Laporan Praktikum Pembuatan-Sabun Batang [PDF]

  • Author / Uploaded
  • Mr r
  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Kelapa sawit bukanlah tanaman asli Indonesia namun dapat hadir, tumbuh, dan berkembang dengan baik di wilayah Indonesia. Kelapa sawit mempunyai produk olahan (out put) berupa minyak sawit yang menjadi salah satu komoditas perkebunan yang handal. Minyak sawit mempunyai pangsa pasar yang besar baik di dalam maupun luar negeri. Minyak sawit atau yang dikenal dengan Crude Palm Oil (CPO) merupakan minyak nabati berwarna jingga kemerah-merahan yang diperoleh dari proses ekstraksi daging buah tanaman Elaeis guinneensis (kelapa sawit). Pada umumnya, varietas yang digunakan adalah varietas tenera yang mempunyai cangkang yang tipis dan daging buah yang tebal. Proses tahapan ekstraksi minyak sawit ini meliputi tahapan perebusan, perontokan buah dari tandan, pengolahan minyak dari daging buah, dan pemurnian. Dalam perkembangannya, CPO yang dihasilkan dapat diolah kembali menjadi produk-produk turunan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Produk-produk yang dapat dihasilkan yaitu minyak goreng, sabun, biodiesel, margarin, gliserol dan produk-produk lainnya. Produk yang menjadi pembahasan adalah sabun yang merupakan hasil dari reaksi saponifikasi yang terjadi akibat pencampuran minyak sawit dengan larutan basa. Sabun merupakan komoditi hasil olahan minyak kelapa sawit yang populer yang berfungsi sebagai zat yang mampu membersihkan dan mengangkat benda asing. Reaksi yang terjadi pada saat pembuatan sabun dari minyak kelapa sawit disebut saponifikasi. Saponifikasi



dilakukan



dengan



mereaksikan



minyak



kelapa



sawit



(triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat



1



dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air. Sabun biasanya berbentuk padatan tercetak yang disebut batang karena sejarah dan bentuk umumnya. Penggunaan sabun cair juga telah telah meluas, terutama pada sarana-sarana publik. Jika diterapkan pada suatu permukaan, air bersabun secara efektif mengikat partikel dalam suspensi mudah dibawa oleh air bersih. Di negara berkembang, detergen sintetik telah menggantikan sabun sebagai alat bantu mencuci. Sabun yang telah berkembang sejak zaman Mesir kuno berfungsi sebagai alat pembersih. Keberadaan sabun yang hanya berfungsi sebagai alat pembersih dirasa kurang, mengingat pemasaran dan permintaan masyarakat akan nilai lebih dari sabun mandi.



1.2 Rumusan Praktikum Pada dasarnya, yang menjadi pokok permasalahan adalah 1. Bagaimanakah proses pembuatan sabun dari minyak sawit atau CPO ? 2. Katalis apa yang harus digunakan dan berapakah kadarnya ? 3. Bagaimanakah hasil dari proses yang dilakukan ?



1.3 Tujuan Praktikum Adapun tujuan praktikum yang dilakukan, antara lain: 1. Mempelajari proses pembuatan sabun dari CPO. 2. Untuk mengetahui reaksi yang terjadi pada proses pembuatan sabun dari CPO.



1.4 Manfaat Praktikum Adapun manfaat praktikum yang dilakukan, antara lain: 1. Dengan adanya praktikum ini mahasiswa mampu melakukan proses pembuatan sabun minyak kelapa sawit (CPO). 2. Mahasiswa mengetahui hal-hal yang dibutuhkan pada pembuatan sabun.



2



BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Saponifikasi Saponifikasi pada dasarnya adalah proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khususnya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Reaksi dibawah ini merupakan reaksi saponifikasi tripalmitin / trigliserida.



Gambar 2.1 Reaksi Saponifikasi tripalmitin



Selain dari reaksi diatas sabun juga bisa dihasilkan dari reaksi netralisasi Fatty Acid (FA), namun disini hanya didapat sabun tanpa adanya Gliserin (Glycerol), karena saat proses pembuatan Fatty Acid, glycerol sudah dipisahkan tersendiri.



