Laporan Praktikum Kk-Total Protein, Albumin, Globulin [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I 1.1 -



Tujuan Untuk mengukur kadar protein Total dalam darah Untuk mengukur kadar albumin dalam darah Untuk mengukur kadar globulin dalam darah



1.2 Dasar Teori Protein merupakan biomolekuler yang sangat penting. Beberapa fungsi dari protein yaitu sebagai katalisator (enzim), pengangkut dan penyimpan,



penyebab



gerakan,



pendukung



sistem



kekebalan,



pembentuk dan trnasmisi implus saraf, pengontrol pertumbuhan dan diferensia, serta pendukung kekakuan struktural (Toha, 2005). Salah satu panel pemeriksaan profil metabolik adalah pemeriksaan protein total beserta fraksi utamanya (albumin dan globulin). Proteinogram merupakan uji tambahan yang penting, membantu untuk biokimia klinis, dan merupakan salah satu metode yang paling dapat diandalkan untuk identifikasi protein darah (Franca et al, 2011). Peningkatan atau penurunan konsentrasi protein total dianggap sebagai suatu abnormalitas. Peningkatan atau penurunannya dalam sirkulasi darah dipengaruhi oleh konsentrasi albumin atau globulin atau keduanya (Lassen, 2005). Menurut Kaneko (1997), penentuan konsentrasi protein total serum dapat digunakan sebagai alat bantu diagnostik yang penting dalam biokimia klinis. Albumin



merupakan



protein



plasma



yang



paling



tinggi



jumlahnya sekitar 60% dan memiliki berbagai fungsi yang sangat penting bagi kesehatan yaitu pembentukan jaringan sel baru, mempercepat pemulihan jaringan sel tubuh yang rusak serta memelihara keseimbangan cairan di dalam pembuluh darah dengan cairan di rongga interstitial dalam batas-batas normal, kadar albumin dalam darah 3,5-5 g/dl (Rusli, et al, 2011). Kadar albumin serum bergantung jumlah: pembuatan, sekresi sel



hati,



penyebaran



dalam cairan



tubuh



dan



degradasinya.



Hipoalbuminemia terjadi akibat satu atau lebih proses pembuatan, penyebaran, dan degradasi terganggu (David, 2012). Pembuatan albumin terjadi di dalam hati. Pembuatan albumin dimulai di inti, yaitu gen ditranskripsi menjadi ribonucleic acid messenger (mRNA). MRNA disekresi ke dalam sitoplasma diikat ribosom, membentuk polysomes yang membuat preproalbumin. Preproalbumin adalah molekul albumin dengan asam amino di 24 N terminal rantai panjang. Asam amino rantai panjang meneruskan preproalbumin ke membran retikulum endoplasma. Didalam lumen retikulum endoplasma, 18 asam amino dibelah, dan meninggalkan proalbumin. Proalbumin adalah bentuk intrasel utama albumin. Proalbumin diekspor ke aparatus Golgi, 6 asam amino rantai panjang diubah menjadi albumin oleh hepatosit. Setelah dibuat, albumin segera dikeluarkan, tidak disimpan didalam hati (David, 2012).



BAB II METODE Dan CARA KERJA 2.1 Pemeriksaan Total Protein 2.1.1



Metode



Fotometrik tes berdasarkan metode biuret 2.1.2



Alat dan Bahan Bahan :



Alat :  Tabung Serologis  Tabung Venoject  Pipet Pastur  Mikro Pipet  Sentrifuge  Waterbath  Fotometer  Yellow tip  Blue tip



 



Serum Reagen 1 (R1) : - Sodium hidroksida 100 mmol/L - Potasium sodium tartrat 17mmol/L Reagen 2 (R2) : - Sodium hidroksida 500







-



2.1.3



Cara Kerja



Membuat Monoreagen = R1+R2 4 bagian R1 + 1 bagian R2 Volume = 3.000 µl



Campur (4 : 1) R1 = 2.400 µl R2 = 600 µl



80



mmol/L Potasium iodida



mmol/L - Kupri sulfat  Larutan Standart  Aquades 1.000 µl 1.000 µl monoreagen + monoreagen + 20 µl aquades 20 µl standart S



