan migrasi dari minyak sedikit cukup nampak.Setelah mechanical finish dengan ironing dilakukan measuring untuk mengukur ukuran kulit apakah ada pengurangan atau penambahan luas dan tebal. Sortasi grading dilakukan sebelum dilakukan proses finish dan sesudah proses finish sehingga dapat diketahui perbedaannya. Perbandingan kulit sebelum dan sesudah pull up finishing cukup jelas baik itu dari segi efek pull up nya maupun kerataan warnanya.



Nama



Muhammad Nur Nurul Iman



Kelas



TPK A1



NIM



1701006



Pembahasan Istilah "finishing" digunakan dalam industri kulit untuk menggambarkan keseluruhan serangkaian proses dan operasi yang meningkatkan properti dan penampilan kulit dan akhirnya mengubahnya menjadi bahan yang indah. Perawatan kimia dan mekanik terakhir dari kulit sebelumnya pembuatan produk akhir (sepatu, tas, dompet, pakaian, dll.) (BASF,1997). Anilin diambikan dari kata aniline yang merupakan bahan dasar untuk membuat dyestuff, sehingga finishing anilin menunjukan bahwa pewarnanya menggunakan dyestuff yang bersifat tranparan. Berdasarkan alasan tersebut dapat diambil kesimpulan finishing anilin lebih dititikberatkan untuk kulit full-grain, yang memiliki kualitas rajah/grain yang baik, atau reptile natural (non-bleaching) untuk menonjolkan keindahan rajah/marking nya karena sifat dyestuff yang transparant. Pada perkembangannya, penggunaan pewarna dapat ditambahkan sedikit pewarna pigmen dalam campuran formulanya untuk memanipulasi/menyembunyikan cacat kecil yang ada di permukaan kulit. Penggunaan sedikit pigmen dalam formula anilin diatas sering disebut β€œfinishing semi anilin/semi pigmen” (Anggraini, dkk, 2019). Berdasarkan efek yang ditimbulkan salah satu metode dalam finishing adalah semi aniline finish. Tujuan semi anilin finish untuk menonjolkan penampakan grain yang alami, namun dengan bantuan penambahan pigmen dalam komposisi cat tutup nya, mengingat untuk mendapatkan kulit dengan kualitas I, II, III sangat terbatas jumlah nya. Diharapkan dengan penambahan sejumlah pigmen dapat menutup cacat ringan dan tetap tampak natural seperti kulit full grain anilin finished. Kulit yang difinishing semi aniline umumnya kulit crust kambing/domba kualitas I-IV. Oleh karena itulah untuk kulit yang berasal dari kualitas V ditoleransi penggunaan pigment dalam jumlah yang sedikit sehingga kulit masuk dalam kategori semi-aniline finished (Anggraini, dkk, 2019).



Kulit pull up ull up merupakan kulit yang memiliki efek khas warna dari jenis kulit ketika di tarik dari dua arah yang berlawanan. Konsep finishing pull up adalah pelapisan dengan cara penyemprotan dan penggosokan/padding dengan mencampur wax dan minyak panas ke bagian grain. Bahan kimia yang umumnya digunakan adalah mineral oil seperti parafin pasta/cair dan hard paraffin (lilin), bee wax dll (Anggraini, dkk, 2019). Campuran oil dan wax dilapisi dengan spray, padding, hand roll coater setelah dilakukan staining (bila diperlukan). Teknis pelaksanaan tersebut harus hati-hati karena implentasi wax dan oil dalam kondisi hangat (50oC). Top coat bisa menggunakan nitrocellulose/PU baik solvent atau water bases. Lapisan top coat harus tipis (0,1 mm), soft, berfungsi untuk menjaga permukaan dari bahan kimia, benturan, udara, air, serta daya gosok disamping untuk menutup cacat sehingga performance kulit semakin indah. Proses ironing menggunakan tekanan 10-12 MPa, waktu 3 detik, panas 100-110. Perlakuan ironing pertama setelah oil padding, kedua setelah top coat (Anggraini, dkk, 2019). Sortasi, Grading & Toogle Praktikum yang dilakukan adalah Finishing Anilin Pull Up Kulit Kambing. Pertama dilakukan sortasi grading untuk mengetahui kualitas dan kondisi kulit crust kambing sehingga dapat menentukan kualitas kulitnya. Kulit I dan II memiliki kualitas reject karena memiliki defek warna tidak rata, lubang kecil dipinggir, bekas kutu, grain terkelupas, kerut merata dan terdapat bekas lipatan serta grain terkelupas. Kemudian dilakukan Conditioning yang berfungsi untuk mengembalikan kadar air bebas sehingga jika ada perlakuan mekanik tidak pecah. Kulit di spray secara merata dengan kondisi cukup basah. Lalu dilakukan toogle untuk menambah luas kulit dan membuat kulit lebih flat. Kulit di toogle dengan kondisi tidak terlalu dipentang mati, yang penting kulit datar dan flat serta tidak ada bagian yang melipat. Kulit di toogle selama 30 menit. Kondisi setelah di toogle lebih flat dan tidak ada lipatan. Kemudian dilakukan buffing untuk meratakan bagian flesh kulit agar tidak memiliki tekanan yang berbeda pada bagiat tertentu sehingga mengganggu proses. Kulit di buffing menggunakan amplas kasar sedang dan halus. Untuk kulit besar hanya di buffing dibagian pinggir sedangkan kulit kecil di buffing merata. Kondisi kulit bagian flesh lebih rata.



