Laporan Praktikum Parasitologi Pembuatan Apusan Tebal Dan Tipis Pada Pemeriksaan Malaria [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

Laporan Praktikum Parasitologi Pembuatan Apusan Tebal dan Tipis pada Pemeriksaan Malaria



Disusun oleh: Komang Jourdy Kharisma (41150016) I gusti Bagus Surya Negara (41150043) Komang Srighandi Utami Uliana (41150044) Ester Novita Sari (41150047) Aditya Dwi Putra Bombing (41150048) Chatarina Triskawardani Kusumaningrum (41150088)



Fakultas Kedokteran 2016/2017 Universitas Kristen Duta Wacana



Bab I 1.1 Pendahuluan



Malaria merupakan penyakit yang dapat bersifat akut ataupun kronik yang disebabkan oeh protozoa genus Plasmodium ditandai dengan demam ,menggigil,,anemia,dan splenomegaly. Malaria yang diesertai komplikasi disebut malaria berat. Parasit malaria termasuk dalam filum apicomplexa kelas sporozoida genus plasmodium yang terbagi menjadi empat species yang dapat menginfeksi manusia , diantaranya adalah : P. Vivax,P.Ovale,P.Falcifarum dan P.Malariae. Daur hidup plasmodium terdiri dari fase Aseksual dalam tubuh manusia dan fase seksual dalam tubuh vector nyamuk Anopheles betina sebagai hospes definitif. 1. Fase Aseksual dalam tubuh manusia a. Fase eksoeritrositer Saat nyamuk Anopheles infektif menghisap darah manusia,sporozoid masuk ke dalam aliran darah manusia menuju sel hati dan berkembang biak membentuk skizon hati yang terdiri dari 10.000-30.000 merozoid. Proses ini berlangsung kurang lebih dua minggu. Pada P.Vivax dan P.Ovale, sebagian sporozid membentuk hipnozoid (dorman) dalam hati sehingga dapat relaps jangka panjang dan infeksi rekurens. Pada akhir fase ,skizon pecah mengeluarkan merozoid yang masyuk ke aliran darah. b. Fase eritrositer Merozoit menyerang eritrosit dan membentuk trofozoid dan sebagiannya membentuk gametosit dalam eritrosit. Kemudian dari trofozoid terbentuklah skizon dan meozoid kemudian eritosit akan pecah dan melepskan merozid yang dapat menyerang eritrosit lain. Waktu antara awal infeksi hingga ditemukannya parasite daam darah tepi disebut masa prapaten sedangkan waktu antara masuknya sporozoit dalam badan hospes hingga timbulnya gejala disebut masa inkubasi. 2. Fase Seksual dalam tubuh nyamuk Bentuk gametosit dalam eritrosit yang terhisap oleh nyamuk Anopheles masuk kedalam lamung nyamuk melalui gigitan dan terjadilah pembuahan yang disebut zigot. Zigot berkembang menjadi ookinet yang menembus dinding lambung dan menjadi ookista. Ookista yang pecah mencapai kelenjar liur nyamuk dan dapat ditularkan kembali kepada manusia melalui gigitan nyamuk infektif ini.



Diagnosis malaria dapat ditegakan dengan melakukan pemeriksaan sediaan darah tebal dan tipis dengan mikroskop untuk memnetukan ada tidaknya spesies,stadium dan kepadatan plasmodium ( semikuantitatif,kuantitatif).



1. Plasmodium Vivax a. Bentuk Trofozoid muda :  Berbentuk cincin,inti merah,sitoplasma biru  Terdapat vakuola didalamnya  Plasma yang berhadapan dengan inti menebal  Letak plasmodium sentral didalam eritrosit.biasanya hanya satu dalam satu eritrosit b. Bentuk Trofozoid tua :  Bentuk ameboid  Sitoplasma Nampak teratur  Khas : Nampak titik Schuffner c. Bentuk skizon muda :  Bentuk bulat,mengisi hampir separuh eritrosit,plasma padat tidak berakuola  Inti sudah membelah  Antara inti-inti ada titik-titik berwarna coklat yang diesebut butir hematin  Terdapat titik schuffner d. Bentuk skizon tua :  Inti sudah membelah terbagi menjadi 12-24  Tiap pembelahaan inti diikuti sitoplasma sehingga tampak 12-24 buah merozoid  Mengisi penuh eritrosit  Di tengah –tengah terdapat pigmen malaria  Titik schuffner tetap terlihat e. Bentuk gametosit jantan ( mikrogametosit)



