10 0 453 KB
LAPORAN PRAKTIKUM PENGENDALIAN VEKTOR SECARA KIMIA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FOGGING (PENGASAPAN)
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 6 1. TIUR YULANDA SIREGAR
: PO.71.33.1.18.032
2. SRI HARTINI
: PO.71.33.1.18.028
3. FHARA LUFFIANAS TASYA A
: PO.71.33.1.18.010
4. RENNY PUTRI ANGGRAINI
: PO.71.33.1.18.024
5. INDRI ASTUTI
: PO.71.33.1.18.013
6. TIFANI CHIKA AURELIA
: PO.71.33.1.18.031
MATA KULIAH : INSTRUMENTASI DOSEN PEMBIMBING : PRIYADI, SKM.,M.Kes
JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG TAHUN AJARAN 2019/2020
i
KATA PENGANTAR Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat karunia-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Instrumentasi yaitu Laporan Praktikum Pengendalian Vektor Dengan Menggunakan Metode Fogging (Pengasapan). Kami akan menyajikan laporan kami secara sederhana,tepat dan jelas shingga dapat mudah di pahami semua kalangan. Kami menyadari walaupun bagaimana kami berusaha menyajikan laporan ini dengan maksimal akan tetapi pasti ada kekurangan. Jadi kami harapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun, sehingga dengan saran dan kritiknya kami dapat menjadi lebih baik dalam pembuatan laporan selanjutnya, akhir kata penyusun mengucapkan Terima Kasih.
Palembang, 17 September 2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................................... 1 B. Tujuan ............................................................................................................ 2 C. Manfaat ........................................................................................................... 2 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengendalian Vektor ...................................................................................... 3 B. Peralatan dan Bahan Pengendalian Vektor .................................................... 5 C. Syarat Mutu ..................................................................................................... 7 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Kegiatan .......................................................................... 9 B. Alat dan Bahan ................................................................................................ 9 C. Cara kerja ........................................................................................................ 9 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................... 12 B. Saran .............................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 13 DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. 14
iii
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Daerah Indonesia hampir seluruhnya adalah endemik penyakit DBD dan
malaria. Penyakit ini memiliki angka kesakitan yang tinggi dan juga dapat menyebabkan hal fatal seperti kematian akibat penaggulangan yang terlambat. Penyakit ini masih menjadi permasalahan yang utama di Indonesia dan masih belum bisa ditanggulangi secara efektif baik oleh masyarakat maupun pemerintah. Dewasa ini upaya pemberantasan penyakit malaria dan DBD dilakukan melalui pemberantasan vektor penyebab malaria (nyamuk Anopheles) dan vektor penyebab DBD (nyamuk Aedes aegyptie). Namun saat ini telah ada langkah nyata dari masyarakat yang dibantu oleh pemerintah untuk memberantas vektor yang membawa penyakit DBD dan malaria yaitu salah satunya dengan cara fogging (Pengasapan). Pengasapan/fogging adalah pemberantasan nyamuk yang menggunakan mesin/alat, dimana nantinya alat tersebut akan mengeluarkan asap yang mengandung insektisida untuk membunuh nyamuk dewasa saja. Namun dalam penggunaan alat fogging sendiri haruslah dilakukan oleh orang yang benar-benar terlatih dan sudah mengerti cara melakukannya. Sebab, fogging memiliki resiko negatif yang tinggi mulai dari resistensi, kebakaran, kematian (bersifat racun) dan lain sebagainya. Oleh sebab itu harus benar-benar dilakukan oleh pegawai Puskesmas yang sudah terlatih untuk menggunakanannya. Fogging (pengabutan dengan insektisida) dilakukan
bila
hasil
penyelidikan
epidemiologi
positif,
yakni
ditemukan
penderita/tersangka DBD lainnya, atau ditemukan 3 atau lebih penderita panas tanpa sebab yang jelas dan ditemukan jentik.
