Laporan Praktikum Kimia Dasar Spektrofotometri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA PANGAN Uji Zat Warna Makanan



Dosen Pembimbing



: Nita Maria R.STP,M.Sc



Golongan/kelompok



: C/2



1. Putri Cahyanintyas Ressy Sumekar



(G42161407)



2. Fidyah Karomah Sri Handayani



(G42161474)



3. Lailul Azizah



(G42161483)



4. Diki Ramadhani Ardian



(G42161486)



5. Yurike Monita Sari



(G42161494)



6. Evita Dewi Ayu Amalia



(G42161505)



7. Ismi Rizky Amalia



(G42161535)



8. Ulfiatun Hasanah



(G42161587)



PROGRAM STUDI D-IV GIZI KLINIK JURUSAN KESEHATAN



POLITEKNIK NEGERI JEMBER 2016



PRAKATA Puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya, laporan praktikum kimia dasar dengan judul “Uji zat warna makanan” ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada ibu Nita Maria R.STP,M.Sc selaku dosen Kimia Pangan kami, dan ucapan terima kasih kami ucapkan kepada bapak puguh arief priambudi selaku teknisi praktikum Kimia Pangan Dalam penyusunan laporan ini , praktikan/penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman praktikan/penulis. Oleh karena itu, kritik dan sarannya sebagai bahan evaluasi agar laporan praktikum kimia dasar ini dapat lebih baik lagi. Semoga laporan yang kami buat dapat bermanfaat bagi praktikan/penulis dan pembaca.



Jember, 07 April 2017



Politeknik Negeri Jember



2



DAFTAR ISI PRAKATA.................................................................................................................................................... 2 BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................................................................ 4 1.1



Latar belakang ............................................................................................................................... 4



1.2



Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 5



1.3



Tujuan ........................................................................................................................................... 5



1.4



Manfaat ......................................................................................................................................... 5



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................................................................... 6 BAB 3 METODE PRAKTIKUM ....................................................................................................................... 11 BAB 4 HASIL PRAKTIKUM .................................................................................................................... 13 BAB 5 PEMBAHASAN ............................................................................................................................. 14 BAB 6 PENUTUP ...................................................................................................................................... 16 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 17 LAMPIRAN................................................................................................................................................ 18



Politeknik Negeri Jember



3



BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Dalam bahan pangan terdapat berbagai macam zat gizi dan zat non gizi. Zat gizi dalam bahan pangan berupa karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral yang dapat bermanfaat untuk tubuh . Zat non gizi terdapat dalam bahan pangan berupa pigmen, flavor, zat aktif pangan, dan zat racun yang beberapa dapat membahayakan bagi tubuh. dalam bahan pangan terdapat pigemen warna. Pigemen warna bahan pangan ada yang terdapat secara alami dan ada pula yang sengaja ditambahkan salah satunya dengan penambahan pewarna makanan. Pewarna makanan merupakan bahan tambahan pangan (BTM). Pewarna makanan sering kali digunakan pada bahan pangan untuk membuat bahan pangan lebih menarik. Pewarna makanan ini dibagi kedalam dua jenis yaitu pewarna makanan alami dan sintetis. Pewarna alami lebih aman dari pewarna sintesis dan pewarna alami dapat meningkatkan nilai gizi makanan sedangkan pewarna buatan atau sintetis dapat berbahaya bagi tubuh jika penambahannya melebihi aturan yang dianjurkan. Bahaya yang ditimbuakan yaitu kanker, hiperaktivitas, gangguan pada ginjal, dsb. Beberapa pewarna sintesis tidak aman untuk dikonsumsi. Berbagai jenis pangan dan minuman yang beredar di Indonesia, baik secara sengaja maupun tidak sengaja telah diwarnai dengan pewarna tekstil atau pewarna yang bukan food grade, yang tidak diijinkan digunakan dalam bahan pangan (Cahyadi, 2009). Bahan pangan menggunakan pewarna sintesis akan mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatan jika dikonsumsi terus menerus dalam jangka waktu lama dengan kadar melebihi aturan yang ditentukan. Meningkatnya penggunaan bahan pewarna yang tidak food grade, salah satunya diakibatkan karena pewarna tidak food grade jauh lebih murah dan mudah untuk diperoleh, sehingga bahan pangan ditambahkan bahan pewarna untuk menarik minat konsumen. Pewarna sintetis yang tidak diperbolehkan dan berbahaya antara lain yaitu Rhodamin B, Metanil Yellow, dsb. Pewarna sintesis yang diperbolehkan namun dibatasi penggunaannya



