Pengenalan Pakan Unggas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat dimakan dan dapat dicerna sebagian atau seluruhnya tanpa mengganggu kesehatan ternak yang memakannya. Agar ternak peliharaan tumbuh sehat dan kuat, sangat diperlukan pemberian pakan. Pakan memiliki peranan penting bagi ternak, baik untuk pertumbuhan ternak muda maupun untuk mempertahankan hidup dan menghasilkan produk (susu, telur, daging) serta tenaga bagi ternak dewasa. Agar ternak tumbuh sesuai dengan yang diharapkan, jenis pakan yang diberikan pada ternak harus bermutu baik dan dalam jumlah cukup. Di alam ini banyak bahan pakan yang memiliki potensi untuk dapat memberikan asupan nutrisi pada ternak unggas dengan baik seperti pemanfaatan dedak padi, bungkil kelapa, dan tepung jagung, dan lain sebagainya. Selain bahan pakan yang ada di alam, ada juga pemanfaatan limbah untuk pakan unggas contohnya seperti limbah kulit kerang. Masing-masing bahan pakan memiliki kandungan dan fungsi yang berbeda sesuai dengan kebutuhan nutrisi pada unggas tersebut. Oleh karena itu kita perlu mengetahui jenis-jenis bahan pakan yang baik bagi unggas beserta kandungan nutrisi yang dimilikinya. Sehingga dilakukanlah praktikum “Pengenalan Bahan Pakan Unggas” agar sebagai mahasiswa peternakan kita bisa mengetahui bahan pakan yang baik untuk unggas.



2



1.2 Identifikasi Masalah 1. Apa saja jenis-jenis pakan unggas. 2. Bagaimana pengujian dasar kualitas pakan unggas secara fisik dan mikroskopis.



1.3 Maksud dan Tujuan 1. Mengetahui mengenai jenis-jenis pakan unggas. 2. Mengetahui pengujian dasar kualitas pakan unggas secara fisik dan mikroskopis.



1.4 Manfaat Praktikum 1. Mendapatkan informasi mengenai persyaratan pakan unggas 2. Mendapatkan informasi tentang penggolongan pakan unggas berdasarkan fungsinya. 3. Mendapat informasi mengenai bentuk pakan unggas berdasarkan bentuk fisiknya. 4. Mendapat informasi mengenai cara mengevaluasi bahan pakan unggas.



1.5 Waktu dan Tempat Hari, Tanggal



: Senin, 20 Maret 2017



Waktu



: Pukul 12.30-14.30 WIB



Tempat



: Laboratorium Produksi Ternak Unggas, Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran.



3



II KAJIAN KEPUSTAKAAN



2.1 Pengertian Bahan Pakan Bahan pakan merupakan segala sesuatu yang dapat diberikan kepada ternak baik organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa menimbulkan gangguan kesehatan pada ternak. Ransum adalah campuran beberapa bahan pakan yang disediakan bagi hewan untuk memenuhi kebutuhan akan nutrien yang seimbang dab tepat selama 24 jam meliputi lemak, protein, karbohidrat, vitamin dan mineral (Anggorodi, 1995). Pemberian ransum pada ayam pada prinsipnya adalah untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan membentuk sel jaringan tubuh. Bahan pakan yang digunakan untuk menyusun ransum ternak unggas harus mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh unggas untuk hidup pokok, pertumbuhan dan untuk berproduksi serta bereproduksi. Ransum yang efisien bagi ayam adalah ransum yang seimbang antara tingkat energi dan kandungan protein, mineral, vitamin, serta zat-zat makanan lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan ayam (Pramu dkk, 1980).



