19 0 939 KB
LAPORAN PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI MODUL 5 “LINGKUNGAN KERJA FISIK” Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Program Strata Satu Jurusan Teknik Industri
Disusun Oleh : TI RP 17 C – KELOMPOK 1 Feni Eka Krisnawidyawati
17113036
Hafidz N Ariyanto
17113043
Revanda Alfarel
17113078
Sandi Riyanto
17113088
Yuniar Dita A
17113101
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG 2019
LAPORAN PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI MODUL 5 “LINGKUNGAN KERJA FISIK” Diajukan untuk Memenuhi Tugas Praktikum Perancangan Sistem Kerja dan Ergonomi Program Strata Satu Jurusan Teknik Industri
Disusun Oleh : TI RP 17 C – KELOMPOK 1 Feni Eka Krisnawidyawati
17113036
Hafidz N Ariyanto
17113043
Revanda Alfarel
17113078
Sandi Riyanto
17113088
Yuniar Dita A
17113101
PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI BANDUNG 2019
i
RINGKASAN Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor – factor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia.Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi. Adapun praktikum ini bertujuan untuk : 1. Memahami kondisi pencahayaan, kebisingan dan temperatur dari lingkungan kerja fisik. 2. Mampu menghitung Rata – rata dan Standar Deviasi dari kondisi lingkungan kerja fisik.
ii
KATA PENGANTAR Alhamdulillah Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja ini dengan lancar tanpa adanya hambatan apapun. Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas. Demikian Laporan Praktikum Perancangan Sistem Kerja ini kami buat, atas bantuan dari berbagai pihak, kami ucapkan terima kasih. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada: 1. Bapak Teguh Apriyanto, S.T., M.T. selaku Dosen Praktikum Perancangan Sistem Kerja. 2. Asisten Laboratorium Saran dan kritik yang bersifat membangun selalu kami harapkan, agar dapat menjadi koreksi dan menyempurnakan laporan ini kedepannya. Billahi taufik wal hidayah . Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandung, 20 April 2019
Penyusun
iii
I-3
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………..…….i RINGKASAN ........................................................................................................ ii KATA PENGANTAR .................................................................................................. iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... I-1 1.1 Latar Belakang ................................................................................................ I-1 1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... I-1 1.3 Identifikasi Masalah ........................................................................................ I-1 1.4 Batasan Praktikum .......................................................................................... I-2 1.5 Tujuan Praktikum ............................................................................................ I-2 1.6 Manfaat Praktikum .......................................................................................... I-2 1.7 Sistematika Penulisan ..................................................................................... I-2 BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................... II-4 2.1 Lingkungan Kerja Fisik ..…………………………………………………...II-4 2.2 Pencahayaan…………………………...……………………………………II-4 2.3 Kebisingan……...……..…………………………………………………….II-4 2.4 Temperatur….....……..……………………………………………………..II-4 BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ............................. III-6 3.1 Pengumpulan Data ....................................................................................... III-6 3.1.1 Algoritma ............................................................................................ III-6 3.1.2 Flowchart ............................................................................................ III-6 3.1.3 Alat dan Bahan .................................................................................... III-7 3.1.4 Langkah Kerja Praktikum ................................................................... III-7 3.1.5 Pelaksanaan Praktikum.…………………...………………................III-8 3.1.6 Layout Praktikum ................................................................................ III-7 3.1.7 Data Hasil Pengamatan ....................................................................... III-7 3.1.7.1 Data Hasil Pengamatan Tes Pencahayaan............................... III-7 3.1.7.2 Data Hasil Pengamatan Tes Kebisingan ................................. III-7 3.1.7.3 Data Hasil Pengamatan Tes Temperatur ................................. III-7
