Laporan Praktikum Oasis Montaj [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Metode Gravity dan Metode Magnetik



Hendri H1071141015



Nama Anggota Kelompok : 1. Muslim



5. Doni



2. Anggi Widiyastuti



6. Auliandri Arief



3. Andre Wilnaldo



7. Ingga Natasha



4. Muhammad Arief



8. Rizki Fajania



Program Studi Geofisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Tanjungpura 2017



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bumi dianalogikan sebagai batang magnet raksasa dan memiliki medan magnet yang berasal dari dalam inti bumi. Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika yang memanfaatkan medan magnet bumi. Pengukuran dilapangan yang diukur berupa besaran fisis yaitu kuat medan magnet dan densitas medan magnet, sehingga di dapat intensitas medan magnetic total. Analisis



anomaly



medan



magnet



digunakan



untuk



mengintepretasikan



susceptibilitas struktur geologi yang menonjol pada daerah tersebut. Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Dari sisi lain, geofisika mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan (Dobrin dan Savit, 1988). Metode geofisika sebagai pendeteksi perbedaan tentang sifat fisis di dalam bumi. Kemagnetan, kepadatan, kekenyalan, dan tahanan jenis adalah sifat fisis yang paling umum digunakan untuk mengukur penelitian yang memungkinkan perbedaan di dalam bumi untuk ditafsirkan kaitannya dengan struktur mengenai lapisan tanah, berat jenis batuan dan rembesan isi air, dan mutu air (Todd, 1959). Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu metode pasif dan aktif. Metode pasif dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Metode aktif dilakukan dengan membuat medan gangguan kemudian mengukur respon yang dilakukan oleh bumi. Medan alami yang dimaksud disini misalnya radiasi gelombang gempa bumi, medan gravitasi bumi, medan magnet bumi, medan listrik dan elektromagnetik bumi serta radiasi radiokativitas bumi. Medan buatan dapat berupa ledakan dinamit, pemberian arus



listrik ke dalam tanah, pengiriman sinyal radar dan lain sebagainya. Secara praktis, metode yang umum digunakan di dalam geofisika tampal seperti tabel dibawah ini : Tabel 1. Beberapa Macam Metode Geofisika Metode Seismik



Parameter Yang Diukur Waktu



tiba



Sifat Fisis Yang Diukur



gelombang Densitas



dan



modulus



seismic pantul atau bias, elastisitas yang menentukan amplitudo dan frekuensi kecepatan gelombang seismic Gravitasi



rambat



gelombang seismik



Variasi harga percepatan Densitas gravitasi bumi pada posisi yang berbeda



Magnetik



Variasi harga intensitas Suseptibilitas atau remanen medan



magnetik



pada magnetik



posisi yang berbeda Resistivitas



Harga resistansi dari bumi



Elektromagnetik



Respon terhadap radiasi Konduktivitas



Potensial Listrik



Konduktivitas listrik



elektromagnetik



Induktansi listrik



Potensial listrik



Konduktivitas listrik



atau



Dari berbagai macam metode seperti yang disebut di atas, metode Geomagnetik merupakan salah satu metode yang masih banyak digunakan hingga saat ini. Oleh karena itu perlu adanya pembahasan khusus mengenai metode geomagnetik serta pengolahan data magnetiknya. B. Tujuan Tujuan dilaksanakannya praktikum metode magnetik sebagai berikut: 1. Mengetahui



proses



akuisisi,



menginterpretasikan data magnetik.



processing,



menganalisa,



dan



2. Mengetahui informasi dari interpretasi kualitatif dan kuantitatif, serta dapat membedakan data kualitatif dan kuantitatif. 3. Untuk menganalisa daerah mana yang memiliki intensitas medan magnetic yang kuat dan rendah, sehingga didapat kontras anomali di daerah pengamatan. 4. Untuk model struktur bawah permukaan daerah praktikum dan menentukan nilai anomali magnetik daerah tersebut. 5. Mahasiswa mampu menguasai software Oasis Montaj, Surfer 12 dan Mag2dc yang digunakan untuk pengolahan data magnetik. 6. Untuk dapat menginterpretasikan hasil yang didapat serta menjelaskan proses pengolahan data secara umum. 7. Untuk mengetahui informasi lokasi benda logam disekitar jalur pemasangan pipa bawah laut. 8. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Gravitasi dan Magnetik.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Teori Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Geofisika juga mempelajari semua isi bumi baik yang terlihat maupun tidak terlihat langsung oleh pengukuran sifat fisis dengan penyesuaian pada umumnya pada permukaan ( Telford, 1976 ). Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu metode pasif dan aktif. Metode geomagnet termasuk metode pasif yaitu metode yang dilakukan dengan mengukur medan alami yang dipancarkan oleh bumi. Karena metode geomagnet menggunakan medan magnet bumi sebagai medan alami dalam pengukurannya ( Djoko Santoso, 2002 ). 1. Pengertian Metode Geomagnet Metode magnetik merupakan salah satu metode geofisika tertua yang mempelajari karakteristik medan magnet bumi. Sejak lebih dari tiga abad yang lalu telah diketahui bahwa bumi merupakan magnet yang besar. Bentuk bumi sendiri tidak benar-benar bulat dan material penyusunnya pun tidak homogen, hal ini mengakibatkan perubahan-perubahan pada lintasan garis gaya magnet. Penyimpangan inilah yang disebut anomali geomagnet. Metode magnetik mendasari survei geofisika dalam pencarian jebakan mineral dan struktur bawah permukaan bumi secara signifikan. Eksplorasi menggunakan metode magnetik, pada dasarnya terdiri atas tiga tahap yaitu akuisisi data lapangan, processing, dan interpretasi. Setiap tahap terdiri dari beberapa perlakuan atau kegiatan. Pada tahap akuisisi, dilakukan penentuan titik pengamatan dan pengukuran dengan satu atau dua alat. Untuk koreksi data pengukuran dilakukan pada tahap processing. Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi IGRF, koreksi ketinggian, koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya.