 Bentuknya bulat besar,lebih kecil dari makrogametosit  inti besar pucat,dan letaknya sentral  plasma Nampak pucat kelabu sampai merah muda  pigmen malaria tersebar f. bentuk gametosit betina ( Makrogametosit  bentuk lonjong atau bulat lebih besar dari mikrogametosit mengisi hampir seluruh eritrosit  inti Nampak kexil,kompak(padat) ,letaknya eksentris  plasma biru  pigmen malaria tersebar 2. plasmodium falciparum a. bentuk trofozoid muda :  bentuk cincin kecil 0.1-0.3 kali eritrosit  sitoplasma tanoak halus kadang kadang seperti cincin atau burung di pinggir eritrosit ( accole)  inti di tepi eritrosit,merah,kadang kadang ada lebih dari satu inti ( pada infeksi multiple) b. bentuk skzon muda:  mengisi kira-kira separuh eritrosit  bentuk agak membulat  inti sudah membelah tapi belum diikuti sitoplasmanya  pigmen malaria mulai nampak diantara inti  titik Maurer dalam eritrosit menghilang c. bentuk skizon matang :  sitoplasma tidak mengisi seluruh eritrosit( ¾ eritrosit)  inti sudah membelah menjadi 15-30 buah  diikuti pemebelahan sitoplasma sehingga tampak merozoit-merozoit  pigmen malaria sudah menggumpal d. bentuk mikrogametosit  bentuk pisang atau ginjal ,tampak lebih gemuk  plasma merah muda  inti lebih besar,tersebar,pucat  pigmen malaria tersebar diantara inti ,ukuran 2-3 x 9-14 mikrometer e. bentuk makrogametosit  bentuk langsing  plasma biru  inti kecil,padat,senrtal  pigmen malaria tersebar disekitar inti 3. plasmodium malariae : a. bentuk trofozoid muda :  bentuk cincin,inti merah,sitoplasma biru  cincin lebih besar dari P.falciparum b. bentuk trofozoid tua :



 eritrosit tidak membesar  amuboid  plasma melintang berbentuk pita  inti memanjang berbentuk pita  parasite tampak lebih nyata karena plasma kasar dan padat c. bentuk skizon muda :  sitoplasma padat hampir mengisi seluruh eritrosit  inti sudah membelah  terdapat pigmen malaria disekitar inti d. bentuk skizon tua :  seperti bunga mawar  mengisi seluruh eritrosit  inti membelah menjadi 3-12 akan membentuk merozoit  pigmen berkumpu di pusat e. bentuk mikrogametosit :  bentuk bulat hampr mengisi seluruh eritrosit,plasma merah muda  inti besar tersebat,pucat ,sentral  pigmen malaria kasar tersebar f. bentuk makrogametosit  bentuk lonjong atau bulat ,lebih besar dari mikrogametosit  sitoplasma biru  inti tampak kecil,padat,eksentris  pigmen kasar tersebar



1.2 Alat dan Bahan & Langkah Kerja Indikasi Klinis  



Demam Suspect malaria Malaise,lesu,dan riwayat berkunjung atau tinggal di daerah endemik malaria



Alat dan Bahan Umum :       



Meja kerja Tempat sampah biohazard Tempat sampah biasa Sabun cuci tangan Westafel Sarung tangan Marker/spidol/stiker nama



Pengambilan darah :   



Kapas alcohol Lancet Objek glass



Membuat pewarnaan giemsa :      



Rak pencuci objek glass Air dalam botol Giemsa 3% dalam larutan buffer saline Larutan methanol Pinset Pipet



Pemeriksaan mikroskop :  



Mikroskop Minyak emersi



Langkah kerja : Mengambil sampel darah tepi 1. 2. 3. 4.



Persiapkan semua alat dan bahan Jelaskan tujuam,prosedurr dan meminita persetujuan pemeriksaan Menuliskan nama dan tanggal pemeriksaan pada objek glass Menggunakan sarung tangan



5. 6. 7. 8. 9.



