Laporan Praktikum Fistum Bab 6 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



1 dari



LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN BAB VI FOTOTROPISME DAN GEOTROPISME PADA Vigna sinensis



Nama NIM Gol(Hari) Asisten



: : : :



Astri Nur Indahsari 19/444670/BI/10348 A (Kamis) Anggun Setyaningrum



LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2021



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



2 dari



BAB VI FOTOTROPISME DAN GEOTROPISME PADA Vigna sinensis I.



Pendahuluan A. Latar Belakang Gerak adalah suatu tanda kehidupan, gerak dapat dilakuan dengan berpindah tempat. Bergerak bagi tubuhan salah satu ciri yang mendasari dari suatu makhluk hidup entah karena rangsang dari luar atau dari dalam. Gerak merupakan tanggapan makhluk hidup terhadap rangsangan. Tumbuhan memiliki kepekaan terhadapa rangsangan yang akan ditanggapi oleh tumbuhan. Tanggapan dari tumbuhan ini dapat berupa gerakan dari bagain organ tumbuhan. Regnum tumbuhan terutama tumbuhan terestrial bersifat sesil dan tidak dapat berpindah lokasi hidupnya. Gerak aktif pada tumbuhan contohnya yaitu algae, sedangkan gerak pasif pada tumbuhan yaitu Divisi Angiospermae, kedua perbedaan gerak dari tumbuhan tersebut berdasarkan kompleksitas tubuhnya. Meskipun demikian, tumbuhan memiliki sistem yang dapat merasakan dan mendeteksi kondisi lingkungan. Respon tumbuhan terhadap kondisi lingkungan tempat tinggalnya berupa pergerakan yang dapat terlihat untuk membantu mengoptimalkan pertumbuhan dan reproduksinya. Gerak pada tumbuhan dapat didefinisikan sebagai perubahan orientasi spasial pada suatu organ sebagai bentuk adaptasi (Bhatla and Lal, 2018). Terdapat 2 macam gerak tumbuhan yaitu endonom yang berasal dari dalam dan etionom yang berasal dari lingkungan dalam hal rangsang geraknya. Gerak endonom merupakan gerak pada tubuhan yang diakibatkan oleh rangsangan yang berasal dari dalam tumbuhan sendiri. Sedangkan gerak etionom merupakan gerakan pada tumbuhan yang disebabkan oleh factor rangsangan dari luar factor penyebab gerak etionom dapat berupa air, cahaya, zat kimia, dsb. Pada gerak etionom dibagi menjadi 3 yaitu taksis (gerak seluruh bagian tumbuhan yang dipengaruhi datangnya rangsang), nasti (gerak pada bagian suatu tumbuhan yang dipengaruhi rangsangan, tetapi arahnya tidak dipengaruhi oleh rangsang), dan tropisme (gerak pada bagian suatu tumbuhan yang dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan). Macam gerak lainnya seperti higroskopis yang berarti gerak dari bagian tumbuhan yang terjadi karena adanya perubahan kadar air pada tumbuhan secara terus menerus sehingga menjadi kering, seperti contoh membukanya kotak spora pada pakupakuan (Wiraatmaja,2017). Pergerakan tumbuhan yang umum terjadi adalah pertumbuhan ke arah cahaya, pemerkaran dan penguncupan bunga, pertumbuhan akar samping untuk mencari air dan nutrisi, dan lain-lain. Apabila diamati, pergerakan tumbuhan berjalan sangat lambat dan hampir tidak terdeteksi. Pergerakan tumbuhan yang cepat dapat ditemukan pada tumbuhan sensitif seperti putri malu (Mimosa pudica) dan tumbuhan karnivora (Dionaea muscipula). Pergerakan tumbuhan dapat dikelompokkan menjadi dua tipe yaitu tropik dan nastik. Tropik merupakan pergerakan tumbuhan yang disebabkan oleh sinyal dari dari lingkungan. Arah gerak tumbuhan tropik dipengaruhi oleh sinyal vektor seperti cahaya dan gravitasi. Nastik merupakan gerak yang bersifat independen dan tidak dipengaruhi oleh arah datangnya stimulus (Bhatla and Lal, 2018).