Sedangkan untuk interpretasi dari hasil pengolahan data dengan menggunakan software diperoleh peta anomali magnetik. Metode ini didasarkan pada perbedaan tingkat magnetisasi suatu batuan yang diinduksi oleh medan magnet bumi. Hal ini terjadi sebagai akibat adanya perbedaan sifat kemagnetan suatu material. Kemampuan untuk termagnetisasi tergantung



dari



suseptibilitas



magnetik



masing-masing



batuan.



Harga



suseptibilitas ini sangat penting di dalam pencarian benda anomali karena sifat yang khas untuk setiap jenis mineral atau mineral logam. Harganya akan semakin besar bila jumlah kandungan mineral magnetik pada batuan semakin banyak. Pengukuran magnetik dilakukan pada lintasan ukur yang tersedia sebanyak 10 lintasan dengan interval antar titik ukur 2 m dan jarak setiap lintasan 30 m. Batuan dengan kandungan mineral-mineral tertentu dapat dikenali dengan baik dalam eksplorasi geomagnet yang dimunculkan sebagai anomali yang diperoleh merupakan hasil distorsi pada medan magnetik yang diakibatkan oleh material magnetik kerak bumi atau mungkin juga bagian atas mantel (Blakely, R.J. 1995). Metode magnetik didasarkan pada pengukuran variasi intensitas medan magnetik di permukaan bumi yang disebabkan oleh adanya variasi distribusi benda termagnetisasi di bawah permukaan bumi (suseptibilitas). Variasi yang terukur (anomali) berada dalam latar belakang medan yang relatif besar. Variasi intensitas medan magnetik yang terukur kemudian ditafsirkan dalam bentuk distribusi bahan magnetik di bawah permukaan, yang kemudian dijadikan dasar bagi pendugaan keadaan geologi yang mungkin. Metode magnetik memiliki kesamaan latar belakang fisika dengan metode gravitasi, kedua metode samasama berdasarkan kepada teori potensial, sehngga keduanya sering disebut sebagai metoda potensial. Namun demikian, ditinjau dari segi besaran fisika yang terlibat, keduanya mempunyai perbedaan yang mendasar. Dalam magnetik harus mempertimbangkan variasi arah dan besar vektor magnetisasi. sedangkan dalam gravitasi hanya ditinjau variasi besar vektor percepatan gravitasi. Data pengamatan magnetik lebih menunjukan sifat residual yang kompleks. Dengan



demikian, metode magnetik memiliki variasi terhadap waktu jauh lebih besar. Pengukuran intensitas medan magnetik bisa dilakukan melalui darat, laut dan udara. Metode magnetik sering digunakan dalam eksplorasi pendahuluan minyak bumi, panas bumi, dan batuan mineral serta serta bisa diterapkan pada pencarian prospeksi benda-benda arkeologi ( Wahyudi, 2004 ). 2. Medan Magnet Bumi Prinsip dasar metode Geomagnet adalah mengukur perubahan medan magnet bumi akibat variasi mineral magnetik yang terkandung dalam batuan dekat permukaan bumi. Medan magnet bumi secara sederhana dapat digambarkan sebagai medan magnet yang ditimbulkan oleh batang magnet raksasa yang terletak di dalam inti bumi. Diagram medan magnet dapat dilihat pada gambar di bawah (Lantu, 2009).



Gambar 1. Diagram yang menunjukkan notasi magnet sebagai vektor medan magnet bumi Deklinasi (D), yaitu sudut antara utara magnetik dengan komponen horizontal yang dihitung dari utara menuju timur. Inklinasi (I), yaitu sudut antara medan magnetik total dengan bidang horizontal yang dihitung dari bidang horizontal menuju bidang vertikal ke bawah. Intensitas Horizontal (H), yaitu besar dari medan magnetik total pada bidang tersebut. Medan magnetik total (F), yaitu besar dari vektor medan magnetik total. Medan magnet tegak (vertical magnetic field) (Z). Untuk menyeragamkan nilai-nilai medan utama bumi, dibuat



standar nilaiberdasarkan IGRF (international geomagnetiks reference Field) yang diperbaharui setiap 5 tahun sekali. Nilai IGRF tersebut diperoleh dari hasil pengukuran rata-rata pada daerah luasan sekitar 1 juta km yang dilakukan dalam waktu satu tahun. Medan magnet bumi terdiri dari 3 bagian : 2.1 Medan magnet utama (main field) Medan magnet utama dapat didefinisikan sebagai medan rata - rata hasil pengukuran dalam jangka waktu yang cukup lama mencakup daerah luas lebih dari 10 km. 2.2 Medan magnet luar (external field) Pengaruh medan magnet luar dari pengaruh luar bumi yang merupakan hasil ionisasi di atmosfer yang ditimbulkan oleh sinar ultraviolet dari matahari. Sumber medan luar ini berhubungan dengan arus listrik yang mengalir dalam lapisan terionisasi di atmosfer. 2.3 Anomali medan magnet Medan magnet anomali sering juga disebut medan magnet lokal (crustal field). Medan ini dihasilkan oleh batuan yang mengandung mineral bermagnet seperti magnetit (Fe7S8), titanomagnetit (Fe2TiO4) dan lain-lain yang berada di kerak bumi. Dalam survei metode magnetik yang menjadi target dari pengukuran adalah variasi medan magnetik yang terukur di permukaan (anomali magnetik). Secara garis besar anomali medan magnetik disebabkan oleh medan magnetik remanen dan medan magnetik induksi. Medan magnet remanen mempunyai peranan yang besar terhadap magnetisasi batuan, yaitu pada besar dan arah medan magnetik yang berkaitan dengan peristiwa kemagnetan sebelumnya. Anomali yang diperoleh dari survei merupakan hasil gabungan medan magnetik remanen dan induksi. Anomali bertambah besar bila arah medan magnet remanen sama dengan arah medan magnet induksi, sehingga dalam pengukuran medan magnet berlaku (Telford,1976). 















