Laporan Praktikum Ilmu Pemuliaan Ternak-Imron Hadi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU PEMULIAAN TERNAK (SAPI) KELOMOK BINA INSAN DUSUN RANJOK KECAMATAN GUNUNG SARI KABUPATEN LOMBOK BARAT



OLEH :



NAMA



: IMRON HADI



NIM



: B1D018116



KELAS



: 4B1



FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS MATARAM MATARAM 2020



KATA PENGANTAR



Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kepada illahi robbi karena berkat rahmat dan hidayah-NYA laporan praktikum mata kuliah ILMU PEMULIAAN TERNAK ini dapat ditulis dan diselesaikan tepat pada waktunya. Laporan ini merupakan hasil pengamatan dan pengukuran terhadap peternakan yang ada di kelompok ternak Bina Insa Dusun Ranjok Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat dengan responden sebanyak 5 orang yang merupakan anggota kelompok dari kelompok peternak tersebut . Laporan praktikum ini berisi tentang kegiatan praktikum yang telah kami laksanakan. Penyusunan laporan ini dilakukan untuk melengkapi tugas praktikum sebagai syarat kelulusan dari Mata Kuliah Ilmu Pemuliaan Ternak. Dalam kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada Dosen Pengampu mata kuliah ilmu pemuliaan ternak, dan peternak yang sudah ikut membantu dalam praktikum ini. Laporan ini sangat jauh dari kesempurnaan,sehingga kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dari semua pihak demi perbaikan laporan ini.



Mataram, 9 Juni 2020



Penyusun



BAB I PENDAHULUAN



1.1.



LATAR BELAKANG Keadaan peternakan di Indonesia saat ini masih sangat memprihatinkan. Peternak masih melakukan kegiatan beternak dengan menggunakan tehnik-tehnik tradisional yang masih sangat rumit dikarnakan peternak diindonesia sebagian besar belum mengenal adanya tehnik peternakan moderen yang dapat mempermudah pekerjaannya dalam beternak.



Peternak



sangat



membutuhkan



adanya



pemikiran



atau



pengetahuan moderen untuk lebih meningkatkan hasil produksi ternaknya salah satunya yaitu ilmu dalam pemuliaan ternak. Pengetahuan tentang umur pada suatu peternakan sapi mempunyai arti penting, karena berhubungan dengan biaya dan waktu hewan tersebut masih bisa dipelihara. Penafsiran umur ini dapat dilihat menggunakan metode pengamatan pada pergantian dan keterasahan gigi seri, wawancara dengan pemillik ternak, recording, mengamati saat jatuhnya tali pusar, dan munculnya cincin tanduk serta melihat pertumbuhan bulu dan tingkah lakunya. Tujuan utama pemuliaan ternak adalah meningkatkan produktivitas (produksi anak, pertumbuhan, dan produksi susu) melalui perbaikan mutu genetik. Penampilan ternak saat hidup mencerminkan produksi dan kualitas karkasnya. Ketepatan penaksir dalam menaksir nilai ternak tergantung pada pengetahuan penaksir dan kemampuan menterjemahkan keadaan dari ternak itu. Keadaan ternak yang perlu mendapat perhatian pada saat menaksir pro-duktivitas ternak adalah umur dan berat, pengaruh kelamin, perdagingan, derajat kegemukan dan persentase karkas. Pada dasarnya penilaian ternak dilaksanakan berdasarkan atas apa yang terlihat dari segi penampilannya saja dan kadang-kadang terdapat hal-hal yang oleh peternak dianggap sangat penting, akan tetapi ahli genetika berpendapat bahwa hal tersebut sebenarnya tidak ada



pengaruhnya terhadap potensi perkembangbiakan atau produksi. Oleh karena itu, dalam penentuan seleksi ternak sebaiknya kedua cara penilaian digunakan. Jadi selalu ternak ternak tersebut mempunyai kedudukan urut atau rangking tertinggi berdasarkan nilai rekor performanya, juga baik dalam memenuhi persyaratan secara fisik. Untuk menilai ternak diantaranya  harus mengenal  bagianbagian dari tubuh sapi serta konformasi tubuh yang ideal. Ternak yang dinilai harus sehat dan baik sesuai dengan jenis bangsanya,  bagus ukuran tubuhnya, seluruh bagian tubuh harus berpadu dengan rata, harus feminin dan tidak kasar. Dengan demikian, maka kita dapat menentukan perbandingan antara kondisi sapi yang ideal dengan kondisi sapi yang akan kita nilai. Bagian-bagian tubuh sapi yang mendekati kondisi ideal dapat menunjang produksi  yang akan dihasilkannya. Oleh karna itu kami melaksanakan praktikum ini untuk mengetahui pemuliaan ternak tradisional di kelompok ternak bina insan diranjok gunung sari kabupaten Lombok barat. 1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui keadaan sapi-sapi yang ada di peternakan tradisional di Lombok. Terutama kelompok ternak bina insan gunung sari Lombok barat.