1
Pemberantasan dengan menggunakan fogging dianggap paling baik dan tepat oleh masyarakat. Namun pada dasarnya fogging dilakukan jika terpaksa dan sudah terjadi banyak kejadian karena sifat fogging yang beracun. Hal tersebut ternyata tidak selalu benar, karena pemberantasan nyamuk Aedes aegypti dengan metode ini hanyalah bertujuan untuk membunuh nyamuk dewasa yang infektif, yaitu nyamuk yang didalam tubuhnya telah mengandung virus dengue dan siap menularkan pada orang lain. Sedangkan cara mengatasi/mencegah terjangkitnya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) yang paling penting adalah menanamkan pengetahuan kepada masyarakat, agar masyarakat berperilaku hidup bersih dan sehat, yaitu menjaga kebersihan lingkungan yang dapat menjadi sarang dan tempat berkembangbiaknya vektor penyakit termasuk nyamuk Aedes aegypti. Hal ini dilakukan untuk memutus rantai penularan penyakit, yaitu memutus mata rantai perkembangbiakan jentik nyamuk menjadi nyamuk dewasa.
B.
Tujuan 1.
Agar mahasiswa dapat menggunakan dan mengoperasionalkan swingfog dengan benar.
2.
Agar mahasiswa dapat mengetahui formulasi yang dipakai untuk swingfog.
C.
Manfaat 1.
Mahasiswa mempunyai ketrampilan dalam menggunakan swingfog.
2.
Mahasiswa mengetahui formulasi yang dipakai dalam swingfog.
2
BAB II LANDASAN TEORI A.
Pengendalian Vektor 1.
Pengertian Vektor Vektor adalah artropoda yang dapat menularkan,memindahkah
dan/atau
menjadi
sumber
penular
penyakit
terhadap
manusia.
(PERMENKES RI No. 374 Tahun 2010 Tentang Pengendalian Vektor) 2.
Pengertian Pengendalian Vektor Pengendalian vektor adalah semua kegiatan atau tindakan
yang
ditujukan untuk menurunkan populasi vektor serendah mungkin sehingga keberadaannya tidak lagi berisiko untuk terjadinya penularan penyakit tular vektor di suatu wilayah atau menghindari kontak masyarakat dengan vektor sehingga penularan penyakit tular vektor dapat dicegah. Pengendalian Vektor Terpadu (PVT) merupakan pendekatan yang menggunakan kombinasi beberapa metode pengendalian vektor yang dilakukan berdasarkan azas pelaksanaannya
serta
keamanan, rasionalitas dan efektifitas
dengan
mempertimbangkan
kelestarian
keberhasilannya. (PERMENKES RI No. 374 Tahun 2010 Tentang Pengendalian Vektor) 3.
Metoda Pengendalian Vektor Pengendalian Vektor Terpadu merupakan kegiatan terpadu dalam
pengendalian vektor sesuai dengan langkah kegiatan menggunakan satu
3
atau kombinasi beberapa metode Beberapa metode pengendalian vektor sebagai berikut : a.
Metode pengendalian fisik dan mekanis adalah upaya-upaya untuk mencegah, mengurangi, menghilangkan habitat perkembangbiakan dan populasi vektor secara fisik dan mekanik. Contohnya : 1)
Modifikasi dan manipulasi lingkungan tempat perindukan (3M, pembersihan lumut, penanaman bakau, pengeringan, pengaliran/ drainase, dan lain-lain)
b.
c.
2)
Pemasangan kelambu
3)
Memakai baju lengan panjang
4)
Penggunaan hewan sebagai umpan nyamuk (cattle barrier)
5)
Pemasangan kawat kasa
Metode pengendalian dengan menggunakan agen biotik 1)
Predator pemakan jentik (ikan, mina padi dan lain-lain)
2)
Bakteri, virus, fungi
3)
Manipulasi gen (penggunaan jantan mandul, dll)
Metode pengendalian secara kimia 1)
Surface spray (IRS)
2)
Kelambu berinsektisida
3)
Larvasida
4)
Space spray (pengkabutan panas/fogging dan dingin/ULV)
5)
Insektisida rumah tangga (penggunaan repelen, anti nyamuk bakar, liquid vaporizer, paper vaporizer, mat, aerosol dan lain-
4
lain) (PERMENKES RI No. 374 Tahun 2010 Tentang Pengendalian Vektor) B.
Peralatan dan Bahan Pengendalian Vektor 1.