H T  H M  H L  H A ………………………… (1)



Keterangan : 



H T = medan magnet total bumi 



H M = medan magnet utama bumi 



H L = medan magnet luar 



H A = medan magnet anomaly



2.4 Mineralisasi Bijih Besi Proses terjadinya deposit bijih besi berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar. Struktur sesar di lokasi penelitian mengarah Utara – Selatan dan Timurlaut – Baratdaya. Hal ini merupakan zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos batuan tua. Batuan terobosan, yaitu Andesit, Diorit dan Sienit, umumnya terdapat sebagai saluran magma ke permukaan bumi. Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses rekristalisasi, alterasi, dan mineralisasi. Penggantian (replacement) pada bagian kontak magma dengan batuan yang diterobos yaitu Formasi Tinombo. Formasi ini tersusun berupa filit, batusabak, batupasir kwarsa, batulanau, pualam, serpih merah dan rijang merah serta batuan gunungapi. Proses penerobosan magma pada zona lemah ini hingga membeku umumnya disertai dengan kontak metamorfosa. Kontak metamorfosa juga melibatkan batuan Formasi Tinombo yang menimbulkan bahan cair (fluida) seperti cairan magmatik dan metamorfik yang banyak mengandung mineral bijih (Rauf, 2012). 3. Suseptibilitas Kemagnetan Kemudahan suatu benda magnetik untuk dimagnetisasi ditentukan oleh suseptibitas kemagnetan k yang dirumuskan dengan persamaan :



I  kH ……………………………………. (2) Nilai suseptibilitas magnetik dalam ruang hampa sama dengan nol karena hanya benda berwujud yang dapat termagnetisasi. Suseptibilitas magnetik dapat diartikan sebagai derajat kemgntan suatu benda. Harga k pada batuan semakin besar apabila dalam batuan semakin banyak dijumpai mineral-mineral yang bersifat magnetik. Berdasarkan harga suseptibilitas k, benda- benda magnetik dapat



dikategorikan



sebagai



diamagnetik,



paramagnetik,



ferromagnetik.



Diamagnetik adalah benda yang mempunyai niai k kecil dan negatif. Paramagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai k kecil dan positif. Sedangkan Ferromagnetik adalah benda magnetik yang mempunyai nilai k positif dan besar (Djoko Santoso , 2002). 4. Koreksi Metode Magnetik Untuk memperoleh nilai anomali medan magnetik yang diinginkan, maka dilakukan koreksi terhadap data medan magnetik total hasil pengukuran pada setiap titik lokasi atau stasiun pengukuran, yang mencakup koreksi harian, IGRF dan topografi. 4.1. Koreksi Harian Koreksi harian (diurnal correction) merupakan penyimpangan nilai medan magnetik bumi akibat adanya perbedaan waktu dan efek radiasi matahari dalam satu hari. Waktu yang dimaksudkan harus mengacu atau sesuai dengan waktu pengukuran data medan magnetik di setiap titik lokasi (stasiun pengukuran) yang akan dikoreksi. Apabila nilai variasi harian negatif, maka koreksi harian dilakukan dengan cara menambahkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi. Sebaliknya apabila variasi harian bernilai positif, maka koreksinya dilakukan dengan cara mengurangkan nilai variasi harian yang terekan pada waktu tertentu terhadap data medan magnetik yang akan dikoreksi, datap dituliskan dalam persamaan :



ΔH = Htotal ± ΔHharian ………………………………….. (3) 4.2. Koreksi IGRF Data hasil pengukuran medan magnetik pada dasarnya adalah konstribusi dari tiga komponen dasar, yaitu medan magnetik utama bumi, medan magnetik luar dan medan anomali. Nilai medan magnetik utama tidak lain adalah niali IGRF. Jika nilai medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi harian, maka kontribusi medan magnetik utama dihilangkan dengan koreksi IGRF. Koreksi IGRFdapat dilakukan dengan cara mengurangkan nilai IGRF terhadap nilai medan magnetik total yang telah terkoreksi harian pada setiap titik pengukuran pada posisi geografis yang sesuai. Persamaan koreksinya (setelah dikoreksi harian) dapat dituliskan sebagai berikut: ΔH = Htotal ± ΔHharian ± H0………………………….. (4) Dimana H0 = IGRF (Telford,1976). 4.3. Koreksi Topografi Koreksi topografi dilakukan jika pengaruh topografi dalam survei megnetik sangat kuat. Koreksi topografi dalam survei geomagnetik tidak mempunyai aturan yang jelas. Salah satu metode untuk menentukan nilai koreksinya adalah dengan membangun suatu model topografi menggunakan pemodelan beberapa prisma segiempat. Ketika melakukan pemodelan, nilai suseptibilitas magnetik (k) batuan topografi harus diketahui, sehingga model topografi yang dibuat, menghasilkan nilai anomali medan magnetik (ΔHtop) sesuai dengan fakta. Selanjutnya persamaan koreksinya (setelah dilakukan koreski harian dan IGRF) dapat dituliska sebagai ΔH = Htotal ± ΔHharian – H0 – ΔHtop ……………………… (5)



