LAPORAN PRAKTIKUM Mutu Simplisia [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PENENTUAN MUTU SIMPLISIA PADA SAMPEL KUNYIT (Cucuma domestica Val.) DAN TEMULAWAK (Curcuma xanthorriza Roxb.)



OLEH : CATHERINA AILEEN EDITH DAVITA N011191130 KELOMPOK IX GOLONGAN SENIN PAGI



SEMESTER AKHIR 2019/2020 LABORATORIUM FARMAKOGNOSI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2020



BAB I PENDAHULUAN Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun atau yang baru mengalami proses setengah jadi, seperti dikeringkan. Simplisia ini digolongkan menjadi simplisia nabati, hewani dan pelikan (mineral) (1). Proses pemanenan dan preparasi simplisia merupakan proses yang menentukan mutu simplisia dalam berbagai artian, yaitu komposisi senyawa kandungan, kontminasi dan stabilitas bahan (2). Setiap simplisia yang digunakan harus memnuhi standar yang telah ditetapkan. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan (Materia Medika Indonesia) (2). Simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya memenuhi 3 parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis (identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis) serta aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi) (2). Standarisasi suatu simplisia tidak lain adalah pemenuhan terhadap persyaratan sebagai bahan dan penetapan nilai berbagai parameter dari produk seperti yang ditetapkan sebelumnya. Standarisasi simplisia mempunyai pengertian bahwa simplisia yang akan digunakan yang tercantum dalam monografi terbitan resmi Departemen Kesehatan



(Materia Medika Indonesia). Sedangkan sebagai produk yang langsung dikonsumsi (serbuk jamu dan sebagainya.) masih harus memenuhi persyaratan produk kefarmasian sesuai dengan peraturan yang berlaku. (2). Kromatografi



suatu metode yang khususnya digunakan dalam



pemisahan komponen-komponen dalam suatu sampel yang terdistribusi dalam dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa padatan atau cairan yang diletakkan di atas padatan atau gel. Fase diam dapat dibuat dalam bentuk kolom, disebarkan sebagai suatu lapisan tipis atau didistribusikan sebagai film. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan (3). Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) adalah ramuan asli Indonesia. Rimpang tanaman ini telah digunakan selama berabad-abad dalam sistem pengobatan tradisional untuk mengobati beberapa penyakit seperti hepatitis, keluhan hati, diabetes, anti wasir, dan juga untuk menurunkan kolesterol (4). Pengobatan tradisional untuk kunyit (Curcuma domestica Val.) saat ini mengklaim penggunaan serbuknya terhadap gangguan empedu, anoreksia, coryza, batuk, luka diabetes, gangguan hati, rematik dan sinusitis (4). Praktikum ini dilakukan untuk menentukan mutu simplisia kunit (Curcuma domestica Val.) dan temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) dengan uji Kromatografi dan uji organoleptik.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA II. 1Uraian Tumbuhan II. 1.1Klasifikasi Kunyit (Curcuma domestica Val.) Adapun klasifikasi tanaman mengkudu adalah sebagai beritu (5) : Kingdom



: Planteae



Divisi



: Spermatophyta



Subdivisi



: Angiospermae



Kelas



: Monocotyledonae



Ordo



: Zingiberales



Famili



:Zingiberaleae Gambar 1. Curcuma domesticaVal.



Genus



: Curcuma



Species



: Curcuma domestica Val.



(Sumber : sematic.scholar)



II. 1. 2DeskripsiKunyit (Curcuma domestica Val.) Batang Kunyit memiliki batang semu yang tersusun dari kelopak atau pelepah daun yang saling menutupi. Batang kunyit bersifat basah karena mampu menyimpan air dengan baik, berbentuk bulat dan berwarna hijau keunguan. Tinggi batang kunyit mencapai 0,75 – 1m (6). Daun kunyit tersusun dari pelepah daun, gagang daun dan helai daun. Panjang helai daun antara 31 – 83 cm. lebar daun antara 10 – 18 cm. daun kunyit berbentuk bulat telur memanjang dengan permukaan agak kasar. Pertulangan daun rata dan ujung meruncing atau melengkung