Pipet 1.000 µl monoregen pada tabung blanko, standart, sample Monoreagen



mmol/L Potasium sodium tartrat



B L A N K O



T A N D A R T



75 30 mmol/L 5 g/dl 1.000 µl monoreagen + 20 µl sample S A M P L E



Inkubasi semua pada suhu ruang atau 37° C selama 5 menit



2.2 Pemeriksaan Albumin Masukan Metode blanko, standart, dan 2.2.1 Siapkan fotometer, atur dengan : sampel berurutan dalam fotometer. Fotometrik tes menggunakan Bromocresol Green (BCG) λ : 546 nm, mode : C/St, faktor dan : 005,0 Catat hasilnya 2.2.2 Alat dan Bahan Alat :  Tabung Serologis  Tabung Venoject  Pipet Pastur  Mikro Pipet  Sentrifuge  Waterbath  Fotometer  Yellow tip  Blue tip 2.2.3



Bahan :  



 



Serum Reagen Albumin : - Sitrat buffer 30 mmol/L - Bromocresol green 0.26 mmol/L Larutan Standart Aquades



5 g/dl



Cara Kerja 1.000 µl reagen albumin + 10 µl aquades



Siapkan 3 tabung serologis (Blanko, Standart, Sample) Pipet reagen, standart, dan sample



B L A N K O



1.000 µl reagen albumin + 10 µl Standart



S T A N D A R T



1.000 µl reagen albumin + 10 µl sample



S A M P L E



Inkubasi semua pada suhu ruang atau 37° C selama 10 menit



Masukan blanko, standart, dan Siapkan fotometer, atur dengan : sampel berurutan dalam fotometer. λ : 546 nm, mode : C/St, faktor dan : 005,0 Catat hasilnya 2.3 Tes Flokulasi (Penghitungan Globulin) 2.3.1 Metode Gross Titrasi menggunakan larutan Hayem (HgCl2) 2.3.2 Alat dan Bahan Alat :      



Bahan :



Tabung Serologis Tabung Venoject Pipet Pastur Pipet TD 2 ml Mikro Pipet Sentrifuge



 



Serum Reagen Hayem : - Na2SO4 - NaCl - HgCl2 - Aquadest



2.3.3 Cara Kerja Masukkan 1 ml serum dalam tabung Venoject



Teteskan larutan Hayem dalam serum dengan pipet TD



Hitung berapa volume larutan hayem yang digunakan pada pipet



Amati hingga terjadi kekeruhan pertama



Bandingkan kekeruhan dengan serum awal



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Total Protein 3.1.1 Harga Normal Dewasa :



6.6 – 8.8 [ g/dl ]



Anak-anak



Female



Male



1 – 30 hari



4,2 – 6,2



4,1 – 6,3



1 – 6 bulan



4,4 – 6,6



4,7 – 6,7



6 bulan – 1 tahun



5,6 – 7,9



5,5 – 7,0



1 – 18 tahun



5,7 – 8,0



5,7 – 8,0



3.1.2 Hasil Standart :



Konsentrasi



78,8 Sample 1



7,9 g/dl



Sample 2



9,8 g/dl



Sample 3



8,1 g/dl



3.1.3 Pembahasan Dalam praktikum kali ini mengukur total protein menggunakan alat spektrofotometri. Secara kolorimetri, protein dapat ditetapkan kadarnya dengan metode biuret. Prinsipnya adalah bahwa ikatan peptida dapat membentuk senyawa kompleks berwarna ungu dengan penambahan garam kupri dalam suasana basa (Carprette, 2005). Pereaksi biuret terdiri dari campuran protein dan dengan sodium hidroksida (berupa larutan) dan tembaga sulfat. Warna violet adalah hasil dari reaksi ini. Reaksi ini positif untuk 2 atau lebih ikatan peptida.