Setelah semua koreksi dikenakan pada data-data medan magnetik yang terukur dilapangan, maka diperoleh data anomali medan magnetik total di topogafi. Untuk mengetahui pola anomali yang diperoleh, yang akan digunakan sebagai dasar dalam pendugaan model struktur geologi bawah permukaan yang mungkin, maka data anomali harus disajikan dalam bentuk peta kontur. Peta kontur terdiri dari garis-garis kontur yang menghubungkan titik-titik yang memiliki nilai anomali sama, yang diukur dar suatu bidang pembanding tertentu (Shuey, 1973). 5. Pemasangan Pipa Bawah Laut Pipa bawah laut didesain untuk transportasi minyak, gas atau air dari lepas pantai menuju ke pemakai di darat. Pipeline bekerja 24 jam sehari, 365 hari dalam setahun selama umur pipa yang bisa sampai 30 tahun atau bahkan lebih. Di Indonesia, Pemasangan pipa bawah laut yang pertama kali antara lain adalah dari sumur Parigi (Laut Jawa) ke Cilamaya sepanjang 42 km dengan diameter 24 inch pada tahun 1975. 5.1.Prinsip Kerja Pamasangan Pipa Bawah Laut Instalasi pipa laut dapat dilakukan dengan kapal pemasang yang khusus. Ada beberapametode untuk memasang pipa laut, metode yang paling sering dipakai yaitu S-lay, J-laydan reeling. Berdasarkan pada metode tersebut, pipa laut mengalami beban yang berbedaselama instalasi dari kapal pemasang. Bebanbeban tersebut adalah tekananhidrostatis,tarikan(tension) dan pembengkokan (buckling). Sebuah analisis instalasi dilakukan untukmengestimasi gaya tarik minimum pada pipa untuk kurva radius yang sudah diberikan, untukmemastikan bahwa efek beban pada pipa ada dalam kriteria desain kekuatan. Berikut ini beberapa metoda yang dapat diaplikasikan untuk instalasi pipa bawah laut: a. S-lay Perbedaan teknologi dan peralatan telah diadopsi untuk pemasangan pipa di lepas pantai. Salah satu metode untuk pemasangan pipa yaitu metode S-lay,



disebut S-lay karena kurva pipa yang keluar dari kapal pemasang sampai seabed berbentuk seperti huruf S. Pipeline difabrikasi di atas kapal dengan satu, dua atau tiga joints. Membutuhkan stinger untuk mengontrol bending bagian atas dan tensioner untuk mengontrol bagian bawah. Laut yang lebih dalam membutuhkan stinger yang lebih panjang dan tensioner yang lebih kuat. S-lay laut dangkal hanya bisa dipakai sampai kedalaman sekitar 300m saja. Untuk yang lebih dalam lagi, DP S-lay bisa dipakai sampai kedalaman 700m. Kecepatan pasang sekitar 4 – 5 km per hari. Ukuran pipa maksimum yang bisa diinstal adalah 60” OD (Allseas Solitair).



Gambar 2. Metode S-lay b. J-Lay Dalam metode ini, kapal menggunakan sebuah menara sentral, biasanya dikonversi dari kapal pengeboran, untuk melakukan pengelasan pada posisi vertikal dan peluncuran pipa dari menara. Pipa dilepaskan dengan cara yang membentuk kelengkungan sagbending, menghindari overbending, seperti yang ditunjukkan gambar dibawah. Kesulitan terbesar dalam metode ini adalah untuk melakukan pengelasan vertikal, meskipun membawa keuntungan dibandingkan dengan metode S-lay untuk perairan dalam. J-Lay memiliki tingkat produksi yang relatif rendah karena terbatasnya jumlah work station. Metode J-Lay sangat cocok untuk perairan dalam dan tidak cocok untuk perairan dangkal. Pengelasan dilakukan hanya oleh satu section jadi lebih lambat dari S-lay dan untuk mempercepat proses, teknik pengelasan yang lebih canggih seperti



friction welding, electron beam welding atau laser welding digunakan. Pipa yang akan dipasang mempunyai sudut yang mendekati vertikal sehingga tidak butuh tensioner. Teknik ini sangat cocok untuk instalasi di laut dalam. Beda dengan Slay, J-lay tidak membutuhkan stinger. Kecepatan pasang sekitar 1-1.5 km per hari. Ukuran pipa maksimum yang bisa diinstal adalah 32” OD (Saipem S-7000) (Soegiono, 2004).



Gambar 3. Metode J-Lay c. Reel Lay Dalam metode ini umumnya pipa yang dinstall adalah pipa berukuran diameter kecil atau pipa yang fleksibel. Pada instalasi ini dibutuhkan vessel yang memiliki drum dengan ukuran besar karena pipa tersebut digulung dalam drum ini. Jika pipa ini dinstall secara horizontal maka akan berbentuk S-Lay namun jika dinstall secara vertikal maka akan berbentuk J-Lay. Metode ini lebih murah jika dibandingkan dengan metode lain ditinjau dari sisi waktu dan biaya, namun terbatas untuk pipa dengan ukuran diameter kecil.



