Laporan Praktikum: Makalah Ekstraksi Padat Cair [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LaporanPraktikum.Com Kumpulan Laporan Praktikum Wednesday, December 27, 2017



Laporan Praktikum : Makalah Ekstraksi Padat cair



MAKALAH KIMIA ANALITIK “Ektraksi Padat Cair”



TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS JAMBI 2017



BAB I



PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang



Salah satu tehnik pemisahan yang sering digunakan adalah ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan kimia yang memisahkan atau menarik suatu komponen-komponen kimia pada suatu sampel dan umumnya dapat larut dalam air. Ekstraksi terbagi atas dua jenis yaitu ekstraksi dingin atau maserasi dan ekstraksi panas contohnya dengan ekstraksi soxhlet. Perbedaan dari kedua jenis ekstraksi ini adalah terletak pada tehniknya, dimana untuk ekstraksi dingin tidak menggunakan proses pemanasan pada sampel melainkan dengan cara merendam sampel dalam pelarut. Sedangkan ekstraksi panas dilakukan dengan pemanasan. Jika suatu komponen dari campuran merupakan padatan yang sangat larut dalam pelarut tertentu dan komponen yang lain secara khusus tidak larut, maka proses pemisahan dapat dilakukan dengan pengadukan sederhana dan dengan pelarut tertentu yang diikuti dengan proses penyaringan. akan tetapi bila komponen terlarut sangat sedikit larut atau disebabkan oleh bentuknya sehingga proses pelarutan sangat lambat, maka perlu dilakukan pemisahan dengan ekstraksi soxhlet (Armid, 2009).



Sering campuran bahan padat dan cair tidak dapat atau sukar sekali dipisahkan, dengan metoe pemisahan mekanis atau tekhnik yang telah sering dilakukan. Misalnya saja karena komponennya saling bercampur secara erat, peka terhadap panas, beda sifat fisiknya terlalu kecil atau tersdia dalam konsentrasi rendah. Dalam hal semacam ini sering ekstraksi adalh satu-satunya proses yang dapat digunakan. Ekstraksi adalah pemisahan satu atau beberapa bahan dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Suatu proses ekstraksi biasanya melibatkan tahap-tahap berikut ini :



- Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontraksi, dalam hal ini terjadi perpindahan masa dengan cara difusi padabidang antar muka



bahan



ekstraksi



yang



sebenarnya



yaitu



pelarut



ekstrak.



- Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau titrasi.



-



Mengisolasi ekstraksi dari larutan ekstrak dan mendapatkan kembali pelarut.



umumnya dilakukan dengan menguatkan pelarut. (G. Bresconi dan H.Gester, 1995:55)



Ekstraksi Padat Cair atau Leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padatan dapat dilakukan jika bahan yang



diinginkan dapat larut dalalm solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya.



Untuk itu kami ingin membuat makalah ini dengan judul “ Pemisahan dengan Ekstraksi Padat Cair” agar dapat memberikan informasi yang lebih banyak tentang ekstraksi padat cair.



1.2 Rumusan Masalah



Dari latar beakang diatas dapat diambil rumusan masalah pada makalah ini,



yaitu :



1. Apa yang dimaksud ekstraksi?



2. Apa yang dimaksud ekstraksi padat cair?



3. Bagaimana proses ekstraksi padat cair?



4. Apa saja bahan pangan yang dapat diekstrak menggunakan ekstraksi padat cair?



1.3 Tujuan



Dari rumusan tersebut didapat tujuan, Yaitu :



1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud ekstraksi



2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud padat cair



3. Untuk mengetahui proses ekstraksi padat cair



4. Untuk mengetahui dan mengaplikasikan bahan apa saja yang dapat diekstraksi menggunakan ekstraksi padat cair.



1.4 Manfaat



Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa atau kita semua dapat mengetahui tentang ekstraksi , ekstrasi padat-cair, proses ekstraksi padat-cair, dan pengaplikasian proses ekstraksi terhadap bahan yang tepat.