Drop Test Drop Test yang berfungsi untuk mengetahui daya serap air terhadap kulit. Drop test dilakukan dengan cara memercikkan atau meneteskan setetes air pada kulit lalu dilakukan timer dan dipantau bagaimana penyerapan air ke kulit sesuai standar atau tidak. Hasil dari kulit kami selama 4 detik kemudian dilakukan clearing untuk mengetes drop test kembali. Clearing Clearing merupakan proses yang bertujuan untuk meratakan muatan kulit dengan cara penambahan surfaktan dan untuk mengoptimalkan daya resap air sesuai dengan SNI (10-15 detik). Selain itu, clearing ini menggunakan air dan surfaktan untuk membersihkan kulit dari sisa kotoran. Jika serapan air kurang maka pada proses clearing ditambahkan amonia, Surfaktan yang digunakan merupakan surfaktan non ionik dengan produk paten Hustapol NID. Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan antar muka. Turunnya tegangan antar muka air dengan kulit akan menyebabkan mempercepat penetrasi air kedalam kulit. Surfaktan tidak bermuatan (non ionik) menunjukan bahwa didalam cairan, sebagai dispersi atau larutan surfaktan tidak mempunyai muatan baik muatan positif (+), atau negatif (-). Kecenderungan gugus suka air (hidrofilik) pada surfaktan non ionic disebabkan atom oksigen yang terikat pada molekul hidrat melalui ikatan hydrogen dalam molekul air pada umum nya merupakan gugus etilena oksida (EO) (Purnomo,2016). Kulit di spray 1x cross kemudian dikeringkan. Hasil dari drop test untuk kulit I adalah 2 detik dan kulit II adalah 4 detik. Karena yang diharapkan drop testnya diatas 15 detik maka dilakukan impregnasi. Impregnasi Impregnasi bertujuan untuk mengurangi daya serapan yang terlalu dalam. Bahan-bahan yang digunakan adalah Primal FGR yang merupakan Acrylic Binder yang berfungsi untuk mengisi bagian dalam kulit dan F1 50 yang merupakan Filler Wax yang berungsi untuk menghambat resapan air. Kulit di padding secara merata dengan 1x ulas kemudian dikeringkan, dilakukan secara kemudian ON (Overnight) di meja datar dengan ditumpuk. Keesokan harinya kemudian



dilakukan drop test kembali untuk mengetahui daya serap air dan hasil drop test kulit I adalah 15 detik dan kulit II adalah 30 detik. Plating Setelah itu dilakukan plating yang bertujuan membuat ikatan lebih baik karena terjadi polimerisasi, membuat kulit lebih kilap dan membuat bahan lebih compact. Kulit di plating dengan setingan suhu 80oC tekanan 1,5 MPa dalam waktu 1 detik. Kondisi kulit setelah plating adalah warna kulit lebih kilap dan gelap serta kulit lebih padat. Kemudian dilakukan drop test kembali untuk mengetahui daya serap air, hasil drop test kedua kulit adalah 20 detik. Staining Staining adalah proses pewarnaan permukaan menggunakan pewarna anilin (dyes) cair atau liquid dyes (LD). Staining bertujuan untuk menyamakan warna yang tidak rata atau tidak sesuai warna sampel kususnya untuk kulit suede, nubuck yang tidak mengalami pelapisan atau kulit nappa untuk finishing aniline. Staining umumnya dilakukan untuk kulit yang berwarna hitam atau tua menggunakan liquid dyestuff (LD) biasanya solvent-base. Untuk kulit yang bersifat water-proof baik nappa atau suede atau nubuck yang natural looking. Biasanya setelah dilakukan staining diikuti dengan spraying menggunakan bahan kimia seperti silicon atau wax emulsion dan fluorocarbon atau flourosilikon sebagai waterproofing agent.(Purnomo,2016) Proses staining merupakan proses yang dilakukan apabila kulit crust memiliki ketidakrataan warna, kulit memiliki warna yang belang. Pada proses ini terdapat penambahan warna sehingga dapat memperbaiki ketidakrataan warna. Penggunaan LD atau Liquid dyestuff pada proses ini untuk memudahkan dalam penyemprotan menggunakan spraygun. Staining yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya efek bronzing pada permukaan kulit terutama bila menggunakan dyestuff yang bermuatan kationik. Aplikasikan merata kepermukaan kulit, sebesar 10-15 gr larutan staining untuk setiap luas satu sqft, keringkan dan ulangi bila perlu(Purnomo,2014).



Penggunaan staining 7gr/sqft, dilakukan dengan cara menyemprot secara merata pada seluruh permukaan kulit. LD yang dipakai adalah maroon dan Melio Top 239 yang merupakan protein atau binder casein yang berfungsi untuk memberi efek kilap. Kulit di spray 1x cross lalu dikeringkan, karena warna yang kurang merata lalu dilakukan staining kembali sampai warna menjadi rata. Dikarenakan tekhnik yang dimiliki belum mumpuni kelompok kami menghabiskan 3 kali pembuatan LD. Kiss Plate Kiss plate bertujuan untuk memberikan efek kilap, membuat cat melekat atau masuk kedalam kulit tidak hanya dipermukaan, membuat bahan berikatan dengan baik karena terjadi polimerisasi. Kulit di plating dengan suhu 80oC tekanan 1,5 MPa dengan waktu 0,5 detik. setelah di kiss plate warna kulit lebih kilap dan cat terlihat melekat dalam kulit. Oil Coat Oil Coat merupakan proses pemberian minyak atau oil pada permukaan kulit agar memberi efek pull up ketika ditarik mauput terkena tekanan. Tujuan dari proses ini supaya dapat terjadi migrasi minyak di permukaan sehingga menimbulkan warna lebih muda (pull up). Bahan-bahan yang digunakan adalah oli mesran berupa mineral oil yang berfungsi untuk memberi efek migrasi, paraffin padat yang berfungsi memberi efek putih dan malam yang merupakan wax bee yang berfungsi untuk memberi efek gelap. Kulit di padding secara merata lalu dikeringkan kemudian ditunggu sampai merenyap kedalam kulit setelah itu dilakukan penambahan terus menerus sampai bahan habis. Kondisi kulit setelah dilakukan oil coat kulit menjadi lebih berminyak dan mengkilap pada bagian permukaan, namun tidak merata dikarenakan serapan nya berbeda yang dimana pada proses impregnasi perlakuannya tidak disesuaikan dengan kondisi kulit.



