Laporan Praktikum Glukosa Dalam Urin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Biokimia Uji Glukosa Dalam Urine Dosen Pengajar: Dr. Eko Suhartono, Drs., M. Si Laporan Ini Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Biokimia Keperawatan



Oleh Kelompok 2 Ariani Setianingsih



1910913420005



Denty Puji Septia Parman



1910913420003



Gusti Aspia Apkarina



1910913420018



Hilma Nurazizah



1910913420006



Muhammad Iqbal Maulana



1910913410016



Muzdalifah



1910913720015



UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN BANJARBARU 2019



KATA PENGANTAR



Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah S.W.T. yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan praktikum biokimia uji glukosa dalam urine pada mata kuliah biokimia keperawatan dengan baik sesuai dengan waktu yang telah kita tentukan. Laporan ini adalah hasil kerjasama kami sebagai tim yang dalam pencarian data sampai dengan penyusunan laporan sampai dengan selesai. Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya tugas ini, terutama kepada dosen mata kuliah biokimia keperawatan yang telah memberikan banyak dorongan dalam melaksanakan dan menyelesaikan tugas ini, juga rekan-rekan mahasiswa. Semoga segala yang telah kita kerjakan merupakan bimbingan yang lurus dari Yang Maha Kuasa. Dalam penyusunan tugas ini tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikan dan penyempurnaan tugas ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.



DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR ............................................................................................................ DAFTAR ISI........................................................................................................................... LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................................... BAB I



PENDAHULUAN ................................................................................................ 1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1.2 Tujuan Praktikum........................................................................................... 1.3 Manfaat Praktikum.........................................................................................



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................



BAB III



METODE PRAKTIKUM .................................................................................. 3.1 Alat dan Bahan ............................................................................................... 3.2 Cara Kerja ......................................................................................................



BAB IV



HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................



BAB V



KESIMPULAN ....................................................................................................



DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................



LEMBAR PENGESAHAN



Kelompok 2



: Ariani Setianingsih Denty Puji Septia Parman Gusti Aspia Apkarina Hilma Nurazizah Muhammad Iqbal Maulana Muzdalifah



Mata Kuliah



: Biokimia Keperawatan



Dosen Pengajar



: Dr. Eko Suhartono, Drs., M. Si



Judul



: Laporan Praktikum Biokimia Uji Glukosa Dalam Urine.