iii
I-3
3.2.Pengolahan Data........................................................................................... III-7 3.2.1 Data Hasil Perhitugan pada Tes Pencahayaan .................................... III-7 3.2.2 Data Hasil Perhitugan pada Tes Kebisingan ....................................... III-7 BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN……………….....…….IV-28 4.1 Analisis……………………………………………………............………IV4.2 Pembahasan………………………………………………………………IV-28 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………...…...….V-30 5.1 Kesimpulan…………………………………………………………..……V-30 5.2 Saran………………………………………………………………………V-30 LAMPIRAN ........................................................................................................ L-1 LEMBAR REVISI
iii
I-3
DAFTAR TABEL
iii
I-3
DAFTAR GAMBAR
iii
I-3
DAFTAR LAMPIRAN
iii
I-3
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Industrialisasi akan selalu diikuti oleh penerapan teknologi tinggi,
penggunaan bahan dan peralatan yang semakin kompleks dan rumit. Namun demikian, penerapan teknologi tinggi dan penggunaan bahan dan peralatan yang beraneka ragam dan kompleks tersebut sering tidak diikuti oleh kesiapan SDM-nya. Keterbatasan manusia sering menjadi faktor penentu terjadinya musibah seperti; kecelakan, kebakaran, peledakan, pencemaran lingkungan dan timbulnya penyakit akibat kerja. Kondisi-kondisi tersebut ternyata telah banyak mengakibatkan kerugian jiwa dan material, baik bagi pengusaha, tenaga kerja, pemerintah dan bahkan masyarakat luas. Untuk mencegah dan mengendalikan kerugian-kerugian yang lebih besar, maka diperlukan langkah-langkah tindakan yang mendasar dan prinsip yang dimulai dari tahap perencanaan. Sedangkan tujuannya adalah agar tenaga kerja mampu mencegah dan mengendalikan berbagai dampak negatif yang timbul akibat proses produksi. Sehingga akan tercipta lingkungan kerja yang sehat, nyaman, aman dan produktif. Di tempat kerja, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti; faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja. Menurut Manuaba (1992a) bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat dibutuhkan oleh pekerja untuk dapat bekerja secara optimal dan produktif. Oleh karena itu lingkungan kerja harus ditangani atau didesain sedemikian rupa sehingga menjadi kondusif terhadap pekerja untuk melaksanakan kegiatan dalam suasana yang aman dan nyaman. Pada bagian ini hanya akan dibahas tentang faktor fisik lingkungan kerja seperti mikroklimat, kebisingan dan penerangan. Evaluasi lingkungan dilakukan dengan cara pengukuran kondisi tempat kerja dan mengetahui respon pekerja terhadap paparan lingkungan kerja.
iii
I-3
1.2
Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan Lingkungan Kerja Fisik (LFK) ? 2. Bagaimana cara perhitungan Tes Pencahayaan dan Tes Kebisingan ?
1.3
Batasan Praktikum 1. Praktikum dilaksanakan di Ruang 2.8 Kampus STTBandung 2. Penelitian dilakukan dalam menggunakan waktu 1 menit disetiap 10 penelitian 3. Praktikum yang dilakukan adalah penelitian Tes Pencahayaan menggunakan Lux Meter, Tes Keisingan dengan Sound Level Meter, Tes Temperatur menggunakan Humandity and Temperature Meter.
1.4
Tujuan Praktikum 1. Memahami kondisi pencahayaan, kebisingan dan temperatur dari Lingkungan Kerja Fisik. 2. Mampu menghitung sebuah perhitungan Tes Pencahayaan dan Tes Kebisingan dari kondisi Lingkungan Kerja Fisik (LFK).
1.5
Manfaat Praktikum 1. Bagi Mahasiswa Mampu memahami konsep lingkungan kerja fisik serta perhitungan dan penerapan Lingkungan Kerja Fisik 2. Bagi Perguruan Tinggi Mampu menyediakan SDM dengan kemampuan dan keterampilan yang dibutuhkan di dunia industri. 3. Bagi Masyarakat Mampu Mempermudah pekerjaan di dunia industri dalam membuat suatu rancangan sistem kerja
1.6
Sistematika Penulisan Sistematika penulisan praktikum yang digunakan adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, tujuan dan manfaat serta sistematika penulisan laporan praktikum.
iii
I-3
BAB II LANDASAN TEORI Berisi tentang teori dasar sebagai acuan dalam praktikum ini.