Membersihkan jari manis( ring finger) dengan kapas alcohol biarkan mengering Pijat-pijat jari ke arahdistal Tusuk jari pada bagian samping Hapuslah darah yang pertama kali keluar Tempelkan objek glass pada darah sebanyak 1 tetes untuk apusan tipis dan 3 tetes untuk apusn tebal



Membuat apusan tipis : 1. Letakan objek glass berisi darah pada posisi mendatar diatas meja yang datar tegak lurus terhadap pemeriksa. 2. Fiksasi ujung objek glass dengan tangan tidak dominan 3. Dengan tangan dominan ,letakan objek glass pendorong di atas tetesan darah,buat sudut 450 antara objek glass yang berisi darah dengan objek glass pendorong 4. Biarkan darah menyebar keseluruh ujung objek glass pendorong 5. Tarik pendorong kea rah pemeriksa 5 mm,kemudian dorong kearah depan 6. Biarkan apusan mengering pada suhu kamar 7. Masukan dalam metanol 3-15 menit,angkat biarkan etanol pad apusan mengering pada suhu kamar 8. Tetesi larutan giemsa 3% dan biarkan 30 menit 9. Alirkan dengan air pada botol pada bagian atas apusan yang telah tercat 10. Biarkan mongering,dan identifikasi Membuat apusan tebal : 1. 2. 3. 4. 5. 6.



Gunakan salah satu ujung kaca pendorong untuk meratakan darah Ukuran apusan tebal kira-kira 1,5-2 cm Biarkan apusan ini mongering dalam suhu kamar Tetesi larutan giemsa 3 % dan biarkan 30 menit Alirkan dengan air pada botol pada bagian atas dari apusan tebal Biarkan mongering dan identifikasi



BAB II 2.1 Hasil Pemeriksa : Komang S U Uliana ( 41150044) Probandus : Chatarina Triskawardani Kusumaningrum (41150088) Apusan tipis : a. Plasmodium  P.vivax : negatif  P. falcifarum : negatif  P. Ovale : negatif  P. Malariae : negatif b. Eritrosit pecah Bentuk tear drop : positif pada apusan darah tipis c. Leukosit dalam batas normal,tidak terlihat peningkatan leukosit,namun tidak dapat diberikan angka pasti karena tidak dilakukan penghitungan leukosit. Apusan tebal : tidak berhasil karena terhapus pada saat pencucian.



2.2 Pembahasan Komang Srighandi Utami Uliana (41150044) Apusan Tebal : Dari langkah kerja yang telah saya lakukan,saya mendapatkan kesalahan yang saya lakukan pada saat pencucian cat di apusan darah tebal,seluruh apusan saya terhapus di tambah lagi waktu pengeringan saya secara tidak sengaja mengelap bagian apusan sehingga apusan ini tidak dapat digunakan untuk pengamatan. Pembuatan apusan darah tebal dapat digunakan untuk identifikasi plasmodium,menghitung derajad parasitemia per milliliter darah dan identifikasi cacing filaria. Pada pembuatan apusan tebal tidak di fiksasi dengan metanol hal ini untuk membiarkan sel darah merah terhemolisis sehingga leukosit dan parasite malaria merupakan elemen yang dapat di deteksi. Penambahan larutan giemsa digunakan untuk mewarnai sel leukosit dan parasite namun pada larutan giemsa ini juga di tambahkan akuades untuk membantu hemolysis dari eritrosit Apusan tipis : Dari langkah pembuatan apusan tipis ,saya sempat mengulang beberapa kali karena darah yang saya berikan pada objek glass terlalu sedikit ataupun karena keterampilan saya dalam membuat apusan yang masih kurang. Pembuatan apusan tipis digunakan untuk mengidentifikasi plasmodium dan menentukan spesies,melihat sel dan morfologi sel yang terdapat dalam darah misalnya untuk melihat anemia mikrositik hipokorom dan mengitung jumlah trombosit pada malaria dengan diagnosis banding DHF. Oleh karena fungsinya diatas maka sebelum melakukan pengecatan apusan harus di fiksasi terlebih dahulu untuk mencegah lisisnya eritrosit.