menyerupai ekor. Permukaan daun berwarna hijau muda. Satu tanaman mempunyai 6 – 10 daun (6). Bunga kunyit berbentuk kerucut runcing berwarna putih atau kuning muda dengan pangkal berwarna putih. Setiap bunga mempunyai tiga lembar kelopak bunga, tig lembar tajuk bunga dan empat helai benang sari. Salah satu dari keempat benang sari itu 6 berfungsi sebagai alat pembiakan. Sementara itu, ketiga benang sari lainnya berubah bentuk menjadi heli mahkota bunga (6). Rimpang kunyit bercabang – cabang sehingga membentuk rimpun. Rimpang berbentuk bulat panjang dan membentuk cabang rimpang berupa batang yang berada didalam tanah. Rimpang kunyit terdiri dari rimpang induk atau umbi kunyit dan tunas atau cabang rimpang. Rimpang utama ini biasanya ditumbuhi tunas yang tumbuh kearah samping, mendatar, atau melengkung. Tunas berbuku – buku pendek, lurus atau melengkung. Jumlah tunas umunya banyak. Tinggi anakan mencapai 10,85 cm (6). Warna kulit rimpang jingga kecoklatan atau berwarna terang agak kuning



kehitaman.



Warna



daging



rimpangnya



jingga



kekuningan



dilengkapi dengan bau khas yang rasanya agak pahit dan pedas. Rimpang cabang tanaman kunyit akan berkembang secara terus menerus membentuk cabang – cabang baru dan batang semu, sehingga berbentuk sebuah rumpun. Lebar rumpun mencapai 24,10 cm. panjang rimpang bias mencapai 22,5 cm. tebal rimpang yang tua 4,06 cm dan rimpang muda



1,61 cm. rimpang kunyit yang sudah besar dan tua merupakan bagian yang dominan sebagai obat (6). II. 1.3 Kandungan dan Manfaat Kunyit (Curcuma domestica Val.) Senyawa kimia utama yang terkandung dalam kunyit adalah kurkuminoid atau zat warna, yakni sebanyak 2,5 – 6%.Pigmen kurkumin inilah yang memberi warna kuning orange pada rimpang (5). Salah satu fraksi yang terdapat dalam kurkuminoid adalah kurkumin. Komponen kimia yang terdapat didalam rimpang kunyit diantaranya minyak atsiri, pati, zat pahit, resin, selulosa dan beberapa mineral. Kandungan minyak 7 atsiri kunyit sekitar 3 – 5%. Disamping itu, kunyit juga mengandung zat warna lain, seperti monodesmetoksikurkumin dan biodesmetoksikurkumin, setiap rimpang segar kunyit mengandung ketiga senyawa ini sebesar 0,8% (6). Kunyit memiliki efek farmakologis seperti, melancarkan darah dan vital energi, menghilangkan sumbatan peluruh haid, antiradang (anti– inflamasi),



mempermudah



persalinan,



antibakteri,



memperlancar



pengeluaran empedu (kolagogum), peluruh kentut (carminative)dan pelembab (astringent) (7).



II. 1.4 Klasifikasi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Adapun klasifikasi tanaman mengkudu adalah sebagai beritu (7) : Divisi



: Spermatophyta



Sub divisi : Angiospermae. Kelas



: Monocotyledonae.



Ordo



: Zingiberales.



Keluarga : Zingiberaceae. Genus



: Curcuma.



Spesies



:Curcuma xanthorrhiza Roxb. (Sumber : Juke.kedoketran.unila.ac.id)



