12 0 877 KB
LAPORAN PRAKTIKUM PENYEHATAN AIR DAN PENGELOLAAN LIMBAH CAIR-A “PEMERIKASAAN JUMLAH PADATAN TOTAL (TOTAL SOLID)”
Disusun oleh :
NURFARIDA SAFITRI
(P27833113018)
NUR ZUMAIROTUL MUNA
(P27833113023)
KELOMPOK A KELAS A DIII Kesehatan Lingkungan Surabaya Semester III
KEMENTERIAN KESEHATAN RI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PROGRAM STUDI DIII KAMPUS SURABAYA TAHUN 2014
MENENTUKAN TOTAL ZAT PADAT TERSUSPENSI / TOTAL SUSPENDEDS SOLIDS (TSS) DAN TOTAL ZAT PADAT TERLARUT/ TOTAL DISSOLVED SOLIDS (TDS )
I. Tujuan Umum : Mahasiswa mampu memahami cara-cara penentuan Jumlah Padatan Tersuspensi (TSS) dan Jumlah Padatan Terlarut (TDS) dalam air minum, air bersih, air buangan. Khusus :
Mahasiswa mahir menyiapkan alat-alat dan bahan Mahasiswa mahir menentukan Jumlah Padatan Tersuspensi (TSS)
dan Jumlah Padatan Terlarut (TDS) Mahasiswa mahir menghitung hasil
II. DASAR TEORI Terdapat
banyak
kertas
filter
yang
digunakan
untuk
memisahkan TSS dari TDS (Total Zat Padat Terlarut) tergantung dari ukuran porositas kertas yang digunakan. Ukuran nominal porositas kertas filter yang sering digunakan untuk tes TSS bervariasi dari porositas 0,45 m sampai dengan 2,0 m. ukuran porositas kertas yang
digunakan
penting
untuk
dicatat,
apabila
kita
akan
membandingkan nilai TSS. Alasan mendasar dilakukannya tes TSS adalah : 1. Ukuran nilai TSS tergantung pada tipe dan ukuran porositas kertas yang digunakan. 2. Tergantung dari jumlah sampel yang digunakan untuk analisis penentuan TSS, Autofiltrasi, dimana zat padat tersuspensi yang telah tersaring berfungsi menjadi filter/penyaring (kemungkinan ini bisa terjadi). Autofiltrasi menyebabkan pembiasan nilai kandungan TSS yang sebenarnya.
3. Tergantung dari karakteristik ukuran partikel. Partikel-partikel kecil kemungkinan masih bisa dihilangkan dengan adsorbsi menjadi bahan-bahan yang siap untuk disaring dengan filter. 4. TSS adalah parameter yang tergumpal, sebab jumlah dan distribusi ukuran partikel yang ada, tidak kita ketahui. Meskipun hasil tes TSS secara rutin digunakan untuk mengetahui kinerja proses pengolahan secara konvensional dan filtrasi effluent bila akan di re-used. Pada akhirnya TSS menjadi salah satu yang digunakan sebagai standart untuk mengetahui kinerja dan kontrol proses sebuah instalasi pengolahan limbah cair. Total zat padat terlarut adalah seluruh padatan yang mampu melewati
saringan
kertas
berukuran
2,0
m
atau
kurang,
diklasifikasikan sebagai zat terlarut ( Standart Methods, 1998 ). Ukuran partikel koloidal dalam limbah cair umumnya pada kisaran angka 0,01 – 0,1 m. Perlu dicatat bahwa beberapa penelitian telah melakukan pengklasifikasian ukuran partikel koloidal bervariasi 0,001 – 1,0 m, sedang yang lain berukuran 0,03 – 1,0 m. dalam tulisan teks ini ukuran partikel koloid disepakati 0,01 – 1,0 m. Jumlah partikel koloidal dalam limbah cair yang tidak diolah dan setelah pengendapan pertama tipikal pada range 10 8 – 1012 / mL. Kenyataan bahwa perbedaan partikel koloidal dan bahan-bahan yang betul-betul terlarut, tidak pernah dipermasalahkan dalam analisis
peforma
instalasi
pengolahan
limbah
dan
dalam
perencanaan proses pengolahan limbah cair. Menurut PP No. 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air bahwa kriteria mutu air berdasarkan kelas 1 dan 2 pada deviasi 3 untuk residu tersuspensi (TSS) sebesar 50 mg/l dan untuk residu terlarut sebesar 1000 mg/l. III.