Plating selanjutnya kulit diplating yang berfungsi untuk melelehkan bahan-bahan oil coat dan agar paraffin dan wax masuk ke dalam kulit secara merata. Kulit diplating dengan suhu 100oC tekanan 1,5 MPa dengan waktu 1,5 detik. Kulit setelah plating lebih mengkilap, permukaan lebih halus dan rata, warna lebih tajam dan kulit lebih padat sedikit keras/kaku dan efek pull up belum terlihat jelas maka dilakukan oil coat kembali dengan penambahan air yang diharapkan minyak dapat lebih banyak yang masuk dedalam kulit. Oil Coat Dilakukan Oil Coat kembali karena efek pull up belum terlihat maka dilakukan oil coat kembali. Bahan yang digunakan adalah air panas yang berfungsi untuk mempercepat melarutkan bahan, Ginsol LA4 yang merupakan pull up oil patent yang berfungsi memberi efek migrasi dan Melio Wax 145 yang merupakan Wax pull up yang berfungsi sebagai efek gelap. Kulit di padding secara merata dibawah sinar matahari sampai cairan habis lalu dikeringkan. Plating Setelah kering kemudian dilakukan plating yang berfungsi untuk melelehkan bahan-bahan oil coat dan agar terpenetrasi ke dalam kulit secara merata. Kulit di plating dengan suhu 100oC tekanan 1,5 MPa dengan waktu 1 detik, Setelah di plating menjadi kulit lebih mengkilap, permukaan halus merata, warna lebih tajam dan kulit menjadi keras/padat serta efek pull up mulai terlihat. Intermediate Coat Tujuan dari intermediate coat adalah untuk meningkatkan daya rekat antar lapisan. Bahanbahan yang digunakan adalah air dan Melio Top 777 yang merupakan Resin Akrilik yang berfungsi untuk membantu adhesi dari lapisan satu ke lapisan diatasnya. Kulit di spray 1x cross lalu dikeringkan, proses dilakukan selama 2x. Kulit menjadi mengkilap, sedikit lengket.



Top Coat Lapisan yang paling atas, paling keras paling tipis dibuat dengan tujuan melindungi lapisan warna dan permukaan kulit dari benturan, pukulan, goresan, bahan kimia, pelarut, temperature tinggi/rendah. Tujuan dari proses ini untuk melindungi lapisan kulit dibawahnya. Bahan-bahan yang digunakan adalah air, Melio FW 348 merupakan NC water base yang berfungsi memberikan efek glossy meskipun sedikit,. Kulit di spray 1x lalu dikeringkan, proses dilakukan sampai cairan habis. Kondisi kulit memiliki kerataan warna yang lumayan baik, permukaan kilap dan licin atau silky. Plating Setelah di top coat kulit dilakukan plating agar bahan-bahan berikatan atau bereaksi ke kulit dengan baik karena terjadi polimerisasi. Kulit di plating dengan suhu 100oC tekanan 1,5 MPa dengan waktu 1 detik. kulit mengkilap, lembut, soft di permukaan. Measuring measuring adalah proses mengetahui luas masing-masing kulit dengan menggunakan mesin. Luas kulit I adalah 8,7 sqft dan kulit II adalah 3,5 sqft. Sortasi Grading Akhir Dilakukan sortasi grading baik diawal proses maupu akhir proses agar mengetehui perubahan dari kulit tersebut. Kulit I memiliki kualitas reject dengan defek lubang kecil di pinggir dan krupon, bekas kutu, dan kondisi kulit wana tidak rata, mengkilap dan lembut. Untuk kulit 2 memiliki kualitas 5 yang berarti telah mengalami kenaikan kualitas dari sebelum finishing memiliki kualitas reject dan setelah finishing kualitasnya menjadi 5. Dengan defek warna tidak rata tetapi terlihat mengkilap serta efek pull up terlihat light.