II. 1.5 Deskripsi Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Anggota keluarga Zingiberaceae sulit dibedakan antara satu sama lainnya,



sehingga



dibutuhkan



kecermatan



dalam



mengidentifikasi



temulawak. 20 Temulawak terbagi menjadi beberapa bagian yaitu batang, daun, bunga, dan akar. Batang temulawak merupakan batang semu, berwarna hijau dan coklat gelap, dengan tinggi 1,5cm-2cm. Batang temulawak memiliki upih-upih daun yang tumbuh tegak, lurus, dan berumpun seperti upih daun pisang. Telapak daunnya berwarna hijau tua, terdapat bintik-bintik jernih hijau muda dan garisgaris cokelat dengan lebar 1cm-2,5cm. Sisi kiri dan kanan tulang daunnya terdapat garis berwarna merah ungu. Sedangkan, punggung daunnya berkilat dan 10 pudar. Bunga temulawak pendek, lebar,berwarna putih kuning atau kuning muda bercampur warna merah di puncaknya dan berkembang secara teratur.20 Akar pada temulawak yang dimaksud adalah rimpang yang tertanam di



tanah, berbentuk silinder (pusat berwarna kuning tua dan kulit berwarna kuning muda) dengan diameter sekitar 6 cm. Terdapat 2 bagian dari rimpang yaitu, rimpang induk (empu) dan rimpang cabang. Dari rimpang induk keluar rimpang cabang yang lebih kecil jumlahnya 3-7 buah. Rimpang ini baunya harum, tetapi rasanya agak pedas(8). II.1.6 Kandungan dan Manfaat Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Temulawak atau C. xanthorrhiza mengandung senyawa bioaktif, seperti kurkuminoid, camphor, geranylacetate, zerumbone, zingiberene, dan xanthorrhizol. Xanthorrhizol dan ekstrak simplisia C. xanthorriza menunjukkan aktivitas antihiperglikemik dan antiinflamasi dapat digunakan sebagai agen antidiabetik yang kuat untuk pengobatan diabetes tipe 2. Penelitian juga telah menunjukkan bahwa xanthorrizol memiliki aktivitas antimikroba, anti-inflamasi, antioksidan, antihiperglikemia, antihipertensi, antiplatelet, nefroprotektif dan hepatoprotektif, sifat estrogenik dan antiestrogenik (4). II. 2



Kromatografi Kromatografi



suatu metode yang khususnya digunakan dalam



pemisahan komponen-komponen dalam suatu sampel yang terdistribusi dalam dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa padatan atau cairan yang diletakkan di atas padatan atau gel. Fase diam dapat dibuat dalam bentuk kolom, disebarkan sebagai suatu lapisan tipis



atau didistribusikan sebagai film. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan (3). Kromatogafi pertama kali dikembangkan oleh ahli botani dari Rusia Mikhail S. Tswett (1872-1919) yang melakukan teknik pemisahan pigmen tanaman berwarna. Teknik ini dalam publikasi kemudian dinamakannya "chromatography" yang merupakan penggabungan dari dua kata dari bahasa Yunani, yaitu chroma (bahasa Inggris : colour) yang berarti warna dan graphein (bahasa Inggris : write) yang berarti menulis, jadi awalnya kromatografi berarti " menulis dengan warna "; untuk mengindikasikan pita-pita warna yang teramati oleh Tswett dalam risetnya (3). Sesuai definisi kromatografi yaitu Pemisahan campuran senyawa dalam suatu sampel berdasarkan perbedaan interaksi sampel dengan fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam dapat berupa padatan atau cairan yang diletakkan pada permukaan fasa pendukung. Fasa gerak dapat berupa



gas



atau



cairan



maka



berkembangkan



beberapa



teknik



kromatografi yaitu Kromatografi Gas ( Gas Liquid Chromatography dan Gas Solid Chromatography) dan Kromatografi Cair (Kromatografi kolom, kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, dan High Performance Liquid Chromatograpgy) (3). II. 2.1 Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Berbeda dengan kromatografi kolom yang mana fase diamnya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamnya merupakan lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan



bidang datar yang berfungsi sebagai penyangga lapisan tersebut. Meskipun tampak berbeda dengan kromatografi kolom, kromatografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi kolom (9). Kromatografi lapis tipis merupakan suatu teknik pemisahan yang menggunakan fase diam (stationary phase) dan fase gerak (mobile phase). Fase diam pada KLT dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penjerab atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair. Pada penggunaannya, silika gel (asam silika), alumina (aluminium oksida), selulosa, dan kiselgur (tanah diatom) biasa digunakan sebagai fase diamnya. Pemilihan fase gerak pada KLT dapat didasarkan pada pustaka yang ada atau dari hasil percobaan dengan variasi tingkat kepolaran. Pada umumnya, kromatografi lapis tipis secara luas digunakan untuk dua tujuan, pertama sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, dan preparatif; kedua digunakan untuk menentukan kondisi yang sesuai untuk pemisahan pada kromatografi kolom ataupun kromatografi cair kinerja tinggi (9). Kromatografi



lapis tipis



merupakan



suatu



pemisahan



yang



menggunakan fase diam (stationary phase) dan teknik fase gerak (mobile phase). Fase diam pada KLT dapat berupa serbuk halus yang berfungsi sebagai permukaan penjerab atau berfungsi sebagai penyangga untuk lapisan zat cair. Pada penggunaannya, silika gel (asam silika), alumina (aluminium oksida), selulosa, dan kiselgur (tanah diatom) biasa digunakan



sebagai fase diamnya. Pemilihan fase gerak pada KLT dapat didasarkan pada pustaka yang ada atau dari hasil percobaan dengan variasi tingkat kepolaran (Harwood dan Moody, 1989; Heftmann, 2004). Pada umumnya, kromatografi lapis tipis secara luas digunakan untuk dua tujuan, pertama sebagai metode untuk mencapai hasil kualitatif, kuantitatif, dan preparatif; kedua digunakan untuk menentukan kondisi yang sesuai untuk pemisahan pada kromatografi kolom ataupun kromatografi cair kinerja tinggi (9). Kromatografi Lapis Tipis dapat digunakan untuk analisis kualitatif terhadap suatu senyawa. Parameter pada KLT yang digunakan untuk identifikasi adalah nilai Rf. Nilai Rf (Retardation factor) merupakan nilai diperoleh dengan membandingkan jarakyang ditempuh oleh bercak senyawa yang diidentifikasi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut (jarak pengembang). Dua senyawa dikatakan identik apabila mempunyai nilai Rf yang sama jika diukur pada kondisi KLT yang sama (9). KLT preparatif adalah metode pemisahan menggunakan fase diam yang tebal (ketebalan sampai 1 mm). Penotolan cuplikan dilakukan dengan melarutkan cuplikan dalam sedikit pelarut. Cuplikan ditotolkan berupa pita dengan jarak sesempit mungkin karena pemisahan tergantung pada lebar pita. Penotolan dapat dilakukan dengan pipet tetapi lebih baik dengan penotol otomatis. Pelarut yang baik untuk melarutkan cuplikan adalah pelarut yang menguap. Pengembangan plat KLT preparatif dilakukan dalam bejana kaca yang dapat menampung beberapa plat. Bejana dijaga tetap jenuh dengan pelarut pengembang dengan bantuan



kertas saring yang diletakkan berdiri disekeliling permukaan bagian dalam bejana (9). Plat KLT Preparatif yang telah dielusi, pita yang kedudukannya telah diketahui dikerok dari plat. Selanjutnya senyawa harus diekstraksi dari adsorben dengan pelarut yang sesuai (5 ml pelarut untuk 1 gram adsorben). Harus diperhatikan bahwa makin lama senyawa kontak dengan adsorben, maka makin besar kemungkinan senyawa tersebut mengalami peruraian. Selanjutnya ekstrak yang diperoleh disaring menggunakan corong atau menggunakan membran (9). Pelarut yang digunakan dalam percobaan ini adalah heksan dan etil asetat. Berikut ini nilai KD heksan dan etil asetat (10). Tabel 1. KD Pelarut



Nama



Nilai KD



Suhu (C)