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



3 dari



Gerak tropisme yang disebabkan oleh cahaya disebut fototropisme sedangkan yang disebabkan oleh gravitasi disebut geotropisme. Terdapat dua tipe gerak tropik yaitu positif dan negatif. Gerak positif ditunjukkan dengan pergerakan yang searah dengan arah datangnya stimulus dan gerak negatif merupakan pergerakan yang berlawanan arah dengan gerak stimulus. Fototropisme merupakan gerak respon tumbuhan terhadap arah datangnya cahaya. Fototropisme positif biasanya terjadi pada batang sedangkan fototropisme negatif biasa terjadi pada akar dan bagian yang tertanam di bawah tanah (Hodson and Bryant, 2012). Mekanisme terjadinya fototropisme berkaitan dengan pembentukan gradien auksin lateral. Pigmen karotenoid dan riboflavin merupakan pigmen yang berperan dalam fototropisme. Geotropisme sering disebut gravitropisme yang berarti kemampuan tanaman untuk tumbuh berdasarkan pengaruh gravitasi. Gerak ini merupakan salah satu gerak yang penting sebagai respon yang akan memicu morfogenesis suatu tumbuhan. Pergerakan tumbuhan secara geotropisme terjadi pada akar dimana akar akan selalu tumbuh searah dengan arah datangnya gravitasi sebagai stimulus. Respon positif apabila arah geraknya menuju ke arah gravitasi, dan gravitropisme negatif apabila arah geraknya menjauhi gravitasi (Meroz and Bastien, 2014). Gravitropisme dapat dibagi menjadi empat fase, yaitu persepsi gravitasi, transduksi sinyal, transmisi sinyal, dan respon terhadap sinyal. Terdapat beberapa teori mengenai geotropisme, yaitu teori statolith, teori Cholodny-Went, dan teori geoelektrik. Faktor - faktor yang mempengaruhi dalam gerak tumbuhan yaitu terdapat 2 faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal sendiri seperti hormon, keseimbangan hara didalam tubuh. Faktor eksternal yaitu cahaya matahari (dipengaruhi oleh intensitas, durasi, dan sudut penyinaran), respirasi, transpirasi, polinasi, dan unsur hara di lingkungan (Mohammad, 2020). Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan percobaan untuk mengetahui fototropisme dan geotropisme pada tanaman Vigna sinensis.



B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dapat diajukan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh cahaya terhadap arah pertumbuhan tanaman Vigna sinensis? 2. Bagaimana pengaruh gravitasi terhadap arah pertumbuhan kecambah Vigna sinensis? 3. Bagaimana faktor-faktor yang mempengaruhi gerak pada tumbuhan Vigna sinensis? C. Tujuan Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dpat diajukan permasalahan sebagai berikut: 1. Mempelajari pengaruh cahaya terhadap arah pertumbuhan tanaman Vigna sinensis. 2. Mempelajari pengaruh gravitasi terhadap arah pertumbuhan kecambah Vigna sinensis. 3. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi gerak pada tumbuhan Vigna sinensis?



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



II.



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



4 dari



Metode Percobaan A. Alat dan Bahan Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah pot plastik untuk meletakkan Vigna sinensis., kotak hitam untuk tempat Vigna sinensis dilakukan percobaan, dan plastik filter yang terdiri dari warna merah, biru, dan transparan untuk memberikan warna dari sumber cahaya sebagai variabel percobaan, tabung gelas (ember bertutup) untuk meletakkan lempeng kaca yang ada Vigna sinensis, lempeng kaca untuk tempat meletakkan Vigna sinensis di tabung gelas, pisau untuk memotong akar Vigna sinensis, penggaris untuk mengukur dan karet gelang untuk mengikat kertas buram. Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah tanaman Vigna sinensis umur 4 hari untuk perlakuan fototropisme, kecambah Vigna sinensis umur 2 hari untuk perlakuan geotropisme, dan kertas buram. B. Cara Kerja