Peralatan Mesin Pengkabut Panas (Hot Fogger) model jinjing, mesin pengkabut
panas digunakan untuk penyemprotan ruang di dalam bangunan atau ruang terbuka yang tidak dapat dicapai dengan mesin pengkabut panas yang dioperasikan di atas kendaraan pengangkut. Mesin pengkabut panas portable harus memiliki sebuah nozzle energy panas tempat larutan Pestisida dalam minyak atau campuran dengan air dimasukkan secara terukur. Komponen utama harus terpasang pada rangka yang kuat. Bila diinginkan mesin dapat dilengkapi mekanisme menghidupkan mesin yang terdiri dari : baterai, coil, sistem busi, pompa tangan atau pompa yang digerakkan oleh tenaga baterai untuk memberi tekanan kepada saluran bahan bakar ketika menghidupkan mesin. Semua permukaan yang panas yang terlindungi dengan cukup untuk mencegah kejadian luka bakar pada operator. Bahan harus dinyatakan dan semua komponen yang bersentuhan langsung dengan pestisida harus tahan korosi, tidak menyerap dan memenuhi syarat yang ditentukan pada Mesin tipe pulsa-jet harus mempunyai resonator baja yang tahan suhu 1500 ⁰C. Dengan semua tangki terisi penuh untuk pengoperasian normal, beratnya dinyatakan dan tidak lebih dari 20 Kg.
5
Bila menggunakan pompa tangan, mesin harus sudah dapat hidup pada hitungan pemompaan tidak lebih dari 10 kali. Beberapa mesin kemungkinan menggunakan pompa yang digerakkan oleh tenaga listrik. Lebarnya tali sandang harus dinyatakan, dan tidak kurang dari 50 mm pada posisi bahu dan dapat diatur panjangnya dengan sebuah pengencang sehingga tidak kurang dari 750 mm serta harus memenuhi ketentuan daya serap kurang dari 10 % dari berat keringnya. (PERMENKES RI No. 374 Tahun 2010 Tentang Pengendalian Vektor) 2.
Bahan insektisida bahan kimia yang bersifat racun, berfungsi untuk
membunuh serangga. (SNI 05-7190-2006 Tentang Mesin Penghisap Jinjing (fogging machine) Sistem Pulsa Jet) Bahan yang digunakan dalam upaya pengendalian vektor berupa insektisida, baik sasaran terhadap nyamuk vektor dewasa maupun terhadap larva/jentik nyamuk, sebagai berikut : a.
Insektisida yang digunakan untuk penyemprotan residual dalam program
pengendalian
malaria
adalah
Bendiocarb
80
%,
Lamdacyhalothrine 10 %, Etofenprox 20 %, Bifenthrine 10 %, Alfacypermethrine 5 % dan Deltamethrin 5 %. b.
Insektisida yang dicelupkan pada kelambu dan kelambu berinsektisida (LLINs = Long Lasting Insecticidal dan Permethrine) dalam program pengendalian malaria adalah Deltamethrine dan Permethrine.
6
c.
Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan larva/jentik nyamuk vektor
malaria
adalah
Pyriproxyfen,
S-Metoprene,
Bacillus
thuringiensis sub sp israelensis. d.
Insektisida yang digunakan untuk pengendalian vektor Demam Berdarah Dengue adalah Malathion, Metil pyrimifos, Cypermetrin, Alfacypermetrin.
e. Insektisida yang digunakan untuk mengendalikan larva/jentik nyamuk vektor Demam Berdarah Dengue adalah Temephos, Pyriproxyfen, Bacillus thuringiensis sub sp israelensis. . (PERMENKES RI No. 374 Tahun 2010 Tentang Pengendalian Vektor) C.
Syarat Mutu 1.
Persyaratan Dimensi Tabel 1.1 Persyaratan dimensi No.
2.
Parameter
Persyaratan
1
Bobot kosong (kg)
Maksimum 9
2
Bobot penuh (kg)
Maksimum 16
3
Tangki formulasi (liter)
4–6
4
Tangki bensin (liter)
1–2
Persyaratan untuk kerja Tabel 1.2 Persyaratan unjuk kerja mesin pengasap No. 1 2
Parameter
Persyaratan
Debit keluaran pengatur aliran (liter/jam) Konsumsi
bahan
bakar
7
maksimum 50 1,0 – 1,7
(liter/jam) 3 4 5 6
Ukuran
droplet,
volume
8– 20
median diameter (mikron) Jangkauan asap (meter) Waktu
dekat
minimum 2,0
pengasapan
maksimum 3,0
(detik/m3 ruangan) Suhu asap berjarak :
maksimum 40 oC
1,5 meter 2,0 meter
maksimum 37 oC
2,5 meter
maksimum 36 oC
3,0 meter
maksimum 35 oC
dari bibir mulut knalpot
3.