Banjarbaru,



Oktober 2019



Dosen Pengajar



Dr. Eko Suhartono, Drs., M. Si



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Energi yang kita perlukan diperoleh dari bahan yang kita dikonsumsi. Bahan makanan itu mengandung tiga kelompok utama senyawa kimia yaitu karbohidrat, protein dan lemak. Senyawa–senyawa tersebut selanjutnya akan mengalami proses metabolisme, disamping menjadi energi tetapi terdapat zat pengeluaran yang dihasilkan melalui proses pada sistem perkemihan menghasilkan urine. Urine merupakan hasil metabolisme tubuh yang dikeluarkan melalui ginjal. Dari 1200 ml darah yang melalui glomeruli per menit akan terbentuk filtrat 120 ml per menit. Filtrat tersebut akan mengalami reabsorpsi, difusi dan ekskresi oleh tubuli ginjal yang akhirnya terbentuk satu mili liter urine per menit (Evelyn, 2006). Glukosa urine adalah gugus gula sederhana yang masih ada di urine setelah melewati berbagai proses di ginjal. Kalau ada glukosa di urine, berbahaya berarti ada yang tidak beres waktu proses urinisasi. Disebabkan karena kurang hormon insulin, yaitu hormon yang mengubah glukosa menjadi glikogen (kalau kurang berarti gula di darah tinggi). Kalau gula darah tinggi, otomatis gula di darah juga tinggi. Pemeriksaan glukosa urine merupakan pengukuran kadar glukosa dalam urine. Pemeriksaan ini sebenarnya tidak dapat digunakan untuk menggambarkan kadar glukosa dalam darah. Namun pada kasus tertentu, pemeriksaan ini diperlukan untuk pemantauan (Gandasoebrata, 1998). Adanya glukosa dalam urine dapat dinyatakan berdasarkan sifat glukosa yang dapat mereduksi ion-ion logam tertentu dalam larutan alkalis, misalnya Cu, Bi, Hg, dan Fe. Test ini tidak sfesifik terhadap glukosa, gula-gula lain yang berdaya reduksi maupun zat-zat lain yang bukan gula dapat juga memperlihatkan hasil positif. Cara yang berdasarkan reduksi ion kupri antara lain ialah test Fehling dan test Benedict. Dari kedua cara ini, test Benedict lebih baik untuk pemeriksaan urine, karena tidak banyak zat yang menganggu. 1.2 Tujuan Praktikum Untuk mengetahui adanya glukosa di dalam urine. 1.3 Manfaat Praktikum Manfaat dari percobaan ini adalah untuk dapat mengetahui teknik uji pemeriksaan glukosa dalam urine dengan menggunakan uji benedict dapat diketahui bahaya dari glukosa yang terlalu tinggi, dan dapat bertindak preventif untuk mencegah agar terhindar dari penyakit yang disebabkan oleh peningkatan kadar glukosa.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Urine Urine atau air seni atau air kencing adalah cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal yang kemudian akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses urineasi. Eksreksi urine diperlukan untuk membuang molekul-molekul sisa dalam darah yang disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Namun, ada juga beberapa spesies yang menggunakan urine sebagai sarana komunikasi olfaktori. Zat-zat yang terkandung di dalam urine antara lain ureum, asam urat, Natrium Klorida (garam dapur) (Pearce, 1979). 2.4 Glukosa Glukosa terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen dalam hati dan otot rangka. Kadar glukosa dipengaruhi oleh 3 macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Hormon-hormon itu adalah: insulin, glukagon, dan somatostatin (Poedjiadi, 2012). Glukosa mempunyai sifat mereduksi. Ion cupri direduksi menjadi cupro dan mengendap dalam bentuk merah bata. Semua larutan sakar yang mempunyai gugusan aldehid atau keton bebas akan memberikan reaksi positif. Na sitrat dan Na karbonat (basa yang tidak begitu kuat) berguna untuk mencegah pengendapan. Sukrosa memberikan reaksi negative karena tidak mempunyai gugusan aktif (aldehid/keton bebas). Glukosa darah adalah gula yang terdapat dalam darah yang terbentuk dari karbohidrat dalam makanan dan disimpan sebagai glikogen di hati dan otot rangka (Poedjiadi, 2012). 2.3 Uji Benedict Gula pereduksi yaitu monosakarida dan disakarida kecuali sukrosa dapat ditunjukkan dengan pereaksi Fehling atau Benedict menghasilkan endapan merah bata (Cu2O). Selain pereaksi Benedict dan Fehling, gula pereduksi juga bereaksi positif dengan pereaksi Tollens (Campbell, 1999). Gula pereduksi dengan larutan benedict (campuran garam kuprisulfat, natrium sulfat natrium karbonat) akan terjadi reaksi reduksi oksidasi dan dihasilkan endapan warna merah dari kupro oksida. Endapan yang terbentuk warnanya tergantung pada konsentrasi karbohidrat yang diperiksa. Pereaksi benedict lebih banyak digunakan untuk pemeriksaan glukosa dalam urine (Poedjiadi, 2012).



Larutan benedict yang mengandung tembaga alkalis akan direduksi oleh gula yang mempunyai gugus aldehida dengan membentuk kuprooksida yang berwarna hijau, kuning atau merah. Fehling yang terdiri dari campuran CuSO4 dan asam tartat dan basa, akan direduksi gula pereduksi sehingga Cu akan menjadi Cu2O yang berwarna merah bata. Reaksi benedict sensitive karena larutan sakar dalam jumlah sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, sedikit menyebabkan perubahan warna dari seluruh larutan, hingga praktis lebih mudah mengenalnya. Hanya terlihat sedikit endapan pada dasar tabung.