1.3 Kegunaan Praktikum Agar mahasiswa dapat mengetahui keadaan kondisi sapi-sapi yang ada di peternakan tradisional di Lombok. Terutama kelompok ternak bina insan gunung sari Lombok barat.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Pengertian Sapi Bali Sapi



Bali merupakan



keturunan



Bos



sondaicus



yang



berhasil



dijinakkan, dengan ciri-ciri khas putih pada bagian-bagian tubuh tertentu yaitu : pada kaki yang diawali dari sendi tartus dan carpus ke bawah sampai batas kuku, pada bagian belakang  pelvis, tepi daun telinga bagian dalam dan bibir bawah. Sapi Bali usia pedet, memiliki bulu sawo matang, sedang yang betina dewasa berbulu merah bata sejak lahir. Adapun yang jantan dewasa, mempunyai warna bulu hitam. Bila yang jantan dewasa kebiri, maka warna bulu hitam akan berubah menjadi merah bata kembali (Murtidjo, 1990).             Dari karakteristik karkas, sapi bali digolongkan sapi pedaging ideal ditinjau dari bentuk badan yang kompak dan serasi, bahkan nilai lebih unggul daripada sapi pedaging Eropa seperti Hereford, Shortorn (Murtidjo, 1990). Oleh karena itu dianggap lebih baik sebagai ternak pada iklim tropik yang lembab karena memperlihatkan kemampuan tubuh yang baik dengan pemberian makanan yang bernilai gizi tinggi (Williamson dan Payne, 1993). 2.2 Ciri- Ciri,Kelemahan Dan Kelebihan Sapi Bali Adapun Ciri-ciri dari Sapi Bali yaitu sebagai berikut : a) Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang. b)  Kepala agak pendek dengan dahi datar. c) Badan tidak terlalu padat dengan dada yang dalam. d) Tidak berpunuk dan seolah tidak bergelambir e)  Kakinya agak pendek f) Pada bagian perut terdapat caplak. g) Warna bulu pada sapi tersebut yaitu berwarna Kecoklatan dan pada bagian sekitar pantat berwarna putih.



Keunggulan Sapi Bali yaitu : a. Subur (cepat berkembang biak/ fertilitas tinggi) b. Mudah beradaptasi dengan lingkungannya, c. Dapat hidup di lahan kritis. d. Mempunyai daya cerna yang baik terhadap pakan. e. Persentase karkas yang tinggi. f. Harga yang stabil dan bahkan setiap tahunnya cenderung meningkat. g. Khusus sapi bali Nusa Penida, selain bebas empat macam penyakit, yaitu jembrana, penyakit mulut dan kuku, antraks, serta MCF (Malignant Catarrhal Fever). Sapi Nusa Penida juga dapat menghasilkan vaksin penyakit jembrana. h. Kandungan lemak karkas rendah. i. Keempukan daging tidak kalah dengan daging impor.  j. Fertilitas sapi Bali berkisar 83 - 86 %, lebih tinggi dibandingkan sapi Eropa yang 60 %. k. Karakteristik reproduktif antara lain : periode kehamilan 280 - 294 hari, rata-rata persentase kebuntingan 86,56 %, tingkat kematian kelahiran anak sapi hanya 3,65 %, persentase kelahiran 83,4 %, dan interval penyapihan antara 15,48 - 16,28 bulan.  Kelemahan Sapi Bali yaitu : a. Dapat terserang virus Jembrana yang menyebar melalui media “lalat”. b. Rentan terhadap Malignant Catarrhal Fever , jika berdekatan dengan domba. 2.3 Seleksi Pembibitan Untuk seleksi bibit sapi dilakukan berdasarkan performan anak dan individu calon bibit sapi, kriteria seleksi yang dapat digunakan, yaitu : 1) Seleksi dilakukan oleh peternak terhadap bibit ternak yang akan dikembangkan di peternakan maupun terhadap keturunan/bibit ternak yang diproduksi baik oleh kelompok peternak rakyat maupun perusahaan peternakan untuk keperluan peremajaan atau dijual sebagai bibit; 2) Seleksi calon bibit jantan dipilih dari hasil perkawinan 5 - 10 % pejantan terbaik yang dikawinkan dengan betina unggul 75 80 % dari populasi selanjutnya dilakukan uji performan yang dilanjutkan dengan