Politeknik Negeri Jember



4



yaitu tartazin, karmoisin, biru berlian FCF, merah allura, dsb. Zat pewarna inilah yang menyebabkan bahan pangan memiliki warna yang indah dan mencolok. Bahan pangan dengan warna yang mencolok lebih menarik perhatian dari pada bahan pangan dengan penampilan yang pucat. Bahan pangan dengan warna mencolok terindikasi menggunakan bahan pewarna, namun belum diketahui jenis bahan pewarna apa yang ditambahkan pada bahan pangan tersebut. Maka dengan dilakukannya uji analisis bahan pewarna diharapkan dapat mengethaui kandungan zat warna yang terdapat pada bahan makanan dan dapat meningkatkan kesadaran terhadap memilih bahan pangan dengan warna yang mencolok. Juga menurunkan resiko terkena dampak buruk dari pengaruh penambahan zat warna. Dampak buruk yang mungkin terjadi apabila mengkonsumsi zat pewarna yang berbahaya yaitu kanker, hiperaktivitas, dan gangguan pada ginjal.



1.2 Rumusan Masalah 1. Mengetahui jenis pewarna yang dapat digunakan pada makanan. 2. Mengetahui metode pengujian pigmen dan zat warna.



1.3 Tujuan Agar praktikan mengetahui jenis pewarna apa saja yang digunakan atau ditambahkan pada makanan.



1.4 Manfaat Agar praktikan mengetahui pengaruh penggunaan zat pewarna alami maupun buatan pada bahan makanan. Praktikan juga dapat mengetahui metode-metode apa saja yang digunakan dalam pengujian pigmen dan zat pewarna.



Politeknik Negeri Jember



5



BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bahan pewarna secara sederhana dapat didefinisikan sebagai suatu benda berwarna yang memiliki afinitas kimia terhadap benda yang diwarnainya. Bahan pewarna pada umumnya memiliki bentuk cair dan larut di air. Pada berbagai situasi, proses pewarnaan menggunakan mordant untuk meningkatkan kemampuan menempel bahan pewarna. Bahan pewarna dan pigmen terlihat berwarna karena mereka menyerap panjang gelombang tertentu dari cahaya. Berlawanan dengan bahan pewarna, pigmen pada umumnya tidak dapat larut, dan tidak memiliki afinitas terhadap substrat. Zat warna makanan merupakan penentu nilai gizi suatu bahan makanan. Selain sebagai factor yang ikut menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indicator kesegaran atau kematangan. Baik tidaknya cara pencampuran atau cara pengolahan dapat ditandai dengan adanya warna yang seragam. Menurut Winarno (1995), yang dimaksud dengan zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan yang tidak berwarna agar kelihatan lebih menarik. Menurut PERMENKES RI No.722/Menkes/Per/IX/1988, zat pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki atau member warna pada makanan. Warna suatu bahan dapat diukur dengan menggunakan alat kalori meter, spektro fotometer atau alat-alat lain yang dirancang kusus untuk mengukur warna. Tetapi alat-alat tersdebut biasanya terbatas penggunaannya untuk bahan cair yang tembus cahaya seperti sari buah, bir, atau warna hasil ekstraksi. Untuk bahan bukan cairan atau padatan, warna dapat diukur dengan membandingkannya terhadap waran setandar yang digambarkan dalam angka-angka. Ada lima sebab yang dapat menyebabakan suatu bahan makanan berwrna: a. pigmen yang secara alami terdapat pada tanaman dan tumbuhanmisalanya clorofill



yang berwarna hijau, karoten yang berwana jingga dan mioglobin menyebabkan warna merah pada daging. b. Reaksi karamelisasi yang timbul bila gula dipanaskan membentuk warna coklat,



misalnya warna cokla pada kembang gula caramel atau roti yang dibakar.