`



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



1. Fototropisme



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



5 dari



Disiapakan 3 pot tanaman berisi Vigna sinensis yang berumur 4 hari



disipakan kotak berukuran 40x30x30.



salah satu sisi kotak tersebut diberi 3 lubang dan dilapisi dnegan plastik filter yang berwarna merah, biru dan bening



Di setiap pot yang berisi tanaman diletakkan dalam kotak sejajar dengan lubang yang telah diberi filter tersebut



Setelah 48 jam diamati arah pertumbuhan dna keadaan tanaman



Dibandingkan hasil pengamatan yang diperoleh



Dijelaskan mengapa terjadi fototropisme



2. Geotropisme



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



6 dari



Disiapkan kecambah Vigena sinensis umur 2 hari



dipilih 20 kecambah yang pertumbuhannya baik dnegan panjang akar kurang lebih 2cm



Perlakuan pertama diletakkan kecambah pada lempengan kaca yang telah dibalut tissue menggunkan karet gelang dengan posisi vertikal (A) dan horizontal (B)



Perlakuan ke dua, ujung akar kecambah kurang lebih 2cm dipotong secara hati-hati kemudian kecambah tersebut diletakakn pada lempengan kaca



kemudian dibalut tissue dengan posiis vertikal dan horizontal setiap perlakuan masing-masing 5 kecambah



Lempeng kaca yang telah ditempeli kecabah diletaknn dalam tabung gelas yang berisi sedikit air untuk menjaga kelembaban



Dietakakn tabung gelas tersebut dalam ruangan gelap



Setelah 48 jam diamti dan digmabar pola pertumbuhan bagian-bagain kecambah



Dibandingkan hasil yang diperoleh dari perlakuan A,B,C,D kemudian dijelaskan mengapa terjadi geotropisme



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



III.



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



7 dari



Hasil dan Pembahasan A. Hasil Berdasarkan hasil percobaan disajikan dalam benruk tabel sebagai berikut: Tabel 1. Pengaruh Fototropisme Terhadap Pertumbuhan Vigna unguiculata Nomor Filter Posisi Keterangan Gambar 1 Transparan Tampak ++ samping



2



MMerah



Tampak samping



+++



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



3



Biru



Tampak samping



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



8 dari



++



Keterangan : +++ = sangat mendekati cahaya ++ = mendekati + = tidak mendekati Berdasarkan Tabel 1. Setiap filter baik biru, merah, dan transparan dari arah samping Vigna sienensis mengarah atau berbelok ke arah datangnya cahaya. Filter biru dan tidak berwarna (transparan) membelokkan dengan baik (filter biru tidak menjuntai dan mendekati filter sedangkan tidak berwarna atau transparan hanya mengarah tidak terlalu menjuntai ke filter) Vigna sinensis, sedangkan filter merah sangat membelokkan Vigna sinensis kearah cahaya. Tanaman Vigna sinensis dari kenampakan samping arah yang mendekati cahaya berturut turut yaitu filter merah paling optimum kemudian filter transparan dan filter biru mendekati cahaya. Tabel 2. Pengaruh Geotropisme Terhadap Pertumbuhan Vigna unguiculata (Vigna sinensis)