iii
BAB III PENGUMPULAN PENGOLAHAN DATA Berisi tentang alat dan bahan praktikum,prosedur praktikum, data pengamatan dan pengolahan data pada objek.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Berisi tentang analisis dan pembahasan dari bab iii.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan dan saran
iii
BAB II LANDASAN TEORI 2.1
Lingkungan Kerja Fisik Sedarmayanti (2001) seperti dikutip Analisa (2011) menyatakan bahwa
lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang terdapat di sekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Komarudin (2002) seperti dikutip Analisa (2011) mendefinisikan lingkungan kerja fisik sebagai keseluruhan atau setiap aspek dari gejala fisik sosial-kultural yang mengelilingi atau mempengaruhi individu. Nitisemito (2002) seperti dikutip Analisa (2011) mendefinisikan lingkungan kerja fisik sebagai segala sesuatu yang ada di sekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas-tugas yang dibebankan, misalnya penerangan, suhu udara, ruang gerak, keamanan, kebersihan, musik dan lain-lain. Menurut Sarwono (2005) “Lingkungan kerja fisik adalah tempat kerja pegawai melakukan aktivitasnya”. Lingkungan kerja fisik mempengaruhi semangat dan emosi kerja para karyawan. Faktor-faktor fisik ini mencakup suhu udara di tempat kerja, luas ruang kerja, kebisingan, kepadatan, dan kesesakan. Faktor – factor fisik ini sangat mempengaruhi tingkah laku manusia. Selanjutnya menurut Sarwono menyatakan “Peningkatan suhu dapat menghasilkan kenaikan prestasi kerja tetapi dapat pula malah menurunkan prestasi kerja”. Berdasarkan definisi tersebut bahwa lingkungan kerja fisik adalah segala sesuatu yang ada di sekitar tempat kerja karyawan lebih banyak berfokus pada benda-benda dan situasi sekitar tempat kerja sehingga dapat mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya. Masalah lingkungan kerja dalam suatu organisasi sangat penting, dalam hal ini diperlukan adanya pengaturan maupun penataan faktor-faktor lingkungan kerja fisik dalam penyelenggaraan aktivitas organisasi. 2.2
Pencahayaan Penerangan yang baik adalah penerangan yang memungkinkan tenaga kerja
dapat melihat objek - objek yang dikerjakan secara jelas, cepat dan tanpa upaya upaya yang tidak perlu (Suma’mur, 1984). Penerangan yang cukup dan diatur secara baik juga akan membantu menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat memelihara kegairahan kerja. Telah kita ketahui iii
hampir semua pelaksanaan pekerjaan melibatkan fungsi mata, di mana sering kita temui jenis pekerjaan yang memerlukan tingkat penerangan tertentu agar tenaga kerja dapat dengan jelas mengamati objek yang sedang dikerjakan. Intensitas penerangan yang sesuai dengan jenis pekerjaannya jelas akan dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sanders & McCormick (1987) menyimpulkan dari hasil penelitian pada 15 perusahaan, di mana seluruh perusahaan yang diteliti menunjukkan kenaikan hasil kerja antara 4-35%. Selanjutnya Armstrong (1992) menyatakan bahwa intensitas penerangan yang kurang dapat menyebabkan gangguan visibilitas dan eyestrain. Sebaliknya intensitas penerangan yang berlebihan juga dapat menyababkan glare; reflections; excessive shadows; visibility & eyestrain. Tenaga kerja di samping harus dengan jelas dapat melihat objek-objek yang sedang dikerjakan juga harus dapat melihat dengan jelas pula benda / alat dan tempat di sekitarnya yang mungkin mengakibatkan kecelakaan. Maka penerangan umum harus memadai. Dalam suatu pabrik di mana banyak terdapat mesin - mesin dan proses pekerjaan yang berbahaya maka penerangan harus didesain sedemikian rupa sehingga dapat mengurangi kecelakaan kerja. Pekerjaan yang berbahaya harus dapat diamati dengan jelas dan cepat, karena banyak kecelakaan terjadi akibat penerangan yang kurang memadai. Standar Penerangan di Tempat Kerja a) Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan di lingkungan perusahaan harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 20 lux. b) Penerangan untuk pekerjaan-pekerjaan yang hanya membedakan barang kasar dan besar paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 50 lux. c) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas lalu paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 100 lux. d) Penerangan untuk pekerjaan yang membeda-bedakan barang kecil agak teliti paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 200 lux. e) Penerangan untuk pekerjaan yang membedakan dengan teliti dari barang-barang yang kecil dan halus, paling sedikit mempunyai intensitas penerangan 300 lux. f) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang halus dengan kontras yang sedang dalam waktu yang lama, harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 500 - 1.000 lux.