Gambar 2.2 Reaksi saponifikasi Asam lemak



3



Selain dari minyak atau lemak dan NaOH pada pembuatan sabun dipergunakan bahan-bahan tambahan sebagai berikut: a. Zat pewarna b. Parfum, agar baunya wangi.



2.2 Sabun 2.2.1 Sejarah Sabun Produk



sabun



sebenarnya



tidak



pernah



ditemukan,



tetapi



secara



berkesinambungan dapat dikembangkan dari campuran alkali kuat dan bahan berlemak (fatty material). Sekitar tahun 1800, sabun dipercaya sebagai hasil campuran mekanis untuk memperoleh sabun kasar dan sabun lunak telah dikembangkan pada abad pertama melalui suatu proses. Bahan mentah yang tersedia dalam perang dunia I membuat jerman mengembangkan sabun sintesis dan deterjen (detergent). Proses ini dilaksanakan dengan mengkomposisi reaksi sulfonasi naftalena yang mengandung rantai alkil pendek yang merupakan zat pembasah (wetting agent).



2.2.2 Pengertian Sabun Sabun adalah salah satu karbon yang sangat komersial baik dari sisi penggunaan dalam kehidupan sehari-hari maupun persaingan harga produk yang memberikan pengembangan yang cukup baik. Sabun merupakan surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Sabun biasanya berbentuk padatan yang tercetak seperti batangan. Sabun merupakan merupakan suatu bentuk senyawa yang dihasilkan dari reaksi saponifikasi. Saponifikasi adalah reaksi hidrolisis asam lemak oleh adanya basa lemah (misalnya NaOH). Hasil lain dari reaksi saponifikasi ialah gliserol. Selain C12 dan C16, sabun juga disusun oleh gugus asam karboksilat.



4



Gambar 2.3 Struktur Asam Laurat



Prinsip utama kerja sabun ialah gaya tarik antara molekul kotoran, sabun, dan air. Kotoran yang menempel pada tangan manusia umumnya berupa lemak. Untuk mempermudah penjelasan, mari kita tinjau minyak goreng sebagai contoh. Minyak goreng mengandung asam lemak jenuh dan tidak jenuh. Asam lemak jenuh yang ada pada minyak goreng umumnya terdiri dari asam miristat, asam palmitat, asam laurat, dan asam kaprat. Asam lemak tidak jenuh dalam minyak goreng adalah asam oleat, asam linoleat, dan asam linolena. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Seperti yang kita ketahui, air adalah substansi kimia dengan rumus kimia H2O, yaitu molekul yang tersusun atas dua atom hidrogen yang terikat secara kovalen pada satu atom oksigen. Air bersifat tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau pada kondisi standar, yaitu pada tekanan 100 kPa (1 bar) and temperatur 273,15 K (0 °C). Air sering disebut sebagai pelarut universal karena air melarutkan banyak zat kimia. Kelarutan suatu zat dalam air ditentukan oleh dapat tidaknya zat tersebut menandingi kekuatan gaya tarik-menarik listrik (gaya intermolekul dipol-dipol) antara molekul-molekul air. Bahan baku pembuatan sabun, antara lain: a. Minyak kelapa sawit Mengandung asam palmitat, asam oleat, asam stearat, dan asam myfistat. b. Minyak Zaitun Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat. c. Minyak Kelapa Mengandung asam palmitat, asam oleat dan asam stearat.



5



Mengapa minyak dapat larut dengan bantuan sabun dalam media air? Dari penjelasan di atas, pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan mudah. Fenomena tersebut tidak lepas dari gaya tarik menarik molekul. Gaya tarik antara dua molekul polar ( gaya tarik dipol-dipol) menyebabkan larutan polar larut dalam larutan polar. Molekul polar mempunyai dipol yang permanen sehingga menginduksi awan elektron non polar sehingga terbentuk dipol terinduksi, maka larutan nonpolar dapat larut dalam non polar. Hal tersebut dapat menjelaskan proses yang terjadi saat kita mencuci tangan. Saat pencucian tangan, air yang merupakan senyawa polar menginduksi awan elektron sabun sehingga dapat membantu larutnya asam lemak yang juga merupakan senyawa non polar. Maka dari itu, bila kita mencuci tangan dengan menggunkan sabun, lemak yang menempel pada tangan akan melarut bersama sabun dengan bantuan air.



2.3 Minyak Lemak dan minyak merupakan senyawa organik yang penting bagi kehidupan makhluk hidup. Lemak dan minyak merupakan salah satu kelompok yang termasuk golongan lipida. Salah satu sifat yang khas dan mencirikan golongan lipida adalah daya larutnya dalam pelarut organik (misalnya ether, benzene, chloroform) atau sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air. Kelompok lipida dapat dibedakan berdasarkan polaritasnya atau berdasarkan struktur kimia tertentu. a. Kelompok Trigliserida ( lemak,minyak,asam lemak dan lain-lain ). b. Kelomok turunan asam lemak ( lilin,aldehid asam lemak dan lain-lain ). c. Fosfolipida dan serebrosida ( termasuk glikolipida ). d. Sterol-sterol dan steroida. e. Karotenoida. f. Kelompok lipida lain.



6



Trigliserida merupakan kelompok lipida yang paling banyak dalam jaringan hewan dan tumbuhan. Trigliserida dalam tubuh manusia bervariasi jumlahnya tergantung dari tingkat kegemukan seseorang dan dapat mencapai beberapa kilogram. Fosfolipida, glikolipida, sterol dan steroida terdapat dalam jaringan hewan dan tumbuhan dalam jumlah yang lebih sedikit dari pada trigliserida. Dalam tubuh manusia, kelompok ini hanya merupakan beberapa persen saja dari bahan lipida seluruhnya. Karotenoida dalam tubuh manusia lebih sedikit lagi jumlahnya, biasanya dalam seluruh tubuh manusia hanya terdapat kurang dari 1 gram. Dalam jaringan tanaman, karotenoida terdapat dalam jumlah lebih banyak. Secara Dentitif, lipida diartikan sebagai semua bahan organik yang dapat larut dalam pelarut organik yang mempunyai kecenderungan nonpolar. Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar dari kelompok lipida. Trigliserida ini merupakan senyawa hasil kondensasi satu molekul gliserol dengan tiga molekul asam lemak.



Gambar 2.4 Reaksi kimia asam lemak dengan gliserol



Secara umum lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu ruang berada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu ruang berbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak dan lemak.



7



Reaksi dan sifat kimia pada minyak atau lemak: 1. Esterifikasi Proses Esterifikasi bertujuan untuk asam-asam lemak bebas dari trigliserida, menjadi bentuk ester. Reaksi esterifikasi dapat dilakukan melalui reaksi kimia yang disebut interifikasi atau penukaran estar yang didasarkan pada prinsip trans-esterifikasi Fiedel-Craft. 2. Hidrolisa Dalam reaksi hidrolisa, lemak dan minyak akan diubah menjadi asamasam lemak bebas dan gliserol, proses ini dibantu adanya asam, alkali, uap air, panas, dan eznim lipolitik seperti lipase. Reaksi hidrolisis mengakibatkan kerusakan lemak dan minyak yaitu “hydrolytic rancidity” yaitu terjadi flavor dan rasa tengik pada lemak atau minyak. Hal ini terjadi karena terdapat sejumlah air dalam lemak dan minyak tersebut.



Gambar 2.5 Reaksi Hidrolisa pada trigliserida



3. Penyabunan Reaksi ini dilakukan dengan penambahan sejumlah larutan basa kepada trigliserida. Bila penyabunan telah lengkap, lapisan air yang mengandung gliserol dipisahkan dan kemudian gliserol dipulihkan dengan penyulingan. 4. Enzimatis Enzim yang dapat menguraikan lemak atau minyak dan akan menyebabkan minyak tersebut menjadi tengik, ketengikan itu disebut “Enzimatic rancidity” Lipase yang bekerja memecah lemak menjadi gliserol dan asam lemak serta menyebabkan minyak berwarna gelap.



8



Enzim



peroksida



membantu



proses



oksidasi



minyak



sehingga



menghasilkan keton.



Gambar 2.6 Reaksi Enzimatis



5. Oksidasi Oksidasi dapat berlangsung bila terjadi kontak antara sejumlah oksigen dengan lemak atau minyak. Terjadinya reaksi oksidasi ini akan mengakibatkan bau tengik kepada minyak atau lemak “Oxidative rancidity”. 6. Hidrogenasi Proses Hidrogenasi bertujuan untuk menjernihkan ikatan dari rantai dari karbon asam lemak pada lemak atau minyak. Setelah proses Hidrogenasi selesai,



minyak



didinginkan



dan



katalisator



dipisahkan



dengan



penyaringan. Hasilnya adalah minyak yang bersifat plastis atau keras, tergantung pada derajat kejenuhan. Sifat fisika lemak dan minyak : 1. Bau amis (fish flavor) yang disebabkan oleh terbentuknya trimetil- amin dari lecitin 2. Bobot jenis dari lemak dan minyak biasanya ditentukan pada temperatur kamar 3. Indeks bias dari lemak dan minyak dipakai pada pengenalan unsur kimia dan untuk pengujian kemurnian minyak.



9



4. Minyak atau lemak tidak larut dalam air kecuali minyak jarak (Coaster oil), sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna dalam dietil eter, karbon disulfide dan pelarut halogen. 5. Titik didih asam lemak semakin meningkat dengan bertambahnya panjang rantai karbon. 6. Rasa pada lemak dan minyak selain terdapat secara alami juga terjadi karena asam-asam yang berantai sangat pendek sebagai hasil penguraian pada kerusakan minyak atau lemak 7. Titik kekeruhan ditetapkan dengan cara mendinginkan campuran lemak atau minyak dengan pelarut lemak 8. Titik lunak dari lemak atau minyak ditetapkan untuk mengidentifikasikan minyak atau lemak 9. Shot Melting point adalah temperatur pertama saat terjadi tetesan pertama dari minyak/lemak. 10. Slipping point digunakan untuk pengenalan minyak atau lemak alam serta pengaruh kehadiran komponen-komponennya. Senyawa lemak dan minyak merupakan senyawa alam penting yang dapat dipelajari secara lebih dalam dan relatif lebih mudah bila dibandingkan dengan senyawa makro nutrien lain. Kemudahan tersebut diakibatkan oleh: 1. molekul lemak relatif lebih kecil dan kurang kompleks dibandingkan karbohidrat atau protein. 2. molekul lemak dapat disintesis di laboratorium menurut kebutuhan. Analisis lemak dan minyak yang umum dilakukan ,dapat digolongkan dalam tiga kelompok tujuan berikut: 1. Penentuan kuantitatif atau penentuan kadar lemak yang terdapat dalam bahan makanan atau pertanian. 2. Penentuan kualitas minyak (murni) sebagai bahan makanan yang berkaitan dengan proses ekstraksinya, atau ada tidaknya perlakuan pemurnian lanjutan misalnya penjernihan, penghilangan bau, penghilangan warna dan sebagainya.



10



3. Penentuan sifat fisis maupun kimiawi yang khas atau mencirikan sifat minyak tertentu. Ekstraksi merupakan salah satu cara untuk menentukan kadar lemak dalam suatu bahan. Sebagai senyawa hidrokarbon, lemak dan minyak pada umumya tidak larut air tatapi dalam pelarut organik. Penentuan kadar lemak dengan pelarut, selain lemak juga terikut fosfolipida, sterol, asam lemak bebas, karotenoid, dan pigmen lain. Karena itu hasil analisanya disebut lemak kasar (crude fat). Ada dua cara penentuan kadar lemak berdasarkan jenis bahan 1. Bahan Kering Ekstraksi lemak dari bahan kering dapat dilakukan terputus-putus atau berkesinambungan. Ekstraksi secara terputus dilakukan dengan soklet. Sedangkan secara berkesinambungan dengan alat goldfish. 2. Bahan Cair Penentuan kadar lemak dari bahan cair dapat menggunakan botol Babcock atau dengan Mojoinner. Jenis Minyak dan lemak dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan sifatsifatnya. Pengujian sifat-sifat minyak tersebut salah satunya adalah penentuan angka penyabunan dan penentuan angka asam. Angka penyabunan dapat diartikan sebagai banyaknya (mg) KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram asam lemak atau minyak. Angka penyabunan sendiri dapat dipergunakan untuk menentukan berat molekul minyak secara kasar. Minyak yang disusun oleh asam lemak berantai C pendek berarti mempunyai berat molekul relatif kecil akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya minyak dengan berat molekul besar mempunyai angka penyabunan relatif kecil. Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram KOH atau NaOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gram minyak atau lemak.



11



Angka asam besar menunjukan asam lemak bebas yang besar yang berasal dari hidrolisis minyak atupun karena proses pengolahan yang kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya.



2.4 Minyak Kelapa Virgin (Virgin Coconut Oil) Minyak kelapa virgin (VCO) adalah minyak kelapa yang diperoleh dengan ekstraksi atau pengempaan pada suhu tidak lebih dari 60 °Celsius, sehingga minyak yang dihasilkan berwarna bening seperti air dan kandungan nutrisi, aroma, dan rasa kelapa tetap terjaga dengan baik. Minyak kelapa virgin memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi daripada minyak kelapa jenis lain. Biasa digunakan untuk bahan baku kosmetik dan juga dikonsumsi langsung sebagai asupan gizi berkalori tinggi. Untuk keperluan komersial, Badan Standardisasi Nasional (BSN), telah menetapkan standar mutu untuk minyak kelapa virgin, sebagaimana dituangkan dalam SNI 7381-2008. Pada dasarnya, teknik ekstraksi minyak kelapa virgin (VCO) bisa dilakukan dengan dua metode, yakni metode basah dan metode kering.



2.4.1 Metode Basah Metode basah menggunakan bahan baku santan kelapa cair. Minyak dari santan cair ini diekstrak dengan cara pengendapan, fermentasi atau menggunakan mesin sentrifugal. Setelah itu, minyak yang sudah terpisah dari air dan padatan lainnya selanjutnya dipindahkan untuk disaring supaya jernih.



2.4.2 Metode Kering Metode kering dilakukan dengan memarut dan mengeringkan daging kelapa sehingga kadar airnya di bawah 3%. Pengeringan harus dilakukan pada suhu di



12



bawah 60 derajat Celsius sehingga kelapa tidak berubah warna menjadi kuning. Selanjutnya kelapa parut kering tersebut dikempa dengan menggunakan tenaga hidrolik sehingga minyaknya keluar.



BAB III ALAT DAN BAHAN 3.1 Alat dan Fungsi Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan sabun, yaitu: 1. Beaker Glass, berfungsi dalam menampung sampel dan melakukan penelitian sampel secara visual. 2. Gelas ukur 50 ml, merupakan tabung panjang yang terbuat dari kaca maupun plastik (polimer) dan dilengkapi dengan indikator ukuran volume pada dindingnya. Gelas ukur berfungsi sebagai wadah untuk mengukur volume larutan dengan akurat. 3. Neraca Digital berfungsi untuk membantu mengukur berat serta cara kalkulasi fecare otomatis harganya dengan harga dasar satuan banyak kurang. 4. Mixer, untuk melarutkan semua bahan yang sudah siap di campur



3.2 Bahan dan Fungsi Bahan yang digunakan dalam pengujian penentuan kadar asam lemak bebas pada CPO yaitu: 1. Minyak kelapa 150 gram 2. Soda api 26,92 3. Akuades / air.



13



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Saponifikasi merupakan proses pembuatan sabun yang berlangsung dengan mereaksikan asam lemak khusunya trigliserida dengan alkali yang menghasilkan gliserol dan garam karboksilat (sejenis sabun). Sabun merupakan garam (natrium) yang mempunyai rangkaian karbon yang panjang. Saponifikasi dilakukan dengan mereaksikan minyak kelapa sawit (triglisrida) dengan alkali (biasanya menggunakan NaOH atau KOH) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Saponifikasi juga dapat dilakukan dengan mereaksikan asam lemak dengan alkali sehingga menghasilkan sabun dan air.