uji zuirat untuk menghasilkan proven bull; 3) Seleksi calon bibit betina dipilih dari hasil perkawinan 5 - 10 % pejantan terbaik yang dikawinkan dengan betina unggul 75 - 80 % dari populasi selanjutnya dilakukan uji performan (blakeli,1994). 2.4 Seleksi Seleksi dalam pemuliaan selalu dikaitkan dengan penentuan apakah seekor hewan dapat atau diperbolehkan menghasilkan sejumlah keturunan. Penentuan tersebut ditentukan oleh alam (seleksi alam) atau oleh peternak dalam seleksi buatan, atas dasar suatu sifat atau dugaan mengenai mutu genetic seekor hewan. Dalam hal ini peternak melakukan seleksi buatan terhadap sifat tertentu dengan maksud untuk menghasilkan perubahan dalam sifat tersebut. Bila perbedaan (keragaman) dalam sifat tersebut didasari atas genotype hewan, maka seleksi akan menghasilkan perubahan genetic dalam populasi dan berarti perubahan dalam frekuensi gen. Selanjutnya atas dasar satu pasang gen A dan a pada satu lokus seleksi dfapat mengakibatkan perubahan frekuensi gen dalam populasi. Seleksi dapat pula diartikan sebagai suatu proses yang mengakibatkan genotype tertentu menghasilkan jumlah keturunan yang berbeda. Jumlah keturunan relative yang dihasilkan seekor hewan dari genotype tertentu adalah ukuran dari kesuburan relative (dewi,2015). 2.5 Keragaman Dalam Pemuliaan Berbagai Sumber Keragaman Genetik dalam pembahasan Genetika Dasar diketahui bahwa salah satu sumber keragaman genetik adalah keragaman yang timbul dalam proses pembelahan meiosis dalam pembentukan gamet. Sumber keragaman lain adalah mutasi gen yang terjadi secara alami yang frekuensi terjadinya relatif rendah, namun dalam sekala evolusi perkembangan berbagai jenis ternak merupakan sumber keragaman yang cukup berarti. Frekuensi mutasi dapat ditingkatkan dengan berbagai teknik seperti sinar X, bahan kimia mutagenik, sinar violet dan sinar radioaktif lainnya. Mutasi secara buatan ini pada ternak umumnya menghasilkan kelainan yang kurang menguntungkan, karena itu



tidak lazim diterapkan pada pemuliaan ternak sebagai upaya untuk peningkatan keragaman. Faktor Non Genetik atau Pengaruh Lingkungan.Pengaruh non genetik atau lingkungan mempunyai akibat yang bersifat mengganggu upaya pemulia dalam memilih bibit yang bermutu genetik baik. Hal ini terjadi melalui gangguan terhadap ekpresi gen dalam fenotipe. Seekor hewan yang mengandung gen-gen untuk pertumbuhan yang baik dapat saja menampakkan tubuh kerdil karena makanan yang buruk.Walaupun lingkungan tidak mungkin merubah genotipe seekor hewan, namun dapat mengakibatkan gangguan pada sifat reproduksi sehingga menghambat pewarisan gen dari tetua kepada generasi berikutnya. Karena itulah pemulia harus berusaha memberikan lingkungan yang baik dan seseragam mungkin kepada kelompok ternak yang dijadikan sasaran perbaikan melalui seleksi (dewi,2015).