Gambar 4. Metode reel d. Tow or pull Metode ini digunakan dengan cara menarik pipa yang sudah disiapkan di darat dan kemudian ditarik ke tempat instalasi dengan cara ditarik oleh tug boat. Ada 4 jenis tow berdasarkan posisi pipa terhadap dasar laut: bottom tow, off-bottom tow, controlled depth tow and surface tow. Selain bottom tow, diperlukan minimal dua buah kapal, satu di depan dan satu di belakang. Dalam controlled depth tow, kecepatan kapal harus disesuaikan dengan kedalaman pipa yang diinginkan pada saat towing. Dalam towing lay, semua fabrikasi dikerjakan di onshore termasuk pemasangan anode dan coating di sambungan. Menarik buat lapangan yang terletak tidak terlalu jauh dari pantai. Juga cocok untuk aplikasi PIP dan pipe bundle (Guo,et al.,2005).



Gambar 5. Tow or Pull vessels



5.2. Kegunaan Pemasangan Pipa Bawah Laut Pembangunan pipa bawah laut merupakan langkah yang tepat dam efektif untuk mengurangi biaya operasional dan pendistribusian minyak dan gas tersebut apabila dibandingkan misalnya dengan pengangkutan minyak dan gas dalam jumlah besar dengan menggunakan kapal karna akan memakan biaya operasional yang besar. Pendistribusian minyak menggunakan pipa bawah laut juga lebih handal yaitu tidak terpengaruh cuaca. Pembangunan pipa bawah laut sangat membutuhkan informasi mengenai kondisi dasar laut yang berupa survei Batimetri. Survei batimetri merupakan suatu survei yang dilakukan untuk memperoleh data kedalaman dan topografi dasar laut, termasuk lokasi dan luasan objek yang membahayakan (J.P. Kenny, 1993). 6. Prinsip dan Kegunaan Sofware Pengolahan Data Oasis Montaj merupakan software untuk mengolah data metode geofisika (misal magnetik dan gravitasi), menghasilkan peta persebaran anomali dan pemodelan serta beberapa fungsi lainnya. Beberapa proses penapisan data telah dilakukan diantaranya penurunan ke Ekuator (RTE), Penapisan Laluan Rendah (LPF), Terbitan Mendatar Jumlah (THD) dan Isyarat Analistik (AS) (HMGI, 2016). Surfer adalah salah satu perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi lembar titiktitik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horisontal ini memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari proses gridding ini adalah file grid yang tersimpan pada file .grd. Surfer adalah salah satu



perangkat lunak yang digunakan untuk pembuatan peta kontur dan pemodelan tiga dimensi yang berdasarkan pada grid. Perangkat lunak ini melakukan plotting data tabular XYZ tak beraturan menjadi lembar titik-titik segi empat (grid) yang beraturan. Grid adalah serangkaian garis vertikal dan horisontal yang dalam Surfer berbentuk segi empat dan digunakan sebagai dasar pembentuk kontur dan surface tiga dimensi. Garis vertikal dan horisontal ini memiliki titik-titik perpotongan. Pada titik perpotongan ini disimpan nilai Z yang berupa titik ketinggian atau kedalaman. Gridding merupakan proses pembentukan rangkaian nilai Z yang teratur dari sebuah data XYZ. Hasil dari proses gridding ini adalah file grid yang tersimpan pada file .grd. Surfer tidak mensyaratkan perangkat keras ataupun sistem operasi yang tinggi.Oleh karena itu surfer relatif mudah dalam aplikasinya. Surfer bekerja pada sistem operasi Windows 9x dan Windows NT. (Putra, 2012) MAG2DC adalah software untuk memodelkan magnetic, resistivity dan gravity data. Kelebihan Software ini sangat simpel dan mudah digunakan, Kita dapat



memodelkan magnetic, resistivity



Kekurangannnya



kurang



fleksibel,



dan gravity data



secara



merupakan software yang



sudah



cepat. tua,



mudah crash, atau bentrok dengan software lain dalam satu computer (Anonim, 2011)



BAB III METODELOGI A. Alat dan Bahan 1. Laptop 2. Sistem Aplikasi Oasis Montaj, Surfer 12, dan Mag2DC 3. Alat Tulis 4. Data Magnetik Pipa Gas Bawah Laut B. Diagram Alir Mulai



Input data



Koreksi IGRF



Anomali magnetik total



Peta konturbanomali magnetik total



Pembuatan penampang lintasan



Inversi 2D



Hasil dan Pembahasan



Kesimpulan



C. Tahapan Pengolahan Data 1. Pengolahan Data dengan Oasis Montaj 1.1. Dibuka software pengolah data Oasis Montaj 1.2. Dibuat nama file data praktikum kemudian disimpan dengan format data .gpf 1.3. Setelah ada nama file, diimport semua data praktikum untuk proses penggridan disoftware Oasis Montaj dengan format data .txt