2.2 Macam Bahan Pakan 2.2.1 Jagung Jagung merupakan energi utama bagi ternak karena kandungan pati jagung lebih dari 60-80% dan mudah dicerna karena kandungan serat kasar relatif rendah. Pati jagung berbentuk amilosa amilopektin. Jagung mengandung xantofil



4



yang berguna untuk meningkatkan kepekatan warna kuning pada kaki ayam dan kuning telur. Kandungan lemak jagung lebih tinggi 3% disbanding sorgum, gandum, gaplek dan beras. Protein pada jagung hanya 8,5% tetapi jagung mempunyai kandungan energy metabolisme (ME) sebesar 3430 kkal/kg, serat kasar 2%, kalsium 0,02%, fosfor 0,3% dan energy tercerna (DE) yang baik (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Jagung merupakan butiran yang mempunyai total nutrien tercerna (TDN) dan net energi (NE) yang tinggi. Kandungan TDN yang tinggi (81,9%) adalah karena pertama jagung sangat kaya akan bahan ekstrak tanpa nitrogen (Beta-N) yang hampir semuanya pati. Kedua, jagung mengandung lemak yang tinggi dibandingkan dengan semua butiran kecuali oat, dan ketiga, jagung mengandung sangat rendah serat kasar, oleh karena itu mudah dicerna. Kandungan protein jagung rendah dan defisiensi asam amino lisin. Dari butiran yang ada, hanya jagung kuning yang mengandung karoten. Kandungan karoten jagung akan menurun dan/atau hilang selama penyimpanan (Ridla, 2014). Jagung yang baik terlihat segar, tidak berlubang dan tidak banyak debu serta kotoran. Jagung yang kusam menggambarkan jagung tersebut sudah lama disimpan, biasanya timbul serangga dan jamur. Penentuan kualitas jagung giling yang beredar di pasar lebih sulit karena partikelnya sudah berupa tepung dan halus. Namun berdasarkan pengalaman masih bisa dibedakan yaitu jagung giling yang berasal dari stok jagung yang baru hasil gilingan antara butiran dan tepung sangat kelihatan, artinya butirannya cukup banyak. Apabila jagung berasal dari stok lama (kualitas rendah) biasanya hasil gilingannya lebih halus dan butirannya sedikit. Begitu juga pada jagung giling yang dicampur dengan dedak jagung, jelas



5



butirannya lebih sedikit dan lebih ringan bila dibandingkan dengan hasil giling dan jagung murni (Kushartono, 2000).



2.2.2 Bungkil Kedelai Bungkil kedelai merupakan limbah dari produksi minyak kedelai. Sebagai bahan makanan sumber protein asal tumbuhan, bungkil ini mempunyai kandungan protein yang berbeda sesuai kualitas kacang kedelai. Kisaran kandungan protein bungkil kedelai mencapai 44-51%. Hal ini selain oleh kualitas kacang kedelai juga macam proses pengambilan minyaknya. Pada dasarnya bungkil kedelai dikenal sebagai sumber protein dan energi (Rasyaf, 1994). Untuk menentukan kualitas bungkil kedele secara visual sama dengan yang lain, pertama yang dilihat bagaimana kemasannya. Hal ini penting karena kemasan yang kurang baik mudah terkontaminasi. Kedua bagaimana tampilan fisiknya. Bungkil kedele yang baik partikelnya kecil-kecil dan rata, warnanya kekuning-kuningan (Kushartono, 2000). Bungkil kedelai ini sangat disukai oleh ternak. Namun penggunaannya perlu diperhatikan karena zat penghambat trypsin mungkin masih tersisa pada bungkil kedelai yang diproduksi dengan pemakaian suhu yang rendah. Secara kualitatif, kualitas bungkil kedelai dapat diuji menggunakan bulk density ataupun uji apung. Bulk density bungkil kedelai yang baik adalah 594,1–610,2 gr/l. Selain itu uji organoleptik seperti tekstur, rasa, warna, dan bau dapat dipakai untuk mengetahui kualitas bungkil kedelai yang baik. Uji sekam dengan larutan flouroglusinol dapat juga dilakukan untuk mengevaluasi kualitas bungkil kedelai. Bungkil kedelai agak rendah mengadung kalsium (0,27%). Kandungan fosfor



6



lebih rendah dibandingkan dengan bungkil biji kapas yaitu rata-rata 0,63%. Seperti biji kedelai, bungkil kedelai tidak menyediakan karotena dan vitamin D. Bungkil kedelai tidak kaya riboflavin, tetapi kandungannya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung dan butiran lainnya. Kandungan niasin tidak tinggi. Kandungan thiamin bungkil kedelai sama dengan butiran lainnya (Ridla, 2014).