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



9 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



10 dari



Berdasarkan Tabel 2. didapatkan hasil bahwa pada perlakuan vertikal tidak dipotong, vertikal dipotong, dan horizontal tidak dipotong menunjukkan geotropisme positif. Sedangkan pada perlakuan horizontal dipotong menunjukkan geotropisme negatif. B. Pembahasan Pada percobaan fototropisme dan geotropism pada tanaman Vigna siensis atau Vigna unguiculata bertujuan untuk mempelajari pengaruh cahaya terhadap arah tumbuh tanaman Vigna sinensi. Fototropisme merupakan gerak respon tumbuhan terhadap arah datangnya cahaya. Pada percobaan ini cahaya difilter dengan plastik filter berwarna biru, merah, dan tidak berwarna. Perbedaan filter digunakan untuk membandingkan gerak tumbuhan berdasarkan panjang gelombang yang diterima dan mengetahui panjang gelombang optimal dalam membengkokkan batang Vigna sinensis. Setelah pemasangan plastik filter, tanaman dimasukkan dalam kotak hitam dan dibiarkan selama dua hari. Kotak hitam berfungsi untuk mencegah masuknya cahaya selain dari lubang yang telah dibuat. Hal tersebut berfungsi untuk membuat hasil pertumbuhan fokus pada perbedaan filter cahaya. Selain itu, kondisi gelap ini akan menyebabkan etiolasi sehingga batang dapat tumbuh lebih panjang dan mengoptimalkan hasil pengamatan. Tanaman Vigna sinensis yang digunakan berumur 4 hari. Umur 4 hari merupakan umur yang optimal untuk pengamatan karena pada umur tersebut tumbuhan berada dalam tahap aktif pertumbuhan, mempunyai cadangan makanan, dan terdapat kadar auksin. Fotoreseptor yang berperan dalam fototropisme adalah fototropin, phytochrome dan chryptochrome Fototropin adalah fotoreseptor cahaya biru untuk tanggapan tropik, relokasi kloroplas, dan pembukaan stomata pada tumbuhan. Phytochrome/ fitokrom fotoreseptor cahaya merah untuk perkecambahan, pemanjangan dan pertumbuhan kecambah, morfologi daun, pemanjangan ruas batang, serta sintesis klorofil. Chryptochrome/ kriptokrom fotoreseptor cahaya biru berperan dalam banyak aspek foto morfogenesis, seperti mengatur perpanjangan hipokotil, ekspresi gen akumulasi antosianin dan perkembangan kotiledon. Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, tumbuhan dengan filter merah, biru, maupun tidak berwarna mengalami gerak fototropisme positif. Mekanisme fototropisme dimulai oleh percobaan yang dilakuakn oleh Charles Darwin. Percobaan dengan menghilangkan ujung pucuk batang, dan didapatkan hasil fototropisme tidak terjadi disebbakan hilangnya pucuk tersebut. Begitu pula ketika ujung pucuk dilapaisi bahan yang tidak dapat ditembus cahaya. Namun fototropisme tetap terjadi ketika seluruh bagain tumbuhan dikuburkan ke dalam pasir hitam halus dan hanya ujung pucuk yang berada diluar. Dari percobaan tersebut rangasangan cahaya terdeteksi pada tempat ujung pucuk dan responya dilakuan didaerah pelengkungan. Mekanisne fototropisem dijelasakan dari percobaan Boysen dan Jensen dan disempurnakan dengan penemuan tentang auksin yang memiliki peran penting dalam pembelokan batang ke arah cahaya. Auksin merupakan zat tumbuhan yang berperan dalam pertambhan sel dan pertumbuhan. Auksin berada pada ujung pucuk sehingga ketika cahaya berada diatas tumbuhan akan terjadi distribusi auksin dari pucuk ke dearth pemanjangan secara vertical. Namun ketika cahaya diberikan dari salah satu sisi batang menyebabkan distribusi auksin secara lateral dari sisi yang mendapatkan



