Laporan Praktikum Kadar Asam Urat [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KLINIK PERCOBAAN 1 PEMERIKSAAN KADAR ASAM URAT



Disusun oleh : Kiti Doviyanti



(10060316113)



Resty Imfyani Sofyan



(10060316114)



Reka Rian Wandani



(10060316115)



Rofif Fauziyah



(10060316117)



Risa Anggiani



(10060316118)



Shift / kelompok



: 2/D



Tanggal Praktikum



: 2 Oktober 2019



Tanggal Penyerahan Laporan



: 9 Oktober 2019



Nama Asisten



: Khaidir Ali., S.Farm



LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT A PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG 1441 H / 2019 M



I.



Tujuan Percobaan 1. Dapat terampil dan dapat menentukan kadar asam urat dalam sampel 2. Dapat memahami dan menentukan metode penentuan kadar asam urat 3. Dapat memahami peranan pemeriksaan kadar asam urat dalam menegakan diagnosis kondisi patologis.



II.



Teori Dasar 2.1.



Serum Serum adalah bagian cair darah yang tidak mengandung sel-sel



darah dan faktor-faktor pembekuan darah. Protein-protein koagulasi lainnya dan protein yang tidak terkait dengan hemostasis, tetap berada dalam serum dengan kadar serupa dalam plasma. Apabila proses koagulasi berlangsung secara abnormal, serum mungkin mengandung sisa fibrinogen dan produk pemecahan fibrinogen atau protrombin yang belum di konevensi (Sacher dan Mc Person, 2012). Serum diperoleh dari spesimen darah yang tidak ditambahkan antikoagulan dengan cara memisahkan darah menjadi 2 bagian dengan menggunakan setelah disentrifugasi dan akan tampak gumpalan darah yang bentuknya tidak beraturan dan bila penggumpalan berlangsung sempurna, gumpalan darah tersebut akan terlepas atau dengan mudah dapat dilepaskan dari dinding tabung. Selain itu akan tampak pula bagian cair dari darah. Bagian ini, karena sudah terpisah dari gumpalan darah maka tidak lagi berwarna merah keruh akan tetapi berwarna kuning jernih. Gumpalan darah tersebut terdiri atas seluruh unsur figuratif darah yang telah mengalami proses penggumpalan atau koagulasi spontan, sehingga terpisah dari unsur larutan yang berwarna kuning jernih (Sadikin, 2014). 2.2.



Asam Urat Asam urat merupakan hasil metabolisme akhir dari purin yaitu



salah satu komponen asam nukleat yang terdapat dalam inti sel tubuh. Zat asam urat ini biasanya akan dikeluarkan oleh ginjal melalui urin dalam kondisi normal. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk



filtrasi, direabsorbsi sebagian, dan diekskresi sebagian sebelum akhirnya diekskresikan melalui urin. Namun dalam kondisi tertentu, ginjal tidak mampu mengeluarkan zat asam urat secara seimbang, sehingga terjadi kelebihan dalam darah. Peningkatan kadar asam urat dalam urin dan serum bergantung pada fungsi ginjal, kecepatan metabolism purin, dan asupan diet makanan yang mengandung purin. (Andry, 2009).



Gambar 1. Struktur Asam Urat



Kelebihan zat asam urat ini akhirnya menumpuk dan tertimbun pada persendian-persendian dan tempat lainnya termasuk di ginjal itu sendiri dalam



bentuk



kristal-kristal.



Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh



enzim



xantin oksidase. Peningkatan kadar asam urat dapat mengakibatkan gangguan pada tubuh manusia seperti perasaan linu-linu di daerah persendian dan sering disertai timbulnya rasa nyeri yang teramat sangat bagi penderitanya. Penyakit ini sering disebut penyakit gout atau lebih dikenal dengan penyakit asam urat (Syamsuhidayat dan Wim de Jong, 2004). Kadar asam urat dapat diketahui melalui hasil pemeriksaan darah dan urin. Nilai rujukan kadar darah asam urat normal pada laki-laki yaitu 3,6 – 8,2 mg/dL sedangkan pada perempuan yaitu 2,3 – 6,1 mg/dL (Martsiningsih, 2016). Dalam beberapa keadaan, misalnya konsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, atau karena ginjal kurang mampu mengeluarkannya dalam tubuh, maka kadar asam urat dalam darah akan meningkat. Kadar asam urat dalam darah pada laki - laki 3,47,7 mg/dL, perempuan 2,5-5,5 mg/dL dan anak-anak 2,0-2,5mg dL. Peningkatan kadar asam urat dalam darah disebut juga hiperurisemia. Keadaan ini dapat menyebabkan penumpukan kristal asam urat di



persendian dan menimbulkan peradangan di daerah tersebut. Kondisi menetapnya hiperurisemia menjadi predisposisi (faktor pendukung) seseorang mengalami radang sendi akibat asam urat (gout arthritis), batu ginjal akibat asam urat ataupun gangguan ginjal. (Misnadiarly, 2009). 2.2.1. Metabolisme Asam Urat Menurut Dianati (2015), mekanisme metabolisme asam urat berasal dari pemecahan purin endogen dan diet yang mengandung purin. Pada pH netral, asam urat dalam bentuk ion asam urat (kebanyakan dalam bentuk monosodium urat) banyak terdapat di dalam darah. Konsentrasi normal kurang dari 420 μmol / L (7 mg/dL). Dalam tubuh manusia terdapat enzim asam urat oksidase atau urikase yang akan mengoksidasi asam urat menjadi alantoin. Defisiensi urikase pada manusia akan mengakibatkan tingginya kadar asam urat dalam serum. Urat dikeluarkan di ginjal (70%) dan traktus gastrointestinal (30%). Kadar asam urat di darah tergantung pada keseimbangan produksi dan ekskresinya. Sintesis asam urat dimulai dari terbentuknya basa purin dari gugus ribosa yaitu 5-phosphoribosyl-1-pirophosphat (PRPP) yang didapat dari ribose 5 fosfat yang disintesis dengan ATP (Adenosine triphosphate). Reaksi pertama, PRPP bereaksi dengan glutamin membentuk fosforibosilamin yang mempunyai sembilan cincin purin. Reaksi ini dikatalisis oleh PRPP glutamil amidotranferase, suatu enzim yang dihambat oleh produk nukleotida inosine monophosphat (IMP), adenine monophosphat (AMP) dan guanine monophosphat (GMP). Ketiga nukleotida ini juga menghambat sintesis PRPP sehingga memperlambat produksi nukleotida purin dengan menurunkan kadar substrat PRPP (Dianati, 2015). Inosine monophosphat (IMP) merupakan nukleotida purin pertama yang dibentuk dari gugus glisin dan mengandung basa hipoxanthine. Inosine 7 monophosphat berfungsi sebagai titik cabang dari nukleotida adenin dan guanin. Adenosine monophospat (AMP) berasal dari IMP melalui penambahan sebuah gugus amino aspartat ke karbon enam cincin



purin dalam reaksi yang memerlukan GTP (Guanosine triphosphate). Guanosine monophosphat (GMP) berasal dari IMP melalui pemindahan satu gugus amino dari amino glutamin ke karbon dua cincin purin, reaksi ini membutuhkan ATP. Adenosine monophosphate mengalami deaminasi menjadi inosin, kemudian IMP dan GMP mengalami defosforilasi menjadi inosin dan guanosin. Basa hipoxanthine terbentuk dari IMP yang mengalami defosforilasi dan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi xhantine serta guanin akan mengalami deaminasi untuk menghasilkan xhantine juga. Xhantine akan diubah oleh xhantine oxsidase menjadi asam urat (Dianati, 2015).



