Laporan Praktikum Mikrobiologi [PDF]

  • Author / Uploaded
  • ahmad
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI MODUL PENGINDERAAN



Nama : Ahmad Dian Setiawan NIM : I1011141073



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA 2017



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Hidung merupakan struktur pertama untuk haluan udara yang kita hirup. Hidung dibentuk oleh tulang, kartilago hialin, dan jaringan ikat padat irregular yang ditutupi oleh kulit pada bagian luarnya. Rongga hidung dilapisi oleh mukosa yang secara histologik dan fungsional dibagi atas mukosa pernapasan (mukosa olfaktorius). Mukosa pernapasan terdapat pada sebagian besar rongga hidung dan permukaaannya dilapisi oleh epitel torak berlapis semu yang mempunyai silis ( ciliated peudostratified collumner epithelium ) dan di antaranya terdapat sel-sel goblet. Mukosa penghidu terdapat pada atap rongga hidung, konka superior dan sepertia berlapis semu tidak bersilia (pseudostratified collumner non ciliated epithelium) epitelnya dibentuk oleh tiga macam sel, yaitu sel, penunjang, sel basal dan sel reseptor penghidu. Daerah mukosa penghidu berwarna coklat kekuningan. Pada bagian yang lebih terkena aliran udara mukosanya lebih tebal dan kadangkadang terjadi metaplasia, menadi sel epitel skuamosa. Dalam keadaan normal mukosa respratori berwarna merah muda dan selalu basah karena diliputi oleh palut lender (mucous blanket) pada permukaannya.1 Sistem transport mukosilier merupakan system pertahanan aktif rongga hidung terhadap virus, bakteri, jamur atau partikel berbahaya lain yang terhirup bersama udara. Efektivitas sistem transpor mukosilier dipengaruhi oleh kualitas silia dan palut lendir. Palut lendir ini dihasilkan oleh sel-sel goblet pada pada epitel dan kelenjar seromusinosa subnukosa. Bagian bawah dari palut lender terdiri dari cairan serosa sedangkan bagian permukaan banyak mengandung protein plasma seperti albumin, IgG, IgM dan faktor komplemen. Sedangkan cairan serosa mengandung laktoferin, lisozim, inhi bitor lekoprotease sekretorik, dan IgA sekretorik (s-IgA).2 Hidung dan tenggorokan manusia memiliki banyak organisme yang beragam sebagai bagian dari flora normal. Bakteri tersebut dapat berupa bakteri aerob dan bakteri anaerob, yang berkembang dalam lingkungan yang hangat dan



lembab. Organisme - organisme ini diperkirakan memiliki salah satu fungsi yaitu melindungi hidung dan tenggorokan manusia dari organisme asing yang mungkin memasuki hidung. Flora normal hidung terdiri dari bakteri Corynebacterium, Bakteri Staphylococcus aureus, Bakteri Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus yang menonjol.3 Beberapa mikroorganisme yang non-patogen adalah Streptococcus, Neisseria, Haemophilus, dan Micrococcus. Beberapa mikroorganisme pathogen antara lain Staphylococcus aureus, Corynebacterium diphtheriae, Streptococcus pneumoniae, and Haemophilus influenzae. Jika sistem pertahanan tubuh kita berada dalam kondisi yang tidak baik, maka akan timbul berbagai gangguan di rongga hidung dan struktur disekitarnya. Adapun gangguan tersebut antara lain: rhinitis alergi, sinusitis, rhinosinusitis, polip hidung, faringitis, dan bahkan mengenai telinga tengah (otitis media). Mikroorganisme tersebut dapat kita ketahui dengan melakukan teknik sederhana seperti pengambilan spesimen hidung untuk dikultur di media pertumbuhan dan pewarnaan gram.4 Pada praktikum kali ini, praktikan akan melakukan teknik swab hidung untuk dikultur di medium pertumbuhan dan pewarnaan gram.



1.2



Tujuan 1. Melakukan teknik pengambilan spesimen hidung dengan benar 2. Mengidentifikasi mikroorganisme yang didapat dari hasil pewarnaan gram



BAB II METODE PRAKTIKUM



2.1 Alat dan Bahan 1. Swab steril. 2. Spekulum hidung. 3. Kapas alkohol. 4. Media kultur Nutrient Agar. 2.2 Prosedur Kerja Praktikum



ini dilakukan selama



dua hari. Pada hari pertama dilakukan



pengambilan spesimen hidung dan pembiakan pada medium pertumbuhan. Medium pertumbuhan yang digunakan merupakan nutrient agar. Adapun perincian metode kerja adalah sebagai berikut: 1. Praktikan mencuci tangan dan memakai handscoon. 2. Alat swab dimasukkan kedalam tabung berisi larutan NaCl lalu diangkat dari larutan tersebut dan diamkan sesaat didalam tabung agar alat swab tidak terlalu basah. 3. Praktikan memasukkan spekulum hidung pada hidung probandus (salah satu lubang hidung saja) dan asisten praktikan membantu menyinari probandus untuk kemudahan pengambilan spesimen. 4.