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



11 dari



cahaya ke sisi yang gelap. Cahaya yang paling efektif dalam merangsang fototropisme adalah cahaya gelombang pendek, sednagkan cahaya yang tidak efektif adalah cahaya merah. Di duga respon fototropis ada kaitannya dengan karoten dan riboflavin karena kombinasi penyerapan spectrum oleh karoten dan riboflavin mirip dengan pola kerja spectrum terhadap fototropisme (Reece dkk., 2012). Fototropisme berkaitkan erat dengan zat tumbuh yang terdapat pada ujung tumbuhan yang disebut auksin. Pada sisi batang yang terkena cahaya, zat tumbuh lebih sedikit daripada yang tidak terkena. Akibatnya, sisi batang yang terkena cahaya mengalami tumbuh lebih lambat daripada yang tidak terkena cahaya sehingga batang membelok ke cahaya (fototropisme positif) karena auksin dibagian yang terkena cahaya mengalami penguraian sehingga pertumbuhan terhambat. Pada bagian yang terkena cahaya tetap bekerja normal (fototropisme negatif). Kecepatan pembelahan yang tidak sama antar kedua sisi menyebabkan tanaman membelok ke arah cahaya. Tidak semua cahaya diserap oleh klorofil dalam tumbuhan. Klorofil mengabsorbsi cahaya paling banyak pada warna merah dan biru. Hal ini ditunjukkan oleh spektrum aksi fotosintesis yang menghasilkan dua puncak pada cahaya merah dan cahaya biru. Reseptor dari cahaya biru disebut blue-light photoreceptors atau fototropin sedangkan reseptor cahaya merah disebut fotokrom. Proses fototropisme banyak dipengaruhi oleh cahaya biru. Selain itu, cahaya biru juga menginduksi pembukaan stomata dan perlambatan pemanjangan hipokotil. Berbeda dengan cahaya biru, cahaya merah berperan dalam pematahan dormansi dan proses perkecambahann biji (Reece dkk., 2012). Gerak positif merupakan arah gerak tumbuhan menuju ke arah datangnya rangsang. Pada filter biru dan tidak berwarna, pembengkokan batang tampak jelas hingga menjuntai (filter biru) sehingga condong ke arah datangnya cahaya. Pada filter merah, pembengkokan batang tidak tampak jelas. Kondisi batang yang membengkok tersebut dipengaruhi oleh aktivitas hormon auksin. Hormon auksin bersifat menjauhi cahaya sehingga transpor pada tumbuhan akan meningkat pada sisi yang tidak menerima cahaya. Akibat dari adanya ketidakseimbangan auksin, pertumbuhan di satu sisi menjadi sangat cepat sehingga menyebabkan batang membengkok sebagai bukti gerak fototropisme. Teori yang menjelaskan transpor dan pendistribusian auksin dalam tumbuhan ini merupakan teori Cholodny-Went (Pedmale et al. 2010). Hasil yang dari percobaan ini, tanaman dengan filter biru, merah, dan tidak berwarna atau transparan menunjukkan gerak fototropisme positif ditunjukkan oleh batang yang condong ke arah datangnya cahaya. Pada filter merah menunjukkan pembengkokan yang tidak terlalu jelas namun terjadi pembengkokan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman seperti faktor internal maupun eksternal yaitu sudut pandang cahaya, intensitas cahaya, dan hormon. Tanaman dengan filter biru dan filter tidak berwarna menunjukkan hasil yang hampir sama. Pembengkokan batang tampak jelas karena waktu pengamatan yang cukup untuk membuat batang mengalami pembengkokan yang cukup jelas. Pada filter biru, pemanjangan hingga menjuntai disebabkan oleh cahaya yang masuk sesuai. Pada filter tidak berwarna, tidak ada cahaya yang diserap oleh filter sehingga cahaya yang menyinari tanaman terdapat cahaya biru dan