Spektrum absorbansi suatu larutan protein bervariasi tergantung pada PH dan sesuai dengan susunan residu asam amino (Montgomery, 1993). Kerugian



dari



metode



ini



adalah



hasil



pembacaan



tidak



murni



menunjukkan kadar protein saja, melainkan bisa saja kadar senyawa yang mengandung benzena, gugus fenol, gugus sulfhidrin, ikut terbaca kadarnya. Selain itu waktu pelaksanaan yang lama sering kali dirasa kurang efisien (Lehninger, 1982). Spesifitas atau interferen yang dapat mempengaruhi hasil pembacaan total protein, yaitu asam asorbat >30 mg/dl, bilirubin >40 mg/dl, hemoglobin >500 mg/dl, dekstran >2.000 mg/dl, dan lipemia trigliserida >1.000 mg/dl. Serta obat-obatan yang dapat meningkatkan nilai protein seperti penicillin, gentamisin, sulfonamid, dll. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah stabilitas dari reagen, standart,



dan



sample.



Reagen



total



protein



FS



stabil



dapat



digunakan sampai masa kadaluarsa jika disimpan pada suhu 2 – 25 °C dan tidak terjadi kontaminasi. Jangan menyimpan reagen dalam frezeer, dan lindungi dari cahaya. Larutan standart stabil digunakan sampai masa kadaluarsa jika disimpan pada suhu 2 – 8 °C. Sedangkan untuk sample serum atau plasma akan stabil digunakan selama 6 hari pada suhu 20 – 25 °C, 4 minggu pada suhu 4 – 8 °C, dan 1 tahun pada suhu -20 °C. Makna klinis total protein : Penurunan kadar : Malnutrisi berkepanjangan, kelaparan, diet rendah protein,



sindrom



malabsorbsi,



kanker



gastrointestinal,



kolitis



ulseratif, penyakit Hodgkin, penyakit hati yang berat, gagal ginjal kronis, luka bakar yang parah, intoksikasi air. Peningkatan kadar : Dehidrasi (hemokonsentrasi), muntah, diare, mieloma multipel, sindrom gawat pernapasan, sarkoidosis. Setelah dilakukan pengukuran terhadap sample didapatkan kadar total protein sebesar 8,1 g/dl, 7,9 g/dl, dan 9,8 g/dl. Dengan rata-rata total protein sebesar 8,6 g/dl. Menunjukkan harga yang normal. 3.2 Albumin 3.2.1 Harga normal Dewasa :



3,5 – 5,2 g/dl 35 – 52 g/L 507 – 756 µmol/L



3.2.2 Hasil Sample 1



5,2 g/dl



Sampel 2



5,4 g/dl



3.2.3 Pembahasan Pengukuran



albumin



dengan



metode



BCG



karena



tidak



dipengaruhi senyawa pengganggu seperti bilirubin dan salisilat. Namun, hemoglobin dapat berikatan dengan zat warna yang di setiap 100 mg/dL Hb, albumin meningkat 0,1 g/dL. Pada keadaan hipoalbuminemia pengukurannya dengan BCG menghasilkan yang lebih tinggi dari sebenarnya. Hal ini terutama didapat di penderita dengan kadar albumin yang rendah bersamaan dengan fraksi α globulin yang meningkat (Philadelphia et al, 2005). Spesifitas atau interferen yang dapat mempengaruhi hasil pembacaan albumin, yaitu asam asorbat >30 mg/dl, bilirubin >40 mg/dl, hemoglobin >400 mg/dl, dan lipemia trigliserida >500 mg/dl. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah stabilitas dari reagen, standart, dan sample. Reagen albumin FS stabil dapat



digunakan sampai masa kadaluarsa jika disimpan pada suhu 2 – 25 °C dan tidak terjadi kontaminasi. Jangan menyimpan reagen dalam frezeer, dan lindungi dari cahaya. Larutan standart stabil digunakan sampai masa kadaluarsa jika disimpan pada suhu 2 – 8 °C. sedangkan untuk sample serum atau plasma EDTA akan stabil digunakan selama 10 minggu pada suhu 20 – 25 °C, 5 bulan pada suhu 4 – 8 °C, dan 3 bulan pada suhu -20°C. Makna klinis Albumin menurut Soetedjo : Peningkatan kadar : gangguan pernafasan seperti TBC, dehidrasi dan konsumsi alkohol terlalu banyak. Leukimia atau kanker darah, serta kekurangan vitamin A. Penurunan kadar : berkurangnya sintesis (produksi) karena malnutrisi, radang menahun, sindrom malabsorbsi, penyakit hati menahun. Setelah dilakukan pengukuran terhadap sample didapatkan kadar albumin sebesar 5,2 g/dl, dan 5,4 g/dl. Dengan rata-rata total albumin sebesar



5,3



g/dl.