Alat swab dimasukkan melalui pembukaan spekulum hidung hingga setengah panjang alat swab masuk kehidung.



5. Alat swab diputar 360̊



kesatu arah untuk mendapatkan spesimen yang



maksimal 6. Alat swab dan spekulum hidung dikeluarkan satu persatu dari hidung probandus secara perlahan 7. Spesimen yang didapatkan lalu dibiakkan di nutrient agar dengan cara menggoreskan alat swab dengan pola 4 kuadran pada nutrient agar. 8. Nutrient agar lalu dibungkus dengan plastik putih dan diinkubasi semalaman 9. Mikroorganisme yang dibiakkan lalu dilakukan pewarnaan gram.



BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN



3.1 Hasil 3.1.1 Pengamatan Morfologi Koloni Pengamatan



Kelompok A1 A1 – Pria



A1 – Wanita



Bentuk



Bulat sedang



Bulat kecil



Warna



Putih krim



Putih krim



Tepian



Halus



Halus



Elevasi (ketinggian)



Cembung/konveks



Cembung/konveks



Morfologi Koloni



Pewarnaan gram : gram + , kokkus bergerombol



Pengamatan



Kelompok A2 A2 – Pria



A2 – Wanita



Bentuk



Bulat



Bulat



Warna



Putih



Putih



Tepian



Halus bergelombang



Halus



Elevasi (ketinggian)



Cembung/konveks



Cembung/konveks



Morfologi Koloni



Pewarnaan gram : gram + , kokkus bergerombol



Pengamatan



Kelompok B1 B1 – Pria



B1 – Wanita



Bentuk



Irregular



Bulat



Warna



Putih kekuningan



Putih kekuningam



Tepian



Berombak



Halus



Elevasi (ketinggian)



Datar



Cembung/konveks



Morfologi Koloni



Pewarnaan gram : gram + , kokkus bergerombol



Pengamatan Morfologi Koloni



Kelompok B2 B2 – Pria



B2 – Wanita



Bentuk



Bulat



Bulat



Warna



Putih



Putih



Kuning Tepian



Halus



Halus



Elevasi (ketinggian)



Cembung/konveks



Cembung/konveks



Pewarnaan gram : gram + , kokkus bergerombol



Pengamatan



Kelompok C1 C1 – Pria



C1 – Wanita



Bentuk



Bulat



Bulat



Warna



krim



Putih



Tepian



Halus



Halus



Elevasi (ketinggian)



Datar



Datar



Morfologi Koloni



Pewarnaan gram : gram + , kokkus bergerombol



Pengamatan



Kelompok C2 C2 – Pria



C2 – Wanita



Bentuk



Bulat



Bulat



Warna



Putih kekuningan



Putih kekuningan



Tepian



Halus



Halus



Elevasi (ketinggian)



Cembung/konveks



Cembung/konveks



Morfologi Koloni



Pewarnaan gram : gram + , kokkus bergerombol



3.1.2 Pengamatan Mikroskopik Hasil Pewarnaan Gram a. Pengamatan mikroskopik kelompok A1:



b. Pengamatan mikroskopik kelompok A2



c. Pengamatan mikroskopik kelompok B1



d. Pengamatan mikroskopik kelompok B2



e. Pengamatan mikroskopik kelompok C1



f. Pengamatan mikroskopik kelompok C2



3.2 Pembahasan Praktikum



ini dilakukan selama



dua hari. Pada hari pertama dilakukan



pengambilan spesimen hidung dan pembiakan pada medium pertumbuhan. Medium pertumbuhan yang digunakan merupakan nutrient agar. Terdapat enam kelompok yang