1.4. Didalam pengimportan data, proses import data 1 berbeda dengan proses data 2 sampai seterunya. 1.5. Diubah format tulisan D0:0 menjadi format Line atau L1:0 sampai seterusnya 1.6. Selesai proses pengimportan data, dilanjutkan dengan proses pengubahan data di UTM_Easting dan UTM_North menjadi tidak protected 1.7. Dilakukan proses pembuatan koordinat pada data yang ada. Pembuatan koordinat disesuaikan dengan tempat dan satuan pengolahan data 1.8. Ditabel data ditambah kolom pengkoreksian yaitu IGRF, INCL (inclination) dan DIC (declination) 1.9. Setelah ada tabel pengkoreksian, ditambah satu kolom lagi yaitu untuk anomali 1.10. Dilakukan proses gridding pada data yang ada 2. Pengolahan Data dengan Surfer 12 2.1. Dibuka software pengolah data Surfer 12 2.2. Dibuka data hasil gridding dari software Oasis Montaj untuk dilakukan proses pengambilan data dari gambar gridding 2.3. Setelah muncul gambar hasil gridding, kemudian diberi warna dan ketinggian kountur dari gambar hasil gridding 2.4. Diperbesar salah satu titik yang ingin diamati, ditarik garis lurus di sekitar area data yang ingin diamati 2.5. Dilakukan digitize digaris lurus tersebut dan disimpan data koordinat digitize dengan format .bln dan .dat 2.6. Dislice data garis lurus 2.7. Dibuka worksheet baru, lalu diimport data hasil grid slice dengan format data .dat dan disimpan 2.8. Dari data akan ditunjukkan pola rendah-tinggi-rendah dikolom C 2.9. Dibuka worksheet baru untuk data baru praktikum. Di kolom A copy data dari hasil kolom D diworksheet sebelumnya dan dikolom B copy data dari hasil kolom C diworksheet yang sama dengan data kolom D 2.10. Disimpan data baru yaitu kolom A dan B dengan format .dat 3. Pengolahan Data dengan Mag2DC 3.1. Dibuka aplikasi pengolah data Mag2DC



3.2. Dibuat model untuk pemodelan data dengan diklik sytem options dipilih begin a new model 3.3. Diisi nilai intensity, inclination, declination dan susceptibility sesuai dengan data tertinggi yang ada di software Oasis Montaj 3.4. Dipilih satuan hitung dari nilai susceptibility dan dibaca informasi data yang akan dilakukan proses pemodelan 3.5. Pada filename diisi format data yang akan dimodelkan dengan format data .txt 3.6. Dibuat model pada software Mag2dc 3.7. Disimpan model yang sudah jadi dengan format .mod



BAB V KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa : 1. Metode Geofisika merupakan ilmu yang mempelajari tentang bumi dengan



menggunakan pengukuran fisis pada atau di atas permukaan. Secara umum, metode geofisika dibagi menjadi dua kategori, yaitu metode pasif dan aktif. Beberapa metode geofisika yaitu magnetik, gravity, seismik, geolistrik, resistivitas, elektromagnetik dan potensial listrik. 2. Metode magnet merupakan salah satu metode geofisika yang digunakan untuk menyelidiki kondisi permukaan bumi dengan memanfaatkan sifat kemagnetan batuan yang diidentifikasikan oleh kerentanan magnet batuan. Koreksi pada metode magnetik terdiri atas koreksi harian (diurnal), koreksi IGRF, koreksi ketinggian, koreksi topografi (terrain) dan koreksi lainnya. 3.



DAFTAR PUSTAKA Anonim.



2011.



Langkah



Penggunaan



Sofware



MAG2DC.



http://



tunaskehidupan.wordpress.com/2011/03/29/langkah-penggunaan-sofwaremag2dc/ (diakses tanggal 29 Desember 2016 pukul 21.00) Blakely, R.J. 1995. Potential Theory in Gravity and Magnetic Applications. Cambridge University Press: London. Dobrin, M.B., Savit, C.H., 1988. Introduction To Geophysical Prospecting. Mc Graw Hill. Guo, Boyun., et al. 2005. Offshore Pipelines. Gulf Profesional Publishing: Burlington, USA. J.P. Kenny & Partner Ltd. 1993. Structural Analysis of Pipeline Spans. HSE Books: USA Lantu. 2009. Metode Gravitasi dan Geomagnet. Universitas Hasanuddin : Makassar Putra,A. 2012. Laporan Tentang Surfer. http:// andimandalaputra.blogspot.com/ 2012/03/laporan -tentang-surfer.html?m=1 (diakses tanggan 29 Desember 2016 pukul 21.00) Rauf, Abdul . 2012. Miineralisasi Bijih Besi di Kabupaten Donggala Provinsi Sulawesi Tengah. UPN Veteran, Yogyakarta. Santoso, Djoko. 2002. Pengantar Teknik Geofisika. Penerbit ITB: Bandung Shuey, R.T., Pasquale, AS. 1973. End correction in magnetic profile Geophysics. Volume 38, No.3, 507-512. Soegiono. 2004. Pipa Bawah Laut. Airlangga University Pres: Surabaya Telford, W.M. 1976. Applied Geophysics. Cambridge University Press: London. Todd, D.K., 1959. Groundwater Hydrology. John Wiley an Sons. New York. Wahyudi. 2004. Teori dan Aplikasi Metode Magnet. Laboratorium Geofisika FMIPA UGM : Yogyakarta. http://hmgi.or.id/tutorial-pengolahan-data-magnetik-dengan-menggunakan-softwareoasis-montaj/ (diakses tanggal 29 Desember 2016, jam 21.00 WIB )



LAMPIRAN A. Cara Mengolah Data Magnetik Menggunakan Aplikasi Oasis Montaj 1. Buka aplikasi Oasis Montaj pada desktop 2. Pada menu bar pilih File, kemudian pilih Project kemudian klik New