BAB III METODE PENGAMATAN 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan melalui DARING dengan data dari mahasiswa yang sudah praktik pada tanggal 9-15 Maret. Dilaksanakan di kelompok ternak Bina Insan Dusun Ranjok Baru,Desa Ranjok, kecamatan Gunung Sari, kabupaten Lombok Barat,Nusa Tenggara Barat. 3.2 Materi praktikum 3.2.1 Alat praktikum Adapun alat yang di gunakan dalam praktikum manajement ternak potong dan kerja ini adalah : 1.Pita ukur 2. alat tulis 3.Tongkat ukur 4. Timbangan 3.2.2 Bahan praktikum Adapun bahan yang di gunakan dalam praktikum pemuliaan ternak ini adalah sapi peternak.



3.3 Metode praktikum Adapun metode yang di gunakan dalam praktikum pemuliaan dan ternak ini adalah : 1.Tahap I



: Pengunjungan



lokasi



perkenalan kepada 2.Tahap II



tempat



praktikum



sekaligus



peternak.



: Wawancara terhadap peternak selaku responden sekaligus pengamatan :sex,umur,panjang dada,kondisi



terhadap



ternak



yang



meliputi



badan,tinggi



badan,lingkar



tubuh,kehalusan



bulu,kondisi



mata,pengukuran luas kandang,serta pengukuran tempat makan dan minum. 3.Tahap III



: Pengamatan umur ternak melalui pengamatan berapa jumlah gigi seri yang tumbuh.



4.Tahap IV



: Melakukan pengukuran dan perhitungan pada ternak yang meliputi : tinggi pinggul dengan menggunakan tongkat ukur,



5.Tahap V



: Melakukan pengamatan eksternal diantaranya warna bulu, warna pantat dan garis belut.



6.Tahap VI



: Pemberian cindra mata kepada peternak sebagai tanda ucapan terima kasih.



3.4 Variabel Yang Diamati Adapun variabel yang di amati dalam praktikum pemuliaan ternak ini adalah : 1. Pendidikan peternak : pengetahuan



tentang beternak, pengalaman



beternak. 2. Kepemilikan ternak : lama pemeiharaan ternak. 3. Reproduksi



: Jumlah anak, julah kelahiran dalam setahun dan sistem



perkawinan 4. Pakan dan Kandang : penanganan limbah dan sumber pakan.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1 Hasil Praktikum No variabel



1 2 3 4 5 6 7 8 10. 11.



Umur Pendidikan terakhir Tangguanga n keluarga Pekerjaan pokok Pekerjaan sampiangan Kepemilikan lahan Kursus beternak Pengalaman beternak Jenis bangsa ternak Asal ternak



Nama peternak



Ratarata



Sta dev



Sumaena



Haridah



Marzuki



Rubai



Mahrup



40 SD



38 SD



38 SD



35 SD



38,2 -



2,



2 orang



2 orang



2 orang



1 orang



40 Tdak sekolah 1 orang



1,4



0,



Buruh bangunan Beternak



Tukang batu Beternak



Beternak



Beternak



-



Beternak



Beternak



-



1,5 are



Beterna k Beterna k 0,5 are



1 are



0,5 are



0,5 are



0,6



Tidak pernah 7 thn



Tidak pernah 9 thn



Tidak pernah 7 thn



Tidak pernah 5 thn



Tidak pernah 15 thn



0,6



Sapi bali



Sapi bali Bagi hasil



Sapi bali



Sapi bali



Sapi bali



-



Pemberian



Pemberian



Pemberian



-



Pemberian



Tabel 1. Identitas Peternak



Tabel 2. Sapi Bali No



1. 2. 3. 4.



Sapi Bali Betina I0-14 Normal Abnormal     -



Jantan 10-14 Normal Abnormal -



Variabel LD 154 162 163 155



PB 096 103 118 098



TG 113 120 130 114



Bobot Badan



Umur ternak



81 98 143 85



I0 I2 I3 I2



0



4,



5. 6. 7. 8. 9. 10 . 11 . 12 . 13 . 14 . 15 .



     



-



-



-



-



-







-



-



-







-







-



-



-



-



-







-



-



-







-



171 170 166 165 175



125 123 120 120 130



142 147 132 142 153



170 162 150 150 190



I3 I3 I2 I2 I4



158



98



116



85



I2



153



80



95



50



I0



158



100



117



69



I0



153



95



112



79



I2



152



93



110



75



I0



153



80



95



50



I0



Tabel 3. Sapi Hasil Persilangan No



Sapi Persilangan Variabel Jantan Betina I0-14 Normal Abnorma Normal Abnormal PB LD TG l



Umur ternak



Bobot badan



1.