iii
g) Penerangan yang cukup untuk pekerjaan membeda-bedakan barang yang sangat halus dengan kontras yang kurang dan dalam waktu yang lama, harus mempunyai intensitas penerangan paling sedikit 2.000 lux. 2.3
Kebisingan Kebisingan adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki yang bersifat
menggangu pendengaran dan bahkan dapat menurunkan daya dengar seseorang yang terpapar (WHS, 1993). Sedangkan definisi kebisingan menurut Kepmennaker (1999) adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi dan atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Suara atau bunyi dapat dirasakan oleh indra pendengaran akibat adanya rangsangan getaran yang datang melalui media yang berasal dari benda yang bergetar. Menurut Suma’mur (1984) dan WHS (1993) bahwa dari segi kualitas bunyi, terdapat dua hal yang menentukan yaitu frekuensi suara dan intensitas suara. Frekuensi dinyatakan dalam jumlah getaran per detik atau Herz (Hz) yaitu jumlah getaran yang sampai ke telinga setiap detiknya. Sedangkan intensitas atau arus enegi lazimnya dinyatakan dalam desibel (dB) yaitu perbandingan antara kekuatan dasar bunyi (0,0002 dyne/cm2) dengan frekuensi (1.000 Hz) yang tepat dapat didengar oleh telinga normal. Mengingat desibel yang diterima oleh telinga merupakan skala logaritmis, maka tingkat kebisingan 3 dB di atas 60 dB pengaruhnya akan berbeda dengan 3 dB di atas 90 dB. Sumber Kebisingan dan Cara Penilaiannya. Sumber kebisingan di perusahaan biasanya berasal dari mesin-mesin untuk proses produksi dan alat-alat lain yang dipakai untuk melakukan pekerjaan. Contoh sumber-sumber kebisingan di perusahaan baik dari dalam maupun dari luar perusahaan seperti:
Generator, mesin diesel untuk pembangkit listrik
Mesin-mesin produksi
Mesin potong, gergaji, serut di perusahaan kayu
Ketel uap atau boiler untuk pemanas air
Alat-alat lain yang menimbulkan suara dan getaran seperti alat pertukangan
Kendaraan bermotor dari lalu lintas dll.
iii
Sumber-sumber suara tersebut harus selalu diidentifikasi dan dinilai kehadirannya agar dapat dipantau sedini mungkin dalam upaya mencegah dan mengendalikan pengaruh pemaparan kebisingan terhadap pekerja yang terpapar. Pengaruh Kebisingan Pengaruh pemaparan kebisingan secara umum dapat dikategorikan menjadi dua yang didasarkan pada tinggi rendahnya intensitas kebisingan dan lamanya waktu pemaparan. Pertama, pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) dan kedua, adalah pengaruh pemaparan kebisingan intensitas rendah (di bawah NAB) (Sanders & McCormick, 1987; Pulat, 1992 dan WHS, 1993). a) Pengaruh Kebisingan Intensitas Tinggi Pengaruh pemaparan kebisingan intensitas tinggi (di atas NAB) adalah terjadinya kerusakan pada indera pendengaran yang dapat menyebabkan penurunan daya dengar baik yang bersifat sementara maupun bersifat permanen atau ketulian. Sebelum terjadi kerusakan pendengaran yang permanen, biasanya didahului dengan pendengaran yang bersifat sementara yang dapat mengganggu b) Pengaruh Kebisingan Intensitas Rendah. Tingkat intensitas kebisingan rendah atau di bawah NAB banyak ditemukan di lingkungan kerja seperti perkantoran, ruang administrasi perusahaan dll. Intensitas kebisingan yang masih di bawah NAB tersebut secara fisiologis tidak menyebabkan kerusakan pendengaran. Namun demikian, kehadiranya sering dapat menyebabkan penurunan performansi kerja, sebagai salah satu penyebab stress dan gangguan kesehatan lainnya. Stress yang disebabkan karena pemaparan kebisingan dapat menyebabkan terjadinya kelelahan dini, kegelisahan dan depresi. Secara spesifik stress karena kebisingan tersebut dapat menyebabkan antara lain: a) Stress menuju keadaan cepat marah, sakit kepala, dan gangguan tidur b) Gangguan reaksi psikomotor c) Kehilangan konsentrasi d) Gangguan komunikasi antara lawan bicara e) Penurunan performansi kerja yang kesemuanya itu akan bermuara pada kehilangan efisiensi dan produktivitas kerja
iii
2.4
Temperatur Dalam kondisi normal, setiap anggota tubuh manusia mempunyai
temperature yang berbeda-beda. Pada dasarnya suu anggota tubuh manusia konstan dengan sedikit fluktuasi di sekitar 37o C. Suhu tersebut terdapat dibagian dalam dari otak, jantung, dan organ dalam tubuh (suhu inti = core temperature). Suhu inti yang konstan diperlukan agar alat-alat tersebut dapat berfungsi dengan normal, sedangkan perubahan yang signifikan tidak baik karena tidak kompatibel dengan kehidupan dari makhluk yang berdarah panas. Menurut penyelidikan untuk berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda-beda seperti berikut : Tabel 2.1 Pengaruh Tingkat Temperatur Terhadap Manusia Temperatur Kurang lebih 49ºC
Pengaruh Terhadap Manusia Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi jauh di atas tingkat kemampuan fisik dan mental. Lebih kurang 30ºC aktiviatas mental dan daya tanggap cenderung membuat kesalahan dalam pekerjaan. Timbul kelelahan fisik.