4.1.1 Prosedur Kerja Tata cara atau prosedur kerja dalam pembuatan sabun dari bahan VOC, yaitu: 1. Tuangkan 57,25 ml air kedalam wadah. 2. Tuangkan juga 26,92 gram soda api kedalam air, aduk dengan hati hati hingga larut. 3. Diamkan selama kurang lebih 4-5 jam atau hingga suhu normal. 4. Masukan 150 gram kelapa kedalam wadah, lalu masukan juga larutan soda api yang suda larut ke dalam minyak 5. Aduk menggunakan mixer selama kurang lebih 3 menit hingga adonan benar benar tercampur rata 6. Diamkan adonan selama kurang lebih 20-30 menit, aduk setiap 10-15 menit berikutnya, dapatkan tekstur yang diinginkan. Mixer lagi sebentar untuk memastikan bahan tercampur rata 7. Siapkan cetakan, lalu tuangkan adonan tadi kedalam nya



4.1.2 Hasil Pengamatan



14



Setelah di mixer sabun akan mengalami reaksi saponifikasi



4.2 Pembahasan Ketika kita memasukkan NaOH/KOH ke dalam air untuk dilarutkan, pada awalnya air akan menjadi keruh. Namun, setelah kita aduk berkali-kali hingga larut, air yang semula keruh menjadi bening kembali. Hal ini menunjukkan bahwa NaOH/KOH telah larut dalam air. Pada saat kita mencampurkan larutan NaOH/KOH ke dalam minyak, pastikan minyak tersebut sudah mendidih karena proses saponifikasi pada sabun membutuhkan suhu sekitar 80–100 °C untuk menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang disebut alkali - basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam). Karena dibuat melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air. Cara kerja sabun adalah mengikat minyak kedalam air, sehingga akhirnya minyak dan kotoran dapat dibilas dengan lebih mudah. Molekul-molekul sabun berbentuk panjang dan tipis. Pada hampir seluruh panjangnya (atau "ekornya") strukturnya tepat sama dengan molekul-molekul minyak, karena itu memiliki afinitas atau keakraban dengan molekul-molekul minyak. Tapi, pada salah satu ujungnya yang lain (atau "kepalanya") ada sepasang atom yang muatan listriknya sedemikian hingga hanya senang bergabung dengan molekul-molekul air, dan kepala inilah yang membuat seluruh molekul sabun menyatu dengan air yang membuatnya dapat larut.



15



BAB V PENUTUP 5.1 KESIMPULAN Dari pengolahan data diatas, kita dapat menyimpulkan: 1. Sabun adalah surfaktan yang digunakan dengan air untuk mencuci dan membersihkan. Setiap sabun dibuat melalui reaksi antara lemak dengan bahan yang disebut alkali --basa yang sangat kuat (basa adalah lawan dari asam). Karena dibuat melalui pencampuran sebuah senyawa organik (asam lemak) dengan sebuah senyawa anorganik (alkali), molekul sabun mempertahankan beberapa ciri keduanya. Molekul sabun mempunyai sebuah kaki organik yang senang bergandengan dengan bahan-bahan organik berminyak, dan sebuah kaki anorganik yang senang bergandengan dengan air. Itulah sebabnya sabun memiliki kemampuan tiada banding dalam menarik kotoran berminyak dari tubuh atau pakaian ke dalam air. 2. Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa, menghasilkan gliserol dan sabun mentah. 3. Titik akhir proses saponifikasi adalah trace. Trace merupakan suatu kondisi pada saat cairan yang diaduk (minyak kelapa) mulai mengental. Pada saat ini biasanya ditambahkan pengharum, peawarna dan zat-zat aditif lainnya. 4. Hasil percobaan yang diperoleh yaitu terjadi nya saponifikasi



16



5.2 SARAN 1. Sebelum melakukan



pengujian sebaiknya menggunakan peralatan



keamanan seperti masker, sarung tangan karet dan kaca mata jika diperlukan. Para praktikan harus disiplin pada peraturan dan petunjuk yang ada untuk bekerja di laboratorium. 2. Pada saat melarutkan NaOH, jangan menuangkan air ke dalam NaOH akan tetapi masukkanlah NaOH ke dalam wadah yang berisi air.



DAFTAR PUSTAKA https://id.scribd.com/doc/26616864/Laporan-Praktikum-Pembuatan-Sabun diakses pada 12 September 2022



17