4.2 Pembahasan Dari hasil praktikum yang kami lakukan di kelompok ternak bina insan dusun ranjok kecamatan gunung sari Lombok barat dapat kita lihat bahwa para peternak disana lebih banyak memelihara ternak sapi bali dikarnakan lebih mudah dalam pemeliharaannya,cocok lingkungan dan iklimnya dan juga lebih menguntungkan. kami temukan disana hanya ada satu sapi bali persilangan. Jika dilihat dari pengamatan kami disana bahwa semua ternak terlihat normal termasuk sapi persilangannya seperti ciri sapi



bali pada umumnnya yaitu Warna bulu pada badannya akan berubah sesuai usia dan jenis kelaminnya, sehingga termasuk hewan dimorprhism-sex. Pada saat masih pedet, bulu badannya berwarna merah bata sampai kemerahan, setelah dewasa sapi jantan akan berwarna lebih gelap bila dibandingkan dengan sapi bali betina. Warna bulu sapi jantan biasanya berubah dari merah bata menjadi coklat tua atau hitam setelah sapi itu mencapai dewasa kelamin sejak umur 1,5 tahun dan menjadi hitam mulus pada umur 3 tahun. Warna hitam dapat berubah menjadi coklat tua atau merah bata kembali apabila sapi jantan itu dikebiri, yang disebabkan pengaruh hormon testosterone. Kaki di bawah persendian telapak kaki depan (articulo carpo metacarpeae) dan persendian telapak kaki belakang (articulation tarco metatarseae) berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Warna bulu putih juga dijumpai padabibir atas/bawah, ujung ekor dan tepi daun telinga. Kadang-kadang bulu putih terdapat di antara bulu yang coklat (bintik-bintik putih) yang merupakan kekecualian atau penyimpangan yang ditemukan sekitar kurang dari 1%. Bulu sapi bali dapat dikatakan bagus (halus) pendek-pendek dan mengkilap. Ukuran badan berukuran sedang dan bentuk badan memanjang. Badan padat dengan dada yang dalam.Tidak berpunuk dan seolah-olah tidak bergelambir.Pada tengah-tengah (median) punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam.Tanduk pada sapi jantan tumbuh agak ke bagian luar kepala, sebaliknya untuk jenis sapi betina tumbuh ke bagian dalam. Kelemahan dan kelebihan sapi bali ini yaitu Kelebihan dan Keunggulan sapi bali terlihat pada hidupnya yaitu tahan terhadap cuaca yang panas dan mudah dikendalikan  serta jinak. Ternak sapi bali masih bisa hidup walaupun hanya dengan memakan rumput yang kurang bergizi, sapi bali juga tidak terlalu selektif terhadap makanan, dan mempunyai daya cerna makanan serat yang sangat baik. Kelebihan sapi bali yang sangat mencolok yaitu kemampuannya dalam beradaptasi/hidup dengan baik meskipun pada



keadaaan lingkungan dan juga kondisi lingkungan yang kurang baik. Kelemahannya Dapat terserang virus Jembrana yang menyebar melalui media “lalat”.Rentan terhadap Malignant Catarrhal Fever , jika berdekatan dengan domba. Namun ada hambatan yang dialami dalam pemuliaan ternaknya yaitu para peternak belum mampu mengembangbiakkan ternaknya secara benar dan moderen dikarnakan peternak msih memliki pengetahuan beternak yang dangat minim. Sehingga peternak sangat membutuhkan pengetahuan yang bisa dijadikan acuan untuk memajukan populasi ternaknya. Pemuliaan Ternak merupakan salah satu pengetahuan yang berfungsi untuk mengetahui bagaimana ternak hidup dengan memperhatikan kualitas mutu genetik, caranya adalah dengan seleksi dan sistem persilangan. Sifat yang diwariskan dari induk dan pejantan kepada turunannya meliputi sifat kuantitatif dan kualitatif. Sifat kuantitatif adalah sifat atau karakter pada individu yang dapat diukur dan ditimbang. Sifat ini diexpresikan oleh banyak gen yang bersifat aditif dan pada penampilannya banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Dalam