Kepala



Pada bagian kepala terlihat eritrosit masih menumpuk satu sama lain. Hal ini terjadi karena kepala merupakan bagian yang paling tebal dari apusan,sehingga eritrosit belum tersebar dengan baik dan masih menumpuk. Tengah ( badan )



Eritrosit telihat sudah saling terpisah dan apusan sudah mulai rata ,pada bagian ini terdapat tear drop



Gambaran tear drop ini terjadi karena kerusakan eritrosit karena tekanan saat pembuatan apusan. Pada daerah ekor terlihat eritrosit sudah sangat berjauhan antara satu dengan yang lain ,hal ini dikarenakan bagian ini merupakan bagian paling tipis dari apusan.



Gambar pembuatan apusan



Hasil Pemeriksa : Chatarina Triskawardani Kusumaningrum (41150088) Probandus : Komang S U Uliana ( 41150044) Apusan tipis : a. Plasmodium  P.vivax : negatif  P. falcifarum : negatif  P. Ovale : negatif  P. Malariae : negatif b. Eritrosit pecah Bentuk tear drop : positif pada apusan darah tipis c. Leukosit dalam batas normal,tidak terlihat peningkatan leukosit,namun tidak dapat diberikan angka pasti karena tidak dilakukan penghitungan leukosit. Apusan tebal : terlihat eritrosit telah lisis sehingga tidak tampak eritrosit, terlihat trombosit leukosit dan sedikit artefak. Pembahasan Chatarina Triskawardani Kusumaningrum (41150088) Apusan Tebal : Dari langkah pembuatan apusan tebal secara makroskopis di dapati tetesan darah yang terlalu banyak sehingga terlihat sangat tebal setelah dicampur, yang akhirnya saya beri perlakuan menggunakan tisu untuk menyerap darah yang berlebih di kaca obyek. Pemberian cat giemsa saya rasa sudah tepat pada waktunya, yaitu menunggu setelah apusan tebal saya telah kering. Hasilnya secara mikroskopis didapati eritrosit telah lisis yang terlihat dari tidak terlihatnya bulatan-bulatan sel eritrosit pada preparat, terlihat juga leukosit dan trombosit yang terlihat di preparat seperti titik-titik berwarna ungu. Pembuatan apusan darah tebal ini merupakan indikasi apabila didapati gejala diagnosis Malaria dimana untuk menentukan banyak nya plasmodium yang ada sehingga bisa ditentukan derajat intensitas infeksi pada pasien. Pada pembuatan apusan tebal tidak di fiksasi dengan methanol, dikarenakan untuk membiarkan terjadinya hemolisis pada sel darah merah sehingga sel-sel ataupun parasit lain daat terlihat. Terlihat pada pewarnaan sudah pas kebasaan nya tidak terlalu asam (merah), terlalu basa (ungu gelap). Didapati adanya artefak yang terlihat sebagai warna putih pada preparat hal ini bisa saja dikarenakan kurangnya pengalaman pemeriksa dalam membuat apusan darah tebal sehingga bisa saja dikarenakan kotor ataupun gelembung. Apusan tipis : Dari langkah pembuatan apusan tipis secara makroskopis sudah di dapati tetesan darah yang cukup namun dikarenakan kurangnya pengealaman pemeriksa ketika membuat apusan sehingga diulang dalam pembuatan apusan tipis. Pengulangan yang terakhir didapati apusan darah tipis yang baik dimana terlihat seperti komet pada kaca obyek. Sehingga terlihat jelas perbedaan antara bagian kepala, badan, dan ekor pada apusan darah tipis. Pembuatan apusan tipis digunakan untuk mengidentifikasi plasmodium dan menentukan spesies,melihat sel dan morfologi sel yang terdapat dalam darah sehingga bisa menentukan terapi yang tepat pada