2.2.3 Dedak Dedak merupakan hasil sisa dan penumbukan atau penggilingan padi. Untuk keperluan penyusunan ransum ayam, dedak bisa diberikan 10-30% (Djanah, 1985). Dedak padi merupakan bahan pakan yang telah digunakan secara luas oleh sebagian peternak di Indonesia. Sebagian bahan pakan yang berasal dari limbah agroindustri. Dedak mempunyai potensi yang besar sebagai bahan pakan sumber energi bagi ternak (Scott dkk, 1982). Dedak padi merupakan limbah pengolahan padi menjadi beras dan kualitasnya bermacam-macam tergantung dari varietas padi. Dedak padi adalah hasil samping pada pabrik penggilingan padi dalam memproduksi beras. Dedak padi merupakan bagian kulit ari beras pada waktu dilakukan proses pemutihan beras. Dedak padi digunakan sebagai pakan ternak, karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi, harganya relatif murah, mudah diperoleh, dan penggunaannya tidak bersaing dengan manusia (Rasyaf, 2002). Kelemahan utama dedak padi adalah kandungan serat kasarnya yang cukup tinggi, yaitu 13,0% dan adanya senyawa fitat yang dapat mengikat mineral dan protein sehingga sulit dapat dimanfaatkan oleh enzim pencernaan. Inilah yang merupakan faktor pembatas penggunaannya dalam penyusunan ransum. Namun,



7



dilihat dari kandungan proteinnya yang berkisar antara 12-13,5 %, bahan pakan ini sangat diperhitungkan dalam penyusunan ransum unggas. Dedak padi mengandung energi termetabolis berkisar antara 1640 – 1890 kkal/kg. Kelemahan lain pada dedak padi adalah kandungan asam aminonya yang rendah, demikian juga halnya dengan vitamin dan mineral (Rasyaf, 2004). Sebagai bahan pakan, dedak padi mempunyai beberapa karakter yaitu mempunyai bau khas wangi dedak, berwarna cokelat dan tidak menggumpal. Jika dilihat di bawah mikroskop, dedak padi berbentuk butiran-butiran dengan permukaan yang tidak rata namun lembut seperti kapas. Dedak padi umumnya tidak tahan disimpan dan cepat menjadi tengik. Hal ini disebabkan oleh tingginya kandungan lemak. Dedak padi ketersediaannya sangat dipengaruhi oleh waktu atau musim. Pakan ini merupakan bahan yang bersifat mudah rusak selama penyimpanan jika disimpan melebihi waktu tertentu (Amrullah, 2002). Cara menentukan kualitas dedak padi dengan secara visual tidak berbeda dengan jagung, yang pertama dilihat bagaimana kemasannya, karena biasanya pengusaha dedak kurang memperhatikan kualitas karung yang dipakai. Akibat pemakaian karung dengan seadanya dedak yang beredar banyak serangga karena mudah terkontaminasi. Kedua lihat tampilan dedak, dedak yang baik partikelnya halus dan rata, tidak menggumpal, baunya segar tidak tengik serta tidak terlihat adanya campuran sekam. Dedak yang baik apabila digenggam dalam kepalan dedak tersebut bisa menggumpal. Untuk dedak kualitas rendah banyak mengandung campuran sekam, tidak menyatu atau menggumpal bila digenggam (Kushartono, 2000).