BAB II



TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Ekstraksi



Secara sederhana ekstraksi dapat didefinisikan sebagai proses pemindahan satu atau lebih komponen dari satu fase ke fase yang lainnya. Namun dibalik definisi sederhana ini tersimpan kerumitan yang cukup besar. Pemisahan berkebalikan dengan intuisi termodinamik, karena entropi diperoleh melalui pencampuran, bukan pemisahan; metode ekstrkasi dikembangkan berdasarkan perpindahan menuju kesetimbangan, sehingga kinetika perpindahan massa tidak dapat diabaikan (Majid dan Nurkholis, 2008).



Ekstraksi adalah suatu metoda operasi yang digunakan dalam proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa bahan (solven) sebagai tenaga pemisah. Apabila komponen yang akan dipisahkan (solute) berada dalam fase padat, maka proses tersebut dinamakan pelindihan atau leaching. ( Maulida dewi, 2010 )



Proses pemisahan dengan cara ekstraksi terdiri dari tiga langkah dasar.



1. Proses penyampuran sejumlah massa bahan ke dalam larutan yang akan dipisahkan komponen–komponennya.



2. Proses pembantukan fase seimbang.



3. Proses pemisahan kedua fase seimbang.



Sebagai tenaga pemisah, solven harus dipilih sedemikian hingga kelarutannya terhadap salah satu komponen murninya adalah terbatas atau sama sekali tidak saling melarutkan. Karenanya, dalam proses ekstraksi akan terbentuk dua fase cairan yang saling bersinggungan dan selalu mengadakan kontak. Fase yang banyak mengandung



diluen disebut fase rafinat sedangkan fase yang banyak mengandung solven dinamakan ekstrasi. ( Maulida dewi, 2010 )



Terbantuknya dua fase cairan, memungkinkan semua komponen yang ada dalam campuran terbesar dalam masing – masing fase sesuai dengan koefisien distribusinya, sehingga dicapai keseimbangan fisis. Pemisahan kedua fase seimbang dengan mudah dapat dilakukan jik density fase rafinat dan fase ekstrak mempunyai perbedaan yang cukup. Tetapi jika density keduanya hampir sama proses pemisahan semakin sulit, sebab campuran tersebut cenderung untuk membentuk emulsi. ( Maulida dewi, 2010 )



Dibidang industri, ekstraksi sangat luas penggunaannya terutama jika larutan yang akan dipisahkan tediri dari komponen – komponen :



1. Mempunyai sifat penguapan relatif yang rendah.



2. Mempunyai titik didih yang berdekatan.



3. Sensitif terhadap panas.



4. Merupakan campuran azeotrop.



Komponen–komponen yang terdapat dalam larutan, menentukan jenis/macam solven yang digunakan dalam ekstraksi. Pada umumnya, proses ekstraksi tidak berdiri sendiri, tetapi melibatkan operasi – operasi lain sepeti proses pemungutan kembali solven dari larutannya (terutama fase ekstrak), hingga dapat dimanfaatkan kembali sebagai tenaga pemisah. Untuk maksud tersebut, banyak cara yang dapat dilakukan misalnya dengan metode distilasi, pemanasan sederhana atau dengan cara pendinginan untuk mengurangi sifat kelarutannya. (Maulida dewi, 2010).



2.2 Ekstraksi Padat Cair



Ekstraksi padat–cair atau Leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dalam dari padatan inert ke dalam pelarutnya. Proses ini merupakan proses yang bersifat fisik karena komponen terlarut kemudian dikembalikan lagi ke keadaan



semula tanpa mengalami perubahan kimiawi. Ekstraksi dari bahan padat dapat dilakukan jika bahan yang diinginkan dapat larut dalam solven pengekstraksi. Ekstraksi berkelanjutan diperlukan apabila padatan hanya sedikit larut dalam pelarut. Namun sering juga digunakan pada padatan yang larut karena efektivitasnya (Lucas, 1949).