Nama



Khusnul Khotimah



Kelas



TPK A2



NIM



1701043



Pembahasan Pada praktikum ini dilakukan mengenai teknologi finishing anilin menggunakan bahan dasar kulit crust kambing, pada praktikum ini membuat kulit dengan artikel pull up. Finishing anilin adalah suatu proses finishing pada kulit bahwa pewarnaannya menggunakan dyestuff yang bersifat transparan, finishing anilin dititik beratkan pada kulit full grain yang memiliki kualitas rajah yang baik, atau reptile natural untuk menonjolkan keindahan rajah atau markingnya (Purnomo, 2018). Kulit pull up menggunakan teknik semi anilin finish. Tujuan dari semi anilin finish adalah untuk menonjolkan penampakan grain yang alami, namun dengan bantuan penambahan pigment dalam komposisi cat tutupnya, mengingat untuk mendapatkan kulit dengan kualitas I, II, III sangat terbatas jumlahnya. Dari penambahan pigment tersebut digunakan untuk membantu menyembunyikan cacat pada grain. Kulit pull up dapat digunakan untuk sepatu, tas kulit, dompet, dan produk fancy lainnya yang dapat menghasilkan nilai tambah. Konsep finishing pull up adalah pelapisan atau penyemprotan dengan mencampur wax dan minyak panas ke bagian grain walaupun ada metode baru yang menggunakan wax dan emulsi minyak pada akhir pada fatliquoring terutama jenis light pull up (Siddiq, 2018). Kulit dilakukan sortasi dan grading terlebih dahulu, hal ini bertujuan untuk mengetahui keadaan kulit berdasarkan kualitas kulit (Wulandari, 2016). Kulit crust yang digunakan dalam praktikum ini 2 lembar, masing-masing kualitas yaitu Riject. Hal ini dikarenakan kulit terdapat defek seperti warna tidak rata, ada bintikbintik hitam, loose, bekas kutu, grain terkelupas. Kulit dilakukan conditioning, hal ini bertujuan untuk mengembalikan kadar air sehingga jika ada perlakuan mekanik kulit tidak pecah. Setelah itu kulit dilakukan buffing, buffing bertujuan untuk meratakan bagian flesh kulit agar bahan yang masuk ke dalam kulit dapat terserap secara merata dan membuat bagian flesh lebih rapi dan tidak mengganggu pada saat proses. Setelah itu kulit dilakukan toogling, hal ini bertujuan untuk mendapatkan luasan kulit yang lebih maksimal dan membantu kulit lebih flat. Kulit dilakukan drop test, hal ini bertujuan untuk mengetahui seberapa kemampuan kulit menyerap air. Didapatkan



drop test pada kedua kulit masing – masing selama 4 detik. Karena belum memenuhi standaar drop test, maka kulit perlu dilakukan clearing. Clearing merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menurunkan tegangan permukaan kulit crust dengan menggunakan bahan surfactan dan air. Air sebagai bahan utama untuk clearing dan perantara penetrasi bahan kimia masuk ke dalam kulit. surfactan berfungsi untuk membantu menurunkan tegangan permukaan kulit. Semua bahan clearing dihomogenkan dan dilakukan spray pada kulit bagian grain menggunakan spray gun. Setelah kulit melalui tahap clearing maka kulit perlu dilakukan drop test kembali dengan hasil yang didapatkan yaitu untuk kulit I selama 2 detik dan untuk kulit selama 4 detik. Karena daya serap yang terlalu cepat dan belum memenuhi standar drop test maka kullit dilakukan impregnasi. Impregnasi merupakan proses yang dilakukan khususnya untuk kulit – kulit yang mempunyai daya serap air tinggi seperti kulit untuk CGB yang dibuffing permukaannya, suede, atau yang mengalami retanning berat. Dengan impregnasi diharapkan lapisan cat tutup tidak terserap terlalu dalam. Bahan yang digunakan dalam proses ini yaitu air berfungsi sebagai pelarut atau media pembasah, Primal FGR yang termasuk dalam acrylic binder berfungsi untuk mengisi bagian dalam kulit, serta Filler Wax dengan produk paten berupa FI 50 berfungsi untuk membantu menghambat resapan air. Semua bahan dihomogenkan menjadi satu kemudian diaplikasikan ke dalam kulit dengan cara diulas menggunakan padding secara merata 1 x ulas – keringkan sebanyak dua kali. Kemudian kulit dilakukan over night dan ditumpuk pada meja datar. Keesokan harinya kulit dilakukan drop test kembali dengan hasil yang didapat yaitu selama 15 detik untuk kulit I dan 30 detik untuk kulit II. Kemudian kulit dilakukan plating untuk membuat ikatan lebih baik karena terjadi polimerisasi, membuat kulit lebih kilap dan membuat bahan lebih melekat. Plating yang dilakukan yaitu menggunakan suhu 80Β°C dengan tekanan 1,5 MPA dalam waktu 1 detik. Dengan hasil kulit lebih kilap dan memiliki kepadatan y ang lebih dibandingkan sebelumnya. Setelah itu kulit dilakukan drop test kembali dengan hasil yang didapat untuk kulit I dan II masing – masing selama 20 detik, karena dirasa sudah cukup maka kulit masuk pada proses selanjutnya.



Setelah melalui proses toggling, kulit masuk ke tahap staining. Staining merupakan proses yang dilakukan untuk meratakan warna permukaan kulit dengan menggunakan dyestuff, baik yang menggunakan pelarut air atau pelarut polar seperti BA, thinner, alcohol, dll. Staining terutama ditujukan apabila warna hasil dyeing tidak sempurna, kurang rata, warna pucat, kurang tajam, kurang hitam, tidak matching dengan contoh warna sifatnya hanya memperbaiki warna permukaan agar lebih baik. Setelah permukaan kulit diampelas warna kulit tidak rata, pucat sehingga diperlukan perbaikan tampilan seperti semula sehingga staining sangat diperlukan dalam proses ini. Staining dapat menggunakan dyes yang bermuatan anionic dan kationik, tetapi umumnya menggunakann dyes yang anionic, metal kompleks baik yang larut dalam air atau pelarut organik. Aplikasi staining umumnya menggunakan alat spray gun dengan jumlah dyes relative kecil 15 20 gr/l pelarut ditambah dengan penetrator yang sesuai. Staining yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya efek bronzing pada permukaan kulit terutama bila menggunakan dyestuff yang bermuatan kationik. Liquid dyestuff yang digunakan berwarna maroon dengan penggunaan sebanyak 25 bagian dari luas kulit. Pada proses ini juga digunakan binder casein berupa melio top 239 yang berfungsi untuk memberikan efek kilap, memberi efek mengisi yang baik, dan memberi efek lebih keras pada permukaan. Proses staining terus dilakukan dengan cara di spray sampai warna benar – benar merata. Hasil yang didapat kulit menjadi berwarna merah jambu dengan warna yang lumayan merata. Kissplate bertujuan agar kulit menjadi lebih ftat dan mengkilap, dan membantu merekatkan bahan pada kulit. Tekanan pada plating 1,5 MPA, selama 1 detik, dengan suhu 80β—¦C. Kondisi kulit menjadi lebih mengkilap dan cat sudah melekat sampai ke dalam kulit setelah dilakukan plating. Oil coat merupakan proses yang bertujuan untuk menjadikan minyak termigrasi ke dalam kulit sehingga memberikan efek kilap pada kulit atau pull up. Oil coat menggunakan bahan berupa oli mesran yang dijadikan sebagai mineral oil dan memberikan efek kilap pada kulit sebanyak 500 bagian. Paraffin sebanyak 100 bagian yang berfungsi memberikan efek putih pada kulit, serta malam sebanyak 50 bagian yang berguna memberikan efek gelap pada kulit. Kulit sebelum dilakukan pengolesain pasta pull up effect dipanaskan atau dilakukan pengolesan diatas meja seng dibawah sinar matahari, hal ini bertujuan agar kulit dalam keadaan hangat saat cairan pull up effect dioleskan diatas kulit dan agar cairan tidak menggumpal. Kondisi kulit setelah dilakukan pull up effect menjadi kesat lapisannya, dan kulit apabila di lakukan tekanan dari arah flesh akan