pasien misalnya untuk melihat jenis anemia (mikrositik hipokorom, makrositik, normositik normokromik) dan mengitung jumlah trombosit pada malaria dengan diagnosis banding DHF. Berbeda dengan apusan darah tebal, apusan darah tipis disini diberikan metanol dimana untuk fiksasi sehingga mencegah terjadinya lisis eritrosit. Secara mikroskopis pada bagian kepala komet, didapati eritrosit yang bergerombol dan berdesakan atau yang disebut dengan rouleaux hal ini dikarenakan posisi darah diteteskan dekat didaerah tersebut ketika proses spreading. Pada bagian badan didapati eritrosit sudah mulai tidak menumpuk sehingga bisa pada bagian ini lebih mudah bagi kita untuk melihat hal-hal yang dicari seperti jenis plasmodium, hitung trombosit, maupun melihat sel dan morfologi sel seperti anemia mikrositik hipokromik. Pada bagian ekor ditemukan eritrosit saling berjauhan dan memberikan space antara eritrosit lain hal ini dikarenakan daerah ini merupakan daerah paling jauh dan paling tipis ketika dilakukan spreading. Terlihat pada pewarnaan sudah pas kebasaan nya tidak terlalu asam (merah), terlalu basa (ungu gelap). Leukosit dalam batas normal,tidak terlihat peningkatan leukosit,namun tidak dapat diberikan angka pasti karena tidak dilakukan penghitungan leukosit.



Apusan darah tebal (400x)



Apusan darah tipis (kepala) 400x



Apusan darah tebal didapati artefak (400x)



Apusan darah tipis (badan) 400x



Apusan darah tipis (ekor) 400x



Hasil dan Pembahasan Jourdy Kharisma Pradyana (41150016) Apusan Tebal : Dari Pada pratikum pembuatan preparat apusan darah tebal didapati distribusi darah kurang bagus karena kesalahan dalam pembuatan apusan itu terjadi karena darah sempat mengental karena terlalu lama didiamkan sebelum dicampur/diaduk, dan disana didapatkan eritrosit yg lisis karena proses pengadukan saat pembuatan apusan. Apusan tipis : Pada pembuatan apusan darah tipis terdapat Realoux, realoux terbentuk karena ketebalan apusan darah terlalu tebal dan tidak merata dan juga terlihat trombosit dalam batas normal dalam 1 lapang pandang, serta terdapat celah udara karena kesalahan dalam membuat apusan sehingga darah tidak terdistribusi dengan merata. Dan didapatkan gambaran eritrosit yang tidak lisis pada preparat apusan darah tipis serta pada preparat apusan darah tipis tidak ditemukannya parasit malaria dalam preparat apusan darah yang menandakan bahwa probandus tidak terjangkit penyakit malaria, Pada infeksi plasmodium falciparum, sediaan apus darah tepi dijumpai parasit muda bentuk cincin (ring form), dapat juga di temukan gametosit ataupun skizon (pada kasus berat yang biasanya disertai dengan komplikasi). Khas gambaran gametosit bentuk pisang dan terdapat bintik Maurer pada sel darah merah. Pada infeksi Plasmodium vivax terutama menyerang retikulosit. Pada sediaan apus darah tipis maupun tebal dijumpai semua bentuk parasit aseksual dari bentuk ringan sampai skizon, sel darah merah membesar, terdapat titik Schuffner pada sel darah merah dan sitoplasma amuboid. Dan pada infeksi Plasmodium malariae terutama menyerang eritrosit yang yang telah matang. Pada sediaan apus darah tepi tipis maupun tebal dapat dijumpai semua bentuk parasit aseksual. Parasit pada sediaan darah tepi tipis berbentuk khas seperti pita (band form), skizon berbentuk bunga ros (rosette form), tropozoit kecil bulat dan kompak berisi pigmen yang menumpuk, kadang- kadang menutupi sitoplasma/ inti atau keduanya.