Politeknik Negeri Jember



6



c. Warna gelap yang timbul Karen aadanya reaksi maillrad, yaitu antara gugus amino



protein dengan gugus karbonil gula pereduksi: misalanya susu bubuk yang disimpan lama akan berwarna gelap. d. Reaksi anrtara senyawa organic dengan uidara akn menghasilkan warna hitam atau



coklat gelap. Reksi oksidasi ini dipercepat olejh adanya logam serta enzim : misalnya warna gelap permukaan apel atau kentang yang dipotong. e. Penambahan zat warna , baik warna alami maupun zat warna sintetik, yang termasuk



dalm golongan bahan aditif makanan. Berdasarkan sumbernya zat pewarna dibagi dalam dua golongan utama yaitu pewarna alami dan pewarna buatan. 1. Pewarna alami Pada pewarna alami zat warna yang diperoleh berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan seperti : caramel, coklat, daun suji, daun pandan, dan kunyit. Jenis-jenis pewarna alami tersebut antara lain : a. Klorofil, yaitu zat warna alami hijau yang umumnya terdapat pada daun, sehingga sering disebut zat warna hijau daun. b. Mioglobulin dan hemoglobin, yaitu zat warna merah pada daging. c. Karotenoid, yaitu kelompok pigmen yang berwarna kuning, orange, merah orange, yang terlarut dalam lipid, berasal dari hewan maupun tanaman antara lain, tomat, cabe merah, wortel. d. Anthosiamin dan anthoxanthim. Warna pigmen anthosianin merah, biru violet biasanya terdapat pada bunga, buah-buahan dan sayur-sayuran.



2. Pewarna Buatan Di Negara maju, suatu zat pewarna buatan harus melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang seringkali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organik sebelum mencapai produk akhir, harus melalui suatu senyawa dulu yang kadang-kadang berbahaya dan seringkali tertinggal dalam hal akhir, atau terbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Saat ini, zat warna sintetik untuk makanan semakin banyak diproduksi, dijual, dan digunakan dalam masyarakat. Hal itu disebabkan karena keunggulan-keunggulan zat warna



Politeknik Negeri Jember



7



sintetik dibandingkan zat warna alami. Akan tetapi, ternyata tidak semua zat warna sintetik untuk makanan yang dijual di pasaran benar-benar merupakan zat warna sintetik yang ditujukan untuk penggunaan dalam makanan (Azizahwati, 2007). Penggunaan pewarna yang aman pada pangan telah diatur melalui Peraturan Menteri Kesehatan RI No.722/Menkes/Per IX/88, yang mengatur mengenai pewarna yang dilarang digunakan dalam makanan. Pewarna yang diizinkan serta batas penggunannya termasuk penggunaan bahan pewarna alami. Beberapa zat pewarna yang berdampak negatif terhadap kesehatan antara lain : a. Rhodamin B Rhodamin B merupakan pewarna sintetis berbentuk serbuk kristal, berwarna hijau atau ungu



kemerahan,



tidak



berbau,



dan



dalam



larutan



akan



berwarna



merah



terang



berpendar/berfluorosensi. Rhodamin B merupakan zat warna golongan xanthenes dyes yang digunakan pada industri tekstil dan kertas, sebagai pewarna kain, kosmetika, produk pembersih mulut,dan sabun. Nama lain rhodamin B Adalah D and C Red no 19. Food Red 15, ADC Rhodamine B, Aizen Rhodamine, dan Brilliant Pink. Konsumsi rhodamin B dalam jangka panjang dapat terakumulasi di dalam tubuh dan dapat menyebabkan gejala pembesaran hati dan ginjal, gangguan fungsi hati, kerusakan hati, gangguan fisiologis tubuh, atau bahkan bisa menyebabkan timbulnya kanker hati. (Badan POM RI, 2005).Rhodamin B merupakan zat pewarna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Rhodamin B bersifat karsinogenik, dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan hati, pembengkakan ginjal, dan kanker. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya Rhodamin B dalam sampel menggunakan uji kromatografi



kertas



dan



untuk



mengetahui



kadarnya



dalam



sampel



dilakukan



uji



spektrofotometri cahaya. Total 30 sampel yang diambil secara acak sederhana, dari dua pasar tradisional yang ada di Kota Bandar Lampung. Hasil penelitian terdapat 50% sampel yang positif mengandung Rhodamin B, dua diantaranya memiliki kadar yang cukup tinggi yaitu2,1843 – 3,8972 μg/g dan 2,6959 –3,0006 μg/g. Simpulan dari penelitian ini adalah ditemukannya 15 sampel positif mengandung zat pewarna Rhodamin B, dengan kadar tertinggi 2,1843 – 3,8972 μg/g pada sampel kerupuk 3 yang berasal dari Pasar 1 Kota Bandar Lampung (Permatasari, 2014).



