Laporan Praktikum Laju Digesti [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Digesti merupakan proses pemecahan zat makanan yang kompleks menjadi sederhana. Proses digesti memerlukan waktu yang lama dalam memecah makanan. Pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses digesti di dalam sistem pencernaan sebelum pakan nutrisi itu diabsorpsi yang akan digunakan untuk sistem biologis pada tubuh ikan. Proses digesti pada ikan akan dibantu oleh enzim-enzim pencernaaan yang dihasilkan oleh tubuh. Hasil proses digesti dapat berupa asam amino, asam lemak, dan monosakarida yang akan diabsorpsi oleh sel epitel intestine kemudian disebarluaskan ke seluruh tubuh oleh sistem sirkulasi (Kay, 1998). Proses pencernaan ikan sama dengan vetebrata yang lain, namun ikan memiliki beberapa variasi, terutama dalam hubungannya dengan cara memakan. Proses pencernaan dan absorpsi berlangsung didalam saluran pencernaan. Proses ini berfungsi menyediakan suplai kebutuhan tubuh akan air, mineral, vitamin dan zat gizi. Proses digesti dibagi menjadi dua yaitu digesti secara mekanik dan kimiawi. Digesti secara mekanik atau menguyah dimulai dari rongga yaitu dengan berperannya gigi dalm proses pemotongan dan penggerusan makanan, lalu dilanjutkan ke lambung dan usus yaitu dengan adanya gerakan-gerakan kontraksi otot. Digesti secara kimiawi diperankan oleh enzim yang membantu mencerna makanan menjadi molekul-molekul terkecil sehingga bisa diserap oleh usus untuk diedarkan melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh untuk menghasilkan suatu energi (Fujaya, 2004). Laju digesti merupakan laju kecepatan pemecahan makanan pada tubuh ikan dari molekul kompleks menjadi molekul sederhana. Molekul sederhana yang dihasilkan selanjutnya akan diabsorpsi oleh tubuh ikan melalui sistem pencernaan. Proses digesti yang terjadi di dalam lambung dapat diukur kecepatannya dengan mengetahui laju pengosongan lambung (Subandiyah et al., 2010).



1.2 Tujuan



Tujuan dari praktikum ini adalah melihat laju digesti atau pengosongan lambung pada ikan, dapat mengetahui bentuk lambung yang kosong dan berisi pakan, terampil dalam mengisolasi lambung ikan, dan dapat menghitung laju pengosongan lambung.



II. MATERI DAN CARA KERJA II.1



Materi



Alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah akuarium, alat bedah, dan timbangan analitik. Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan lele dan pakan ikan (pelet). II.2 Cara Kerja 1. Ikan Lele di dalam akuarium diberi pakan 2,5% dari bobot tubuh. 2. Kemudian ikan dibiarkan selama 15 menit. 3. Perlakuan untuk waktu ke-0 menit yaitu ikan diambil dari akuarium, dibunuh sampai benar-benar mati dengan cara dipatahkan kepala dan badannya dengan kedua tangan. Ikan dibedah dengan cara digunting dari lubang urogenitalnya menuju arah anterior tubuh dan dipotong ke kanan dan ke kiri, sehingga lambung ikan dapat terlihat jelas. 4. Bagian lambung diambil dengan cara dipotong dari sistem pencernaan. Pemotongan lambung dipastikan tepat di bawah oesophagus dan di atas bagian pylorus. Lambung ditimbang, kemudian dilihat hasil bobot lambung ikan yang didapatkan. 5. Selanjutnya, perlakuan sama dengan poin dilakukan untuk jenjang menit ke-30 dan menit ke-60. 6. Hasil penghitungan persentase laju digesti dimasukkan ke dalam tabel dan grafik.



III.



HASIL DAN PEMBAHASAN



III.1 Hasil Tabel Pengamatan Laju Digesti Ikan Lele Pada Rombongan 3 Kelompok



Bx (%) 0 menit



By (%) 30 menit



Bz (%) 60 menit



1



100



54,81



105



2



100



120



108



3



100



37



114



4



100



94,9



88,5



5



100



94



36



Perhitungan (Kelompok 2): 