memberikan efek warna lebih muda dari sebelum dilakukan tekanan, effect tersebut jika dibiarkan akan kembali ke semula. Pull up pada kulit tidak seluruhnya terlihat, hal ini dikarenakan kadar beberapa bagian yang pengolesannya kurang tebal, sehingga tidak menimbulkan efek yang terlihat.



Kulit dilakukan plating bertujuan agar kulit menjadi lebih ftat dan mengkilap, dan membantu merekatkan bahan pada kulit. Tekanan pada plating 1,5 MPA, selama 1 detik, dengan suhu 80β—¦C. kondisi kulit menjadi lebih mengkilap setelah dilakukan plating. Karena efek pull up masih dirasa kurang, maka kulit dilakukan atau melalui tahap oil coat kembali dengan menggunakan air panas sebagai bahan pelarut, pull up oil patent sebagai bahan pembantu migrasi minyak dan wax pull up yang dapat memberikan efek gelap pada kulit. Ketiga bahan dihomogenkan dan kemudian diaplikasikan ke dalam kulit dengan cara diulas menggunakan padding sampai cairan habis Kulit dilakukan plating bertujuan agar kulit menjadi lebih ftat dan mengkilap, dan membantu merekatkan bahan pada kulit. Tekanan pada plating 1,5 MPA, selama 1 detik, dengan suhu 80β—¦C. kondisi kulit menjadi lebih mengkilap setelah dilakukan plating. Kulit setelah dilakukan plating dilakukan adhesive atau intermediate coat. Intermediate coat merupakan lapisan yang merekatkan antara lapisan yang ada dibawahnya dan diatasnya. Intermediate coat menggunakan bahan air dan melio A777 yang berperan sebagai unires mix soft akrilik binder. Air berfungsi sebagai alat untk penetrasi bahan kimia yang digunakan, Melio A777 berperan sebagai bahan perekat karena memiliki sifat yang soft. Kondisi kulit setelah dilakukan andhesi atau intermediate coat menjadi lebih lengket. Pengulasan cairan intermediate coat dilakukan sebanayak 2 kali. Setiap satu perlakuan kemudian dikeringanginkan. Top coat merupakan lapisan paling atas, merupakan lapisan yang paling keras karena harus mempunyai ketahanan terhadap gosokan, benturan, bahan kimia, benda tajam, panas, dingin, dll (Siddiq, 2017). Top coat menggunakan bahan melio EW-348 sebagai laq water dan air. Cairan top coat dihomogenkan terlebih dahulu dan dilakukan penyaringan, cairan di spray merata pada bagian grain. Didapatkan kulit setelah top coat menjadi lebih mengkilap dank eras atau tidak lengket.



Kulit dilakukan plating agar bahan atau lapisan yang digunakan menjadi lebih lengket, dan menjadikan kulit menjadi lebih flat. Plating menggunakan suhu 100Β°C, tekanan 1,5 MPA selama 1 detik. Didapatkan kulit pull up dengan warna cokelat muda kekuningan dan efek pull up nya berwarna kuning. Kulit terakhir dilakukan sortasi dan grading hasil kulit finish. Luas kulit awal dibandingkan luas kulit akhir semakin menyusut. Hasil ini dikarenakan adanya bahan-bahan yang ditambahkan pada kulit seperti mineral oil, malam, dan paraffin yang dapat menyebabkan kulit luasnya menjadi menyusut. Kulit dilakukan packaning yang bertujuan agar kulit dapat tersimpan dengan baik dan terhindar dari kotoran.



Nama



Elisabeth Aisha Destrian



Kelas



TPK A1



NIM



1701013



Finishing merupakan proses akhir pada penyamakan kulit yang bertujuan untuk melapisi permukaan kulit untuk melindungi (protecting) dari pengaruh bahan kimia, panas, gosokan, air, benturan dll, sebagai upgrading untuk memperbaiki cacat, defek-defek pada permukaan kulit sehingga grain tampak lebih natural dan sebagai decorating untuk memperindah dan menghias agar tampak lebih indah dan fashionable. Jenis-jenis finishing sendiri meliputi finishing anilin, semi anilin, dan pigmented. Di Indonesia istilah pull-up mulai dikenal pada akhir tahun 1980/ awal tahum 1990 sebagai artikel baru. Pada awalnya digunakan untuk sepatui boot dan semi-boot, namun kemudian berkembang untuk sandal, ikat pinggang dan sepatu casual lainnya. Disebut pull-up karena apabila ditarik atau dilipat ( ke bagian daging ) maka daerah tarikan /lipatan akan berwarna lebih muda dan akan kembali lagi seperti semula segera setelah dinormalkan kembali. Teknik finishing kulit pull-up berbeda dengan yang lainnya. Di sini banyak menggunakan filler/ wax/ oil baik dengan cara diaplikasikan pada fatliquoring maupun disemprotkan pada grain setelah kulit menjadi crust. Filler atau wax yang



berlebihan pada permukaan mempengaruhi penampakan warna permukaan sehingga lebih tua. Jadi pull-up merupakan efek yang ditimbulkan oleh oil/wax di permukaan kulit. Kulit pull-up pada umumnya non-pigmented sehingga jika menginginkan pewarnaan pada finishing-nya harus transparan seperti dyestuff, liquid dyes dan lainnya. Oleh karena itu kualitas grai harus gaik( full grain ) (Purnomo, 2016). Kulit pull up ull up merupakan kulit yang memiliki efek khas warna dari jenis kulit ketika di tarik dari dua arah yang berlawanan. Konsep finishing pull up adalah pelapisan dengan cara penyemprotan dan penggosokan/padding dengan mencampur wax dan minyak panas ke bagian grain. Bahan kimia yang umumnya digunakan adalah mineral oil seperti parafin pasta/cair dan hard paraffin (lilin), bee wax dll (Anggraini, dkk, 2019). Pembahasan kali ini akan membahas tentang praktikum Finishing Anilin Pull Up Kulit Kambing Leather Goods. Pertama dilakukan sortasi grading untuk mengetahui kondisi kulit crust sehingga dapat menentukan kualitas kulit tersebut. Kulit 1 dan 2 memiliki kualitas reject serta memiliki defek warna tidak rata, lubang kecil-kecil dipinggir, bekas kutu, grain terkelupas, kerut merata, terdapat bekas lipatan dan grain terkelupas. Kemudian dilakukan Conditioning yang berfungsi untuk mengembalikan kadar air bebas sehingga jika ada perlakuan mekanik tidak pecah. Kulit di spray secara merata dengan kondisi cukup basah. Lalu dilakukan toogle untuk menambah luas kulit dan membuat kulit lebih flat serta tidak ada lipatan. Kulit di toogle dengan kondisi tidak terlalu dipentang mati, yang penting kulit datar dan flat serta tidak ada bagian yang melipat. Kulit di toogle selama 30 menit. Kondisi setelah di toogle lebih flat dan tidak ada lipatan. Kemudian dilakukan buffing untuk meratakan bagian flesh kulit agar bahan yang masuk ke dalam kulit dapat terserap secara merata dan membuat bagian flesh lebih rapi dan tidak mengganggu proses. Kulit di buffing menggunakan amplas kasar dan halus. Untuk kulit besar hanya di buffing dibagian pinggir sedangkan kulit kecil di buffing merata. Kondisi kulit bagian flesh lebih rata.



Drop Test Drop Test yang berfungsi untuk mengetahui daya serap kulit selama 10-15 detik. Drop test dilakukan dengan cara memercikkan atau meneteskan setetes air pada kulit lalu dilakukan timer dan dipantau selama 10-15 detik bagaimana penyerapan air ke kulit sesuai standar atau tidak. Hasil dari kulit kami selama 4 detik kemudian dilakukan clearing untuk mengetes drop test kembali.



Clearing Clearing merupakan proses yang bertujuan untuk meratakan muatan kulit dengan cara penambahan surfaktan dan untuk mengoptimalkan daya resap air sesuai dengan SNI (10-15 detik). Selain itu, pada proses clearing ini menggunakan air dan surfaktan untuk membersihkan kulit dari sisa kotoran. Surfaktan yang digunakan merupakan surfaktan non ionik dengan produk paten Hustapol NID. Surfaktan berfungsi untuk menurunkan tegangan antar muka. Turunnya tegangan antar muka air dengan kulit akan menyebabkan penetrasi air kedalam kulit lebih cepat, mengingat bahan baku kulit crust dimana sudah dilakukan penambahan minyak dan bahan kimia lainnya. Selain itu surfaktan juga dapat mennyebabkan rusaknya hydrophobic interactions, menaikan internal repulsive forces, melepaskan lipatan serat, kesemuanya menyebabkan serat kendor dan relax sehingga memudahkan penetrasi. Surfaktan ini juga bisa meratakan muatan kulit dengan cara mencampurkan dengan air dan disemprotkan pada kulit. Maka dari itu pada proses clearing ini menggunakan surfaktan non ionik. Surfaktan non-ionik adalah surfaktan yang cenderung tidak bermuatan, ini dikarenakan adanya gugus oksigen pada molekulnya yang membentuk ikatan hydrogen dengan air. Surfaktan tidak bermuatan (non ionik) menunjukan bahwa didalam cairan, sebagai dispersi atau larutan surfaktan tidak mempunyai muatan baik muatan positif (+), atau negatif (-). Kecenderungan gugus suka air (hidrofilik) pada surfaktan non ionic disebabkan atom oksigen yang terikat pada molekul hidrat melalui ikatan hydrogen dalam molekul air pada umum nya merupakan gugus etilena oksida (EO) (Purnomo,2016). Kulit di spray 1x cross kemudian dikeringkan selanjutnya di drop test kembali. Hasil dari drop test untuk kulit 1 adalah 2 detik dan kulit 2 adalah