Politeknik Negeri Jember



8



Zat pewarna sintesik Rhodamin B dan Methanyl Yellow masih sering ditambahkan pada jajanan agar membuat warna jajanan lebih mencolok dan anak-anak tertarik untuk mengkonsumsinya. Padahal kenyataannya kedua zat ini merupakan zat warna tambahan yang dilarang penggunaannya dalam produk-produk pangan karena bersifat karsinogenik sehingga dalam penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kanker (Pertiwi, 2014). b. Zat Pewarna Tartrazine & Indigotine Sebagian besar zat pewarna makanan yang digunakan mengandung zat tartrazine atau indigotine yang berasal dari batubara . Kedua zat tersebut merupakan racun bagi tubuh. Racun ini umumnya ditemukan pada jus minuman, bumbu masak, bahkan beberapa jenis keju. c. Zat Pewarna Makanan Jenis Carnicogen Zat pewarna makanan mengandung carnicogen, tartrazine dan indigotine yang dapat memicu penyakit kanker, kanker kemih, tumor ginjal, tumor tiroid dan komplikasi pada kalenjar andrenal. Semua jenis pewarna tersebut kerap digunakan sebagai zat pewarna makanan anak – anak seperti permen gula, permen cheri, koktail buah, minuman ringan, biskuit, dll. Tabel : Pembagian pewarna sintetis berdasarkan kemudahayan larut dalam air No Pewarna Sintetis



Warna



Mudah larut di air



1



Rhodamin B



Merah



Tidak



2



Methanil Yellow



Kuning



Tidak



3



Malachite Green



Hijau



Tidak



4



Sunset Yellow



Kuning



Ya



5



Tatrazine



Kuning



Ya



6



Brilliant Blue



Biru



Ya



7



Carmoisine



Merah



Ya



8



Erythorosine



Merah



Ya



9



Fast Red E



Merah



Ya



10



Amaranth



Merah



Ya



11



Indigo Carmine



Biru



Ya



12



Pomceau 4R



Merah



Ya



Kelebihan pewarna buatan dibanding pewarna alami adalah dapat menghasilkan warna yang lebih kuat dan stabil meski jumlah pewarna yang digunakan hanya sedikit. Warna yang



Politeknik Negeri Jember



9



dihasilkan dari pewarna buatan akan tetap cerah meskipun sudah mengalami proses pengolahan dan pemanasan, sedangkan pewarna alami mudah mengalami degradasi atau pemudaran pada saat diolah dan disimpan. Misalnya kerupuk yang menggunakan pewarna alami, maka warna tersebut akan segera pudar ketika mengalami proses penggorengan (Anonim, 2008). Proses pembuatan zat warna sintetis biasanya melalui perlakuan pemberian asam sulfat atau asam nitrat yang sering kali terkontaminasi oleh arsen atau logam berat lain yang bersifat racun. Pada pembuatan zat pewarna organic sebelum mencapai produk akhir,harus melalui suatu senyawa antara dulu yang kadang-kadang berbahaya dan sering kali tertinggal dalam hal akhir, atau berbentuk senyawa-senyawa baru yang berbahaya. Untuk zat pewarna yang tidak boleh ada Deteksi zat pewarna sintetik dapat dilakukan secara sederhana dengan menggunakan peralatan yang sederhana, seperti gelas, air dan kertas saring. Sehingga tidak diperlukan adanya pelarut ataupun memerlukan tersedianya peralatan khusus. Metoda ini dapat dikerjakan di rumah maupun di lapangan. Keistimewaan atau keuntungan penting dari metoda tersebut adalah karena cara analisisnya tidak membutuhkan ketersediaan zat pewarna-pewarna standar apapun (Devianti et al, 2010). Perubahan warna sampel biasanya dipengaruhi oleh pemanasan dan beberapa larutan. Apabila warna lebih keruh dari sampel yang digunakan sebagi kontrol maka dapat di simpulkan perwarna tersebut alami. Sebaliknya, apabila lebih terang dari sampel yang di gunakan sebagai kontrol maka dapat di simpulkan pewarna tersebut sintetis.



Politeknik Negeri Jember



10



BAB 3 METODE PRAKTIKUM 3.1 Penatalaksana Judul praktikum : Uji zat warna makanan Pokok bahasan : Kimia pigmen dan zat warna Alokasi waktu : 1 x 2 jam 3.2 Alat dan bahan Alat : gelas kimia, pipet ukur dan filter, kruistang, pinset. Bahan :bulu domba, sampel warna, larutan NH4OH 10%, larutan KHSO4 10%, kertas lakmus.



Politeknik Negeri Jember



11



3.3 Prosedur kerja sampel A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K,



Ambil masing-masing sampel sebanyak 50 ml



Tambah sampel dengan 0,5 ml larutan KHSO4 10% sampai asam (cek dengan lakmus)



Panaskan larutan sampai mendidih



Jika sudah mendidih, matikan api kemudian masukkan bulu domba masing-masing sampel 2



setelah 10 menit angkat bulu domba dan cuci sampei bersih



tetesi satu bagian bulu domba per masing-masing sampel dengan larutan NH4OH 10% 2 ml, dan sisanya sebagai kontrol



amati perubahan warna yang terjadi



NB : jika warnanya lebih terang dari kontrol maka pewarna tersebut adalah sintetis, jika sebaliknya maka pewarna tersebut adalah alami



Politeknik Negeri Jember



12



BAB 4 HASIL PRAKTIKUM  Tabel uji warna sampel



No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11



SAMPEL SAMPEL A SAMPEL B SAMPEL C SAMPEL D SAMPEL E SAMPEL F SAMPEL G SAMPEL H SAMPEL I SAMPEL J SAMPEL K



WARNA SAMPEL Merah muda pekat Merah bening Hijau tua Ungu tua Merah darah Orange bening Hijau pkeat kehitaman Ungu pekat Merah keruh Orange keruh Hijau lumut



Politeknik Negeri Jember



PERUBAHAN WARNA Merah muda keruh Pudar Hijau terang Merah terang Merah darah terang Lebih terang Hijau pekat Ungu Putih terang Merah Putih kehijauan



HASIL Alami Alami Sintetis Sintetis Sintetis Sintetis Alami Alami Sintetis Alami Sintetis



13



BAB 5 PEMBAHASAN Bahan Tambahan Makanan adalah bahan yang ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan dalam jumlah sedikit, yaitu untuk memperbaiki warna, bentuk, cita rasa, tekstur atau memperpanjang daya simpan. Tujuan menggunakan Bahan Tambahan Makanan (BTM) adalah dapat meningkatkan atau mempertahankan nilai gizi dan kualitas daya simpan, membuat bahan lebih mudah dihidangkan serta memperbaiki preparasi bahan pangan. Diantara beberapa bahan tambahan makanan yang sering digunakan adalah pemanis dan pewarna sintetis. Zat Pewarna adalah bahan tambahan makanan yang dapat memperbaiki warna makanan yang berubah atau menjadi pucat selama proses pengolahan atau untuk memberi warna pada makanan agar kelihatan lebih menarik (Winarno,1995). Pada praktikum kali ini kegiatan yang dilakukan yaitu melakukan Uji Zat Warna Makanan. Sebelum melakukan uji zat warna, dilkukan pengujian asam basa dengan menggunakan kertas lakmus biru. Hasil pengamatan tersebut yaitu, pada kelompok 1 Pada kelompok 2 sampel yang dipakai untuk pengujian asam yaitu sampel B, J, dan F, hasilnya yaitu hanya sampel B dan F yang mengalami perubahan warna. Pada kelompok 3 sampel yang dipakai yaitu sampel C, G, dan K, hasilnya yaitu hanya sampel K yang berubah dan lakmus biru menjadi berwarna merah. Sedangkan pada kelompok 4 sampel dipakai yaitu sampel D dan H, kedua sampel tersebut tidak mengalami perubahan. Semakin sampel mengalami perubahan warna, sampel tersebut mempunyai kualitas yang baik. Kelompok 1 melakukan pengamatan terhadap sampel A, E, dan I. Warna awal dari sampel A yaitu merah muda pekat setelah pemberian larutan dan pemanasan, sampel A berubah warna menjadi merah muda keruh dan sampel tersebut termasuk pewarna alami. Warna awal dari sampel ke 2 yaitu sampel E yaitu berwarna merah darah setelah pemberian larutan dan pemanasan, sampel E tersebut berubah warna menjadi warna merah darah terang dan sampel tersebut termasuk pewarna sintetis. Selanjutnya yaitu sampel ke 3 yaitu sample I yang memiliki warna merah keruh dan jika terjadi penambahan larutan dan pemanasan warna sampel tersebut berubah menjadi warna putih terang yang merupakan termasuk pewarna makanan sintetis.