Perbandinga n



Heksan



1,89



20



2



Etil Asetat



6,02



25



3



KD Total



4,368



BAB III METODE KERJA III.1 Alat dan Bahan III.1.1Alat Alat yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah chamber, deck glass, mikroskope,object glass,pipa kapiler, pipet tetes. III.1.2 Bahan Bahan yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah curcuma plus, ekstrak kunyit, ekstak temulawak, etil asetat, heksan dan lempeng . III. 2.Cara Kerja III. 2. 1 Uji KLT Alat dan bahan disiapkan, kemudian eluen dibuat dengan heksan dan etil asetat yang dicampur dengan perbandingan 2 : 3, lalu di homogenkan. Kemudian, dimasukkan kedalam chamber. Lempeng didan totol lempeng dengan bahan yang akan diuji. Lempeng dimasukkan ke dalam chamber dan ditunggu hingga eluen naik hingga batas yang telah ditentukan. Lempeng dikeluarkan dan dikeringkan. Lalu lempeng disinari dibawah sinar UV dan diamati. III. 2. 2 Uji Organoleptis Alat dan bahan disiapkan, kemuadian sampel dicuci dengan air mengalir. Sampel kemudian dicicipi rasanya, dilihat warnanya, dan dicium baunya. Hasil pengujian dicatat.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV. 1 Hasil Tabel 2. Hasil Uji Organoleptis Sampel



Hasil Uji Organoleptis



Kunyit (Curcuma domesica Val.)



Temulawak (Curcuma xanthorrhiza Roxb.)



Tabel 3. Hasil Uji Kromatografi Jarak Kode Tempu Spot Sampel h Eluen (cm) X  6 A T  6 K  6 B P  6 B  6



IV. 2



Jarak Tempuh Noda (cm) 4,6 4,6 4,6  4,7 4,6



Warna : Kuning Terang Rasa :Sepat, agak pahit dan agak pedis Bau : Berbau khas Bentuk : Beruas banyak dan rapat Warna : Kuning cokelat Rasa : Sepat dan agak pahit Bau : Berbau khas Bentuk : Ruas renggang



Nilai Rf



Tanaman



0,767  0,767 0,767  0,78  0,767



 Kunyit (Curcuma domestica Val.) Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.)



Pembahasan Sampel yang digunakan pada uji organoleptis adalah rimpang



kunyit (Curcuma domestica Val.) dan rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.). Dari hasil uji organoleptis diketahui bahwa kunyit adalah tanaman yang memiliki rimpang berwarna kuning terang, berbau khas, bentuknya beruas rapat dan terasa sepat, agak pahit dan agak pedis. Hasil uji organoleptis kunyit sesuai dengan pustaka. Menurut pustaka, warna daging rimpang kunyit adalah jingga kekuningan dilengkapi dengan bau khas yang rasanya agak pahit dan pedas (6).



Berdasarkan hasil uji organoleptis pada rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) diketahui bahwa rimpang temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) berwarna kuning kecokelatan, terasa sepat dan agak pahit, berbau khas dan bentuknya beruas renggang. Hasil uji organoleptis



sesuai



dengan



pustaka.



Menurut



pustaka,



rimpang



temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) berbentuk silinder, dagingnya berwarna kuning tua dan kulitnya berwarna kuning muda (8). Pada hasil uji KLT didapatkan satu noda pada masing-masing totolan pada plat KLT. Didapakan jarak tempuh noda X, T, K, dan B adalah 4,6 cm sedangkan jarak tempuh noda P adalah 4,7 cm. Didapatkan Rf 0,767 untuk noda X, T, K, dan B, dan Rf 0,78 untuk noda P. Tidak didapatkan noda yang terpisah, hal ini menandakan bahwa eluen yang digunakan kurang sesuai dengan zat yang ingin dipisahkan. Karena hanya terdapat satu noda, maka senyawa X tidak dapat diketahui. Menurut pustaka, pada uji KLT menggunakan eluen diklorometana dan kloroform dengan perbandingan 32.5 : 67.5 akan memiliki lebih dari satu noda. Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) akan terdapat 2 noda, yang merupakan senyawa kurkuminoid, yaitu kurkumin dan demetoksikurkumin dan kunyit (Curcuma domestica Val.) akan memiliki 3 noda yang merupakan senyawa kurkumin, demetoksikurkumin, dan bisdemetoksikurkumin (11).