Bobot ikan ke-1 = 78 gram Bobot lambung = 0,73 gram Bx Bx ( Omenit )= x 100 Bx ¿



0,73 x 100 0,73



¿ 100 



Bobot ikan ke-2 = 73 gram Bobot lambung = 0,88 gram By By (30 menit)= x 100 Bx ¿



0,88 x 100 0,73 ¿ 120







Bobot ikan ke-3 = 73 gram Bobot lambung = 0,79 gram Bz Bz (60 menit)= x 100 Bx ¿



0,79 x 100 0,73



¿ 108 Grafik Hubungan % Bobot Lambung Dengan Waktu Pengamatan



III.2 Pembahasan Berdasarkan hasil percobaan laju digesti kelompok 2 dalam 0 menit setelah pemberian pakan berat lambung ikan yaitu mencapai 0,73 gram dengan



persentase bobot 100%. Setelah 30 menit pemberian pakan, bobot bertambah menjadi 0,88 gram dengan persentase bobot 120%, dan setelah 60 menit pemberian pakan terjadi penambahan bobot lambung yaitu menjadi 0,79 gram dengan persentase bobot 108%. Hal ini tidak sesuai dengan referensi, menurut Yuwono (2001), seharusnya semakin lama waktu pengukuran setelah diberi pakan, maka semakin kecil bobot lambung, karena molekul besar telah banyak yang didigesti menjadi molekul yang lebih kecil dan telah banyak diserap oleh usus. Pengurangan bobot tersebut terjadi karena makanan yang tersimpan dalam lambung sudah dicerna dan siap diabsorpsi. Semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk mencerna makanan maka semakin sedikit pula makanan yang tertampung dalam lambung karena sudah mengalami absorpsi. Kemampuan ikan dalam mendigesti makanannya dalam lambung bergantung pada jenis kelaminnya, karena pada masing-masing ikan jantan dan betina memiliki pasokan pakan yang berbeda (Sulistiono, 2001). Ikan lele pada percobaan ini memiliki bobot yang berbeda-beda yaitu ikan yang terambil pada menit ke-0 memiliki bobot sebesar 78 gram, sedangkan ikan yang terambil pada menit ke-30 dan menit ke-60 memiliki bobot sebesar 73 gram. Menurut pernyataan Kay (1998), ikan yang berbadan besar tentunya memiliki ukuran lambung yang lebih besar dan mengonsumsi makanan lebih banyak daripada yang berbadan kecil. Hal ini menunjukan bahwa ukuran tubuh juga mempengaruhi laju digesti pakan yang diabsorpsi ikan. Pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan mengalami proses digesti di dalam sistem pencernaan sebelum nutrisi pakan tersebut diaborbsi dan dimanfaatkan untuk proses biologis pada tubuh ikan. Proses digesti pada sistem pencernaan ikan tersebut akan melibatkan enzim-enzim pencernaan yang dihasilkan oleh tubuh. Hasil proses digesti tersebut berupa asam amino, asam lemak, dan monosakarida yang akan diasorbsi oleh epitel intestin kemudian disebarkan keseluruh tubuh oleh sistem sirkulasi. Laju digesti merupakan laju kecepatan pemecahan makanan dalam tubuh dari molekul yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana, selanjutnya akan diabsorpsi oleh tubuh. Proses digesti yang terjadi dalam lambung dapat diukur dengan mengetahui laju pengosongan lambung. Lambung merupakan suatu organ tubuh hewan yang berperan dalam proses pencernaan, penyaringan



makanan yang masuk ke dalam tubuh, menetralisisr racun yang ada dalam makanan, dan membuang zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh (Elliot, 1997). Faktor-faktor yang mempengaruhi laju digesti adalah temperatur air, suhu lingkungan, musim, waktu siang dan malam, intensitas cahaya, ritme internal dan kualitas pakan yang dikonsumsi (Halver et al.,1989). Menurut Mujiman (1984) laju digesti juga dipengaruhi oleh zat kimia yang terdapat dalam perairan yaitu kandungan O2, CO2, H2S, pH dan alkalinitas. Menurut Seyhan & Groove (2003), laju pengosongan lambung dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu temperatur, ukuran ikan, pakan ikan, dan kualitas pakan ikan. Pakan yang dikonsumsi juga berpengaruh terhadap cepat lambatnya laju pengosongan lambung. Sebab dalam pakan yang akan dikonsumsi banyak terdapat kandungan-kandungan mineral yang akan diserap oleh usus ikan, melalui proses pencernaan yang berlangsung selama mengkonsumsi pakan. Pakan yang bervariasi akan mempengaruhi cepat lambatnya laju digesti atau cepat lambatnya laju pengosongan lambung pada ikan (Aslamyah, 2013). Menurut Tseitlin (1980), faktor dasar yang mempengaruhi durasi digesti pada ikan adalah temperatur, kapasitas makanan di perut dan bobot ikan. Di sisi lain, durasi dari digesti adalah berdasarkan kualitas dan komposisi makanan. Proses digesti ikan terjadi di dalam lambung dan dapat diukur dari laju pengosongan lambung. Laju digesti dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, status reproduksi, makanan dalam usus, stress fisiologis, aktivitas, musim, ukuran tubuh dan temperatur lingkungan (Yuwono, 2001). Menurut pernyataan Murtidjo (2001), laju digesti selain dipengaruhi oleh temperatur air juga dipengaruhi oleh kualitas pakan yang dikonsumsi. Perbedaan kualitas pakan akan mencerminkan perbedaan komponen penyusun pakan dan perbedaan ini pada akhirnya akan berakibat pada perbedaan laju dan kemampuan digesti pakan. Selain dipengaruhi oleh temperatur laju digesti juga dipengaruhi oleh pakan yang dikonsumsi, sebab dalam pakan mengandung banyak sekali mineral yang nantinya akan dicerna oleh usus melalui proses pencernaan yang berlangsung selama ikan mengkonsumsi pakan (Effendi, 1997). Menurut Farida et al., (2005), perjalanan bahan makanan yang terlalu cepat di saluran pencernaan akan menyebabkan kurangnya waktu untuk mencerna zat-zat makanan secara