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



12 dari



cahaya merah. Hal ini yang menyebabkan tanaman pada filter putih juga mengalami pembengkokan. Pengaruh hormon serta distribusi hormon sangat mempengaruhi pertumbuhan dari ketiga filter tersebut serta mekanisme pengaturan panjang gelombang untuk diteruskan di klorofil pun berpengaruh. Fototropisme pada filter merah didapatkan hasil pemanjangan hingga menjuntai disebabkan oleh cahaya yang masuk sesuai, hal ini tidak sesuai dengan teori. Percobaan geotropisme bertujuan untuk mempelajari arah pertumbuhan akar tumbuhan Vigna sinensis. Kecambah Vigna sinensis digunakan dalam percobaan ini karena memiliki pertumbuhan dan metabolisme yang cepat sehingga dalam waktu yang singkat dapat diamati pertumbuhannya. Menggunakan kecambah Vigna sinensis berumur 2 hari karena kecambah tersebut bisa diasumsikan belum dapat terpengaruh lingkungan dan belum ada daun untuk fotosisntesis Pada percobaan ini digunakan kertas buram berfungsi untuk membalut tabung gelas sebagai supporting system dalam menyalurkan air dalam ember, sehingga kecambah tetap terpenuhi kebutuhan airnya. Sementara itu, lempeng kaca berfungsi untuk menegakkan kecambah agar tidak terendam langsung dalam air. Kecambah diletakkan pada lempeng kaca dengan posisi vertikal dan horizontal. Perlakuan posisi vertikal dan horizontal ini bertujuan untuk membandingkan arah gerak atau pertumbuhan akar kecambah Vigna sinensis. Selain itu dilakukan perlakuan ujung akar yang dipotong dan tidak dipotong. Ujung akar yang diberi perlakuan tersebut merupakan bagian tudung akar di mana pada bagian tersebut terdapat statolit. Pemotongan ujung akar bertujuan untuk menghilangkan hormon auksin pada ujung apikal akar dan bagian statolit tersebut. Statolit merupakan molekul-molekul pati yang terdapat dalam sel statolit yang berada dalam plastida sehingga disebut amiloplas. Sel-sel dimana terdapat amiloplas disebut sel kolumela. Sifat statolit yang berat akan mendorong kolumela menuju arah datangnya gravitasi. Hal ini menyebabkan arah tumbuh akar mengikuti arah datangnya gravitasi karena sel kolumela berada tepat dibawah tudung akar (Durner, 2013). Geotropisme merupakan gerak bagian tumbuhan karena pengaruh gervitasi bumi. Jika rah geraknya menuju rangsang disebut geotropism positif, misalnya gerakan akar menuju tanah. Jika arah gerakannya menjauhi rangsang disebut geotropism negative, misalnya gerak tumbuhan batang menjauhi tanah. Akar selalu tumbuh kea rah bawah akibat rangsangan gaya tarik bumi. Gerak tumbuh akar merupakan contoh lain gerak tropisme. Terdapat beberapa teori yang mendukung geotropisme yaitu teori statolit dan teori Cholodny-Went. Pada teori statolit dikatakan bahwa di dalam statolit terdapat amiloplas yang sensitif terhadap gravitasi, sehingga pertumbuhan akar akan menuju ke arah datangnya stimulus yaitu gravitasi (geotropisme positif). Pada teori Cholodny-Went, dikatakan bahwa auksin dapat disekresikan di ujung batang dan ujung akar. Hormon auksin berfungsi dalam memicu pembentangan sel akan menyebabkan penimbunan massa sel. Sehingga hormon auksin yang terletak pada ujung akar akan mengakibatkan berat condong ke bawah dan menyebabkan pertumbuhan akar menuju ke arah gravitasi (Durner, 2013). Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, didapatkan hasil bahwa pada perlakuan vertikal tidak dipotong, akar Vigna sinensis tumbuh ke arah bawah atau geotropisme positif. Hal ini karena adanya statolith yang dapat merangsang stimulus gravitasi. Begitu pun pada