3. Kemudian beri nama file, sebagai contoh Praktek_geo_17_Nov_2016 kemudian klik Save



4. Setelah disimpan, klik menu Data pada menu bar lalu pilih Import dan klik Ascii



5. Cari data yang akan dibuat gridnya, semisal data geomagnetik dengan cara klik Browse.



6. Data yang digunakan dalam format .txt lalu klik Open



7. Setelah ada data yang diinginkan, klik Wizard



8. Kemudian pada data import wizard step 1 of 3 klik Next



9. Kemudian pada data import wizard step 2 of 3 klik Next



10. Kemudian pada Data Import Wizard- Step 3 of 3 pilih Data lalu klik Finish



11. Pada Save the template klik OK



12. Pada klik tabel bertuliskan D0:0, kemudian klik Edit



13. Pada Edit Line, pada kotak bagian Line pada Type ubah menjadi Line OK



Number isi dengan 1 kemudian



14. Lalu pada menu bar klik Data



Ascii



Import



15. Lalu pada File to import pilih data kedua yaitu L2_edit kemudian klik Open



16. Pada Import Wizard klik Wizard



17. Kemudian pada data import wizard step 1 of 3 klik Next



18. Kemudian pada data import wizard step 2 of 3 klik Next



19. Kemudian pada data import wizard step 3 of 3 klik Finish



20. Pada Save the template klik No



21. Kemudian muncul kotak Import, lalu pilih Yes



22. Pilih tabel yang bertuliskan L1:0



List



23. Pilih D0:0



24. Klik D0:0



Edit



25. Pada Edit Line, pada kotak bagian Line pada Type ubah menjadi Line OK



Number isi dengan 2 kemudian



26. Ulangi cara nomor 14 sampai 25 untuk memasukkan data lintasan 3 sampai lintasan 13



27. Setelah semua data dari lintasan 1 sampai lintasan 13 sudah ada kemudian cek UTM_North, dengan cara klik kanan pada mouse lalu lihat Protected



28. Apabila pada Protected ada tanda centang maka hilangkan tanda centang dengan cara mengklik Protected



29. Lakukan cara 27 dan 28 untuk data UTM_Easting



30. Setelah itu membuat koordinat untuk lintasan 1 sampai lintasan 13



31. Pada menu bar klik Coordinates



Change X,Y Coordinates…



32. Muncul kotak Set current X,Y channels, lalu isi Current X (Easting) dengan UTM_Easting, isi Current Y (Northing) dengan UTM_Northing dan pada Current Z (Elevation) isi (none) OK



33. Lalu pada menu bar pilih Coordinates



Set Projection…



34. Muncul kotak Georeference database channels lalu pada X channel UTM_Easting, pada Y channel UTM_Northing dan pada Set as current X,Y? Yes



35. Muncul kotak Unknown a coordinate system (x,y) lalu isi pada X,Y channels tulis UTM_Easting, UTM_Northing, pada Length units tulis Unknown dan padaWarped tulis No kemudian OK



36. Pada kotak Define a coordinate system pilih Projected (x,y) lalu klik Next>



37. Muncul kotak Define a projected coordinate system lalupadakolom Datum pilih WGS 84 dan pada Projection method pilih UTM zone 46N Next>



38. Pada kotak Choose local datum transform isi kolom datum dengan WGS 84 dan pada Local datum transform pilih [WGS 84} World lalu klik Next>



39. Pada kotak Units of length isi kolom Length units dengan metre



Next>



40. Pada kotak coordinate system (x,y) klik OK



41. Pada kolom UTM_Easting akan tertulis X dan pada kolom UTM_Northing akan tertulis Y. Kemudian tambah 1 kolom lagi untuk IGRF lalu tekan enter.



42. Setelah di Enter akan muncul tanda bintang (*) pada kolom IGRF



43. Kemudian klik tulisan GX dibawah menu bar X-Utility



44. Akan muncul kotak Run a GX lalu klik Browse untuk mencari data Igrf.



45. Pada kotak GX file pilih data atau file igrf.gx lalu klik Open.



46. Akan muncul kembali kotak Run a GX lalu klik OK.



47. Lalu lakukan cara 41 dan 42 untuk menambah kolom INCL dan kolom DIC



48. Pada kolom DIC klik kiri dua kali dan akan muncul kotak Computer GRF Channels lalu isi sesuai dengan gambar di bawah, lalu klik OK.



49. Akan muncul nilai-nilai IGRF, INCL dan DIC



50. Setelah itu nilai-nilai data yang lain akan muncul.



51. Kemudian tambah satu kolom lagi disamping DIC yaitu untuk kolom Anomali dengan cara mengklik kolom Anomali lalu isi kotak Create Channel kemudian klik OK.



52. Lalu pada menu bar pilih menu X-Utility



Expressions



53. Muncul kotak Apply Formula kemudian klik OK



54. Akan muncul nilai-nilai pada kolom Anomali



Expression…



55. Setelah semua nilai ada pada setiap kolom, selanjutnya membuat grid dari semua data yang ada. Langkah awal klik menu Grid Gridding Minimum Curvature Dialog Controls…



56. Akan muncul kotak Minimum Curvature Gridding kemudian isi sesuai data yang digunakan lalu klik OK.



57. Akan muncul kotak Geosoft Progress untuk melakukan proses grid untuk data yang telah ada. Tunggu beberapa menit untuk prosesnya berjalan.