Penarikan komponen kimia yang dilakukan dengan cara serbuk simplisia ditempatkan dalam selongsong yang telah dilapisi kertas saring sedemikian rupa, cairan penyari dipanaskan dalam labu alas bulat sehingga menguap dan dan dikondensasikan oleh kondensor bola menjadi molekul – molekul cairan penyari yang jatuh ke dalam selongsong menyari zat aktif di dalam simplisia dan jika cairan penyari telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan turun kembali ke labu alas bulat melalui pipa kapiler hingga terjadi sirkulasi. Ekstraksi sempurna ditandai bila cairan di sifon tidak berwarna, tidak tampak noda jika di KLT atau sirkulasi telah mencapai 20 – 25 kali. Ekstrak yang diperoleh dikumpulkan dan dipekatkan (Sudjadi, 1986).



Faktor-faktor



yang



berpengaruh



pada



proses leachingadalah:



jumlah



konstituen (solute)dan distribusinya dalam padatan, sifat padatan, dan ukuran partikel. Mekanisme proses leachingdimulai dari perpindahan solven dari larutan ke permukaan solid (adsorpsi), diikuti dengan difusi solven ke dalam solid dan pelarutan solut oleh solven, kemudian difusi ikatan solut-solven ke permukaan solid, dan desorpsi campuran solut-solven dari permukaan solid kedalam badan pelarut. Pada umumnya perpindahan solven ke permukaan terjadi sangat cepat di mana berlangsung pada saat terjadi kontak antara solid dan solvent, sehingga kecepatan difusi campuran solut-solven ke permukaan solid merupakan tahapan yang mengontrol keseluruhan proses leaching.Kecepatan difusi



ini tergantung pada beberapa faktor yaitu : temperatur, luas permukaan partikel, pelarut, perbandingan solut dan solven, kecepatan dan lama pengadukan. Untuk memisahkan minyak dari pelarutnya, dilakukan dengan cara distilasi (Pramudono dkk, 2008).



Prinsip ekstraksi padat-cair adalah adanya kemampuan senyawa dalam suatu matriks yang kompleks dari suatu padatan, yang dapat larut oleh suatu pelarut tertentu. Beberapa hal yang harus diperhatikan untuk tercapainya kondisi optimum ekstraksi antara lain: senyawa dapat terlarut dalam pelarut dengan waktu yang singkat, pelarut harus selektif melarutkan senyawa yang dikehendaki, senyawa analit memiliki konsentrasi yang tinggi untuk memudahkan ekstraksi, serta tersedia metode memisahkan kembali senyawa analit dari pelarut pengekstraksi (Fajriati dkk, 2011).



2.3 Proses Ekstraksi Padat Cair



Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan padatan. Seperti sudah dinyatakan di atas bahwa proses ini paling banyak ditemui di dalam usaha untuk mengisolasi suatu substansi yang terkandung di dalam suatu bahan alam, sehingga yang berperan penting dalam menentukan sempurnanya proses ekstraksi ini adalah sifat-sifat bahan alam tersebut dan juga bahan yang akan diekstraksi (Fajriati dkk, 2011).



Maserasi adalah suatu contoh metode ekstraksi padat-cair bertahap yang dilakukan dengan jalan membiarkan padatan terendam dalam suatu pelarut. Proses perendaman dalam usaha mengekstraksi suatu substansi dari bahan alam ini bisa dilakukan tanpa pemanasan (pada temperatur kamar), dengan pemanasan atau bahkan pada suhu pendidihan. Sesudah disaring, residu dapat diekstraksi kembali menggunakan pelarut yang baru. Pelarut yang baru dalam hal ini bukan mesti berarti berbeda zat dengan pelarut yang terdahulu tetapi bisa pelarut dari zat yang sama. Proses ini bisa diulang beberapa kali menurut kebutuhan (Fajriati dkk, 2011).



Jika maserasi dilakukan dengan pelarut air, maka diperlukan proses ekstraksi lebih lanjut, yaitu ekstraksi fasa air yang diperoleh dengan pelarut organik. Jika maserasi langsung dilakukan dengan pelarut organik maka filtrat hasil ekstraksi dikumpulkan menjadi satu, kemudian dievaporasi atau didestilasi. Selanjutnya dapat dilakukan proses pemisahan dengan kromatografi atau rekristalisasi langsung (Sudjadi, 1986).