Preparat apusan tebal



Preparat apusan tipis



Hasil dan Pembahasan Ester Novitasari (41150047) Apusan Tebal : Pada apusan tebal didapati kegagalan pembuatan preparat. Hal ini mungkin terjadi karena praktikan menyiramkan air tepat pada darah setelah pengecatan, bukan mengalirkan melalui atasnya. Pada preparat tidak didapati adanya eritrosit dan malah ditemukan adanya lemaklemak. Eritrosit memang seharusnya tidak ditemukan pada apusan tebal karena pada apusan tebal terjadi lisis pada eritrosit. Sedangkan gelembung air banyak ditemukan yang mungkin disebabkan karena kesalahan praktikan yaitu memasang preparat pada mikroskop dalam keadaan masih basah tanpa menunggu kering terlebih dahulu. Pada apusan tebal ini tidak dapat ditentukan derajat infeksi dari plasmodium, mengingat kegagalan dalam pembuatan preparat dan juga pada apusan tipis tidak ditemukan plasmodium. Probandus yang diambil darahnya juga mengaku tidak menderita malaria dan tidak menjalani pengobatan sehingga tujuan dari apusan darah tebal yakni menentukan kemajuan pengobatan dan menentukan resistensi obat tidak dapat tercapai. Apusan tipis : Pada bagian kepala, didapati eritrosit-oritrosit yang terlihat normal dan tidak terjadi penumpukan. Pada bagian badan, didapati eritrosit sangat berdempet dan bertumpuktumpuk, Pada bagian ekor eritrosit masih berdempet dan bertumpuk-tumpuk, namun pada paling ujungnya eritrosit sudah tidak bertumpuk-tumpuk lagi. Pada keseluruhan preparat didapati warna yang normal, yang menandakan tidak terlalu asam maupun terlalu basa. Keadaan asam mungkin terjadi karena metanol yang memiliki sifat asam. Pada pembuatan apus sediaan darah tipis ini tidak ditemukan adanya parasit malaria (plasmodium) dan tidak ditemukan eritrosit yang litik. Apabila ditemukan plasmodium akan ditemukan gambaran adanya plasmodium di dalam eritrosit dimana plasmodium akan tampak dengan kromatin berwarna merah dan sitoplasma berwarna pucat kebiruan. Selain itu dari preparat terlihat bahwa tiap-tiap eritrosit memiliki ukuran dan bentuk yang kurang lebih sama, pada eritrosit yang terinfeksi plasmodium akan menunjukkan perbedaan bentuk maupun ukuran dibanding eritrosit noral. Tidak juga ditemukan adanya bintik Schiiffner’s yang dapat dideteksi apabila eritrosit mengandung Plasmodium vivax atau Plasmodium Ovale. Bintik Maurer juga tidak ditemukan, bintik ini mungkin terdapat pada eritrosit yang mengandung P. Falciparum. Dilihat dari morfologi eritrosit didapati eritrosit normal yaitu normokrom normositik. Pada preparat didapati gambar dari mikroskop blur setengah layar bagian kiri, hal ini mungkin terjadi karena kurangnya pengalaman praktikan, yaitu identifikasi dilakukan saat preparat masih dalam keadaan basah sehingga mengotori kaca dari mikroskop dan layar mikroskop juga tidak dibersihkan. Selain itu terjadi didapati bahwa baik pada badan dan ekor terjadi penumpukan eritrosit, hal ini dikarenakan pada pembuatan preparat, praktikan tidak melakukan spread dengan benar karena melakukan spreading dengan ragu-ragu sehingga terbentuk sediaan bergaris-garis. Hal ini menyebabkan pada saat melakukan spread terputus-putus terjadi penekanan dan kecepatan yang tidak konstan dan eritrositpun menjadi tertumpuk-tumpuk.



Apusan tebal



Badan (Apusan tipis)



Kepala (Apusan tipis)



Ekor (Apusan tipis)



Hasil dan Pembahasan I Gusti Bagus Suryanegara (41150043) Apusan Tebal : Pada pratikum ini didapatkan gamabaran yang kurang bagus dikarenakan terjadi penumpukan darah. Hal tersebut dapat terjadi karena pada saat pembuatan apusan darah tebal, darah mengental karena terlalu lama didiamkan. Selain itu juga waktu yang dibutuhkan untuk mendiamkan preparat yang seharusnya selama 30 menit tidak dapat terselesaikan dikarenakan terlalu banyak memekan waktu saat pengambilan darah. Di sini juga terlihat adanya realoux, dimana realoux terbentuk karena ketebalan apusan darah terlalu tebal dan tidak merata dan juga terlihat trombosit dalam batas normal dalam 1 lapang pandang, serta terdapat celah udara karena kesalahan dalam membuat apusan sehingga darah tidak terdistribusi dengan merata. Apusan tipis : Pada praktikum ini ditemukan adanya realoux, dan terlihat eritrosit yang tidak lisis. serta pada preparat apusan darah tipis tidak ditemukannya parasit malaria dalam preparat apusan darah yang menandakan bahwa probandus tidak terjangkit penyakit malaria. Penumpukan darah juga terjadi pada apusan darah tipis, hal ini juga dikarenakan kesalahan saat pembuatan preparat. Dimana waktu yang dibutuhkan untuk mendiamkan preparat yang seharusnya selama 30 menit tidak dapat terselesaikan dikarenakan terlalu banyak memekan waktu saat pengambilan darah.