Kurang dari 30ºC
Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan, timbul kelelahan fisik
Kurang lebih 24ºC
Kondisi optimum (normal) bagi manusia
Kurang dari 24ºC
Kelakuan fisik yang ekstrim mulai muncul
iii
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data pada praktikum modul ke-5 tentang Lingkungan Kerja Fisik 3.1.1 Algortima 1. Persiapkan Alat dan Bahan 2. Operator melakukan semua pembongkaran Stecker terlebih dahulu dalam waktu tertentu 3. Operator melakukan semua perakitan Stecker dalam waktu 1 menit setiap 10 waktu, sembari melakukan pembongkaran Stecker untuk dirakitkan kembali 4. Pencatat mencatat semua data pada lembaran pengamatan setelah melakukan perakitan Stecker 5. Mengolah data saat melakukan perakitan dan saat melakukan pembongkaran 6. Menganalisis pengolahan data yang telah didapatkan 7. Berakhirnya kegiatan praktikum 3.1.2 Flowchart
Gambar 3.1 Flowchart
iii
3.1.3
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam parktikum a. Alat : Tabel 3.1 Alat Praktikum No
Nama
Gambar
1
Lux Meter
Alat untuk mengukur pencahayaan
2
Humandity and Temperature Meter
Alat untuk mengukur suhu
3
Sound Level Meter
Alat untuk mengukur kebisingan
4
Stopwatch
Alat untuk mengukur waktu
5
Meteran
Alat untuk mengukur panjang
iii
Keterangan
6
Alat untuk mengencangkan atau mengendurkan baut
Obeng
b. Bahan : Tabel 3.2 Bahan Praktikum No
1
Nama
Gambar
Keterangan
Produk yang dirakit
Stecker
3.1.4 Langkah Kerja Praktikum 1. Persiapkan Alat dan Bahan 2. Operator melakukan semua perakitan Stecker dalam waktu 1 menit setiap 10 waktu 3. Mencatat semua data pada lembaran pengamatan 4. Menghitung tes pencahayaan dan menghitung tes kebisingan 5. Membuat tabel tes pencahayaan, tes kebisingan dan tes temperatur 6. Menghitung Rata – rata dan Standar Deviasi
3.1.5 Pelaksanaan Praktikum Praktikum Perancangan Sistem Kerja Dan Ergonomi mengenai Lingkungan Kerja Fisik dilaksanakan pada : Hari : Sabtu, 20 April 2019 Jam : 12:00 – 13:45 Tempat : Ruang kelas 2.8, Kampus 1 Sekolah Tinggi Teknologi Bandung
iii
3.1.6 Layout Praktikum
Obeng
Mur dan Baut
Kuningan
Badan Stecker
Operator
Jarak = 37 cm
3.1.7 Data Hasil Pengamatan 3.1.7.1 Data Hasil Pengamatan Tes Pencahayaan Cahaya : Gelap Lux 1 : 0 Lux Jumlah lampu : 0 Tabel 3.1 Tes pencahayaan dengan cahaya gelap Jumlah Intensitas Waktu No Produk Cahaya (s) (buah) (lux) 1 60 2 0 2 60 2 0 3 60 3 0 4 60 3 0 5 60 3 0 6 60 3 0 7 60 4 0 8 60 4 0 9 60 4 0 10 60 3 0 3.1 0 Rata-rata Standar 0,667424 0 Deviasi Data pada tes pencahayaan dengan pencahayaan yang gelap dari urutan 1 hingga 10 dengan waktu 60 detik yang memilik nilai intensitas cahaya 0 Lux.