Salah satu keunt ungan metode maserasi adalah cepat, terutama jika maserasi dilakukan pada suhu d idih pelarut. Meskipun demikian, metode in i tidak selalu efektif dan efisien. Wak tu rendam bahan dalam pelarut bervariasi antar a 15-30 menit tetapi kadang-kadang bisa sampai 24 jam. Jumlah pelarut yang diperluk an juga cukup besar, berkisar antara 10 -20 kali jumlah sampel (Fajriati dkk, 2011).



Metode ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan memerluk an waktu yang lebih lama dalam pelak sanaannya dibandingkan dengan metode ekstraksi bertahap, tetapi metode ini me miliki kelebihan bahwa hasil ekstraksinya b iasanya lebih sempurna. Contoh m etode ekstraksi berkesinambungan adalah p erkolasi atau liksiviasi, soxhletasi dan destilasi uap air (Fajriati dkk, 2011).



Perkolasi adala h suatu metode yang dilakukan dengan jala n melewatkan pelarut secara perlahan-lahan sehingga pelarut tersebut bisa menembus sampel bahan yang biasanya ditampun g dalam suatu bahan kertas yang agak tebal d an berpori dan berbentuk seperti kantong atau sampel ditampung dalam kantong yan g terbuat dari kertas saring (Bresconi dan Gester, 1995).



Gambar 1 merupakan suatu contoh alat untuk metode perkolasi yang sudah mengalami sedikit modi fikasi yang terdiri dari sebuah labu alas bulat y ang dilengkapi dengan suatu kolom kosong di mana sampel ditempatkan.



sam pel bahan tanaman



Gambar 1 : Alat sed erhana untuk ekstraksi padat-cair b erksinambungan



pelarut



Di atas kolom diletakkan sebuah pendingin. Dengan cara ini perkolasi menjadi lebih sempurna karena proses ekstraksi dilakukan dengan pemanasan/pendidihan. Sejumlah pelarut (5-10 kali jumlah sampel) dimasukkan ke dalam labu alas bulat dan dipanaskan sampai mendidih. Pendingin akan mengkondensasi uap pelarut yang selanjutnya akan jatuh dan melewati sampel. Saat pelarut kontak dengan sampel inilah proses ekstraksi senyawa dalam sampel terjadi. Pelarut yang telah mengadakan kontak dengan sampel dan telah mengekstrak sampel akan jatuh kembali ke dalam labu alas bulat. Demikian proses berlangsung berulang-ulang sampai proses ekstraksi selesai (Armid, 2009).



Kemudian disadari bahwa alat tersebut tidak bisa memberikan hasil ekstraksi yang memuaskan karena waktu kontak antara pelarut dengan sampel tidak lama sehingga ekstraksi tidak berlangsung efektif dan efisien. Kemudian diciptakan alat Soxhlet (Gambar 2)



Gambar 2. Alat Soxhlet



Kelebihan dari kedua alat tersebut adalah karena pelarut yang terkondensasi akan terakumulasi dalam wadah di mana sampel berada sehingga waktu kontak antara pelarut dan sampel berlangsung lama. Ketika tinggi pelarut dalam penampungan telah mencapai batas tertentu, maka pelarut akan meninggalkan penampungan dan masuk kembali ke dalam labu alas bulat sambil membawa zat-zat yang telah terekstrak dari sampel. Tetapi apapun alat yang digunakan, lamanya ekstraksi sangat bervariasi bergantung pada lama tidaknya zat-zat dapat terekstrak dari sampel dan terlarut dalam pelarut (Armid, 2009).



Destilasi Uap Air adalah salah satu metode yang juga termasuk dalam metode ekstraksi padat-cair yang berkesinambungan. Metode ini digunakan untuk mengekstraksi senyawa-senyawa bahan alam yang mudah menguap sehingga dapat terekstrak oleh uap air. Selanjutnya hasil destilasi yang berupa cairan, campuran antara air dan senyawasenyawa yang mudah menguap, tersebut akan mengalami perlakuan lebih lanjut yaitu ekstraksi cair-cair menggunakan corong pisah (Bresconi dan Gester, 1995).