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



13 dari



perlakuan vertikal dipotong tetap menunjukkan geotropisme positif, dikarenakan posisi awalnya sudah vertikal. Sehingga meskipun statolith sudah terpotong, pertumbuhannya tetap ke bawah. Sementara itu, pada perlakuan horizontal tidak dipotong menunjukkan pertumbuhan akar ke bawah atau geotropisme positif. Hal ini karena adanya statolith dapat merangsang stimulus gravitasi. Sedangkan pada perlakuan horizontal dipotong, menunjukkan pertumbuhan akar ke samping atau geotropisme negatif. Hal ini karena perlakuan pemotongan menyebabkan hilangnya statolith pada ujung akar, sehingga tidak ada penerima rangsang gravitasi. Geotropisme juga dapat terjadi karena traslokasi auksin yang tidak merata di ujung akar sebagaimana dijelaskan dalam teori Cholodny-went bahwa auksin berpindah dari ujung atas ke ujung bawah apabila batang berubah posisi dari vertikal ke horizontal (Neef et al. 2016). Faktor - faktor yang mempengaruhi dalam gerak tumbuhan yaitu terdapat 2 faktor, faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal sendiri seperti hormon, keseimbangan hara didalam tubuh. Faktor eksternal yaitu cahaya matahari (dipengaruhi oleh intensitas, durasi, dan sudut penyinaran), respirasi, transpirasi, polinasi, dan unsur hara di lingkungan (Mohammad, 2020).



IV. Kesimpulan Berdasarkan hasil percobaan dan pembahasan yang telah dipaparkan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Filter cahaya yang diberikan mempengaruhi arah pertumbuhan tanaman Vigna sinensis . Filter yang paling efektif terhadap arah pertumbuhan (fototropisme) pada tanaman Vigna sinensis di percobaan ini adalah filter biru. Tanaman Vigna sinensis pada filter merah sangat mendekati cahaya (+++), filter transparan dan biru mendekati cahaya (++). 2. Pada perlakuan vertikal tidak dipotong, vertikal dipotong (ada sisa statolith di akar), dan horizontal tidak dipotong menunjukkan pertumbuhan akar ke bawah atau geotropisme positif. Sedangkan pada perlakuan horizontal dipotong menunjukkan pertumbuhan akar ke samping atau geotropisme negatif yang dikarenakan statolith yang ada diakar terpotong. 3. Faktor internal sendiri seperti hormon, keseimbangan hara didalam tubuh. Faktor eksternal yaitu cahaya matahari (dipengaruhi oleh intensitas, durasi, dan sudut penyinaran), respirasi, transpirasi, polinasi, dan unsur hara di lingkungan.



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



14 dari



VI. Daftar Pustaka Bhatla, S. C. and Lal, M. A. 2018. Plant Physiology, Development and Metabolism. Singapore: Springer Nature Singapore, p. 907. Durner, E. F. 2013. Principles of Holticultural Physiology. London: CABI, p. 46. Neef, M., Denn, T., Ecke, M. and Hampp, R., 2016. Intracellular calcium decreases upon hyper gravity-treatment of Arabidopsis thaliana cell cultures. Microgravity Science and Technology, 28(3), pp.331-336. Hodson, M. J. and Bryant, J. A. 2012. Functional Biology of Plants. Hoboken. Wiley-Blackwell. Meroz, Y., and R. Bastien. 2014. Stochastic Processes in Gravitropism. Frontiers in Plant Science 5: 1-5. Mohammad, Pessarakli. 2020. Handbook Plant and Corp Stress, Fourth Edition. USA. CRC Press Taylor and Francis, p.1992 Pedmale, U. V., Celaya, R. B., Liscum E. 2010. Phototropism: Mechanism and Outcomes. BioOne Complete, p. 13. Reece, J. B., Urry, L. A., Cain, M. L., Wasserman, S. A., Minorsky, P. V., Jackson, R. B. 2012. Biologi Edisi Kedelapan Jilid 2. Jakarta. Gramedia, hal. 425 – 426. Wiraatmaja, I.W. 2017. Gerak pada Tumbuhan. Bali. Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Udayana, hal. 2-41.



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



VII.



Lampiran Screenshoot pustaka



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



15 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



16 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



17 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



18 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



19 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



20 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



21 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



22 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



23 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



24 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



25 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



26 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



27 dari



BORANG LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN LABORATORIUM FISIOLOGI TUMBUHAN



No. Dokumen Berlaku sejak Revisi



FO-UGM-BI-07-13 03 Maret 2008 00



Halaman



28 dari