Sebagai indicator dalam reaksi ini, bila reaksinya positif adalah terbentuknya



endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Warna yang terjadi tergantung dari banyaknya endapan Cu2O yang berbaur dengan warna CuSO4 yang berwarna biru. Bila endapan Cu2O nya sedikit, warna yang timbul merupakan campuran sedikit warna merah bata dan biru hijau dikatakan sebagai positif 1 (+1). Makin banyak warna merah batanya dan campuran kuning, dikatakan positif 2 (++) dan bila glukosanya banyak, endapan merah batanya makin banyak, sedangkan CuSO4 nya hamper habis (karena telah berubah menjadi Cu2O), sehingga yang terlihat adalah endapan merah bata dan dikatakan sebagai positif 3 (+++). Uji benedict lebih peka karena benedict dapat dipakai untuk menafsir kadar glukosa secara kasar, karena dengan berbagai kadar glukosa memberikan warna yang berlainan (Poedjiadi, 2012). Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti laktosa dan maltosa (Elfira, 2014). Satu liter pereaksi Benedict dapat dibuat dengan menimbang sebanyak 100 gram sodium carbonate anhydrous, 173 gram sodium citrate, dan 17.3 gram copper (II) sulphate pentahydrate, kemudian dilarutkan dengan akuadest sebanyak 1 liter. Untuk mengetahui adanya monosakarida dan disakarida pereduksi dalam makanan, sample makanan dilarutkan dalam air, dan ditambahkan sedikit pereaksi benedict. Dipanaskan dalam waterbath selamaa 4-10 menit. Selama proses ini larutan akan berubah warna menjadi biru (tanpa adanya glukosa), hijau, kuning, orange, merah dan merah bata atau coklat (kandungan glukosa tinggi). Sukrosa (gula pasir) tidak terdeteksi oleh pereaksi Benedict. Sukrosa mengandung dua monosakrida (fruktosa dan glukosa) yang terikat melalui ikatan glikosidic sedemikian rupa sehingga tidak mengandung gugus aldehid bebas dan alpha hidroksi keton. Sukrosa juga tidak bersifat pereduksi (Mulyati,2012). Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine



diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine. Hanya glukosa yang mengindikasikan penyakit diabetes. Gula yang mempunyai gugus aldehid atau keton bebas mereduksi ion. kupri dalam suasana alkalis menjadi kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah. Banyaknya



endapan



merah



yang



terbentuk



sesuai



dengan



kadar gula yang terdapat di dalam urine. Reaksi : CuSO4+2NaOH--->Cu(OH)2+Na2SO4 putih kebiru – biruan Cu(OH)2---->2CuOH+H2O+O Pemanasan kuning (diambil oleh gula dan produk2nya)\ 2CuOH---->Cu2O+H2O merah bata Uji benedict bertujuan untuk mengetahui/membedakan gula pereduksi dan gula nonpereduksi berdasarkan tingkat kepekatannya. Pengujian yang positif merupakan gula pereduksi ditandai dengan terbentuknya endapan merah bata. Pada percobaan ini, larutan gula (glukosa dan sukrosa) direaksikan dengan benedict kemudian dipanaskan menghasilkan endapan merah bata, yang menunjukkan larutan tersebut positif terhadap uji ini kecuali sukrosa. Glukosa dapat dioksidasi oleh Cu2+ karena termasuk golongan aldosa yang memiliki gugus aldehid bebas. Karena glukosa dapat dioksidasi, maka glukosa termasuk golongan gula pereduksi.