8



2.2.4 Tepung Ikan Tepung ikan dapat berasal dari ikan jenis kecil maupun jenis besar atau limbah/sisa bagian-bagian ikan yang tidak diikutsertakan dalam pengalengan. Kendala yang sering dijumpai adalah bahwa kadar lemak yang tinggi dari tepung ikan karena bahan baku awal tinggi lemak atau dalam proses pengolahan tidak dilakukan pembuangan lemaknya. Tepung ikan yang baik bila kadar lemak 10% dan tidak asin. Rasa asin ini terjadi karena penambahan NaCl sebagai pengawet sering ditambahkan pada bahan baku ikan yang kurang segar. Tepung ikan yang ada di Indonesia dibedakan antara impor dan lokal. Sementara ini tepung impor dianggap lebih baik karena protein kasar lebih dari 60% dan kadar lemak rendah, sedangkan tepung ikan lokal dengan konversi randemen 20% dari bahan baku hanya mempunyai kadar protein kasar 55–58% dan termasuk grade C. Pemakaian tepung ikan untuk ransum unggas berkisar 10–15% dengan syarat sumbangan lemak ransum dari tepung ikan maksimal 1% (Ridla, 2014). Tepung ikan kualitasnya sangat bervariasi, tepung ikan impor biasanya kualitasnya terjamin. Tampilan fisik tepung ikan yang bagus yaitu pertikelnya halus, warnanya coklat kehijau-hijauan dan baunya tidak begitu menyengat dan apabila dicicipi rasanya tidak terlalu asin. Namun di pasaran banyak beredar tepung ikan local yang harganya lebih murah dibandingkan harga tepung ikan impor. Pada tepung ikan lokal kelihatannya belum ada standarnya karena sisa-sisa ikan seperti kepala-kepala dan tulang-tulang dipeijualbelikan sebagai tepung ikan. Ini menggambarkan kualitas tepung ikan yang beredar di pasaran sangat bervariasi. Tepung ikan seperti diatas pasti jauh kualitasnya apabila dibandingkan dengan tepung ikan utuh yang sengaja dibuat sebagai tepung ikan (Kushartono, 2000).



9



Dalam menentukan kualitas tepung ikan harus betul-betul berhati-hati karena apabila salah menentukan akan berakibat fatal karena kandungan proteinnya cukup tinggi. Dalam pemilihan tepung ikan yang pertama dilihat khususnya tepung ikan lokal, bagaimana tampilan partikel yang ada. Apabila pada tepung ikan tersebut banyak dijumpai tulang-tulang artinya tepung ikan tersebut kualitasnya kurang bagus. Apabila baunya terlalu menyengat ini menandakan proses pengeringannya kurang sempurna, apabila rasanya asin dan dipegang agak lembab ini menunjukkan tepung ikan tersebut mengandung kadar garam yang tinggi dan jelas kualitasnya rendah (Kushartono, 2000). Tepung ikan adalah ikan atau bagian-bagian ikan yang minyaknya diambil atau tidak, dikeringkan kemudian digiling. Tepung ikan sebagai bahan baku pabrik pakan mempunyai kualitas yang beragam, tergantung dari jenis ikan dan asal tepung ikan. Tepung ikan impor yang berasal dari jenis ikan herring mempunyai kandungan protein kasar tertinggi sekitar 70% dengan kandungan tryptophan tertinggi pula sekitar 0.9%, jenis ikan lain adalah ikan sardine, tuna, dan menhaden, sedangkan jenis ikan merah mempunyai kandungan protein terendah yaitu sekitar 57%, tetapi kandungan Ca dan P tertinggi. Serat kasar pada tepung ikan hanya sekitar 0.5% (SNI, 1996).



2.2.5 Tepung Tulang Tepung tulang sebagai bahan baku pakan ternak unggas, merupakan bahan yang dipergunakan dalam pabrik pakan ternak. Tepung tulang sangat dominan sebagai sumber mineral kalsium (Ca) dan fosfor (P), selain terkandung



10



protein kasar relatif kecil. Tepung tulang mengandung 12% protein, 3% lemak dan 2% serat kasar (Murtidjo, 1992). Pada umumnya, tepung tulang dibuat dari tulang ternak sapi, kerbau, kambing, babi dan lain-lain. Sebelum dilakukan penggilingan, pabrik memasak dengan tekanan uap tinggi sebagai usaha membebaskan dari bakteri salmonela. Penggunaan tepung tulang dalam penyusunan pakan ternak unggas relatif sedikit, berkisar antara 1% sampai dengan 2% (Murtidjo, 1992). Tepung tulang mengandung fosfor 14% dan merupakan sumber fosfor yang baik. Tepung tulang arang memiliki kandungan Ca sebesar 27% dan P 13%. Sedangkan tepung tulang kukus Ca 24% dan P 12%. (Ridla, 2014). Tepung tulang yang baik memiliki ciri-ciri tidak berbau, kadar air maksimal 5 %, berwarna keputih-putihan, tingkat kehalusan 80 saringan, bebas bakteri serta penyakit, dan kadar tepungnya mencapai 94 % (Rasidi, 1999).



