13 0 761 KB
LAPORAN PRATIKUM BAHAN PAKAN DAN NUTRISI TERNAK “PENGENALAN DAN PENGAMBILAN BAHAN BAKU DI PABRIK”
Disusun Oleh: Kelompok A Nama
NIM
Dhimas Yusantoro
181510102011
Asisten Pendamping: Listya Purnamasari, S.Pt., M.Sc.
PROGRAM STUDI PETERNAKAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS JEMBER KEMENTRIAN RISET, TEKNOOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI OKTOBER, 2019
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bahan pakan merupakan bahan yang dapat dimakan oleh ternak dan dapat dicerna serta diabsorbsi kandungan manfaat bagi ternak. Oleh karena itu, agar dapat disebut sebagai bahan pakan maka harus memenuhi persyaratan tersebut, sedangkan yang dimaksud dengan pakan adalah bahan yang dapat dimakan, dicerna, dan diserap baik secara keseluruhan atau sebagian serta tidak mengandung racun dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum adalah campuran beberapa pakan yang disusun sedemikian rupa untuk memenuhi asupan nutrisi ternak, proses penyusunan dari ransum disebut dengan formulasi pakan. Sebelum melakukan formulasi pakan, dilakukan analisis proksimat untuk menentukan kandungan nutrient pada bahan pakan yang akan digunakan. Pakan yang memiliki kandungan nutrisi yang lengkap dapat membangun sumber energy dan memelihara tubuh ternak. Kandungan nutrisi yang harus ada dalam pakan yaitu protein, lemak, karbohidrat, mineral, vitamin, dan air. Bahan pakan yang digunakan dapat juga memanfaatkan limbah dari hasil industry pertanian dan perikanan. Tetapi ketika akan memanfaatkan bahan tersebut harus melakukan analisis proksimat untuk mengetahui kandungan nutrisi yang ada. 1.2 Manfaat dan Tujuan Pada praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui serta menganalisis bahan pakan yang disediakan dan juga akan bermanfaat ketika melakukan formulasi pakan.
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
Pakan merupakan komponen vital dalam peternakan baik peternakan unggas atau ruminansia. Potensi pakan yang tersebar luas di Indonesia dengan jumlah dan variasi yang bermacam-macam, maupun bahan pakan yang belum dimanfaatkan tetapi memiliki potensi sebagai bahan pakan. Dibandingkan dengan negara lain Indonesia kaya akan sumber daya alam, khususnya bahan pakan. Sejauh ini belum banyak penelitian-penelitian yang menggali sumber bahan pakan yang mempunyai standarisasi sehingga mempunyai nilai yang bisa diandalkan. Dalam usaha peternakan harga pada pakan menjadi masalah yang sering dialami oleh peternak adalah semakin mahalnya harga pakan. Hal ini tentu saja memberatkan peternak, karena fluktuasi harga pakan yang tidak stabil dengan produksi bahan pakan, sehingga fenomena ini membuat banyak peternak gulung tikar. Solusi yang dilakukan dalam menangani masalah ini adalah pengembangan dan pemanfaatan bahan pakan lokal sehingga dapat mengurangi biaya untuk membeli bahan pakan impor, menjalin kerja sama dengan lembaga-lembaga penelitian atau akademisi untuk mencari bahan pakan alternative pengganti bahan baku pakan konvensional. Perlu diperhatikan dalam melakukan pemanfaatan bahan pakan alternative yaitu kandungan gizi yang menjadi faktor utama dalam pemilihan bahan pakan alternative, kemudian palatabilitas perlu diperhatikan karena berhubungan dengan mau atau tidak ternak dalam menerima pakan tersebut, selanjutnya daya cerna yang menjadi tolak ukur potensi gizi yang kemudian untuk sintesis jaringan tubuh ternak. Harga pada bahan pakan alternative disesuaikan dengan lokasi dimana pemanfaatan bahan pakan dilakukan. Zat pembatas atau zat anti nutrisi perlu diperhatikan untuk meningkatkan avilibilitas pakan. Ketersediaan pakan juga menjadi faktor yang diperhatikan agar tidak mempengaruhi kelangsungan hidup ternak (Subekti, 2009). Era globalisasi sekarang tidak lepas dengan perkembangan teknologi modern dan meningkatnya tuntutan pasar kepada pihak industri untuk memenuhi kepuasaan konsumen dengan cara barang atau jasa yang sesuai dengan standar masa kini dengan kualitas tinggi. Kegiatan operasional pabrik dalam memberikan
kualitas tinggi harus mempunyai proses pengendalian mutu, supaya dapat menjaga kualitas yang disajikan. Pemeriksaan dan pengujian pada bahan baku pakan harus melewati standar pengendalian mutu dari pabrik sebelum didistribusikan. Pengendalian mutu dalam proses pemeriksaan dan pengujian bahan baku pakan memiliki fungsi utama dalam sebuah industri pabrik. Pencapaian kualitas yang diutamakan oleh suatu pabrik pakan perlu menggunakan Total Quality Management (TQM) yaitu manajemen secara keseluruhan mulai dari pengendalian bahan baku pakan, pengendalian produksi bahan pakan, dan pengendalian produk jadi. Proses dalam TQM harus memperhatikan beberapa hal yaitu pengendalian mutu produk merupakan tanggung jawab perusahaan dalam menjamin mutu produksinya. Adapun pemeriksaan dan pengujian bahan baku yaitu pemeriksaan keterangan pendukung yang artinya asal muasal bahan baku dan kandungan nutrient di dalamnya, pemeriksaan fisik pada kondisi kemasan, pemeriksaan expire date, pemeriksaan bahan secara kimia (PH, logam berat, dll). Selain pemeriksaan kimia, pemeriksaan bahan baku secara biologi yaitu kapang, serangga, bakteri, dll. Tingkat kesukaan bahan baku untuk ternak dilakukan tes organoleptic yaitu bau, rasa, warna, tekstur. Pengujian bahan baku pakan juga dilakukan secara mikroskopis dengan tujuan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi bahan baku dari bendabenda asing. Pengukuran kadar air pada bahan baku pakan juga perlu diperhatikan, karena dapat mempengaruhi hampir keseluruhan bahan pakan seperti tekstur, warna, bau, dan rasa. Serta kadar air dalam jumlah bervariasi dapat menjadi masalah karena apabila kadar air tinggi dapat mendukung pertumbugan jamur yang mengahilkan beberapa jenis mixotoksin, apabila kadar air semakin tinggi daya maka semakin rendah daya tahan terhadap kerusakan. Pengujian kandungan protein, serat, lemak, dan mineral dilakukan untuk melihat kesesuaian kandungan nutrient kandungan yang datang dengan perjanjian pembelian. Pada bahan baku yang memanfaatkan limbah ternak dilakukan uji pepsin digest untuk menentukan kecernaan protein pada tepung limbah ternak. Bahan pakan ini diolah menggunakan suhu tinggi sehingga dikhawatirkan adanya denaturasi protein yang sulit dicerna oleh ternak, seperti tepung bulu minimal 75% dari protein harus dicerna oleh pepsin. Penggunaan molase pada bahan baku pakan juga dilakukan pengujian brix
untuk
mengetahui
kandungan
gula
dengan
menggunakan
refractometer
berdasarkan sifat optic molasis (Bidura, 2017) Bahan pakan dapat digolongkan sesuai dengan kebutuhan yaitu bentuk kemasan, bentuk curah, dan bentuk cair. Pada bahan pakan bentuk kemasan, teknik pengemasan yang baik juga memberikan daya simpan pakan yang lama dan tetap mempertahankan kualitas bahan baku pakan. Umumnya bahan baku pakan buatan dikemas dengan karung, plastik anyaman pada bagian luar dan untuk bagian dalam dilapis dengan kantong plastik tipis transparan. Adapun kemasan dari kertas semen yang lapisan luar menggunakan kertas semen dan pada bagian dalam menggunakan kantong plastik tipis transparan. Biasanya kemasan ini digunakan pada berat 5-10 kg. Biasanya bahan bakan yang dikemas seperti dedak, polar, dan lain-lain (Retnani, 2015) Bahan baku pakan curah merupakan suatu bahan komoditas bahan pakan yang disimpan atau ditangani dalam skala besar dan tidak dikemas. Penyimpanan bahan baku dalam bentuk curah dapat dilakukan menggunakan cara disimpan di dalam gudang, di silo, dan di dalam tangki. Untuk penyimpanan di dalam gudang jenis bahan baku pakan dapat digunakan untuk jagung, dedak, dan lain-lain. Desain dari penyimpanan dalam bentuk curah di dalam gudang yaitu bahan pakan ditumpahkan di lantai gudang dengan sekat atau tanpa sekat. Penggunaan silo dalam penyimpanan bahan baku bentuk curah yaitu bahan pakan disimpan di dalam ruangan berbentuk silinder dan lantai berbentuk kerucut sehingga bahan pakan akan terkumpul dibawah. Penyimpanan ini biasanya digunakan untuk bahan pakan yang berbentuk biji-bijian. Sedangkan untuk bahan pakan berbentuk cair penyimpanannya dalam bentuk tangki dan digunakan untuk menyimpan seperti molase atau minyak nabati. Dalam
penyimpanan
dan
pembongkaran
menggunakan
pompa
untuk
mempermudah penggunaan bahan. Kualitas pada bahan baku pakan merupakan faktor dalam menentukan pemilihan bahan pakan yang akan digunakan. Kualitas nutrient yang terkandung dalam bahan pakan harus mempunyai komposisi nilai gizi, serat, dan energi yang lengkap serta mempunyai nilai palatibilitas dan daya cerna untuk ternak. Secara garis besar penentuan komposisi pada bahan baku pakan dilakukan dengan analisis
proksimat untuk mendapatkan lemak kasar, serat kasar, protein, abu, kandungan air, dan BETN. Analisis proksimat penggambaran bagian kecil dalam bahan bakan tidak dapat digambarkan dengan lengkap berdasarkan manfaat dan tingkat kecernaan untuk ternak. Sebagai pelengkap dari analisis proksimat dilakukan Analisis Van Soest untuk menyempurnakan bagian kecil pada komponen serat yang tidak dapat dianalisa pada analisis proksimat. Kualitas pada bahan pakan ternak dapat dianalisa dengan akurat untuk menggambarkan kandungan nilai gizi dengan tujuan untuk menentukan klasifikasi bahan pakan yang akan disusun sesuai dengan kebutuhan ternak dan juga mempertimbangkan harga bahan yang akan digunakan.
BAB III. MATERI METODE
3.1 Materi Pada praktikum ini bahan yang digunakan adalah dedak, pollard, CGM, jagung kuning, kacang hijau, molasses, ketan hitam, ketan putih, sabut kelapa, phosphor, CaC𝑂3, indigovera, daun kacang tanah, daun lamtoro, daun singkong. Alat-alat yang digunakan yaitu probes, corong, timbangan dan saringan 3.2 Metode Pengenalan bahan baku dilakukan terlebih dahulu untuk diamati kondisi fisik yang meliputi warna, aroma, tekstur, dan bau, kemudian bahan baku tersebut dikelompokkan menurut dengan kegunaan pakannya. Tahap selanjutnya yaitu pengambilan sample yang diambil 5 titik yaitu 2 titik di depan, 2 titik di belakang, 1 titik di tengah yang masing-masing sebanyak 100 gram, sementara bahan baku cair diambil 3 titik yaitu titik atas, tengah dan bawah yang masing-masing 100ml. Proses selanjutnya yaitu analisa fisik pada bahan baku biji-bijian, analisa fisik ini meliputi warna, tekstur, aroma dan bau. Pemisahan biji-bijian yang dilakukan yaitu biji pecah, biji mati, biji jamur, kotoran janggel, dan benda-benda asing. Tujuannya dilakukan pemisahan biji-bijian yaitu untuk mengukur presentase antara benda asing dan biji sempurna pada sample yang diambil. Setelah melakukan proses tersebut dilakukan pencatatan pada table pengamatan yang telah dibuat oleh praktikan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Tabel 1. Pengamatan Fisik Bahan Pakan Pengamatan Fisik Jenis Bahan Aroma
Tekstur
Bau
Sumber
Dedak
Warna Kuning Kehijauan
Padi
Halus
Tidak Tengik
Energi
Polard
Coklat
Gandum
Kasar
Tidak Tengik
Energi
Jagung kuning
Kuning
Tidak Beraroma
Kasar
Tidak Tengik
Energi
Kacang hijau
Hijau
Tidak Beraroma
Kasar
Tidak Tengik
Protein
Molases
Hitam
Menyengat
Kental
Tidak Tengik
Energi
Ketan Putih
Putih
Padi
Kasar
Tidak Tengik
Energi
Putih Bening
Agak Menyengat
Halus
Tidak Tengik
Mineral
Ketan hitam
Hitam
Padi
Kasar
Tidak Tengik
Energi
Sabut Kelapa
Coklat
Tidak Beraroma
Kasar
Tidak Tengik
Energi
Bening
Agak Menyengat
Cair
Tidak Tengik
Mineral
Kuning
Agak Manis
Agak Kasar Tidak Tengik
Protein
Hijau
Pahit
Halus
Tidak Tengik
Protein
Putih Kekuningan
Agak Manis
Kasar
Tidak Tengik
Energi
Daun Kacang Tanah
Hijau
Tawar
Kasar
Tidak Tengik Karbohidrat
Daun Lamtoro
Hijau
Tawar Segar
Kasar
Tidak Tengik
Protein
Daun Singkong
Hijau
Pahit
Agak Kasar Tidak Tengik
Vitamin
CaCO3
Phospor CGM Indigofera Bongkol Jagung
Tabel 2. Pengambilan Sample Bahan Pakan Biji-Bijian Jenis bahan
Jagung kuning
Ulangan
Jumlah sample
Pengamatan sample
Pemeriksaan bijian
Warna
Aroma
Tekstur
Biji pecah
Biji jamur
Kotoran janggel
Biji putih
Biji lubang
Biji mati
Ulangan 1
58
orange
Tidak beraroma
kasar
2
3
0
0
0
1
Ulangan 2 Ulangan 3 Ulangan 4
122 80 45
jingga orange orange
jagung jagung jagung
padat biji halus halus
2 0 1
5 7 3
1 9 9
1 1 0
3 2 0
0 3 3
Ulangan 5
120
jingga
jagung
padat biji
2
6
0
5
6
3
7
24
19
7
11
10
1,6%
5,6%
4,5%
1,6%
2,6%
2,4%
Jumlah
425 Presentase
4.2 Pembahasan Pada tabel 1 merupakan hasil pengamatan fisik dengan mencatat warna, aroma, tekstur, dan bau dari bahan pakan yang disediakan. Secara keseluruhan jenis bahan pakan yang diamati dari segi warna mempunyai warna yang normal tanpa adanya pemanasan berlebihan hingga berubah warna kecoklatan, kecuali polard dan sabut kelapa yang warna dasar dari hasil pengolahan pakan bewarna coklat. Pada biji-bijan seperti jagung kuning dan kacang hijau memiliki warna normal, karena apabila terkena hujan dan angin dapat menghasilkan warna terang atau gelap dan bertumbuhnya jamur. Penyimpanan dengan suhu tinggi juga dapat merubah warna biji menjadi coklat (Bidura, 2017). Aroma yang dihasilkan pada jenis bahan pakan yang disediakan merupakan aroma khas dari bahan pakan itu sendiri. Pada tekstur bahan pakan yang mengalami ayakan seperti dedak ditujukan untuk homogenitas bahan pakan (Bidura, 2017). Tekstur pada bahan pakan yang diujikan, diteliti dengan metode visual dan peraba. Dari segi bau pada jenis bahan pakan yang disediakan, tidak mengalami bau tengik karena bahan pakan yang disediakan masih segar dalam segi fisik. Apabila sebuah bahan pakan mengalami bau tengik dapat di indikasikan bahan pakan tersebut terkena serangan serangga dan jamur. Kotoran pada hewan pengerat seperti tikus juga dapat menyebabkan bau tengik pada bahan pakan (Bidura, 2017). Selanjutnya pada bagian sumber sebagai output seperti pada Tabel 1 memiliki sumber energi, sumber protein, sumber mineral, sumber karbohidrat, dan sumber vitamin. Penentuan sumber output untuk ternak sendiri dilakukan pengujian analisis proksimat, lalu disempurnakan dengan Analisis Van Soest yaitu mengestimasi kandungan nutrient yang tidak terlihat pada analisis proksimat berdasarkan kelompok tertentu atas keterikatan anion atau kation detergen. Pada Tabel 2 yang mempunyai data dari pengambilan sampel bahan pakan biji-bijian mengidentifikasi aroma, tekstur, dan warna pada jagung kuning. Pada ulangan 1 sampai dengan ulangan 5 secara keseluruhan berwarna jingga, selain itu pada aroma jagung ulangan 1 sampai dengan ulangan 5 hampir semuanya beraroma jagung, kecuali ulangan 1 yang tidak beraroma karena disebabkan faktor menguapnya kadar air yang menyebabkan penurunan mutu fisik (Adrizal et al,