Gambar 2. Skema Metabolisme Pembentukan Asam Urat dalam Tubuh



2.2.2. Patofisiologi Dalam keadaan normal, kadar asam urat di dalam darah pada pria dewasa kurang dari 7 mg/dl, dan pada wanita kurang dari 6 mg/dl. Apabila konsentrasi asam urat dalam serum lebih besar dari 7 mg/dl dapat menyebabkan penumpukan kristal monosodium urat. Serangan gout tampaknya berhubungan dengan peningkatan atau penurunan secara mendadak kadar asam urat dalam serum. Jika kristal asam urat mengendap dalam sendi, akan terjadi respon inflamasi dan diteruskan dengan terjadinya serangan gout. Dengan adanya serangan yang berulang



– ulang, penumpukan kristal monosodium urat yang dinamakan thopi akan mengendap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari kaki, tangan dan telinga. Akibat penumpukan Nefrolitiasis urat (batu ginjal) dengan disertai penyakit ginjal kronis (Sudoyo AW. dkk, 2006). Penurunan urat serum dapat mencetuskan pelepasan kristal monosodium urat dari depositnya dalam tofi (crystals shedding). Pada beberapa pasien gout atau dengan hiperurisemia asimptomatik kristal urat ditemukan pada sendi metatarsofalangeal dan patella yang sebelumnya tidak pernah mendapat serangan akut. Dengan demikian, gout ataupun pseudogout dapat timbul pada keadaan asimptomatik. Pada penelitian penulis didapat 21% pasien gout dengan asam urat normal. Terdapat peranan temperatur, pH, dan kelarutan urat untuk timbul serangan gout. Menurunnya kelarutan sodium urat pada temperatur lebih rendah pada sendi perifer seperti kaki dan tangan, dapat menjelaskan mengapa kristal monosodium urat diendapkan pada kedua tempat tersebut. Predileksi untuk pengendapan kristal 7 monosodium urat pada metatarsofalangeal-1 (MTP-1) berhubungan juga dengan trauma ringan yang berulang-ulang pada daerah tersebut (Tehupeiroy ES., 2006). 2.3.



Faktor Resiko



Faktor Risiko Berikut ini yang merupakan faktor resiko dari gout (Poor G, 2003 dan Firestein GS., dkk, 2009): 1.



Suku bangsa /ras



Suku bangsa yang paling tinggi prevalensinya pada suku maori di Australia. Serta prevalensi suku Maori, sedangkan Indonesia prevalensi yang paling tinggi pada penduduk pantai dan yang paling tinggi di daerah Manado-Minahasa karena kebiasaan atau pola makan dan konsumsi alkohol. 2.



Konsumsi alkohol



Konsumsi alkohol menyebabkan serangan gout karena alkohol meningkatkan produksi asam urat. Kadar laktat darah meningkat sebagai akibat produk sampingan dari metabolisme normal alkohol. Asam laktat



menghambat 5 ekskresi asam urat oleh ginjal sehingga terjadi peningkatan kadarnya dalam serum. 3.



Konsumsi ikan laut



Ikan laut merupakan makanan yang memiliki kadar purin yang tinggi. Konsumsi ikan laut yang tinggi mengakibatkan asam urat. 4.



Penyakit



Penyakit-penyakit yang sering berhubungan dengan hiperurisemia. Mis. Obesitas, diabetes melitus, penyakit ginjal, hipertensi, dislipidemia, dsb. Adipositas tinggi dan berat badan merupakan faktor resiko yang kuat untuk gout pada laki-laki, sedangkan penurunan berat badan adalah faktor pelindung. 5.



Obat-obatan



Beberapa



obat-obat



yang



turut



mempengaruhi



terjadinya



hiperurisemia. Mis. Diuretik, antihipertensi, aspirin, dsb. Obat-obatan juga mungkin untuk memperparah keadaan. Diuretik sering digunakan untuk menurunkan tekanan darah, meningkatkan produksi urin, tetapi hal tersebut juga dapat menurunkan kemampuan ginjal untuk membuang asam urat. Hal ini pada gilirannya, dapat meningkatkan kadar asam urat dalam darah dan menyebabkan serangan gout 6.