Politeknik Negeri Jember



14



Kelompok 2 melakukan pengamatan terhadap sampel B, F, dan J. Warna awal dari sampel B yaitu merah bening tetapi terjadi penambahan larutan dan pemanasan warna sampel tersebut berubah warna menjadi merah pudar yang menunjukkan bahwa sampel tersebut termasuk pewarna alami. Selanjutnya yaitu sampel F yang awalnya berwarna orange bening dan jika terjadi penambahan larutan dan pemanasan maka warna sampel tersebut berubah warna menjadi orange yang lebih terang yang menunjukkan bahwa sampel tersebut termasuk pewarna sintetis. Dan sampel yang ke 3 yaitu sampel J yang awalnya berwarna orange keruh dan jika dilakukan penambahan larutan dan pemanasan maka warna sampel tersebut berubah warna menjadi warna merah yang berarti sampel tersebut termasuk pewarna alami. Kelompok 3 melakukan pengamatan pada sampel C, G, dan k. Pada sampel C memiliki warna awal hijau tua jika sampel tersebut dilakukan penambahan larutan dan pemanasan maka sampel tersebut akan berubah warna menjadi hijau terang yang menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan pewarna sintetis. Sampel ke 2 yaitu sampel G yang memiliki warna awal hujai pekat kehitaman dan jika diilakukan penambahan larutan dan pemanasan maka warna sampel tersebut akan berubah menjadi hijau pekat yang menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan pewarna alami sedangkan pada sampel yang ke 3 yaitu sampel k yang memiliki warna awal hijau lumut yang jika dilakukan penambahan larutan dan pemanasan maka warna sampel tersebut akan berubah menjadi warna putih kehijuan yang berarti menunjukkan bahwa sampel tersebut merupakan pewarna sintetis. Kelompok 4 melakukan pengamatan pada sampel D dan H. Yang pertama yaitu sampel D yang memiliki warna awal ungu tua setelah dilakukan pemberian larutan dan pemanasan maka warna tersebut berubah warna menjadi merah terang yang menunjukkan bahwa sampel tersebut termasuk pewarna sintetis. Dan yang terakhir yaitu sampel H yang berwarna awal ungu pekat setelah dilakukan penambahan larutan dan pemanasan maka warna sampel tersebut berubah menjadi ungu yang menunjukkan bahwa sampel tersebut termasuk pewarna alami. Dalam menentukan jenis pewarna alami atau sintesis dapat dibedakan dari perubahan warna yang terjadi. Apabila lebih keruh dari kontrol maka pewarna tersebut adalah pewarna alami. Namun, apabila lebih terang darikontrol pewarna tersebut adalah pewarna sintesis.



Politeknik Negeri Jember



15



BAB 6 PENUTUP KESIMPULAN



Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa: Pada pengujian asam dengan menggunakan kertas lakmus biru, apabila sampel mengalami perubahan warna dapat disimpulkan bahwa sampel tersebut mempunyi kualitas yang baik. Sedangkan, jika sampel tidak mengalami perubahan warna sampel tersebut memiliki kualitas yang kurang baik. Setelah dilakukan identifikasi, sampel yang positif mengandung pewarna sintetis yaitu sampel C, D, E, F, I, dan K. Hal ini dibuktikan dengan warna sampel uji yang disemprot NH4OH lebih terang dibandingkan warna sampel standar. Sedangkan sampel yang positif mengandung pewarna alami yaitu sampel A, B, G, H, dan J. Hal ini dibuktikan dengan warna sampel yang lebih keruh sari kontrol.



Politeknik Negeri Jember



16



DAFTAR PUSTAKA Cahyadi,W. 2006. Analisis dan Aspek Kesehatan Bahan Tambahan Pangan. Jakarta : Bumi Aksara Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. 2005. Keputusan Direktur Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan Tentang Tanda Khusus Pewarna Makanan. http://www.pom.go.id. Diakses pada tanggal 04 Mei 2017 Nugraheni, Mutiara. 2012. Pewarna Alami Makanan Dan Potensi Fungsionalnya. http://nugraheni.blogspot.com/pewarna-alami-makanan-dan-potensi-fungsionalnya/html. Diakses pada tamggal 04 Mei 2017 Winarno. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta



Politeknik Negeri Jember



17



LAMPIRAN



Politeknik Negeri Jember



18