4 detik. Karena daya serap yang terlalu cepat dan belum memenuhi standar drop test maka dilakukan impregnasi. Impregnasi Impregnasi bertujuan untuk mengurangi daya serapan terlalu dalam. Bahan-bahan yang digunakan adalah Primal FGR yang merupakan Acrylic Binder yang berfungsi untuk mengisi bagian dalam kulit dan F1 50 yang merupakan Filler Wax yang berungsi untuk menghambat resapan air. Kulit di padding secara merata dengan 1x ulas kemudian dikeringkan, dilakukan selama 2x kemudian dilakukan ON (Overnight) di meja datar dengan ditumpuk. Keesokan harinya kemudian dilakukan drop test kembali untuk mengetahui daya serap air dan hasil drop test kulit 1 adalah 15 detik dan kulit 2 adalah 30 detik. Plating Setelah itu dilakukan plating yang bertujuan membuat ikatan lebih baik karena terjadi polimerisasi, membuat kulit lebih kilap dan membuat bahan lebih compact. Kulit di plating dengan suhu 80oC tekanan 1,5 MPa dalam waktu 1 detik. Kondisi kulit setelah plating adalah warna kulit lebih kilap dan gelap serta kulit lebih padat. Kemudian dilakukan drop test kembali untuk mengetahui daya serap air, hasil drop test kedua kulit adalah 20 detik. Staining Staining adalah proses pewarnaan permukaan menggunakan pewarna anilin (dyes) cair atau liquid dyes (LD). Staining bertujuan untuk menyamakan warna yang tidak rata atau tidak sesuai warna sampel kususnya untuk kulit suede, nubuck yang tidak mengalami pelapisan atau kulit nappa untuk finishing aniline. Staining umumnya dilakukan untuk kulit yang berwarna hitam atau tua menggunakan liquid dyestuff (LD) biasanya solvent-base. Untuk kulit yang bersifat waterproof baik nappa atau suede atau nubuck yang natural looking. Biasanya setelah dilakukan staining diikuti dengan spraying menggunakan bahan kimia seperti silicon atau wax emulsion dan fluorocarbon atau flourosilikon sebagai waterproofing agent.(Purnomo,2016) β€œSpray staining e.g. with Eukesolar Dyes 150 Liquid,to colour the surface of undyed leather or to leveldrum dyed shades” (BASF,1997). Proses staining merupakan proses yang dilakukan apabila kulit crust



memiliki ketidakrataan warna, kulit memiliki warna yang belang. Pada proses ini terdapat penambahan warna sehingga dapat memperbaiki ketidakrataan warna. Penggunaan LD atau Liquid dyestuff pada proses ini untuk memudahkan dalam penyemprotan menggunakan spraygun. Staining yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya efek bronzing pada permukaan kulit terutama bila menggunakan dyestuff yang bermuatan kationik. Aplikasikan merata kepermukaan kulit, sebesar 10-15 gr larutan staining untuk setiap luas satu sqft, keringkan dan ulangi bila perlu(Purnomo,2014). Staining merupakan proses pemberian lapisan warna pada permukaan kulit. Di proses ini perlu dilakukan matching colour karena warna yang dibutuhkan bukan warna tunggal. Bahanbahan yang digunakan yaitu air dan LD (Liquid Dyes). Liquid Dyes merupakan dyes yang berbentuk liquid atau cairan yang dimana sifat dari dyes tersebut tidak menutup grain dan dapat berikatan dengan kulit, sehingga defek pada kulit masih dapat terlihat. Staining dilakukan dengan cara menyemprot secara merata pada seluruh permukaan kulit. LD yang dipakai adalah maroon dan bahan lain selain LD adalah Melio Top 239 yang merupakan protein atau binder casein yang berfungsi untuk memberi efek kilap. Kulit di spray 1x cross lalu dikeringkan, karena warna yang kurang merata lalu dilakukan staining kembali sampai warna menjadi rata, pada proses staining ini membuat larutan sampai 3x dengan bahan dan takaran yang sama. Kondisi setelah di staining adalah warna kulit merah dan kepink-pinkan dan sedikit kurang rata. Kiss Plate Kiss plate bertujuan untuk memberikan efek kilap, membuat cat melekat atau masuk kedalam kulit tidak hanya dipermukaan, membuat bahan berikatan dengan baik karena terjadi polimerisasi. Kulit di plating dengan suhu 80oC tekanan 1,5 MPa dengan waktu 0,5 detik. Kondisi setelah di kiss plate warna kulit lebih kilap dan cat sudah melekat ke dalam. Oil Coat Oil Coat merupakan proses pemberian minyak atau oil pada permukaan kulit agar meresap kedalam kulit dan memberi efek pull up. Tujuan dari proses ini supaya dapat terjadi migrasi minyak ke permukaan sehingga menimbulkan warna lebih muda (pull up). Bahan-bahan yang digunakan adalah oli mesran yang merupakan mineral oil yang berfungsi untuk memberi efek