2.4 Pengaplikasian Terhadap Bahan yang Dapat Menggunakan Ekstraksi



2.4.1 Ekstraksi Pemisahan Minyak Cengkeh dengan Cara Padat Cair



Minyak cengkeh merupakan salah satu jenis minyak atsiri yang dapat diperoleh dari bagian tanaman cengkeh. Minyak atsiri yang ditulis dalam Encyclopedia of Chemical Technology menyebutkan bahwa minyak atsiri merupakan senyawa,yang pada umumnya berwujud cairan, yang diperoleh dari bagian tanaman, akar, kulit, batang, daun, buah dan biji maupun dari bunga dengan cara penyulingan dengan uap (Sastrohamidjojo dan Hardjono. 2004). Tidak semua jenis tumbuhan menghasilkan minyak atsiri, hanya tumbuhan yang memiliki sel glanula sajalah yang bisa menghasilkan minyak atsiri. Minyak cengkeh merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman cengkeh (Syzigium caryophyllatum (L.)). Kualitas minyak cengkeh dievaluasi dari kandungan fenol, terutama eugenol. Kandungan eugenol dalam minyak bunga, gagang dan daun cengkeh sangat dipengaruhi oleh keadaan



bahanbaku, metode penyulingan minyak dan pengambilan eugenol dari minyak (Hidayati, Nur. 2003). Konstituen minyak daun cengkeh dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama merupakan senyawa fenolat dan eugenol yang merupakan komponen yang paling besar. Senyawa ini mudah di isolasi dengan NaOH, KOH, Ca(OH)2 dan kemudian dinetralkan dengan asam mineral. Kelompok kedua mengandung senyawasenyawa non fenolat yaituβ-kariofilen, α-kubeben, α-kopaen, hulumen, d-kadien,dan kadina 1,3,5-trien (Sudarmi, Sri dan Siswanti. 2011).



Salah satu cara pengambilan minyak dalam daun cengkeh adalah ekstraksi dengan pelarut yang mudah menguap, seperti kloroform, eter, aseton, heksana atau alkohol. Ekstraksi minyak daun cengkeh dengan menggunakan alkohol menghasilkan rendemen yang lebih tinggi . Pada proses leaching, terjadi difusi minyak dari dalam daun cengkeh ke fasa cair yaitu pelarut dan minyak akan terjadi keseimbangan dimana pada keadaan ini minyak dalam daun cengkeh tidak dapat mendifusi lagi ke pelarut. Parameter penting dalam ekstraksi padat cair adalah koefisien transfer massa dan tetapan keseimbangan. Tetapan keseimbangan menunjukkan nisbah minimum antara pelarut dengan padatan yang diekstraksi ( Tagora, dkk. 2012).



Menurut Tedjawicaksana (2004) Pada proses pengambilan minyak dari fase padat melalui tiga tahap,yaitu :



1. Difusi solute dari padatan ke permukaan padatan,



2. Kesetimbangan fase,



3. Perpindahan massa dari permukaan padatan ke pelarut.



A. Penentuan waktu kesetimbangan



Pada keadaan setimbang, yang mempunyai nilai sama adalah potensial kimia dari kedua fase, bukan konsentrasi, sehingga transfer solute menjadi terhenti. Waktu kesetimbangan untuk ekstraksi padat cair tercapai saat 150 menit. Lamanya waktu proses ekstraksi sangat berpengaruh terhadap minyak yang dihasilkan, Kenaikan



waktu proses yang digunakan menghasilkan kenaikan jumlah minyak yang dihasilkan. Lamanya waktu akan mempermudah penetrasi pelarut kedalam bahan baku, kelarutan komponen-komponen minyak cengkeh berjalan dengan perlahan sebanding dengan kenaikan waktu, akan tetapi setelah mencapai waktu optimal jumlah minyak yang terambil mengalami penurunan. Hal ini disebabkan komponen minyak pada bahan baku jumlahnya terbatas dan pelarut yang digunakan mempunyai batas kemampuan untuk melarutkan bahan yang ada, sehingga walaupun waktu ekstraksi diperpanjang solute yang ada pada bahan sudah tidak dapat melarut lagi. Di samping itu dengan penambahan waktu akan terjadi dekomposisi dari komponen-komponen selain minyak termasuk di dalamnya impuritas yang menyebabkan perubahan sifat komponen tersebut misalnya titik didih komponen baru lebih rendah dari titik didih komponen sebelumnya sehingga menjadi lebih mudah menguap dan akhirnya rendemen yang diperoleh berkurang ( Guenther, E. 1987).