Jenis Kelamin



Pria memiliki resiko lebih besar terkena nyeri sendi dibandingkan perempuan pada semua kelompok umur, meskipun rasio jenis kelamin laki-laki dan perempuan sama pada usia lanjut. 7.



Diet tinggi purin Hasil analisis kualitatif menunjukkan



bahwa HDL yang merupakan bagian dari kolesterol, trigliserida dan LDL disebabkan oleh asupan makanan dengan purin tinggi. 2.4.



Pengobatan



Pengobatan pirai dilakukan dengan meningkatkan ekskresi asam urat melalui kemih atau dengan menurunkan prekursor konversi ksantin dan hipoksantin menjadi asam urat (Katzung dan Trevor, 1994). Untuk mencegah kambuhnya serangan gout dapat diikuti suatu aturan hidup



tertentu. Bila terjadi overweight, perlu menjalani diet menguruskan tubuh, banyak minum (minimal 2 L perhari), membatasi asupan alkohol (bir), menghindari stres fisik dan mental serta diet purin (Tjay dan Raharja, 2002). Diet yang miskin purin dengan hanya sedikit mengkonsumsi daging atau ikan, terutama organ dalam (jeroan) seperti otak, hati dan ginjal. Tetapi kini diketahui bahwa kebanyakan purin dibentuk dalam tubuh dan hanya sedikit yang berasal dari makanan. Diet yang ketat hanya dapat menurunkan kadar urat 25% dan tidak dapat mengurangi timbulnya serangan gout, tetapi diet ini berguna sebagai tambahan dari terapi terhadap batu ginjal (urat) yang sering kambuh, selain itu diusahakan untuk



tidak



menggunakan



diuretik



tiazid



dan



menghindari



mengkonsumsi alkohol dan kopi (Tjay dan Raharja, 2002). Adapun



obat



yang



dapat



digunakan



sebagai



pengobatan



hiperurisemia antara lain: allopurinol yang menghambat xantin oksidase, sehingga kadar asam urat dalam serum menurun tanpa menyebabkan beban ekskresi pada ginjal. Obat-obat urikosurik seperti probenesid dan sulfonpirazon juga menurunkan kadar urat dalam serum dengan cara meninggikan ekskresi asam urat melalui urin. Pasien yang memakai obatobat ini harus mengeluarkan banyak urin alkalis supaya asam urat tidak membentuk batu urat. Kolkisin, suatu obat yang telah lama digunakan untuk mengobati gout, tidak mempengaruhi pembentukan atau ekskresi urat, tetapi mengubah respon fagositik leukosit terhadap kristal urat di jaringan (Saches dan Mc Pherson, 2000). 2.5.



Metode pemeriksaan Asam Urat



Diagnosis asam urat dapat dilakukan dengan tiga pemeriksaan, yaitu sebagai berikut: 1.



Pemeriksaan laboratorium



Seseorang dikatakan menderita asam urat jika pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar asam urat dalam darah di atas 7 21



mg/dl untuk pria dan 6 mg/dl untuk wanita. Selain itu kadar asam urat dalam urin lebih dari 750-1.000 mg/24 jam dengan diet biasa. 2.



Pemeriksaan cairan sendi



Pemeriksaan cairan sendi dilakukan di bawah mikroskop. Tujuannya untuk melihat adanya kristal urat atau monosodium urat (kristal MSU) dalam cairan sendi. Untuk melihat perbedaan jenis arthritis yang terjadi perlu dilakukan kultr cairan sendi. 3.