migrasi, paraffin padat yang berfungsi memberi efek putih dan malam yang merupakan wax bee yang berfungsi untuk memberi efek gelap. Kulit di padding secara merata kemudian dikeringkan lalu tunggu sampai minyak terserap kedalam kulit kemudian ulas sampai cairan habis. Kondisi kulit setelah dilakukan oil coat adalah kulit lebih berminyak dan mengkilap pada bagian permukaan. Plating Kemudian dilakukan plating yang berfungsi untuk melelehkan bahan-bahan oil coat dan agar paraffin dan wax masuk ke dalam kulit secara merata. Kulit diplating dengan suhu 100oC tekanan 1,5 MPa dengan waktu 1,5 detik. Kondisi kulit setelah di plating adalah kulit lebih mengkilap, permukaan halus dan rata, warna lebih tajam dan kulit lebih padat, dan efek pull up belum terlalu jelas maka dilakukan oil coat kembali. Oil Coat Oil Coat merupakan proses pemberian minyak atau oil pada permukaan kulit agar meresap kedalam kulit dan memberi efek pull up. Tujuan dari proses ini supaya dapat terjadi migrasi minyak ke permukaan sehingga menimbulkan warna lebih muda (pull up). Dilakukan Oil Coat kembali karena efek pull up belum terlihat atau tidak gelap maka dilakukan oil coat kembali. Bahan-bahan yang digunakan adalah air panas yang berfungsi untuk melarutkan bahan, Ginsol LA4 yang merupakan pull up oil patent yang berfungsi memberi efek migrasi dan Melio Wax 145 yang merupakan Wax pull up yang berfungsi sebagai efek gelap. Kulit di padding secara merata di meja miring dibawah sinar matahari sampai cairan habis lalu dikeringkan kemudian dilakukan plating. Plating Kemudian dilakukan plating yang berfungsi untuk melelehkan bahan-bahan oil coat dan agar terpenetrasi ke dalam kulit secara merata. Kulit di plating dengan suhu 100oC tekanan 1,5 MPa dengan waktu 1 detik. Kondisi kulit setelah di plating adalah kulit lebih mengkilap, permukaan halus dan rata, warna lebih tajam dan kulit lebih padat, dan efek pull up mulai terlihat.



Intermediate Coat Tujuan dari proses ini adalah untuk meningkatkan daya rekat lapisan atau adhesi. Bahanbahan yang digunakan adalah air dan Melio Top 777 yang merupakan Resin Akrilik yang berfungsi untuk membantu adhesi dari lapisan satu ke lapisan diatasnya. Kulit di spray 1x cross lalu dikeringkan, proses dilakukan selama 2x. Kondisi kulit mengkilap, sedikit lengket. Top Coat β€œThe top coat determines the final appearance and the handle of the leather surface and has a decisive influence on the fastness properties of the finish” (BASF,1997). Lapisan yang paling atas, paling keras paling tipis dibuat dengan tujuan melindungi lapisan warna dan permukaan kulit dari benturan, pukulan, goresan, bahan kimia, pelarut, temperature tinggi/rendah. Tujuan dari proses ini untuk melindungi lapisan kulit dibawahnya. Bahan-bahan yang digunakan adalah air, Melio FW 348 merupakan NC water base yang berfungsi memberikan efek sedikit glossy, sifatnya lebih keras dan AS 6 yang merupakan Hand Modifier yang merupakan silicon, memberi efek atau sifat silky dan meningkatkan rought fastness. Kulit di spray 1x lalu dikeringkan, proses dilakukan sampai cairan habis. Kondisi kulit memiliki kerataan warna yang lumayan baik, permukaan kilap dan licin atau silky. Plating Kulit dilakukan plating untuk membuat bahan-bahan berikatan atau bereaksi ke kulit dengan baik karena terjadi polimerisasi dan memberikan efek kilap. Kulit di plating dengan suhu 100oC tekanan 1,5 MPa dengan waktu 1 detik. Kondisi kulit kilap, lembut, soft di permukaan, memiliki kerataan yang lumayan baik. Measuring Kulit dilakukan measuring untuk mengetahui luas masing-masing kulit setelah dilakukan finishing. Luas kulit 1 adalah 8,7 sqft dan kulit 2 adalah 3,5 sqft.



Sortasi Grading Kemudian dilakukan sortasi grading dengan kulit 1 memiliki kualitas reject dengan defek lubang kecil di pinggir dan krupon, bekas kutu, dan kondisi kulit wana telah rata, permukaan glossy, kilap licin halus dan lembut. Untuk kulit 2 memiliki kualitas 5 yang berarti telah mengalami kenaikan kualitas dari sebelum finishing memiliki kualitas reject dan setelah finishing kualitasnya menjadi 5. Dengan defek warna tidak rata dan kondisi kulit permukaan kilap, glossy halus lembut dan licin.



Kesimpulan -



Hasil akhir kulit setelah difinishing memiliki efek pull up dengan permukaan lebih kilap, glossy, licin, halus dan soft.



-



Kualitas akhir kulit setelah difinishing kulit 1 reject dengan memiliki lubang dan bekas kutu sedangkan kulit 2 adalah 5 dengan defek warna tidak rata.



-



Hasil akhir kulit sudah lumayan maksimal karena raw material ada yang sesuai dan ada yang tidak sesuai.



-



Finishing Pull Up merupakan menempatkan minyak diatas grain dan ketika kulit ditekan pada bagian flesh akan muncul warna lebih muda dan ketika dilepas akan kembali seperti semula.



DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Titik, Ragil Yuliatmo, Eddy Purnomo.2019.Teknik Finishing Anilin.Politeknik ATK Yogyakarta : Yogyakarta. BASF.1997. Pocket Book For The Leather Technologist. Third Edition. BASF Aktingesellschaft.67056 Ludwinshafen.Germany. Purnomo,Eddy.2014.Teknologi Finishing.Yogyakarta:Akademi Teknologi Kulit. Purnomo,Eddy.2016.Teknik Finishing.Yogyakarta: Politeknik ATK Yogyakarta. Purnomo, Eddy. 2018. Teknik Finishing Anilin dan Semianilin. Yogyakarta: Politeknik ATK Yogyakarta. Siddiq, Sofwan. 2017. Teknologi Finishing. Yogyakarta: Politeknik ATK Yogyakarta. Siddiq, Sofwan dan Yuliatmo, Ragil. 2018. Teknik Finishing Pigmented. Yogyakarta: Politeknik ATK Yogyakarta. Wulandari. 2016. Teknologi Sortasi dan Grading Kulit. Yogyakarta: Politeknik ATK. Yogyakarta. Wulandari, Dwi dkk. 2015. Petunjuk Praktikum Teknik sortasi dan Grading Kulit.Akademi Teknologi Kulit. Yogyakarta.