Cahaya : Normal Lux 2 : 15,38 Lux Jumlah lampu : 1 buah iii
Tabel 3.2 Tes pencahayaan dengan cahaya normal Jumlah Intensitas Waktu No Produk Cahaya (s) (buah) (lux) 11,7 1 60 4 10,9 2 60 3 13 3 60 4 15,5 4 60 5 19,2 5 60 5 18,5 6 60 5 18,5 7 60 5 17,3 8 60 3 10,8 9 60 5 18,4 10 60 4 Rata-rata Standar Deviasi
4,3
15,38
0,78102 3,273164
Data pada tes pencahayaan dengan pencahayaan yang normal dari urutan 1 hingga 10 dengan waktu 60 detik yang memilik nilai intensitas cahaya sebesar15,38 Lux Cahaya : Terang Sekali Lux 3 : 88,854 Lux Jumlah lampu : 3 buah Tabel 3.3 Tes pencahayaan dengan cahaya terang sekali Jumlah Intensitas Waktu No Produk Cahaya (s) (buah) (lux) 1 60 5 80,04 2 60 5 93,09 3 60 5 80,08 4 60 5 90,02 5 60 4 84,03 6 60 6 95,07 7 60 5 93,01 8 60 6 93,03 9 60 5 89,09 10 60 6 91,08 5,2 88,854 Rata-rata Standar Deviasi
0,6
5,249806
Data pada tes pencahayaan dengan pencahayaan yang terang sekali dari urutan 1 hingga 10 dengan waktu 60 detik yang memilik nilai intensitas cahaya sebesar 88,854 Lux
iii
3.1.7.2 Data Hasil Pengamatan Tes Kebisingan Keadaan
: Hening
Suara
: 64,76 Db Tabel 3.4 Tes kebisingan dengan keadaan hening Jumlah Produk (buah)
Intensitas Kebisingan (dB)
1 60 2 60 3 60 4 60 5 60 6 60 7 60 8 60 9 60 10 60 Rata-rata
3 4 3 3 5 4 5 4 4 5 4
54,5 73,1 54,9 56,4 73,6 71,7 65,8 71,4 55,4 70,8 64,76
Standar Deviasi
0,774597
7,9843848
No
Waktu (s)
Data pada tes kebisingan dengan kebisingan yang hening dari urutan 1 hingga 10 dengan waktu 60 detik yang memilik nilai intensitas cahaya sebesar 64,76 Db Keadaan
: Normal
Suara
: 77,4 Db Tabel 3.5 Tes kebisingan dengan keadaan normal No
Waktu (s)
Jumlah Produk (buah)
Intensitas Kebisingan (dB)
1 2 3 4 5 6 7 8 9
60 60 60 60 60 60 60 60 60
6 5 5 6 6 7 7 6 6
77,3 69,3 78,7 74,8 71,7 78,9 82,2 74,1 83,7
iii
10 60 Rata-rata
7 6,1
83,3 77,4
Standar Deviasi
0,7
4,660901
Data pada tes kebisingan dengan kebisingan yang normal dari urutan 1 hingga 10 dengan waktu 60 detik yang memilik nilai intensitas cahaya sebesar 77,4 Db
Keadaan
: Bising
Suara
: 81,13 Db Tabel 3.6 Tes kebisingan dengan keadaan bising Jumlah Produk (buah)
Intensitas Kebisingan (dB)
1 60 2 60 3 60 4 60 5 60 6 60 7 60 8 60 9 60 10 60 Rata-rata
8 7 6 6 7 7 7 6 7 5 6,6
79,3 83 86,2 86,3 81,6 82,1 79,7 78,7 75,5 78,9 81,13
Standar Deviasi
0,8
3,241311
No
Waktu (s)
Data pada tes kebisingan dengan kebisingan yang bising dari urutan 1 hingga 10 dengan waktu 60 detik yang memilik nilai intensitas cahaya sebesar 81,13 Db
3.1.7.3 Data Hasil Pengamatan Tes Temperatur Keadaan
: Dingin
Temperatur
: 23,88 ̊ C Tabel 3.7 Tes Temperatur dengan keadaan dingin No
Waktu (s)
Jumlah Produk (buah)
iii
Suhu (C)
1 60 2 60 3 60 4 60 5 60 6 60 7 60 8 60 9 60 10 60 Rata-rata Standar Deviasi
3 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4
23,6 23,7 24,1 24,2 23,7 23,6 24 23,7 24,4 23,8 23,88
0,632456 0,2638181
Data pada tes temperatur dengan temperatur yang dingin dari urutan 1 hingga 10 dengan waktu 60 detik yang memilik nilai suhu sebesar 23,88 ̊ C
Keadaan
: Normal
Temperatur
: 25,85 ̊ C Tabel 3.8 Tes Temperatur dengan keadaan normal Jumlah Produk (buah)
Suhu (C)
1 60 2 60 3 60 4 60 5 60 6 60 7 60 8 60 9 60 10 60 Rata-rata