2.2.6 Premix Premix merupakan feed suplement atau bahan pakan tambahan yang digunakan untuk memenuhi atau menyediakan sumber vitamin, mineral, dan atau juga antibiotik. Premix adalah campuran bahan pakan yang diencerkan (carrier), yang dalam pemakaiannya harus dicampurkan kedalam bahan pakan ternak. Premix juga merupakan kombinasi beberapa mikro-ingredient dengan bahan penyerta sehingga merupakan kombinasi yang siap dicampurkan dalam pakan ternak (Phillips, 2001).



11



2.2.7 Minyak Kelapa Minyak kelapa adalah minyak yang dihasilkan dari buah



kelapa.



Minyak kelapa dapat diekstrak dari daging buah kelapa segar atau diekstraksi dari daging kelapa yang sudah dikeringkan. Minyak kelapa memiliki banyak manfaat bagi manusia. Minyak kelapa biasa digunakan untuk berbagai bahan baku industry atau sebagai minyak goreng (Baswardjojo, 2005). Selama sekitar 3960 tahun yang lalu, dari 4000 tahun sejak adanya catatan sejarah, telah diketahui penggunaan buah kelapa memang sebagai bahan makanan dan kesehatan. Selama itu, dicatat bahwa buah kelapa memang sangat bermanfaat, tanpa efek samping ( Darmoyuwono, 2006). Minyak kelapa murni memiliki sifat kimia-fisika antara lain (Darmoyuwono, 2006) : -



Penampakan : tidak berwarna, kristal seperti jarum.



-



Aroma : ada sedikir berbau asam ditambah bau caramel.



-



Kelarutan : tidak larut dalam air, tetapi larut dalam alcohol.



-



Berat jenis : 0,0883 pada suhu 20oC



-



Titik didih : 225oC Pada pengolahan minyak kelapa biasa atau minyak goreng secara



tradisional dihasilkan minyak kelapa bermutu kurang baik. Hal tersebut ditandai dengan adanya kadar air dan asam lemak bebas yang cukup tinggi didalam minyak kelapa. Bahkan warnanya agak kecokelatan sehingga cepat menjadi tengik. Daya simpannya pun tidak lama, hanya sekitar dua bulan saja (Rindengan dan Novarianto, 2004).



12



2.2.8 Konsentrat Kosentrat adalah pakan ternak yang mengandung serat kasar rendah, energi dan BETN yang tinggi serta mudah dicerna oleh ternak. Kosentrat dapat pula diartikan sebagai bahan pakan penguat yang dipergunakan bersama bahan pakan lain, untuk meningkatkan gizi dan dimasukan untuk disatukan dan dicampur sebagai suplemen atau pakan pelengkap (Tilman dkk, 1998). Kosentrat meliputi biji-bijian (jenis padi-padian, kacang-kacangan) hasil ikutan dari penggilingan dan biji-bijian antara lain dedak padi, dedak jagung, dedak gandum dan lain-lain. Kosentrat dikelompokan menjadi 2 yaitu Proteinaceous concentrate dan Carbonaceous concentrate. Carbonaceous concentrate adalah kosentrat mengandung energi tinggi, sedangkan Proteinaceous concentrate adalah konsentrat yang kaya akan protein (Utomo dkk, 1999). Kosentrat sumber energi disebut juga Carbonaseous yaitu pakan yang berenergi tinggi, proteinya rendah, contohnya yaitu bijian dan hasil ikutannya. Secara umum berenergi tinggi yaitu kandungan TDN atau NE berserat rendah (