WAKTU DAN TEMPAT Hari, tanggal : Kamis, 27 November 2014 Pukul : 09:00 – 14:30 WIB
Tempat
:
Laboratorium
Kimia
Terpadu
Poltekkes
Surabaya
IV.
ALAT DAN BAHAN Alat :
Corong Kertas saring 2,0 m Gelas ukur Erlenmeyer Spatula Kaca arloji
Pinset / penjepit Cawan porselen Oven Desikator Timbangan analitik
Bahan :
Sampel air sungai Aquadest V. PROSEDUR KERJA TSS (Total Suspended Solid) 1. Letakkan kertas saring pada corong yang dibawahnya terdapat Erlenmeyer untuk menampung sampel air 2. Bilas kertas saring dengan aquadest 20 ml sebanyak 3 kali 3. Ambil kertas saring dengan pinset dan letakkan di atas kaca arloji 4. Masukkan ke dalam oven 105C selama 1 jam menggunakan pinset 5. Lalu keluarkan kaca arloji tersebut dan pindahkan ke desikator selama 15 menit 6. Timbang kertas saring (A1) 7. Masukkan kertas saring ke dalam corong 8. Tuangkan sampel air 100 ml di atas kertas saring 9. Bilas kertas saring dengan aquadest 10 ml sebanyak 3 kali 10. Ambil kertas saring dengan pinset dan letakkan di atas kaca arloji 11. Masukkan ke dalam oven 105C selama 1 jam menggunakan pinset 12. Lalu keluarkan kaca arloji tersebut dan pindahkan ke desikator selama 15 menit 13. Timbang kertas saring (A2) TDS (Total Disolved Solid) 1. Masukkan cawan porselen ke dalam oven 105C selama 1 jam 2. Lalu keluarkan cawan porselen dan pindahkan ke desikator selama 15 menit menggunakan pinset 3. Timbang cawan porselen (B1) 4. Letakkan cawan porselen di atas hot plate
5. Tuangkan
residu
(sampel
air
yang
telah
disaring
pada
pemeriksaan TSS) sebanyak 50 ml sedikit demi sedikit ke cawan porselen hingga habis 6. Ambil menggunakan pinset dan masukkan ke dalam oven 105C selama 1 jam 7. Lalu keluarkan cawan dan pindahkan ke desikator selama 15
VI.
menit menggunakan pinset 8. Timbang cawan porselen (B2) HASIL PRAKTIKUM
Jenis sampel : Air sungai Lokasi pengambilan : Jl. Manyar Tirtomoyo Waktu pengambilan : 09.12 WIB Petugas pengambil sampel: Nurfarida safitri pH :5
TSS (Total Suspended Solid) A1 = 0,40125 gr = 401,25 mg A2 = 0,6809 gr = 680,9 mg Rumus : TSS = (A2 – A1) x 1000
Volume contoh = (680,9 – 401,25) x 1000
= 2796,5 mg/l TDS (Total Disolved Solid) B1 = 10,5224 gr = 10522,4 mg B2 = 10,5372 gr = 10537,2 mg Rumus : TDS = (B2 – B1) x 1000
100
Volume contoh
= (10537,2 – 10522,4) x 1000 50 = 296 mg/l TS (Total Solid)
Rumus : TS = TSS + TDS
= 2796,5 + 296
= 3092,5 mg/l
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan nilai Total Suspended Solid (TSS) sebesar 2796,5 mg/l, menurut PP no. 82 tahun 2001 nilai tersebut tidak memenuhi kriteria mutu air berdasarkan kelas 1 dan 2 pada deviasi 3 untuk residu tersuspensi (TSS) yaitu sebesar 50 mg/l. Namun nilai Total Disolved Solid (TDS) didapatkan hasil nilai 296 mg/l dan nilai ini memenuhi kriteria mutu air berdasarkan kelas 1 dan 2 pada deviasi 3 untuk residu terlarut (TDS) sebesar 1000 mg/l.
VII.
KESIMPULAN Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa sampel air sungai mengandung kadar TSS yang berlebih sehingga tidak memenuhi kriteria mutu air, namun kadar TDS memenuhi kriteria mutu air sehingga masih harus dilakukan pengolahan pada sampel air apabila sampel tersebut digunakan sebagai bahan baku air.
DAFTAR PUSTAKA
Sugeng Purwanto, Didik. 2006. Pengolahan Limbah Cair. Surabaya: Duatujuh http://bpkimi.kemenperin.go.id/bpkimi/extension/pandua n_iso/doc/uu/E00-2001-00082.pdf diakses pada 13 Desember 2014 pukul 21:27 WIB
LAMPIRAN