B. Pengaruh volume etanol



Jumlah etanol berpengaruh terhadap rendemen minyak hasil ekstraksi yang mana pelarut yang digunakan adalah Pelarut etanol dengan rumus C2H6O memiliki ikatan kovalen polar, semakin banyak pelarut yang digunakan maka rendemen senakin besar. Yang mana Volume etanol 600 ml menghasilkan rendemen lebih tinggi daripada volume etanol 500 ml.



C. Pengaruh temperatur



Untuk suhu didapatkan semakin tinggi suhu ekstraksi maka rendemen yang dihasilkan akan semakin besar. Hal ini disebabkan rendemen cenderung meningkat karena kenaikan suhu mengakibatkan pori-pori pada daun cengkeh cenderung lebih



terbuka sehingga difusi minyak berlangsung lebih cepat karena hambatan difusinya lebih kecil. Selain itu, ekstraksi padat cair, (leaching) dilakukan pada suhu yang tinggikarena semakin tinggi temperatur, semakin besar konsentrasi solute dalam pelarut. Hal ini disebabkan semakin tinggi temperatur maka viskositas akansemakin rendah dan difusitas solute akan semakin tinggi sehingga semakin cepat dan semakin



banyak solute yang berpindah. Suhu ekstraksi 50oC menghasilkan rendemen lebih baik dari pada suhu ekstraksi 30oC pada waktu terbaik dan Kadar eugenol yang diperoleh 79%.



2.4.2 Ekstraksi pemisahan minyak kemiri dengan cara padat cair



Tanaman kemiri (Aleurites moluccana Willd) adalah suatu tanaman yang berasal dari famili Euphorbiceae.Tanaman kemiri sekarang sudah tersebar luas didaerah-daerah tropis. Tinggi tanaman ini mencapaisekitar 15-25 meter. Daunnya berwarna hijau pucat.Kacangnya memiliki diameter sekitar 4–6 cm. Biji yang terdapat di dalamnya memiliki lapisan pelindung yang sangat keras dan mengandung minyak yang cukup banyak, yang memungkinkan untuk digunakan sebagai lilin ( Ariestya, dkk. 2010).



Kandungan minyak dalam biji kemiri tergolong tinggi, yaitu 55 – 66% dari berat bijinya. Komponen utama penyusun minyak kemiri adalah asam lemak tak jenuh, namun mengandung juga asam lemak jenuh dengan persentase yang relatif kecil. Minyak kemiri yang terkandung dalam bijinya juga memiliki banyak manfaat, antara lain bahan pembuat cat, pernis, sabun, obat, kosmetik, dan bahan bakar.



Metode penekanan mekanik merupakan metode pengambilan minyak yang paling tua. Metode ini juga disebut dengan full pressing. Pada proses ini, minyak diambil dengan cara diperas dari padatan yang biasa disebut cake. Proses ini biasanya dilakukan setelah bahan diberi perlakuan awal dengan pemasakan atau pengeringan dengan tujuan untuk meningkatkan perolehan minyak. Pada umumnya, biji yang mengandung lebih dari30% minyak memerlukan penekanan untuk pengambilan minyaknya, baik penekanan saja maupun penekanan sebelum dilakukan proses ekstraksi. Jika yang dilakukan hanya penekanan saja tanpa ekstraksi, maka proses penekanan dilakukan sehingga semua



minyak terambil secara maksimal. Namun penekanan yang dilakukan sebelum proses ekstraksi bertujuan untuk mengambil sebagian saja minyak yang mudahterambil pada proses penekanan, baru kemudian sisa minyaknya diambil dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut. Penekanan



mekanik dapat dilaks anakan pada temperatur tinggi atau tempe ratur rendah. Penekanan pada suhu tinggi memiliki efisiensi yang lebih tinggi namun akan menghasilkan minyak dengan kualitas yang kurang baik karena ada kemungkinan minyak terdegradasi at au rusak. Sedangkan penekanan pada suhu re ndah memiliki efisiensi yang lebih r endah pula namun dapat menghasilkan minyak dengan kualitasyang lebih baik karena resiko degradasi minyak lebihkecil pada suhu rendah.