BAB V PENUTUP V.1 Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa penentuan eluen yang digunakan dalam uji kromatografi masih kurang tepat, sehingga hasil yang didapatkan tidak bagus dan senyawa X tidak dapat diketahui. Rimpang kunyit (Curcuma domestica Val.) memiliki rasa pedas dan berwarna kuning terang sedangkan temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) terasa sepat dan berwarna kuning kecoklatan. V.2 Saran V. 2. 1 Laboratorium Diharapkan agar laboratorium menyiapkan alat yang memenuhi kebutuhan praktikan. V. 2. 2 Sistem Diharapkan pada praktikum selanjutnya, eluen yang digunakan dipastikan terlebuh dahulu kecocokkannya dengan sampel yang akan digunakan. V. 2. 3 Asisten Diharapkan agar asisten selalu mendampingi praktikan selama proses praktikum sedang berlangsung.



DAFTAR PUSTKA 1. Prasetyo dan Inorah E. Pengelolaan Budidaya Tanaman Obat-obatan (Bahan Simplisia). Badan Penerbitan Fakultas Pertanian UNIB. Bengkulu. 2013. 2. Depkes RI. Cara Pembuatan Simplisia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1985. 3.



Rubianto D. Metode Kromatografi Prinsip Kromatografi. Deepublish. Yogyakarta. 2017.



Dasar,



Praktikum



Pembelajaran



4. Koliah P. Dan Bayu R. Aktivitas Farmakologis Zingiber officinale Rosc., Curcuma longa L., dan Curcuma xanthorriza Roxb. Farmaka Vol. 7 No. 2. Sumedang. 2019. 5. Winarto, I.W.Khasiat dan Manfaat Kunyit. Jakarta: AgroMedia Pustaka. pp 2 - 12. 2004. 6. Said, A. Khasiat dan Manfaat Kunyit.Jakarta : PT. Sinar Wadjar Lestari. 2004. 7. Wijayakusuma M.Penyembuhan dengan temulawak. Jakarta: Sarana Pustaka Prima. hlm.23-7. 2007. 8. Rukmana R. Temulawak, Tanaman Rempah dan Obat. Yogyakarta: Kanisius, 2006 9. Rollando. Senyawa Anti Bakteri Dari Fungi Endofit. CV. Seribu Bintang. Malang. 2019. 10. Lide D. R., Ed. CRC Handbook of Chemistry and Physics 85th Ed. CRC Press. Boca Raton. 2004.. 11. Miftahuddin A. Diferensiasi Temulawak, Kunyit, dan Bangle Berdasarkan Pola Pemisahan Senyawa Menggunakan Kromatografi Lapis Tipis. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2010.



LAMPIRAN Lampiran 1. Skema Kerja 1. Pengamatanorganoleptis Serbuk kunyit dan temulawak -



Pencuciandengan air mengalir Blender Penyaringan Dicicipirasanya Diciumaromanya Dilihatwarnanya



Hasil Uji Organoleptis 2. Pengamatan Kromatografi Lapis Tipis Larutan uji



 Ditotol pada lempeng.  Dielusi dengan kloroform dan etanol dengan perbandingan (25:1)  Masukkan pada chamber.  Amati pada lampu UV 254 nm dan 366 nm



Amati



Lampiran 2. Gambar



Gambar 1. Hasil uji KLT pada UV 254 nm



Gambar 2. Hasil Uji KLT pada UV 366 nm



Lampiran 3. Perhitungan 1. Kunyit (Curcuma domestica Val.) a. Noda T



Rf =



jarak tempuh noda(T ) 4,6 = =0,767 jarak tempuh eluen 6



b. Noda X



Rf =



jarak tempuh noda(X ) 4,6 = =0,767 jarak temuh eluen 6



2.Temulawak (Curcuma xanthorriza Roxb.) a. Noda K



Rf =



jarak tempuh noda( K ) 4,6 = =0,767 jarak tempuh eluen 6



b. Noda P



Rf =



c.



jarak tempuh noda(P) 4,7 = =0,78 jarak tempuh eluen 6



Noda B



Rf =



jarak tempuh noda(B) 4,6 = =0,767 jarak tempuh eluen 6