B. Cara Mengolah Data Magnetik Menggunakan Aplikasi Surfer 12 58. Setelah proses grid di aplikasi Oasis Montaj kemudian melakukan proses pengolahan data untuk proses grid gambar yang telah dibuat pada aplikasi Oasis Montaj di aplikasi Surfer 12. Caranya adalah klik menu Map New Contour Map..



59. Maka muncul kotak Open Grid lalu pilih data yang ingin dilakukan grid pada data yang telah disimpan. Misalnya data 1 kemudian klik Open



60. Setelah itu akan muncul gambar grid yang telah dilakukan proses gridding di aplikasi Oasis Montaj.



61. Untuk melakukan proses memberi warna pada grid yang ada, maka lakukan cara klik dua kali pada gambar Levels Filled Countour, kemudian pada Fill Countours beri tanda √, pada Fill colors pilih Gravity, pada Color scale beri tanda √.



62. Setelah itu klik gambar dan perbesar gambar. Kemudian tentukan area atau lokasi yang akan dilakukan grid. Pada tab menu Draw pilih Polyline untuk menggambar garis yang akan dilakukan grid.



63. Klik kanan pada gambar lalu pilih Digitize



64. Setelah dilakukan digitize pada garis maka akan muncul data koordinat dari setiap titik digitize



65. Kemudian klik tab menu Grid pilih Slice



66. Muncul kotak Open Grid. Pilih data pertama kali dilakukan slice atau nama konturnya kemudian klik Open.



67. Setelah itu pilih data koordinat yang disimpan lalu klik Open



68. Muncul kotak Grid Slice kemudian pada Output DAT File cari data yang akan dilakukan slice.



69. Pilih data yang telah dilakukan grid dengan format data (*.dat)



70. Kemudian klik Yes



71. Klik OK pada kotak Grid Slice



72. Klik New Worksheet dibawah tab menu File.



73. Akan muncul worksheet kosong. Lalu klik File



Import



74. Setelah itu pilih data koordinat grid yang telah disimpan kemudian klik Open



75. Muncul data yang baru. Diperlukan data C dan D. Dimana data C harus mengikuti pola rendah tinggi rendah



76. Buka worksheet baru. Copy data pada kolom D untuk mengisi data pada kolom A di worksheet baru, dan copy data pada kolom C untuk mengisi data pada kolom B di worksheet baru.



77. Nilai pada Kolom A dan Kolom B sudah ada data baru.



78. Simpan worksheet yang baru dengan cara klik File File name Type (*.dat) Save



Save



isi nama di



79. Kemudian pilih Space pada Data Export Options kemudian klik OK.



C. Cara Membuat Model 2D pada Program Mag2DC 80. Buka aplikasi Mag2dc. Kemudian pilih System Options model



Begin a new



81. Muncul kotak New Model Parameters. Isi nilai Intensity (nT), Inclination (degrees) dan Declination (degrees) sesuai dengan data awal paling tinggi yang telah ada di aplikasi Oasis. Kemudian beri tanda pada pilihan M dan C.G.S di Units of Measure dan centang √ pada Read in Observed data



82. Isi fotmat data pada filename yaitu .*txt kemudian tekan Enter. Akan muncul data yang akan diinginkan.



83. Pilih data yang sesuai dengan praktikum kemudian klik OK



84. Kemudian akan muncul model dan penambahan bodi. Klik OK pada kotak Add a Body



85. Maka buat model dengan cara klik kiri sembarang tempat dan buatlah model yang diinginkan kemudian klik kanan maka model akan terbentuk



86. Apabila ingin menambahkan body atau model , maka klik Edit Model Add a Body



87. Isi nilai pada kotak Body Parameters. Dimana kita isi nilai suseptibilitas sesuai dengan model yang diinginkan kemudian klik OK.



88. Apabila ingin memindahkan atau mengubah bentuk model dengan mouse maka klik Edit Model Change a Corner with the Mouse. lalu dpat klik kanan pada titik model ketempat yang kosong.



89. Cara mengubah letak dan nilai model juga dapat dilakukan dengan cara klik model yang diinginkan kemudian atur nilai Susceptibility , Depth, dan Width



90. Untuk menyimpan model yang dibuat yaitu dengan cara klik System Options Save the current model



91. Beri nama data yang telah dibuat dengan format (.*mod) klik OK



92. Akan muncul kotak save the Model lalu klik OK



93. Model yang dibuat akan tersimpan pada software Mag2dc.



D. Tabel Suseptibilitas Bahan Pipa Besi Tabel 2. Nilai Suseptibilitas Bahan Feromagnetik



E. Data Magnetik Pipa Gas Bawah Laut Tabel 3. Data Magnetik yang digunakan dalam Praktikum



Data Magnetik 0 0.461841326529 6.8656647871 0.473389395295 14.0332597651 0.497392767023 23.4941269051 0.539962890462 26.1543179151 0.553910486346 29.0365743799 0.604046233569 32.2912116016 0.661991942185 35.5458488233 0.71958918021 44.0640496539 0.88636704983 50.5733240973 1.01926107458 53.6845436508 1.08506559897 56.4407047945 1.20608135741 81.3393757904 2.56959834174 87.7004746144 2.58648368883 91.8641316773 2.58353691493 108.789395096 2.4750731412 128.41597336 1.76931184147 135.980051786 1.45047136052 136.934174156 1.41976444863 145.727719744 1.13430810503 152.631847902 0.894732789391 155.404899584 0.798558639984 160.768440959 0.653678239845 163.724037055 0.572085680366 166.452420555 0.552138361755 174.589013613 0.458802045844 182.886743007 0.336656740588