Persyaratan Pelayanan Tabel 1.3 Persyaratan pelayanan mesin pengasap No. 1
Parameter Keselamatan kerja
Persyaratan Bagian-bagian yang berbahaya (panas) harus terlindungi
2
Semburan
api
selama Tidak ada
pengasapan 3
Tingkat Kebisingan Mesin 90 < dB < 120 harus disediakan (dB) pelindung telinga
4
Percepatan
getaran
mesin Maksimum 9,0
(m/detik2) 5
Kemudahan
menghidupkan Mudah
mesin 6
Jumlah operator
Maksimum 1 orang
7
Jumlah pemompaan
Maksimum 7 kali
8
Hidup mesin tanpa beban
Stabil
8
(SNI 05-7190-2006 Tentang Mesin Penghisap Jinjing (fogging machine) Sistem Pulsa Jet)
9
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM A.
Tempat dan Waktu Kegiatan Lokasi
: Jl. Mawar No. 2711, Kampus JKL Poltekkes Kemenkes Palembang
B.
Tempat
: Bengkel Kerja (workshop)
Waktu
: 11.30 WIB s/d selesai
Hari/ tanggal
: Senin/ 16 September 2019
Kegiatan
: Praktikum penggunaan swing fog
Alat dan Bahan 1.
2.
C.
Alat a.
Swing fog
b.
Corong
c.
Kunci inggris
d.
Kunci L
Bahan a.
Bensin
b.
Solar
c.
Kapas
d.
Amplas
e.
Baterai
Cara Kerja 1.
Tunggu mesin sampai dingin sebelum mengisi tangki bensin.
10
2.
Buka atau putar sekrup penyetel yang terletak diatas karburator max ½ putaran. Bila mesin masih panas 1/3 putaran saja.
3.
Tekan pompa perlahan-lahan beberapa kali sampai mesin hidup stel sekrup penyetel sampai terdengar suara yang kasar/ berat sehingga mendapatkan out-put yang paling effisien dan pendingin yang paling optimal. (mesin jangan dihidupkan dengan suara yang nyaring atau frequensi tinggi karena dapat mengakibatkan kehilangan tenaga dan terlalu panas. Bila mesin tidak hidup setelah dipompa ±5 kali dan tidak terdengar letupan, ini mungkin disebabkan karburator banjir. Dalam hal ini kendurkan tutup tangki bensin dan pompa beberapa kali sampai mesin hidup. Kencangkan kembali tutup tangki bensin)
4.
Segera setelah mesin hidup buka kran cairan kimia bila perlu stel lagi suara mesin.
5.
Dalam pengoperasian, ujung pipa pengasap selalu harus di arahkan sedikit miring ke bawah.
6.
Bila mesin mati tiba-tiba segera tutup kran cairan kimia.
7.
Sebelum mematikan mesin tutup kran cairan kimia. Biarkan mesin hidup selama ½ menit supaya tidak ada sisa cairan kimia didalam pipa kimia.
8.
Matikan mesin dengan menutup perlahan-lahan sekrup penyetel.
9.
Kendurkan tutup tangki kimia untuk menghilangkan tekanan dalam tangki kemudia kencangkan kembali.
11
BAB IV PENUTUP A.
Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukakan, dapat disimpulkan bahwa
pengendalian vektor dapat dilakukan dengan metode pengasapan (fogging) yang mana metode ini merupakan pengendalian vektor secara kimia. Fogging merupakan langkah terakhir dalam pengendalian vektor yang telah menimbulkan banyaknya gangguan kesehatan. Fogging tidak dapat dilakukan dengan sembarangan dan terus-menerus karena penggunaan bahan kimia berupa insektisida yang dapat mencemari lingkungan dan resisten terhadap vektor.
B.
Saran Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan sebaiknya
praktikum fogging dilakukan dengan baik dan benar sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
12
DAFTAR PUSTAKA http://jawarakesehatan.blogspot.com/2015/06/praktikum-pengendalian-vektorfogging.html
http://tralalaikrima.blogspot.com/2012/12/praktikum-fogging-danmissblower.html
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 347 Tahun 2010 Tentang Pengendalian Vektor.
SNI 05-7190-2006 Tentang Mesin Penghisap Jinjing (fogging machine) Sistem Pulsa Jet.
13
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Anggota Kelompok 6 bersama Pembimbing
Gambar 1.2 Alat tampak atas
Gambar 1.3 Alat tampak depan
14