Tabel 1 berikut menampilkan sifat fisik dan sifatkimia m inyak kemiri berdasarkan Ketaren, 19 86.



Penekanan biji k emiri dilakukan secara mekanik, yaitu dengan menggunakan tekanan tetap yang telah ditentukan pada piston (100 kg/cm2 ). Biji ke miri yang telah diparut dimasukkan keddalam alat press, dan minyak kemiri yang kel uar ditampung pada bagian bawah ala t.Setelah penekanan berhasil dilakukan, minyak yang telah didapatkan masih terdap at sisa-sisa biji kemiri dan juga mengandung pengotor.Maka, dilakukan pemisahan ag ar minyak kemiri yang didapatkan bersih dari s isa biji kemiri dan pengotor.Pemisaha n minyak kemiri dilakukan dengan sentrifugas i.Minyak hasil penekanan kemudian di analisa.



A. Analisa Rendemen



Kecenderungan perolehan rendemen minyak kemiri semakin meningkat seiring naiknya temperature. Hal ini disebabkan semakin tinggi tempera tur, viskositas minyak akan turun seh ingga minyak lebih mudah keluar dari sel biji. Dari segi ukuran, ukuran serbuk -10+20 mesh memberikan hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan bi ji kemiri ukuran utuh. Hal ini disebabkan karena dinding sel biji kemiri akan lebih mudah pecah, pemanasan dan penekanan lebih merata untuk ukuran serbuk.



B. Analisa Massa Jenis



Massa jenis minyak kemiri ukuran utuh semakin menurun seiring bertambahnya temperatur. Hal ini dikarenakan semakin tinggi temperatur banyak air yang menguap, sehingga massa jenisnya turun. Sedangkan untuk ukuran serbuk, massa jenis minyak kemiri konstan.



C. Analisa Kadar Air



Kadar air pada minyak yang diinginkan adalah serendah mungkin karena kadar air yang tinggi dapat menyebabkan minyak mudah terhidrolisis sehingga membuat minyak mudah tengikdan rusak. Kadar air minyak kemiri ukuran utuh dan serbuk tidak memiliki kecenderungan data seiring bertambahnya temperatur. Kadar air terendah didapatkan pada temperatur paling tinggi yaitu 90⁰C. Hal ini disebabkan air banyak yang menguap pada temperatur tinggi.



D. Analisa Bilangan Peroksida



Bilangan peroksida adalah nilai terpenting untuk menentukan derajat kerusakan pada minyak. Asam lemak tidak jenuh dapat mengikat oksigen pada ikatan rangkapnya sehingga membentuk peroksida. Bilangan peroksida dapat ditentukan dengan metode iodometri (Ketaren,1986). Bilangan peroksida menunjukkan derajat kerusakan minyak, sehingga dengan semakin rendahnya bilangan peroksida maka minyak memiliki kualitas yang semakin baik.



Bilangan peroksida minyak kemiri ukuran utuh dan serbuk tidak memiliki kecenderungan data seiring bertambahnya temperatur. Namun, dari rata-rata hasil penelitian yang didapat, bilangan peroksida terendah didapat pada temperatur 90⁰C. Hal ini disebabkan dengan naiknya temperatur, kandungan air dalam minyak semakin kecil sehingga minyak sulit untuk teroksidasi maka nilai bilangan peroksida semakin kecil. Bilangan peroksida yang kecil menunjukkan minyak sulit rusak atau tengik. Dari segi ukuran, pemanasan yang tidak meratapada ukuran utuh menyebabkan kadar air lebih tinggi sehingga minyak teroksidasi dan menghasilkan bilangan peroksida yang tinggi. Selain itu, mungkin selama masa penyimpanan minyak kemiri ukuran utuhdan temperatur 30⁰C menyerap air yang mengakibatkan minyak menjadi teroksidasi.



BAB III



PENUTUP



3.1 Kesimpulan



Dapat disimpulkan bahwa ekstraksi adalah suatu metoda operasi yang digunakan dalam proses pemisahan suatu komponen dari campurannya dengan menggunakan sejumlah massa bahan (solven) sebagai tenaga pemisah.