menyeluruh oleh enzim-enzim pencernaan, sehingga nilai daya cerna bahan makanan tersebut menjadi rendah. Pakan yang dikonsumsi oleh ikan akan dialokasikan untuk berbagai keperluan, diantaranya untuk tumbuh, mengganti jaringan yang rusak, aktivitas gerak, metabolisme, dan untuk pembentukan gonad pada ikan dewasa. Pakan yang berlebihan akan menyebabkan pemborosan dan meningkatkan jumlah sisa pakan. Fungsi pakan yang digunakan pada ikan adalah untuk proses metabolisme, menghasilkan energi yang digunakan oleh ikan menjalankan aktivitasnya. Laju digesti pada umumnya berkorelasi dengan laju metabolisme. Biasanya semakin banyak aktivitas ikan itu, maka akan semakin banyak membutuhkan energi sehingga proses metabolismenya tinggi dan membutuhkan makanan yang mutunya jauh lebih baik dan lebih banyak jumlahnya (Kay, 1998)



IV.



KESIMPULAN



Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa:



1. Laju digesti merupakan laju kecepatan pemecahan makanan dari molekul kompleks menjadi molekul sederhana. Laju digesti disebut juga sebagai laju pengosongan lambung. 2. Isolasi lambung ikan yaitu dengan cara melakukan pembedahan pada ikan, kemudian menimbang bobot lambungnya. Presentase bobot lambung yang diperoleh oleh kelompok 2 yaitu 100% pada waktu ke-0 menit, 120% pada waktu ke-30 menit, dan 108% pada waktu ke-60 menit. 3. Laju digesti dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain umur, jenis kelamin, status reproduksi, makanan dalam usus, stress fisiologis, aktivitas, musim, ukuran tubuh dan temperatur lingkungan.



DAFTAR REFERENSI Aslamyah, Siti, Fujaya, Yushinta. 2013. Gastric Evacuation Rate, Chemical Body Composition, Liver and Muscle Glycogen, Molting and Growth of Mud



Crabs Feeding on Different Percentages in the Soft Shell Crab Cultivation. Makassar: Faculty of Marine Science and Fisheries Hasanuddin University. Effendi, I.M. 1997. Biologi Perikanan. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara. Elliot, W.H. 1997 Biochemistry and Molecular Biology. New York: Oxford University Press Inc. Farida, W.R., Khikmah K.W., Anita S.T & Didid Diapari. 2008. Konsumsi dan Penggunaan Pakan pada Tarsius (Tarsius bancanus) Betina di Penangkaran. Biodiversitas, 9(2), pp. 1488-151. Fujaya, Y. 2002. Fisiologi Ikan. Makassar: Direktorat Jenderal Pendidikan Nasional. Halver, J. A.1989. Fish Nutrition. New York: Academy Press. Kay, I. 1998. Introduction to Animal Physiology. New York: Bios Scientific Publiher Limited. Mujiman, A. 1984. Makanan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya. Murtidjo, A. 2001. Pedoman Meramu Ikan. Yogyakarta: Kanisius. Seyhan, K & Groove, D.J. 2003. A New Approach in Modelling Gastric Emptying in Fish. Turk J Vet Anim Sci, 27, pp. 1043-1047. Subandiyah S, Hirnawati R, Rohmy S, dan Atmaja. 2010. Pemeliharaan Larva Ikan hias Pelangi Asal Danau Kurumoi Umur 7 Hari dengan Pakan Alami, Seminar Nasional Biologi. Yogyakarta: UGM. Sulistiono, Delismawati Lubis, Ridwan Affandi & Seiichi Watanabe. 2001. Pengamatan Isi Lambung Beberapa Jenis Ikan Buntal (Tetraodon reticularis, T. fluviatilis, T. Lunaris) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Jurnal Iktiologi Indonesia, 1(1), pp. 27-33. Tseitlin, V.B. 1980. Duration of Gastric Digestion in Fishes. Marine EcologyProgress Series, 2, pp. 277-280. Yuwono, E. 2001. Fisiologi Hewan I. Purwokerto: Fakultas Biologi Unsoed.