Pemeriksaan radiologi



Pemeriksaan radiologis digunakan untuk melihat proses yang terjadi dalam sendi dan tulang serta untuk melihat proses pengapuran di dalam tofus (Utami, 2005). Pemeriksaan kadar asam urat dilakukan untuk menegakkan diagnosis, pemantauan terapi, menilai komplikasi maupun sebagai salah satu pemeriksaan kesehatan yang rutin dilakukan. Pemeriksaan metode spektrofotometri adalah metode yang paling sering digunakan dan merupakan pemeriksaan baku emas, tetapi pemeriksaan dengan metode ini mengharuskan penderita harus pergi ke laboratorium untuk pengambilan darah vena yang pengambilannya memerlukan tenaga ahli sehingga pemeriksaan ini dirasa kurang praktis. Sebagai alternatif pemeriksaan kadar asam urat didapatkan pemeriksaan dengan metode electrode-based biosensor yang menggunakan bahan pemeriksaan darah kapiler sehingga pemeriksaan ini lebih praktis karena dapat dikerjakan sendiri di rumah dan lebih ekonomis (Malhotra, B. D., & Chaubey, A. (2003). 2.5.1. Sprektrofotometri Penggunaan utama spektroskopi ultraviolet-sinar tampak adalah dalam analisis kuantitatif, dimana penentuan kadar senyawa organik yang mempunyai 23 struktur kromofor atau yang mengandung gugus kromofor. Kromofor merupakan suatu gugus fungsi yang menyerap radiasi elektromagnetik apakah gugus itu berwarna atau tidak. Kromofor berfungsi untuk menyatakan gugus tidak jenuh kovalen yang dapat



menyerap radiasi dalam daerah-daerah ultraviolet dan sinar tampak (Azas, 2013). Prinsip kerja dari single-beam spektrofotometer UV-Vis diawali dengan adanya pemisahan berkas cahaya sumber oleh diffraction grating. Kemudian berkas cahaya tersebut diseleksi oleh kisi agar didapatkan intensitas tertentu. Kemudian berkas cahaya ini akan diserap oleh sample cuvette kemudian dideteksi oleh detektor. Sebelum dilakukan



pengukuran



terhadap



larutan



uji,



terlebih



dahulu



diujikan sample cuvette yang berisi pelarut dari larutan uji (Bauer, H.H., Christian, G.D., O'Reilly, J.E., 1978).



Gambar 3. Skematik single-beam UV-Vis spektrofotometer



Pada metode spektrofotometri, pemecahan asam urat dengan enzim uricase akan bereaksi dengan peroksidase, peroksida (POD), TOOS’ (Nethyl-N-(2-hydroxy-3-



sulfopropyl)-3-methylaniline)



dan



4-



aminophenazome membentuk warna quinone-imine sebagai signal. Kadar asam urat tersebut dihitung berdasarkan intensitas cahaya yang terbentuk. Pada metode spektrofotometri, bahan pemeriksaan yang digunakan berjumlah lebih banyak dibandingkan dengan metode electrode-based biosensor (Maboach dkk., 2014). Pemeriksaan dengan menggunakan spektrofotometer pada sampel darah pasien terlebih dahulu melalui beberapa proses seperti plasma atau serum dipisah 22 dari sampel darah kemudian plasma/serum itulah yang dibaca absorbansinya di spektrofotometer



III.



Data Fisika dan Kimia 1. Aquadest TL/ TB : 0°C TD : 100°C pH : netral (6,8-7) Pemerian : cairan tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau. Kelarutan : mampu melarutkan sangan baik (Basri. 1996). 2. Darah Naf/ Serum TL : 999°C/ 1819°F TD : 1704°C/ 3099°F Kelarutan : larut air pada suhu 0°C (36,4 g/L), 20°C (40,4 g/L), 100°C (50,5 g/L), tidak larut dalam alkohol.(Wiliam. 2011). 3. DHBS ( Dikloro Hidroksi Benzen Sulfonat) Kelarutan



: larut dalam air