ilmu



pemuliaan



sangat



penting



memperhatikan



reproduksinya. Reproduksi Perkembang biakan ternak biasanya dilakukan oleh peternak yang dilihat dari tanda-tanda/tingkah  laku ternak pada saat birahi yaitu seperti sering mengembik-ngembik tanpa sebab, menggosokgosokkan badan pada dinding atau kayu, gelisah, nafsu makan berkurang, ekor dikibas-kibaskan, sering berkemih, bibir kemaluan agak membengkak, selaput bagian dalam agak kemerah-merahan, dan keluar lendir yang jernih.kemudian



peternak



seseger



mungkin



megawinkan



ternaknya,



karena masa birahi pada sapi berlangsung sekitar 16 sampai 20 jam setiap kalinya dan terus berulang setiap 3 minggu (21 hari),jika ternak telat untuk dikawinkan peternak akan rugi karna ternak tersebut akan tidak bunting selama setahun dan akan menunggu lagi setahun lagi pada saat ternak birahi kembali karna birahi sapi hanya terjadi sekali dalam setahun sehingga peternak harus memanfaatkan kejadian langka ini untuk mendapatkan



keuntungan.Tapi peternak bina insan sudah paham dan mengerti tanda-tanda ternak bunting sehingga ternak segera untuk dikawinkan. Berdasarkan Pengamatan yang kami lakukan pada kelompok peternak di bina insan ranjok,perkawinan ternak biasanya terjadi sepanjang tahun sedangkan cara perkawinkan menggunakan kawin buatan atau IB yaitu dengan cara menyuntikkan semen atau sperma jantan pada kelamin betina dengan menggunakan alat inseminasi yang dilakukan oleh ahlinya,biasanya kawin suntik ini dilakukan 2 kali jika tidak terjadi kebuntingan. Biaya yang digunakan yaitu 50.000 /sekali suntik dan tempat terjadinya perkawinan biasanya di kandang. Sebelum mengawini ternaknya peternak mengetahui gejala birahinya dan segera berusaha mengawinkan ternaknya.



BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pelaksanaan praktikum ilmu pemuliaan ternak di kelompok ternak bina insan dusun ranjok kecamatan gunung sari Lombok Barat ini yaitu Peternak-peternak ini cenderung memelihara sapi bali ketimbang sapi yang lain, alasannya karena lebih mudah untuk diperoleh. Rata-rata jumlah sapi yang dimiliki satu peternak sebanyak dua sampai tiga ekor sapi. Tujuan pemeliharaannya beragam dari yang tujuannya



untuk



penggemukan,



pembibitan



dan



tabungan.



Cara



mengawinkannya juga beragam ada yang menggunakan IB dan ada juga yang menggunakan kawin alam Pengetahuan peternak tentang ilmu peternakan sangat minim sehingga manajemen pemeliharaan (pakan dan kesehatan) tidak sesuai dengan teori yang ada. Tujuan beternaknya masih hanya sebagai



pekerjaan sampingan dengan penjualan ternak jika memiliki keadaan yang sangat mendesak seperti biaya untuk sekolah anak dan lainnya.Hambatan utama yang dihadapai peternaka yaitu Pengetahuan tentang ilmu peternakan yang sangat terbatas,Tidak mampu mengolah populasi ternaknya dengan baik.



5.2 Saran Adapun saran yang saya berikan dari praktikum ilmu pemuliaan ternak ini yaitu Dosen atau pembinbing harus memberikan arahan tebih ketat tentang praktikum ini supaya data-data yang kami ambil lebih bagus serta tidak ada pemalsuan data dan bisa jadi pelajaran atau pengalaman yang sangat berguna bagi kami. Hendaknya mahasiswa benar-benar serius untuk melakukan pengamatan dilapangan agar mendapatkan hasil yang maksimal sehingga mampu memberikan pengalaman baru tentang kondisi peternakan rakyat saat ini. Mahasiswa harus sopan santun dalam melakukan wawancara pada peternak sehingga peternak juga lebih sopan dari kita dan menjaga nama baik kampus di masyarakat.



DAFTAR PUSTAKA Anonim



laporan pra ktikum pemuliaan ternak http://www.catatanpeternak.com/2013/05/laporan-praktikum-pemuliaanternak.html diakses pada 5 Juni 2020.



Blakely, J. Dan D.H. Blade. 1994. Ilmu Peternakan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Dewi,dkk.2015. Bahan Ajar Ilmu Pemuliaan Ternak .Universitas Udayana.Denpasar Murtijdo, B.A. 1990. Seni Budaya Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.