Ekstraksi padat–cair atau Leaching adalah transfer difusi komponen terlarut dalam dari padatan inert ke dalam pelarutnya.



Dalam proses ekstraksi padat-cair diperlukan kontak yang sangat lama antara pelarut dan padatan, sehingga yang berperan penting dalam menentukan sempurnanya proses ekstraksi ini adalah sifat-sifat bahan alam tersebut dan juga bahan yang akan diekstraksi.



Bahan yang dapat diaplikasikan pada proses ekstraksi padat cair yaitu ada 2 diantara cengkeh dan kemiri. Dimana pada ekstraksi cengkeh didapat hasil waktu yang dicapai saat mengalami kesetimbangan pada proses ekstraksi padat-cair adalah 150 menit. Semakin besar volume pelarut semakin besar rendemen yaitu volumenya sebesar 600 ml dan 500 ml. Suhu ekstraksi 50oC menghasilkan rendemen lebih baik dari pada suhu ekstraksi 30oC pada waktu terbaik dan Kadar eugenol yang diperoleh 79%. Pada ekstraksi kemiri dihasilkan rendemen minyak kemiri semakin meningkat seiring naiknya temperatur, ukuran serbuk -10+20 mesh memberikan hasil yang lebih banyak dibandingkan dengan biji kemiri ukuran utuh. Massa jenis minyak kemiri ukuran utuh semakin menurun seiring bertambahnya temperature. Kadar air minyak kemiri ukuran utuh dan serbuk tidak memiliki kecenderungan data seiring bertambahnya temperatur. Kadar air terendah didapatkan pada temperatur paling tinggi yaitu 90⁰C. bilangan peroksida terendah didapat pada temperatur 90⁰C.



3.2 Saran



Berdasarkan pembahasan makalah yang telah dibuat para pembaca dapat mengaplikasikan proses ekstraksi padat cair pada bahan yang dapat menghaslkan minyak dan diharapkan para pembaca dapat melengkapi pembahasan yang telah dibuat agar informasinya lebih lengkap lagi.



DAFTAR PUSTAKA



Ariestya,dkk. 2010. Pengaruh Temperatur dan Ukuran Biji Terhadap Perolehan Minyak Kemiri Pada Ekstraksi Biji Kemiri Dengan Penekanan Mekanis. Jurusan Teknik Kimia. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Katolik Parahyangan. Bandung



Guenther, Ernest. 1987. Minyak Atsiri Jilid I. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.



Hidayati, Nur. ( 2003). Ekstraksi Eugenol dari Minyak Daun Cengkeh. Jurnal Teknik Gelagar. Vol. 14. No 2. Hal 108-114.



Ketaren, S. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan UI Press, Jakarta



Sastrohamidjojo, Hardjono. (2004)



Cetakan Pertama.



Kimia Minyak Atsiri.



Yogyakarta : Gajah Mada University Press.



Sudarmi, Sri dan Siswanti.2011.Koefisien Transfer Massa pada Ekstraksi Biji Paladengan Pelarut



Etanol.Prosiding



Seminar



Nasional



Teknik



Kimia “Kejuangan”



Pengembangan Teknologi Kimia untuk Pengolahan Sumber daya Alam Indonesia. Yogyakarta.



Tagora, dkk. 2012. Penentuan Kondisi Keseimbangan Unit Leachingpada ProduksiEugenol dari Daun Cengkeh.Fakultas Teknik. Universitas Sumatra Utara. Vol 1[1]



Tedjawicaksana,



Teddy.



2004.Pengaruh



Temperatur



dan



Jenis



Pelarut



terhadapPembuatan Minyak Kelapa Sawit dengan Ekstraksi Semikontinu. Laporan Hasil Penelitian. Departemen Teknik Kimia. Universitas Katolik Parahyangan. Bandung.



Muhammad Wasil di 1:54 AM Share



No comments: Post a Comment



‹ › Home



View web version About Me



Muhammad Wasil Alumni Teknologi Hasil Pertanian Universitas Jambi View my complete profile Powered by Blogger.