2011). Kemudian pada tesktur mempunyai hasil yang beragam karena disebabkan karena sentuhan fisik setiap kelompok praktikan dan keragaman mutu fisik yang didefinisikan menurut biji utuh, biji pecah, biji jamur, biji rusak (Adrizal et al, 2011). Pada proses pemeriksaan biji-bijian total keselurahan sampel biji jagung kuning yang diambil berjumlah 425 biji, pada ulangan 1 sampai dengan ulangan 5 biji yang pecah mempunyai jumlah 7 dengan presentase 1,6% dari 100%, hal ini menunjukan bahwa proses pemipilan atau perontokan jagung dilakukan dengan baik. Jumlah pada biji jamur pada keseluruhan ulangan berjumlah 24 dengan presentase 5,6% dari 100%, hal ini menunjukan bahwa sampel yang diambil memiliki proses penyimpanan yang baik. Pada kotoran janggel memiliki total keseluruhan 19 biji dengan presentase 4,5% dari 100%. Hal ini menunjukan bahwa kebersihan pada sampel yang diujikan cukup bersih. Sementara itu, pada biji putih memiliki total 7 biji dengan presentase 1,6% dari 100% dan biji berlubang berjumlah 11 biji dengan presentase 2,6% dari 100%. Terakhir pada biji mati berjumlah 10 biji dengan presentase 2,4% dari 100%. Keseluruhan pengujian sampel menggunakan penangkapan visual secara manual pada setiap masingmasing kelompok praktikum yang dimana bisa terjadi human error karena keletihan, penglihatan, bias, tekanan, dan pencahayaan yang tidak sesuai (Adrizal et al, 2011). Adrizal et al, 2011 telah mengembangkan sebuah penelitian tentang meningkatkan akurasi pada pemilahan bahan pakan biji-bijian dengan validasi sebagai proses metode Jaringan Syaraf Tiruan yang didukung dengan penglihatan citra digital yaitu dengan hasil akhir akurasi dengan presentase
BAB V. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan Keseluruhan hasil yang dilakukan pada saat praktikum mempunyai variasi hasil yang beragam. Dimana pada setiap praktikan mengidentifikasi sesuai dengan kemampuan individu praktikan. Diharapkan pada praktikum ini mahasiswa dapat mengetahui berbagai jenis bahan pakan serta dapat diterapkan untuk formulasi pakan sesuai dengan kebutuhan di masa mendatang 5.2 Saran Penambahan bahan pakan untuk ditambah agar mahasiswa lebih mengetahui secara luas terkait jenis-jenis bahan pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adrizal, Adrizal. Anggraini, D. Novita, N. Santosa, Santosa. Andasuryani, Andasuryani. (2011). Pendugaan Kualitas Fisik Biji Jagung untuk Bahan Pakan Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Berdasarkan Data Citra Digital. Jurnal Peternakan Indonesia. 13 Bidura, G. D. E. 2017. Buku Ajar Teknologi Dalam Industri. Denpasar. Fakultas Peternakan Universitas Udayana Putri, Budi R. T. P., Ida B. G. W., Dewi Ayu. 2017. Manajemen Pabrik Pakan. Denpasar. Fakultas Peternakan Universitas Udayana Retnani, Yuli. 2015. Proses Industri Pakan. Bogor. IPB Press Tim Laboratorium IPB. 2013. Buku Pengetahuan Bahan Makanan Ternak. Bogor. CV Nutri Sejahtera
LAMPIRAN
Lampiran 1. Tabel Pengamatan Fisik
Lampiran 2. Pengamatan Fisik Bahan Pakan Biji-Bijian
Lampiran 3. Pengamatan Bahan Pakan (1)
Lampiran 4. Pengamatan Bahan Pakan (2)
Lampiran 5. Pengamatan dan Pemeriksaan Biji Jagung