5 5 5 6 5 7 7 5 6 5 5,6
24,9 25,9 26,5 26,1 26,3 26,7 25,9 25,3 25,2 25,7 25,85
Standar Deviasi
0,8
0,553624
No
Waktu (s)
Data pada tes temperatur dengan temperatur yang dingin dari urutan 1 hingga 10 dengan waktu 60 detik yang memilik nilai suhu sebesar 25,85 ̊ C
iii
Keadaan
: Panas
Temperatur
: 26,88 ̊ C Tabel 3.9 Tes Temperatur dengan keadaan panas Jumlah Produk (buah)
Suhu (C)
1 60 2 60 3 60 4 60 5 60 6 60 7 60 8 60 9 60 10 60 Rata-rata
6 7 5 5 5 6 3 4 4 3 4,8
26 26,4 26,6 26,9 27,2 27 27 27,1 27 27,6 26,88
Standar Deviasi
1,249
0,423792
No
Waktu (s)
Data pada tes temperatur dengan temperatur yang dingin dari urutan 1 hingga 10 dengan waktu 60 detik yang memiliki nilai suhu sebesar 26,88 ̊ C
3.2 Pengolahan Data 3.2.1 Data Hasil Perhitungan Tes Pencahayaan a. Hasil Perhitungan pada Tes Pencahayaan secara keseluruhan. N=
=
= =
Ex LxW x LLF x Cu x n 250 𝑥 3.17 𝑥 8.55 1350 𝑥 0.8 𝑥 50% 𝑥 3 250 𝑥 3.17 𝑥 8.55 1350 𝑥 0.8 𝑥 0.5 𝑥 3 6,775.88 1620
= 4.18
iii
3.2.2 Data Hasil Perhitungan pada Tes Kebisingan a. Hasil Perhitungan pada Tes Kebisingan secara keseluruhan. 𝑙1 Ltotal = 10 log (∑𝑛𝑖=1 1010 ) 𝑙1 𝑙2 𝑙3 = 10 log (1010 + 1010 + 1010 ) 79.9 84.8 92.9 = 10 log (1010 + 1010 + 1010 )
= 10 log (107.99 + 108.48 + 109.29 ) = 10 log (2.349.563.494) = 93.71 dBA
iii
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1
Analisis Pada penempatan barang-barang di depan operator badan stecker terletak di
sebelah kanan operator karena dominan operator menggunakan tangan kanan sehinga memudahkan operator mengambil badan stecker, kemudian tata letak pengambilan kuningan disebelah badan stecker karena memudahkan pengambilan kuningan tersebut, bagian selanjutnya pengambilan mur dan baut terletak di sebelah obeng berada di depan kiri operator karena memudahkan jangkaun operator, kemudian obeng berada di sebelah kiri operator karena agar berurutan dari step awal hingga akhir pengambilan alat yang akan dirakit tersebut. 4.2
Pembahasan Untuk jumlah produk tes pencahayaan dengan 10 kali percobaan dalam
kondisi gelap, normal dan terang sekali. Rata-rata dari kondisi gelap mendapatkan jumlah produk sebesar 3,1 kemudian rata-rata dari kondisi normal mendapatkan jumlah produk sebesar 4,3 dan rata-rata dari kondisi terang sekali mendapatkan jumlah produk sebesar 5,2. Hasil dari produk yang didapat pada 3 kondisi tersebut berbeda karena dari kondisi cahaya mempengaruhi aktivitas kerja atau perakitan produk, sehingga pada kondisi gelap produk yang dihasilkan lebih sedikit dari kondisi cahaya yang normal maka kecepatan dalam merakit semakin lama. Untuk kondisi normal yang dihasilakan lebih banyak dari kondisi gelap dan kurang dari kondisi terang sekali, sehingga hasil yang didapatkan meningkat dari kondisi gelap akibat dari faktor kondisi operator yang mulai terbiasa mencoba perakitan obyek tersebut. Kemudian untuk kondisi terang sekali mendapatkan hasil yang sangat tinggi diantara 3 kondisi tersebut, diakibatkan faktor cahaya yang terang sekali dan kondisi operator yang sudah terbiasa melakukan perakitan obyek tersebut sehingga hasil yang didapat lebih besar. Pada kondisi kebisingan jumlah produk pada tes kebisingan dengan 10 kali percobaan dalam kondisi hening, normal dan bising. Rata-rata dari kondisi yang hening mendapatkan jumlah produk sebesar 4 kemudian rata-rata dari kondisi normal mendapatkan jumlah produk sebesar 6,1 dan rata-rata dari kondisi bising mendapatkan jumlah produk sebesar 6,6. Maka hasil dari produk yang didapat pada