Menunjukkan



harga



yang



diatas



normal.



kemungkinan kesalahan dari pranalitik sehingga menyebabkan presisi hasil kurang bagus. 3.3 Globulin (Tes Flokulasi) 3.3.1 Harga Normal 1,5 ml – 2 ml 3.3.2 Hasil : 1,5 ml 3.3.3 Pembahasan Pada penghitungan globulin menggunakan tes flokulasi cara titrasi gross dengan menggunakan larutan hayem (HgCl2). Prinsip pemeriksaan serum sample diteteskan larutan hayem hingga timbul kekeruhan pertama. Volume larutan hayem yang digunakan untuk titrasi sebanding dengan jumlah globulin. Setelah dilakukan titrasi didapat volume 1,5 ml. Menunjukkan kadar globulin dalam darah masih normal. Kadar globulin yang tinggi dapat mengindikasi adanya penyakit ginjal atau hati, penyakit



autoimun, infeksi, kanker, atau adanya inflamasi kronik. Sedangkan kadar globulin yang rendah mengindikasi gangguan sistem imun, kurang gizi, penyakit hati atau ginjal, dan gangguan sirkulasi darah.



KESIMPULAN 1. Dari praktikum Total Protein didapatkan hasil rata-rata sebesar 8,6 g/dl, dengan nilai normal total protein 6,6 – 8,8 g/dl. Sehingga dapat disimpulkan kadar total protein bernilai normal. 2. Dari praktikum Albumin didapatkan hasil rata-rata sebesar 5,3 g/dl, dengan nilai normal Albumin 3,5 – 5,2 g/dl. Sehingga dapat disimpulkan kadar albumin bernilai diatas normal.



3. Dari praktikum Globulin didapatkan hasil rata-rata sebesar 1,5 ml, dengan nilai normal globulin 1,5 – 2 ml. Sehingga dapat disimpulkan kadar globulin bernilai normal.



DAFTAR PUSTAKA 1. Carpette. 2005. An Introduction to Practical Biochemistry. Great Britany : Mc Graw HillBook Company. 2. David C wolf. Cirrhosis. Medscape reference, tersedia pada: http://



emedicine.medscape.com/article/185856-overview.



Diakses pada tanggal 20 april 2017. 3. Franca RT, Costa MM, Martins DB, Pagnoncelli M, Leal ML, Mazzanti CM, Palma HE, Kunert CP, Paim FC, Lopes STA. 2011.



Protein profile of buffaloes of different ages. Act Sci Vet. 39:995. ISSN: 1679-9216. 4. Kaneko JJ. 1997. Serum proteins and the dysproteinemias. Didalam Kaneko JJ, JW. Harvey, ML Bruss, editor. Clinical Biochemistry of Domestic Animals. Edisi 5. London, New York, Tokyo: Academic press 5. Lassen ED. 2004. Laboratory evaluation of plasma and serum protein. Di dalam: Thrall MA, editor. Veterinary Hematology and Clinical Chemistry. Lippincott Williams , Wilkins. Maryland. hlm. 401-402:405. 6. Lehninger, 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Erlangga. 7. Montgomery, R. 1993. Biokimia Berorientasi pada KasusKlinis. Jakarta : Binarupa Aksara. 8. Nawawi RA, Fitriani B, Rusli, Hardjoeno, 2011. Nilai Troponin T (cTnT)Penderita Sindrom Koroner Akut (SKA). Indonesian Journal



of



Clinical



Pathology



12(3):123–126. 9. Soetodjo, SKM. 2007.



and



Medical



Laboratory:



Mengenal Penyakit Melalui Hasil



Pemeriksaan Laboratorium. Yogyakarta : Amara Books. 10. Toha, Abdul Hamid, 2005. Biokimia Metabolisme Molekul. Jakarta : Alfabeta



LAPORAN KIMIA KLINIK II PEMERIKSAAN TOTAL PROTEIN, ALBUMIN, DAN GLOBULIN



Kelompok : 4 MUHAMMAD



RAFLI AFANDI (151510113008)



D3 ANALIS MEDIS FAKULTAS VOKASI UNIVERSITAS AIRLANGGA 2017