melakukan praktikum ini. Enam kelompok tersebut meliputi kelompok A1, kelompok A2, kelompok B1, kelompok B2, kelompok C1, dan kelompok C2. Enam kelompok masing-masing memiliki 2 orang probandus yaitu pria dan wanita yang bersedia untuk diambil sepesimen hidung dengan alat swab hidung. Spesimen yang didapatkan akan dibiakkan didalam media pertumbuhan nutrient agar dan dilakukan pewarnaan gram setelah diinkubasi semalaman. Hasil pengamatan morfologi koloni untuk enam kelompok didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda. Untuk bentuk, warna, tepian dan elevasi pada keenam kelompok praktikum memperlihatkan hasil yang tidak jauh berbeda yaitu bulat, putih, halus dan cembung/konveks. Hasil praktikum ini sesuai dengan literatur. Bakteri yang diisolasi tersebut kemungkinan merupakan bakteri Staphylococcus, karena gram positif berbentuk coccus dan bergerombol. Namun belum diketahui jenis bakteri tersebut. Untuk mengetahui jenis bakteri tersebut dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti dilakukan tes koagulase ataupun tes manitol salt agar, tes optochin maupun bacitracin untuk membedakan bakteri Staphylococcus Aureus, Staphylococcus epidermidis ataupun streptococcus.3 Bakteri Staphylococcus merupakan flora normal yang terdapat pada hidung, tenggorokan, dan kulit. Pada jumlah yang normal, bakteri ini tidak akan menyebabkan kelainan. Namun, jumlah koloni bakteri yang berlebihan dapat menyebabkan infeksi hidung.1 Beberapa organisme selain Staphylococcus aureus yang hidup di hidung meliputi Streptococcus, Neisseria, Haemophilus, Micrococcus, Staphylococcus aureus, Corynebacterium diphtheriae, Streptococcus pneumoniae, and Haemophilus influenzae. Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram negatif yang berbentuk seperti anggur. Dinamakan Staphylococcus aureus karena koloni yang terbentuk bewarna kekuningan (aureus = emas). Bakteri ini tumbuh baik pada kondisi dengan tekanan osmotik yang tinggi dan kelembapan yang rendah sehingga ini dapat menjelaskan mengapa dia dapat tumbuh dan bertahan hidup di sekresi hidung (banyak dari kita mengandung bakteri ini di nostril) dan kulit. Pigmen kekuningan kemungkinan memberikan beberapa proteksi dari efek antimikroba dari matahari.5



BAB IV KESIMPULAN



Dari hasil praktikum pengambilan spesimen hidung dan pewarnaan gram dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pemeriksaan swab dapat digunakan untuk mengidentifikasi mikroorganisme yang terdapat pada hidung. 2. Pada pengamatan morfologi koloni bakteri didapatkan hasil bahwa: a. Koloni pada kelompok A1 baik pria dan wanita memiliki bentuk, warna, tepian dan elevasi: bulat, putih krim, halus, dan cembung. b. Koloni pada kelompok A2 baik pria dan wanita memiliki bentuk, warna, tepian dan elevasi: bulat, putih, halus, dan cembung. c. Koloni pada kelompok B1 baik pria dan wanita memiliki bentuk, warna, tepian dan elevasi: irregular/bulat (pria/wanita), putih kekuningan, halus dan cembung. d. Koloni pada kelompok B2 baik pria dan wanita memiliki bentuk, warna, tepian dan elevasi: bulat, putih, halus dan cembung. e. Koloni pada kelompok C1 baik pria dan wanita memiliki bentuk, warna, tepian dan elevasi: bulat, krim/putih (pria/wanita), halus dan datar. f. Kelompok pada kelompok C2 baik pria dan wanita memiliki bentuk, warna, tepian dan elevasi: bulat, putih kekuningan, halus dan cembung. 3. Hasil pemeriksaan 6 probandus menunjukkan pertumbuhan flora normal pada hidung, yaitu bakteri gram positif dengan bentuk bakteri kokkus bergerombol mirip buah anggur. Bentuk bakteri seperti ini memiliki struktur yang mirip dengan Staphylococcus aureus. yaitu Coccus gram positif, untuk mengetahui jenis bakteri dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut.



DAFTAR PUSTAKA



1. Netter F.H, ed. Atlas of Human Anatomy, 4t Edition. New York : Elsevier; 2006. p. 32-36 2. Kushnir N.M, Kaliner M.A, eds. Rhinitis Medikamentosa [ online ]. 2011. [ cited 2011 October 25 ]. Available from URL: http://www.medscape.com 3. Jawetz; Melnick; dan Adelberg's. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba. Medika.2005 4. Bauman RW. Microbiology with disease by body system. 4th Ed. United State of America : PEARSON; 2015 5. Tortora GJ, funke BR, case CL. Microbiology an introduction.. United State of America : PEARSON; 2016



LAMPIRAN



1. Kelompok A1



2. Kelompok A2



3. Kelompok B1



4. Kelompok B2



5. Kelompok C1



6. Kelompok C2