iii
3 kondisi tersebut berbeda karena dari kondisi kebisingan mempengaruhi aktivitas kerja atau perakitan produk tersebut, sehingga pada kondisi hening produk yang dihasilkan lebih sedikit dari kondisi normal, maka kecepatan dalam merakit semakin lama juga dari faktor operator tersebut yang tidak menyukai keheningan. Untuk kondisi normal yang dihasilakan lebih banyak dari kondisi hening dan kondisi bising, sehingga hasil yang didapatkan meningkat dari kondisi hening juga akibat dari faktor kondisi operator yang mulai terbiasa mencoba perakitan obyek tersebut. Lalu untuk kondisi bising mendapatkan hasil kurang dari kondisi normal, karena faktor kebisingan dalam ruangan tersebut membuat operator tidak fokus dalam proses perakitan. Pada temperatur jumlah produk pada tes temperatur dengan 10 kali percobaan dalam kondisi dingin, normal dan panas. Rata-rata dari kondisi yang dingin mendapatkan jumlah produk sebesar 4 kemudian rata-rata dari kondisi normal mendapatkan jumlah produk sebesar 5,6 dan rata-rata dari kondisi panas mendapatkan jumlah produk sebesar 4,8. Maka hasil dari produk yang didapat pada 3 kondisi tersebut berbeda karena dari kondisi dingin mempengaruhi aktivitas kerja atau perakitan produk tersebut, sehingga pada kondisi dingin produk yang dihasilkan lebih sedikit dari kondisi normal, maka kecepatan dalam merakit semakin lama juga dari faktor operator tersebut yang kurang menyukai kondisi dingin membuat proses perakitan tidak fokus. Untuk kondisi normal yang dihasilakan lebih banyak dari kondisi dingin dan kondisi panas, sehingga hasil yang didapatkan meningkat dari dua kondisi tersebut yaitu kondisi dingin dan panas, juga akibat dari faktor kondisi operator yang mulai terbiasa mencoba perakitan obyek tersebut membuat hasil yang didapat meningkat. Kemudian untuk kondisi panas mendapatkan hasil kurang dari kondisi normal, karena faktor dari kondisi ruangan yang panas didalam ruangan tersebut membuat operator tidak fokus dalam proses perakitan yang membuat hasil produk menjadi kurang efektif.
iii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan Setelah melakukan kegiatan Praktikum Perancangan Sistem Kerja &
Ergonomi Lingkungan Kerja Fisik (LFK), maka dari kelompok kami dapat menyimpulkan bahwa : 1.
Melakukan Perhitungan Tes Pencahayaan dapat dilakukan dengan memasukkannya kedalam rumus N=
2.
Ex LxW x LLF x Cu x n
Melakukan Perhitungan Tes Kebisingan dapat dilakukan dengan memasukkannya kedalam rumus 𝑙1 Ltotal = 10 log (∑𝑛𝑖=1 1010 )
5.2
Saran 1. Sebaiknya sebelum melakukan praktikum pastikan kondisi kesehatan dari operator 2. Sebelum melakukan praktikum alangkah baiknya operator lebih banyak minum
supaya
dapat
berkonsentrasi
pembongkatan Stecker
iii
dalam
perakitan
maupun
LAMPIRAN
Stecker
Lux meter
Obeng
Pencatatan data
Perakitan Stecker
Pembongkaran Stecker
iii
LEMBAR REVISI
iii