BAB III METODE PRAKTIKUM



3.1 Identitas Probandus Nama



: Tn. I



Jenis Kelamin : Laki-laki Usia



: 21 Tahun



Nama



: Px.X



Jenis Kelamin : Usia



:-



3.2 Alat dan Bahan Alat : 1. Tabung reaksi 2. Penjepit tabung 3. Lampu spritus 4. Pipit alkohol 5. Handscoon Bahan : 1. Urine 2. Larutan Benedict



3.3 Cara Kerja 1.



Cuci tangan



2.



Pakai handscoon



3.



Ambil 2 tabung reaksi untuk 2 sampel



4.



Mengisi masing-masing 3 ml larutan benedict



5.



Mengisi masing-masing urine pada tabung yang sudah disiapkan 1 ml (sekitar 20 tetes)



6.



Mencampurkan larutan benedict dan urine didalam tabung reaksi.



7.



Panaskan diatas api sampai mendidih (maksimum 1 menit)



8.



Catat hasil



9.



Rapikan alat



10. Cuci tangan



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Dari praktikum uji glukosa dalam urin didapatkan hasil No



Nama



Warna



Penilaian



Kadar



1



Tn. I



Hijau



+



< 0,5%



2.



Px. X



Endapan Kuning Kehijauan



++



0,5-1%



4.2 Pembahasan Pada praktikum kali ini dilakukan pemeriksaan kadar glukosa dalam urin dengan uji benedict. Uji benedict adalah uji kimia untuk mengetahui kandungan gula (karbohidrat) pereduksi. Gula pereduksi meliputi semua jenis monosakarida dan beberapa disakarida seperti lactosa dan maltosa (Elfira, 2014). Prinsip uji benedict adalah glukosa yang memiliki gugus aldehid atau keton bebas yang dapat mereduksi ion kupri dalam suasana alkalis membentuk kuprooksida yang tidak larut dan berwarna merah bata. Banyaknya endapan merah bata sebanding dengan jumlaj glukosa yang terdapat didalam urin. Seperti dalam table di bawah ini yang menjelaskan bahwa warna yang diciptakan dari uji benedict menggambarkan kadar glukosa yang terdapat dalam urin.



Warna



Penilaian



Kadar



Keterangan



Biru jernih



-



0



Negative diabetes



Hijau



+



< 0,5%



Berpotensi diabetes



Endapan kuning kehijauan



++



0,5–1%



Waspada diabetes



Endapan jingga



+++



1-2%



Diabetes



Endapan merah bata



++++



>2%



Diabetes



BAB V KESIMPULAN



Dari hasil praktikum yang didapat warna urin setelah diberi perlakuan uji benedict, pada Tn. I didapatkan warna hijau yang artinya kadar glukosanya < 0,5% artinya kadar glukosa dalam urin tersebut tidak tinggi dan pada Px. X di dapatkan warna kuning kehijauan dan terdapat endapan yang artinya kadar glukosanya 0,5-1% ini menandakan pada bahwa pada Px. X berisiko menderita diabetes. Uji Benedict dapat dilakukan pada urine untuk mengetahui kandungan glukosa. Urine yang mengandung glukosa dapat menjadi tanda adanya penyakit diabetes. Sekali urine diketahui mengandung gula pereduksi, test lebih jauh mesti dilakukan untuk memastikan jenis gula pereduksi apa yang terdapat dalam urine.



DAFTAR PUSTAKA



Campbell. 1999. Biologi Edisi Ke Empat. Jakarta: Erlangga. Elfira, 2014. Panduan Praktikum Biokimia. Palembang: Refapress. Evelyn, P. 2011. Anatomi dan fisiologi untuk paramedis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Gandasoebrata, R. 1998. Penuntun Laboratorium Klinik. Jakarta: Dian Rakyat Agung. Mulyati. 2012. Kandungan di dalam Urine Manusia. Website: http://digilib. unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdl-mulyatigoc-5277-2-bab2.pdf. Di akses pada Minggu, 20 Oktober 2019 pukul 17.00 WITA. Pearce, E. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Poedjiadi. 2012. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Ui Press.