Preparat apusan tebal



Preparat apusan tipis



Hasil dan Pembahasan Aditya Bombing (41150048) Apusan Tebal : Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan, didapatkan adanya leukosit, artefak, serta tidak ditemukan adanya eritrosit. Jumlah leukosit yang ditemukan masih dalam batas normal yang mengindikasikan probandus dalam keadaan sehat. Akan tetapi, pada pemeriksaan ini juga ditemukan adanya artefak dan kotoran, sehingga cukup mengganggu dalam hal melakukan pemeriksaan ini, terutama dalam identifikasi plasmodium pada apusan darah. Hal ini disebabkan karena ketidaktelitian praktikan dalam membersihkan obyek glass, sehingga ditemukan artefak maupun kotoran pada apusan darah. Sementara itu, tidak ditemukannya eritrosit pada apusan darah disebabkan karena eritrosit dihemolisis setelah penambahan air pada apusan darah tebal. Kemudian, dari segi pewarnaan preparat cukup baik dimana ditemukan latar merah muda pada preparat. Apabila ditemukan warna merah mengindikasikan preparat terlalu asam, sedangkan warna ungu ataupun biru mengindikasikan preparat terlalu basa.



Kotoran



leukosit



Artefak



Apusan darah tipis Berdasarkan pemeriksaan terhadap apusan darah tipis, ditemukan adanya tiga bagian pada preparat apusan darah, yaitu bagian kepala, badan, dan ekor. Pada bagian kepala, ditemukan eritrosit saling bergerombol dan berdesakan satu sama lain. Hal ini disebabkan karena pada saat akan dimulai spreading, obyek glass diletakkan pada satu sisi ( bagian kepala ), sehingga darah cenderung menumpuk pada sisi tersebut dan mengakibatkan eritrosit cenderung bergerombol dan berdesakan satu sama lain. Sementara itu, pada bagian badan ditemukan eritrosit cukup beraturan dan tidak berdesakan maupun bertumpukan satu sama lain. Bagian badan khususnya zona 4 ini merupakan even zona, sehingga paling efektif digunakan dalam hitung eritrosit maupun identifikasi parasit malaria. Kemudian, pada bagian



ekor ditemukan eritrosit saling berjauhan satu sama lain. Hal ini disebabkan karena bagian ekor merupakan bagian paling tipis dengan distribusi darah paling sedikit ketika dilakukan spreading, sehingga ditemukan gambaran eritrosit saling berjauhan satu sama lain. Sama halnya pada pemeriksaan apusan darah tebal, pada apusan darah tipis juga ditemukan leukosit dalam jumlah normal. Kemudian, dari segi pewarnaan preparat cukup baik dimana ditemukan latar merah muda pada preparat. Apabila ditemukan warna merah mengindikasikan preparat terlalu asam, sedangkan warna ungu ataupun biru mengindikasikan preparat terlalu basa.



Zona 1 (eritrosit saling bertumpukan)



Zona 2



Zona 3



(eritrosit tersebar merata)



(eritosit saling berjauhan)



Kesimpulan 1. Pada pemeriksaan ini praktikan tidak menemukan adanya parasite Plasmodium 2. Praktikan masih banyak melakukan kesalahan dalam pembuatan apusan darah tebal dan tipis pada pemeriksaan malaria dikarenakan kemampuan dan keterampilan praktikan yang belum memadai.



Daftar Pustaka Mansjoer, Arif. 2014. Kapita Selekta Kedokteran Edisi IV. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta Sinha. K . A. 2005. Malaria. A P H Publishing Corporation. Buku Panduan Blok 3.03. 2017. Gangguan Hematologi. Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana