Laporan Praktikum PLC [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR



DISUSUN OLEH : KELOMPOK 4 ( REGULER I SEMESTER III) Hervinda Safitri



(1713451036)



Pina Ariyanti



(1713451038)



Shifa Nur Nabila Pratiwi



(1713451039)



Tri Fitria Ulfa



(1713451040)



Edo Eka Saputra



(1713451041)



Mutia Dwi Agustin



(1713451042)



Yuranti Persatika



(1713451044)



Anita Sari



(1713451045)



Yulius Dewi Absari



(1713451046)



Ardian Adi Saputra



(1713451047)



May Puspita Dewi



(1713451049)



PROGRAM STUDI D3 KESEHATAN LINGKUNGAN JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG TAHUN 2018



DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv LAPORAN PRAKTIKUM I Desain Septic Tank ...........................................................................................1 LAPORAN PRAKTIKUM II Pembuatan Slab ................................................................................................ 8 LAPORAN PRAKTIKUM III Pembuatan Bowl .............................................................................................15 LAPORAN PRAKTIKUM IV Rancangan Anggaran Belanja Pembuatan Jamban ........................................ 22



PRAKTIKUM I DESAIN SEPTIC TANK



Hari, Tanggal : Senin, 01 Oktober 2018 Waktu



: Pukul 13.00 – 16.00 WIB



Tempat



: Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan



Tujuan



: 1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menggambar desain septic tank rumah



tangga yang ramah lingkungan.



2. Mahasiswa dapat membuat desain septic tank yang ramah lingkungan



I.



TINJAUAN PUSTAKA Septic tank atau tangki septic adalah suatu ruangan atau tangki yang terbuat dari bahan kedap air / beberapa kompartemen yang berfungs menampung dan mengendapkan air limbah dengan kecepatan aliran yang lambat untuk memberikan kesempatan terjadinya pengendapan



suspensi



benda-benda padat dan penguraian bahan organik oleh bakteri kemudian membentuk bahan larut air & gas dalam waktu tertentu. Septic tank dapat



dibuat dengan sistem kombinasi anaerobik dan



aerobik dan standarnya terbuat dari bahan bangunan yang tahan terhadap asam serta kedap air. septic tank yang sering dijumpai terbuat dari beton bertulang dan dari pasangan batu bata. Septic tank juga dilengkapi dengan Pipa aliran masuk atau inlet yaitu pipa yang menghubungkan closet dengan septic tank dan pipa aliran keluar atau outlet yaitu pipa yang menghubungkan septic tank dengan sumur resapan. Pipa - pipa tersebut harus sesuai dengan ketentuan atau standar yang ada, baik dari segi ukuran maupun cara penempatannya. Pipa outlet tidak boleh berada sejajar dengan pipa inlet melainkan harus berada sedikit lebih rendah dari pipa inlet. selain pipa inlet dan outlet, septic tank juga disertai dengan Pipa udara yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan udara yang dibutuhkan oleh bakteri pengurai bahan organik yang ada didalam septic tank (tangki septik).



Menurut Chayatin (2009) , Septic tank berasal dari kata septic yang berarti pembusukan secara anaerobic. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk yang sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat atau tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air kotor di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan. Dalam bak terdapat tiga macam lapisan yaitu: a. Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat b. Lapisan cair c. Lapisan endap



Septic tank merupakan salah satu cara pengolahan limbah cair yang paling sederhana. Proses pengolahan limbah cair di dalam dilakukan



septic tank



secara anaerob dengan dengan memanfaatkan kerja bakteri



anaerob yang tidak memerlukan oksigen bebas. Feces manusia dapat hilang hanya dalam waktu 24 jam karena di dalam septic tank telah terdapat bakteri yang jumlahnya sangat banyak. Apabila kondisi septic tank bagi kehidupan bakteri terganggu, maka kerja bakteri dalam maksimum. Kondisi



septictank tidak dapat



septictank terganggu antara lain disebabkan oleh



masuknya sabun ke dalam septictank .Septic tank yang baik dirancang secara optimum, dengan ketentuan sebagai berikut: 1. Dinding kedap air. 2. Tersedia area peresapan. 3. Rancangan yang diperlukan adalah limbah cair yang dihasilkan 100 liter per hari per orang. 4. Waktu tinggal feces dalam tangki perncerna minimal 24 jam. 5. Ruang lumpur dirancang untuk 30 liter lumpur per tahun per orang, waktu 6. Pipa masuk 2,5 cm di atas pipa keluar.



7. Tersedia lubang untuk pengurasan lumpur. Pengurasan dilakukan setiap 4 tahun. 8. Tersedia pipa pengeluaran gas agar gas dapat keluar dan tidak mengganggu



lingkungan,



maka



pipa



tersebut



dirancang



mempunyai ketinggian yang cukup.



Septic tank



terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air bahan



tangki fiberglass, sebagai tempat tinja dan air buangan masuk dari closet dan mengalami dekomposisi. Di dalam tangki septic tank ini tinja akan berada selama beberapa hari. Selama waktu tersebut tinja akan mengalami 2 proses : a. Proses kimiawi ( pemberian bakteri ) Akibat penghancuran tinja akan direduksi dan sebagian besar (6070%) zat-zat padat akan mengendap di dalam tangki sebagai sludge. Zat-zat yang tidak dapat hancur bersama-sama dengan lemak dan busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutup permukaan air dalam tangki tersebut. lapisan ini disebut scum yang berfungsi mempertahankan suasana anaerob dari cairan di bawahnya, yang memungkinkan bakteri-bakteri anaerob dapat tumbuh subur, yang akan berfungsi pada proses berikutnya. b. Proses biologis Dalam proses ini terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik dalam sludge dan scum. Hasilnya, selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank biomusi tidak akan penuh. Kemudian cairan enfluent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah (layak buang ). Cairan enfluent ini akhirnya dialirkan keluar melalui pipa dan masuk ke dalam tempat got atau saluran kota.



Kedua tahapan di atas berlangsung di dalam septic tank biomusi . Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1. Penumpukan endapan lumpur mengurangi kapasitas septic tank sehingga isi septic tank harus dibersihkan minimal sekali setahun. 2. Penggunaan air sabun dan desinfektan seperti fenol sebaiknya dihindari karena dapat membunuh flora bakteri di dalam septic tank. 3. Septic tank baru sebaiknya diisi dahulu dengan air sampai saluran pengeluaran, kemudian dilapisi dengan lumpur dari septic tank lain untuk memudahkan proses dokomposisi oleh bakteri . Tata Cara Perencanaan Tangki Septik Dengan Sistem Resapan SNI : 032398-2002 Tata cara perencanaan tangki septik dengan Sistem resapan . di maksudkan sebagai acuan dan masukan bagi perencana dalam prosedur pembangun tangki septik dengan sistem resapan dengan ukuran dan batasan untuk menentukan kebutuhan minimum fasilitas tangki septik dengan sistem resapan pada kawasan permukiman. Tata cara ini merupakan revisi SNI 03-2398- 1991 (Tata cara Perencanaan Tangki Septik), yang direvisi atau ditambah dengan persyaratan teknis ukuran tangki septik dan jarak minimum terhadap bangunan . Persyaratan teknis meliputi bahan bangunan harus kuat, tahan terhadap asam dan kedap air; bahan bangunan dapat dipilih untuk bangunan dasar. Penutup dan pipa penyalur air limbah adalah batu kali, bata merah, batako, beton bertulang, beton tanpa tulang, PVC, keramik, plat besi, plastik dan besi. Bentuk dan



ukuran



tangki septik disesuaikan dengan Q



jumlah pemakai, dan waktu pengurasan. Untuk ukuran kecil (1 KK) dapat berbentuk bulat Ø 1,20 m dan tinggi 1,5 m. Ukuran tangki septik sistem tercampur dengan periode pengurasan 3 tahun (untuk 1 KK , ruang basah 1,2 m3, ruang lumpur



0,45 m3, ruang ambang bebas 0,4 m3 dengan Panjang 1,6 m, Lebar 0,8m dan Tinggi 1,6 m) dan sistem terpisah dengan periode pengurasan 3 tahun (untuk 2 KK , ruang basah 0,4 m3, ruang lumpur 0,9m3, ruang ambang bebas 0,3 m3 dengan Panjang 1,6 m, Lebar 0,8m dan Tinggi 1,3 m). Pipa penyalur air limbah dari PVC, keramik atau beton yang berada diluar bangunan harus kedap air, kemiringan minimum 2 %, belokan lebih besar 45 % dipasang clean out atau pengontrol pipa dan belokan 90 % sebaiknya dihindari atau dengan dua kali belokan atau memakai bak kontrol. Dilengkapi dengan pipa aliran masuk dan keluar, pipa aliran masuk dan keluar dapat berupa sambungan T atau sekat, pipa aliran keluar harus ditekan (5-10)cm lebih rendah dari pipa aliran masuk . Pipa udara diameter 50 mm (2") dan tinggi minimal 25cm dari permukaan tanah. Lubang pemeriksa untuk keperluan pengurasan dan keperluan lainnya. Tangki dapat dibuat dengan dua ruang dengan panjang tangki ruang pertama 2/3 bagian dan ruang kedua 1/3 bagian. Jarak tangki septik dan bidang resapan ke bangunan = 1,5 m, ke sumur air bersih = 10 m dan Sumur resapan air hujan 5m. Tangki septik dengan bidang resapan lebih dari 1 jalur, perlu dilengkapi dengan kotak distribusi. Bentuk tangki septic tank tidak berpengruh banyaterhadap efisiensi degrasi material organic yang berlangsung didalamnya oleh karena itu dapat digunakan tangki bentk slinders atau persegi panjang. Bentuk slinder biasanya digunakan untuk pengolahan air kotor dengan kapasitas kecil dengan minimum diameter 1,20 m dan tinggi 1,00 m yang diperuntukkan untuk 1 (satu) keluarga atau rumah tangga. Tangki septik terbagi menjadi 2 (dua) berdasarkan jenis air limbah yang masuk kedalamnya yaitu tangki septik dengan sistem tercampur dan sistem terpisah. Tangki septik dengan sistem tercampur adalah tangki septik yang menerima air limbah tidak hanya air kotor dari kloset (WC) saja tetapi juga air limbah dari sisa mandi, mencuci



ataupun kegiatan rumah tangga lainnya. Sementara itu, tangki septik dengan sistem terpisah adalah tangki septik yang hanya menerima air kotor dari kloset saja. Jenis air limbah yang masuk akan menentukan dimensi tangki septik yang akan digunakan terkait dengan waktu detensi dan dimensi ruang-ruang (zona) yang berada di dalam tangki septik. Secara umum, tangki septik dengan bentuk persegi panjang mengikuti kriteria disain yang mengacu pada SNI 03-2398-2002 yaitu sebagai berikut: 1.



Perbandingan antara panjang dan lebar adalah (2-3) : 1



2.



Lebar minimum tangki adalah 0,75m



3.



Panjang minimum tangki adalah 1,5m



4.



Kedalaman air efektif di dalam tangki antara (1-2,1)m



5.



Tinggi tangki septik adalah ketinggian air dalam tangki ditambah dengan tinggi ruang bebas (free board) yang berkisar antara (0,20,4)m



6.



Penutup tangki septik yang terbenam ke dalam tanah maksimum sedalam 0,4m



Bila panjang tangki lebih besar dari 2,4 m atau volume tangki lebih besar dari 5,6 m3, maka interior tangki dibagi menjadi 2 (dua) kompartemen yaitu kompartemen inlet dan kompartemen outlet. Proporsi besaran kompartemen inlet berkisar 75% dari besaran total tangki septik. Penentuan dimensi tangki septik dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu dengan melakukan perhitungan ataupun dengan menggunakan tabel yang terdapat di dalam SNI 03-2398-2002.



II. ALAT DAN BAHAN a. Alat 1. Pensil 2. Penggaris 3. Penghapus 4. Pulpen



b. Bahan 1. Milimeter Block



III. PROSEDUR KERJA 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan 2. Hitunglah volume septic tank dan tentukan panjang lebar dan tinggi berdasarkan jumlah orang yang akan menggunakan. 3. Buatlah gambar desain lokasi septic tank berdasarkan ukuran yang telah ditentukan 4. Buatlah gambar septic tank tampak depan berdasarkan ukuran yang telah ditentukan 5. Buatlah gambar septic tank tampak atas depan berdasarkan ukuran yang telah ditentukan 6. Buatlah gambar septic tank potongan A-A berdasarkan ukuran yang telah ditentukan 7. Buatlah gambar septic tank potongan B-B berdasarkan ukuran yang telah ditentukan



IV. HASIL PRAKTIKUM Desain septic tank untuk jumlah 4 orang bentuk persegi Air yang digunakan manusia 150/L Jadi : 150/L x 4 = 600 L = 0,6 π‘š3 = 1 π‘š3 V = 1 π‘š3 V persegi = p x l x t 1



= 1 x 1 x1



Untuk meminimalisir terjadinya kesalahan maka dibuat p x l x t = 2 x 1,5 x 1



1. Gambar Tampak Depan



2. Gambar Tampak Atas



3. Gambar Potongan A-A



4. Gambar Potongan B-B



V. PEMBAHASAN Pada Praktikum pembuatan desain septic tank ini kelompok 4 membuat desain septic tank yang dirancang untuk jumlah pemakai 4 orang, yang mana jumlah air yang digunakan manusia per hari yaitu 150 Liter. Gambar desain septic tank yang dibuat terdiri atas gambar tampak depan, gambar tampak atasa, gambar potongan a-a, dan potongan b-b. Pada gambar septic tank tampak depan kami meggunakan skala 1 :20, dengan jarak jamban dan bak pengumpul sejauh 11 m, panjang bak pengumpul 2 m, panjang bak pengurai 2 m, dan panjang bak penyerap 1,5 m dan jarak pipa pembuangan



0,5 m. pada gambar tampak atas itu hanya menggambar bagian atas septic tank sehingga yang Nampak dalam gambar tersebut adalah hanya lubang hawa yang ada di septic tank tersebut. Potongan adalah sebuah garis yang memotong suatu objek tertentu entah secara memanjang atau melintang dengan tujuan memberikan keterangan secara detail tentang ukuran atau lainnya pada suatu objek. Potongan a-a merupakan potongan dalam bentuk vertical sedangkan potongan b-b merupakan potongan horizontal



VI. KESIMPULAN Dalam praktikum ini kelompok 4 berhasil dalam mendesain gambar yang terdiri dari gambar tampak atas, gambar tampak depan, gambar potongan a-a, dan gambar potongan b-bdengan skala 1 : 20 semuannya.



DAFTAR PUSTAKA



Anonim, 2006. e-journal.uajy.ac.id/7779/3/TI206406.pdf. Diakses pada tanggal 7 oktober 2018 pukul 04.40 WIB.



Jurnal Penelitan . repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/47009/ Chapter%20II.pdf?sequence=4&isAllowed=y. Diakses pada tanggal 7 oktober 2018 pukul 04.50 WIB.



SNI. Ciptakarya.pu.go.id/plp/upload/peraturan/SNI_03-2398 2000_Septic_Tank.pdf. Diakses pada tanggal 7 oktober 2018 pukul 05,00 WIB.



PRAKTIKUM II PEMBUATAN SLAB



Hari, Tanggal : Selasa, 02 Oktober 2018 Waktu



: Pukul 08.00 – 10.00 WIB



Tempat



: Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan



Tujuan



: Mahasiswa dapat mengetahui cara pembuatan slab.



I.



TINJAUAN PUSTAKA Slab (bangunan bagian tengah) merupakan bangunan yang berfungsi sebagai penutup sumur tinja (pit) dan dilengkapi dengan tempat berpijak.Pada jamban cemplung slab dilengkapi dengan penutup,sedangkan pada kondisi jamban berbentuk bowl(leher angsa) fungsi penutup ini diganti



kan oleh



keberadaan air yang secara otomatis tertinggal di dalamnya.Slab dibuat dari bahan yang cukup kuat untuk menopang penggunaanya.Bahan-bahan yang digunakan harus tahan lama dan mudah di bersihkan seperti kayu ,beton,bambu



dengan



tanah



liat,pasangan



bata,dan



sebagainya.



(anonym,1890) Penaburan sedikit abu ke dalam sumur tinja(pit)setelah digunakan akan mengurangi bau,mengurangi kadar kelembaban dan membuatnya tidak menarik bagi lalat untuk berkembang biak.Air dan sabun dapat digunakan untuk mencuci tangan dan membersihkan bagian yang lain. Pertimbangan untuk bangunan bagian tengah atau slab yaitu: 1. Terdapat penutup pada lubang sebagai pelindung terhadap gangguan serangga atau binatang lain. 2. Bangunan dapat menghindarkan /melindungi dari kemungkinan timbulnya bau. 3. Mudah di bersihkan dan tersedia ventilasi udara yang cukup. 4. Dudukan jamban/slab penutup dibuat dengan memperhatikan



keamanan pengguna (tidak licin,runtuh,dan terperosok ke dalam lubang penampungan tinja,dsb) 5. Bangunan melindungi dari kemungkinan tercumnya bau yang tidak sedap yang berasal dari tinja dalam lubang penampungan. 6. Mudah di bersihkan dan di pelihara 7. Diutamakan menggunakan bahan local. (Anonym,2000) Slab(pelat)adalah sebuah elemen struktur horizontal yang menyalurkan beban mati maupun beban hidup menuju rangka pendukung vertical dari suatu sistem struktur.Elemen –elemen horizontal tersebut dapat dibuat bekerja dalam satu arah ataupun bekerja dua arah yang saling tegak lurus(biaksial) (Aguspriadi , 2002) Pelat merupakan sebuah elemen struktur yang sering digunakan pada berbagai jembatan atau overpass.pelat pada sebuah jembatan atau overpass memiliki fungsi antara lain pemisah antara ruang bawah dan ruang atas jembatan,tempat diletakkannya kabel listrik dan penerangan pada ruang bawah,meredam bising (suara)dari ruang atas atau ruang bawah,menambah kekakuan horizontal pada bangunan,dan sebagai landasan kendaraan yang melintas.namun dalam menggunakan pelat dalam sebuah jembatan ada banyak hal yang perlu di perhitungkan agar berfungsi dengan aman. (Andrian , 2005) Slab beton dengan sistem balok anak atau balok pendukung yaitu untuk mendukung beban-beban lantai termasuk beban sendiri dan menyalurkan beban itu ke balok induk,tujuan di adakannya balok anak adalah memperkecil bentang slab beton dapat dibuat mendekati sama dengan tebal minimum yang diperbolehkan,dasar pemikiran arah balok anak penyaluran beban setiap balok pendukung menerima beban yang sama besar dimensi ,balok anak untuk bidang beton,penampang balok anak,rancangan struktur lantai dengan pelubangan,balok



pembagi,lantai



lavatory,delatasi. (Boywill, 2006)



khusus,lantai



ruang



mesin,lantai



Struktur flab slab merupakan sistem struktur dengan pelat beton bertulang yang di perkuat dua arah langsung ditunjang oleh kolom,dengan adanya drop panel/pembesaran dimensi kolom. (Edward.G.nawy, 2008) Pada umumnya pelat di klasifikasikan dalam pelat satu-arah atau pelat dua arah.pelat yang berdefleksi secara dominan dalam satu arah disebut pelat satu-arah .jika pelat dioikul oleh kolom yang disusun berbaris sehingga pelat dapat berdefleksi dalam dua arah ,pelat disebut pelat dua-arah.pelat dua-arah merupakan panel-panel beton berulang yang perbandingan antara panjang dan lebarnya lebih kecil 2(dua).pelat dua-arah dapat diperkuat dengan menambahkan balok di antara kolom,dengan mempertebal pelat di sekeliling kolom(drop panel),dan dengan penebalan kolom di bawah pelat. (Buddi, 2009)



II. ALAT DAN BAHAN a. Alat 1. Pemotong Begel 2. Meteran 3. Gergaji Kayu 4. Cangkul 5. Ember 6. Sendok Semen 7. Cetakan dari kayu



b. Bahan 1. Besi begel 2. Kawat beton 3. Semen 4. Pasir 5. Koral 6. Koran bekas



III. PROSEDUR KERJA 1. Siapkan alat dan bahan 2. Siapkan campuran beton dengan perbandingan 1:2:3=semen:koral:pasir 3. Rakit cetakan dan tempatkan pada permukaan tanah dan diberi kertas semen,letakan untuk lubang jamban dengan posisi ditengah-tengah 4. Pasang besi beton dan ikat dengan kawat,beton sebagai tulangan slab (jika kesulitan besi beton dapat menggunakan tulangan bambu) 5. Tuangkan campuran beton kedalam cetakan kemudian ratakan Biarkan slab hingga kering.



IV. HASIL PRAKTIKUM Diketahui : P dan L slab = 100 cm



P x L = 100 x 100 Tebal = 5 cm Jarak antar tulangan = 15 cm π‘ƒπ‘Žπ‘›π‘—π‘Žπ‘›π‘”



Kebutuhan tulangan = π½π‘’π‘šπ‘™π‘Žβ„Ž π‘Žπ‘›π‘‘π‘Žπ‘Ÿ π‘‘π‘’π‘™π‘Žπ‘›π‘”π‘Žπ‘› + 1 95



= 15 + 1 = 8 tulangan / buah Kebutuhan tulangan pada pembuatan slab : Panjang perbuah tulangan Utama = 85 cm x 8 buah = 680 cm Panjang perbuah tulangan Bantu



= 90 cm x 8 buah = 720 cm



Volume pada slab V =PxLxT = 100 x 100 x 5 = 50000 π‘π‘š3 = 0,05 π‘π‘š3 Kebutuhan semen, pasir dan koral Semen : Pasir : Koral = 1 : 2 : 3 1



Kebutuhan Semen : 6 x 0,05 = 0,008 π‘π‘š3 2



Kebutuhan Pasir : 6 x 0,05 = 0,016 π‘π‘š3 3



Kebutuhan Koral : 6 x 0,05 = 0,026 π‘π‘š3



V. PEMBAHASAN Pada praktikum kali ini kami membahas tentang pembuatan slab untuk septic tank langkah yang pertama yang dilakukan yaitu harus siapkan alat dan bahan ,kemudian membuat campuran beton dengan perbandingan 1,2 dan 3,semen ,pasir dan koral,setelah itu kita rakit cetakan dan tempatkan pada permukaan tanah dan diberi kertas semen atau menggunakan plastik,letakan untuk lubang jamban dengan posisi ditengah,kemudian pasang besi beton dan ikat dengan kawat,beton sebagai tulangan,setelah selesai merakit besi kemudian campurkan beton kedalam cetakan kemudian ratakan lalu biarkan slab hingga kering.



VI. KESIMPULAN Dalam praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa untuk membuat slab ukuran 1x 1 meter dibutuhkan tulangan perbuah tulangan utama dengan panjang 680 cm dan panjang n bantu perbuah tulangan bantu yaitu 720 cm Kebutuhan semen sebanyak 0,08 cm3,pasir sebanyak 0,016,dank oral sebanyak 0,026.



DAFTAR PUSTAKA http://www.scribd.com/doc/144o61037/laporan -praktikum-pembuatan -slab-wc www.ILMUTEKNIKSIPIL.COM https://arsinote.blogspot.com



LAMPIRAN



Proses Pengukuran Kayu



Proses pemakuan kayu-kayu untuk digunakan sebagai cetakan slab



Pembuatan tulangan



Proses Pencetakan Slab



Penataan cetakan sebelum dicetak



Gambar Slab yang sudah jadi



PRAKTIKUM III PEMBUATAN BOWL



Hari, Tanggal : Rabu, 03 Oktober 2018 Waktu



: Pukul 13.00 – 16.00 WIB



Tempat



: Bengkel Kerja Kesehatan Lingkungan



Tujuan



: Mengetahui cara pembuatan bowl



I.



TINJAUAN PUSTAKA Akses masyarakat terhadap sarana sanitasi khususnya jamban, saat ini masih jauh dari harapan. Berbagai kampanye dan program telah banyak dilakukan, terakhir dengan pemberlakuan program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM). Berbagai upaya tersebut sebetulnya bermuara pada terpenuhinya akses sanitasi masyarakat, khususnya jamban. Namun akses tersebut selain berbicara kuantitas yang terpenting adalah kualitas. Perdebatan tentang pengertian sanitasi total, pada tahap awal akan terjadi pada ranah defenisi dan pengertian. Untuk menuju sanitasi total, penting untuk memastkan faktor supply dan demand tercapai dengan maksimal, untuk mewujudkan Open Defecation Free (ODF) pada tingkat komunitas. Kenyataan di lapangan status ODF masih belum seiring dengan terpenuhinya syarat kualitas sarana (dan ini memang sering kali harus diabaikan dulu untuk mengejar perubahan perilaku). Namun bagaimanakah sebetulnya syarat pembuangan tinja yang memenuhi syarat kesehatan? Menurut Ehlers dan Steel (dalam Entjang, 2000), syarat tersebut antara lain : 1. Tidak boleh mengotori tanah. 2. Tidak boleh mengotori air permukaan. 3. Tidak boleh mengotori air tanah dalam. 4. Kotoran tidak boleh terbuka sehingga dapat dipakai tempat lalat bertelur atau perkembang biakan vektor penyakit lainnya. 5. Kakus harus terlindung dari penglihatan orang lain. 6. Pembuatannya mudah dan murah.



Untuk mencegah sekurang-kurangnya mengurangi kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, maksudnya pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Suatu jamban disebut sehat untuk daerah pedesaan apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut (Notoatmodjo,2003). 1.



Tidak mengotori permukaan tanah di sekeliling jamban.



2.



Tidak mengotori air permukaan di sekitarnya.



3.



Tidak mengotori air tanah di sekitarnya.



4.



Tidak dapat terjangkau oleh serangga terutama lalat dan kecoa, dan binatang binatang lainya.



5.



Tidak menimbulkan bau.



6.



Mudah digunakan dan dipelihara (maintanance).



7.



Sederhana desainnya.



8.



Murah.



9.



Dapat diterima oleh pemakainya.



Jamban adalah suatu ruangan yang mempunyai fasilitas pembuangan kotoran manusia yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa (cemplung) yang dilengkapi dengan unit penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya serta mempunyai persyaratan sebagai berikut(Notoatmodjo, 2007) : a. Sebaiknya jamban tersebut tertutup, artinya bangunan jamban terlindungi dari panas dan hujan, serangga serangga dan binatang-binatang lain, terlindung dari pandangan orang (privacy) dan sebagainya b. Bangunan jamban sebaiknya mempunyai lantai yang kuat tempat terpijak yang kuat. c. Bangunan jamban sedapat mungkin ditempatkan pada lokasi yang tidak mengganggu pandangan, tidak menimbulkan bau. d. Sedapat mungkin disediakan alat pembersih seperti air atau kertas pembersih.



Syarat-syarat yang perlu diperhatikan dalam pembuatan jamban adalah sabagai berikut (Arif, 2009) : a. Tidak mengakibatkan pencemaran pada sumber-sumber air minum, dan permukaan tanah yang ada disekitar jamban; b. Menghindarkan berkembangbiaknya/tersebarnya cacing tambang pada permukaan tanah; c. Tidak memungkinkan berkembang biaknya lalat dan serangga lain; d. Menghindarkan atau mencegah timbulnya bau dan pemandangan yang tidak menyedapkan; e. Mengusahakan kontruksi yang sederhana, kuat dan murah; f. Mengusahakan sistem yang dapat digunakan dan diterima masyarakat setempat. Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria yang harus diperhatikan. Berikut syarat-syarat tersebut: 1. Tidak mencemari air Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus dipadatkan dengan tanah liat atau diplester. Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak merembes dan mencemari sumur. Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut 2. Tidak mencemari tanah permukaan Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air, atau pinggir jalan. Jamban yang



sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian kotoran ditimbun di lubang galian. 3. Bebas dari serangga Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah. Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau serangga lainnya. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering. Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup



4.Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari dalam lubang kotoran. Lantan jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara periodic 5.



Aman digunakan oleh pemakainya Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lai yang terdapat di daerah setempat



6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya Lantai jamban rata dan miring kearah saluran lubang kotoran. Jangan membuang plastic, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat menyumbat saluran. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh. Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci. Letakkan pipa dengan kemiringan minimal 2:100



7.



Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan



Jamban harus berdinding dan berpintu. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan kepanasan. Penentuan jarak tergantung pada : Keadaan daerah datar atau lereng; Keadaan permukaan air tanah dangkal atau dalam; Sifat, macam dan susunan tanah berpori atau padat, pasir, tanah liat atau kapur. Faktor tersebut di atas merupakan faktor yang mempengaruhi daya peresapan tanah. Di Indonesia pada umumnya jarak yang berlaku antara sumber air dan lokasi jamban berkisar antara 8 s/d 15 meter atau rata-rata 10 meter. Dalam penentuan letak jamban ada tiga hal yang perlu diperhatikan : 1. Bila daerahnya berlereng, kakus atau jamban harus dibuat di sebelah bawah dari letak sumber air. Andai kata tidak mungkin dan terpaksa di atasnya, maka jarak tidak boleh kurang dari 15 meter dan letak harus agak ke kanan atau kekiri dari letak sumur. 2. Bila daerahnya datar, kakus sedapat mungkin harus di luar lokasi yang sering digenangi banjir. Andai kata tidak mungkin, maka hendaknya lantai jamban (diatas lobang) dibuat lebih tinggi dari permukaan air yang tertinggi pada waktu banjir. 3. Mudah dan tidaknya memperoleh air.



II. ALAT DAN BAHAN a. Alat 1. Cetakan bowl 2. Ember 3. Sendok semen 4. Skop 5. Cangkul b. Bahan 1. Semen 2. Pasir 3. Air



4. Oli 5. Sabun colek



III. PROSEDUR KERJA 1. Siapkan alat dan bahan 2. Oleskan oli pada cetakan bowl secara merata dan berikan bagian yang ada rongga menggunakan sabun colek 3. Kemudian buat adukan aci, lalu oleskan 0,2 cm 4. Tunggu selama 15 menit hingga kering atau ditaburi semen kering 5. Buat adukan semen dengan pasir 1:2 6. Taruh adukan tersebut ke cetakan bowl secara merata 7. Biarkan hingga kering 8. Setelah cetakan kering siram cetakan dengan air agar cetakan tidak merekat atau lengket 9. Kemudian angkat dari cetakan bawah, setelah diangkat pukul dengan palu pinggir-pinggir cetakan (jangan terlalu keras)



IV. HASIL PRAKTIKUM



V. PEMBAHASAN Pada praktikum yang kami lakukan, kami menggukanan bahan utama yaitu semen dan pasir dalam membuat bowl. Pembuatanan bowl ini berguna untuk mengetahui cara pembuatan bowl. Sebelum melakukan pembuatan bowl, kita memerlukan alat seperti: cangkul, sekop semen, sendok semen,



ember dan cetakan bowl. Adapun bahan semen, pasir dan air serta bahan lain seperti oli dan sabun colek untuk alas cetakan bowl. Langkah pertama yang dilakukan, oleskan oli pada cetakan bowl, dan berikan sabun colek pada bagian-bagian rongga cetakan bowl. Kemudian buat adukan aci, lalu oleskan 0,2 cm pada cetakan bowl. Tunggu selama 15 menit hingga kering atau ditaburi semen kering. Lalu buat adukan semen dengan pasir 1:2. Taruh adukan tersebut ke cetakan bowl secara merata. Biarkan hingga kering. Setelah cetakan kering siram cetakan dengan air agar cetakan tidak merekat atau lengket. Kemudian angkat dari cetakan bawah, setelah diangkat pukul dengan palu pinggir-pinggir cetakan (jangan terlalu keras). Pembuatan bowl ini sanggat mudah dan tidak memerlukan banyak biaya.



VI. KESIMPULAN Dari hasil praktikum yang telah dikakukan dapat disimpulkan bahwa dalam pembuatan bowl perlu diperhatikan cara-cara pembuatan bowl dan penentuan letak kakus. Dan pembuatan bowl ini mungkin sangat penting untuk masyarakat yang blm memiliki pembuangan tinja yang layak. Sehingga dalam



penggunaannya



juga



memperhatikan



faktor-faktor



kesehatan



lingkungan. Selain dua hal itu, yang perlu diperhatikan juga yaitu jarak terhadap sumber air dan kakus. Dikarenakan di Indonesia masih banyak jarak antara sumber air dan lokasi jamban masih berdekatan.



DAFTAR PUSTAKA Entjang, Indan.2000. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Citra Aditya Bakti. Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat: Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka Cipta. Notoatmodjo, 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Dr. Budiman, Chandra. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Cetakan I . EGC : Jakarta.



LAMPIRAN



Oleskan oli pada cetakan



Taruh adukan tersebut ke cetakan



bowl secara merata



Bowl di lepas dari cetakan



Hasil pembuatan Bowl yang



PRAKTIKUM IV PEMBUATAN JAMBAN



Hari/tanggal



: Kamis, 4 Oktober 2018



Waktu



: 08.00 – 11.40 WIB



Tempat



: Bengkel Kerja Jurusan Kesehatan Lingkungan



Tujuan



: Mahasiswa dapat merencanakan gambar atau desian konstruksi Jamban dan merencanakan anggaran biaya yang dibutuhkan.



I. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Jamban Jamban atau kakus (latrine) adalah tempat pembuangan kotoran manusia berupa tinja dan air seni. Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh (Notoatmodjo, 2007 dalam Lilik, 2006). Untuk mencegah kontaminasi tinja dengan lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik, pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat. Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat berikut (Depkes RI, 2004 ) 1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 1015 meter dari sumber air bersih. 2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus. 3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai jamban dengan luas minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup kearah lubang jamban. 4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya. 5. Bebas dari serangga 6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung dinding kedap air dan berwarna. 7. Cukup penerangan. 8. Lantai kedap air



9. Ventilasi cukup baik. 10. Tersedia air dan alat pembersih seperti sabun.



B. Macam-Macam Bentuk Jamban: 1. Jamban cemplung (Pit privy) Jamban ini berupa lubang di dalam tanah. Untuk menghilangkan bau digunakan kapur barus, dan untuk menghindari nyamuk tiap beberapa hari harus disiram. 2. Jamban cubluk berair (Aqua privy) Proses pembusukan menggunakan air, sehingga harus benyak disiram. 3. Angsa trine atau water sealed latrine Jamban ini menyerupai leher angsa sehingga air akan selalu menggenang di leher angsa ini. Guna air tersebut adalah untuk menyumbat agar bau tidak menyebar, dengan tinggi air perapat paling sedikit 2 cm. Jamban ini sebaiknya terbuat dari kaca serat atau keramik karena permukaannya licin dan cukup kuat sehingga mudah dibersihkan, tidak berbau dan tidak mengundang serangga. 4. Septictank Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Tangki septick (septic tank) terdiri dari tangki sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk mengalami dekomposisi Dalam proses biologis, terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik alam sludge dan scum. Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan influent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan mempunyai BOD yang relatif rendah. Selanjutnya cairan influent dialirkan melalui pipa, untuk dilakukan proses peresapan dalam tanah atau dialirkan melalui pipa pada fasilitas riol kota



C. Bagian-Bagian Jambanyang Harus Memenuhi Syarat 1. Pelat jongkok Pelat jongkok harus selalu bersih dan licin. Untuk itu pilihlah pelat jongkok yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan, misalnya keramik, kaca serat, porselin, dan sebagainya. 2. Pondasi Umumnya tebal pondasi jamban 20-40 cm dan dalamnya 40 cm, terbuat dari batu kali, bata atau batako. 3. Lantai Lantai beton setebal 10 cm, kedap air, awet, dan mudah dibersihkan. 4. Pintu Pintu dapat dibuat dari bambu atau kayu yang dilapisi seng atau aluminium sehingga tidak mudah lapuk, jarak tepi bawah pintu dari lantai sekitar 5-7,5 cm, dengan tinggi 1,80 m dan lebar 0,65 m. 5. Dinding Dinding dapat dibuat dari bata/batako, kayu/papan, anyaman bambu. Tinggi dinding sekitar 1,00 - 2,00 m dengan ukuran dinding depan 20 cm lebih tinggi supaya atapnya miring ke belakang. 6. Lubang Angin Lubang angin c sangat diperlukan agar selalu terjadi pergantian udara di dalam jamban 7. Atap Atap jamban berguna sebagai pelindung di waktu hujan dan mencegah air hujan masuk ke dalam pelat jongkok. Bahan atap misalnya genting, seng gelombang, ijuk, atap plastik tembus cahaya, daun bambu, alang-alang, dan sebagainya. Kemiringan atap minimum 15 derajat. 8. Jarak Cubluk atau Resepan dari Tangki Septik ke Sumur Bila letak cubluk atau resapan dan tangki septik berdekatan dengan sumur, maka jarak minimum antara cubluk dan sumur minimal 10 m.



D. Menurut Depkes RI (2007) dalam Chapter II.pdf , dalam menjaga jamban jamban tetap sehat dan bersih kegiatan keluarga yang dapat dilakukan adalah: 1.



Bersihkan dinding, lantai dan pintu ruang jamban secara teratur



2.



Bersihkan jamban secara rutin



3.



Cuci dan bersihkan tempat duduk (jika ada) dengan menggunakan sabun dan air bersih



4.



Perbaiki setiap celah, retak pada dinding, lantai dan pintu



5.



Jangan membuang sampah di lantai



6.



Selalu sediakan sabun untuk mencuci tangan



7.



Yakinkan bahwa ruangan jamban ada ventilasinya



8.



Tutup lubang ventilasi jamban dengan kasa anti lalat



9.



Beritahukan pada anak-anak cara menggunakan jamban yang benar



10. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir setelah menggunakan jamban.



E. Air Limbah Salah satu pentebab terjadinya pencemaran air adalah air lmbah yang dibuang tanpa pengolahan ke dalam badan air. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga maupun industri. Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting : 1. Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba patogen 2. Air



seni (urine), umumnya



mengandung



nitrogen



dan



fosfor,



serta



kemungkinan kecil mikroorganisme 3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi. Grey watersering juga disebut dengan istilah sullage. Campuran feces dan urine disebut sebagai eksreta sedangkan campuran eksreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai black water. Mikroba patogen banyak



terdapat pada eksreta. Eksreta ini merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan air.



F. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungan. Beberapa dampak buruk tersebut adalah (Pratiwi, 2009)



1.



Gangguan kesehatan



Air limbah dapat mengandung bibit enyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air (waterborne disease). Selain itu di dalam air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk hidup yang mengkonsumsinya. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain). 2.



Penurunan kualitas lingkungan



Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalny sungai dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air tersebut. Air limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukkanya. 3.



Gangguan terhadap keindahan



Air limbah yang mengandung pigmen warna dapat menimbulkan perubahan pada badan air penerima dan apabila mengandung bahan-bahan yang mudah terurai dapat menghasilkan gas yang berbau. 4.



Gangguan terhadap kerusakan benda



Air limbah yang mengandung zat-zat yang dapat dikonversikan oleh bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif yang dapat mempercepat pengkaratan pada benda yang terbuat dari besi misalnya pipa saluran limbah. Untuk pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian yang cermat



II. ALAT DAN BAHAN 1. Pena 2. Kertas 3. Kalkulator 4. Penggaris / mistar 5. Penghapus



III. PROSEDUR KERJA 1. Melakukan persiapan apa saja bahan yang diperlukan untuk membuat sebuah jamban 2. Melakukan perhitungan dimulai dari banyaknya kebutuhan pokok seperti bata, semen .koral, dan pasir. 3. Melakukan pencatatan kebutuhan tambahan lainnya yang akan di lampirkan di hasil pembahasan 4. Melakukan pengolahan data secara manual dengan menggunakan kalkulator dan alat tulis 5. Setelah itu, dimasukan kedalam tabel RAB 6. Melakukan analisis terhadap hasil olahan data secara deskriptif. IV.



HASIL DAN PEMBAHASAN



2,50m



1,85m 2,10m



1. Menghitung Kebutuhan Bata ο‚·



Panjan bata = 23 cm + 2 cm (siar) = 25 cm



ο‚·



Tinggi bata = 5 cm + 2 cm (siar) = 7 cm



Luas bata = P Γ— T = 25 cm Γ— 7 cm = 175 cm = (210 cm Γ— 250 cm) Γ— 2 sisi



a. Luas I



= 52.500 cm2Γ— 2 sisi = 105.000 cm2 Luas I



= Luas bata



105.000 cm2 175 cm



= 600 buah = ( 185 cm Γ— 250 cm ) Γ— 2 sisi



b. Luas II



= 46.250 cm2Γ— 2 sisi = 92.500 cm2 Luas II



= Luas bata



92.500 cm2 175 cm



= 529 buah Jadi, jumlah semua kebutuhan bata = 600 buah + 529 buah = 1129 buah Harga per buah bata = Rp. 350,00 β†’ = Rp. 350,00 Γ— 1129 buah = Rp. 395.150,00 2. Menghitung Kebutuhan Tulangan a. Tulangan Utama Jumlah tulangan utama = 4 β†’ 4 Γ— 2,5 m = 10 m Γ— 4 =



40 m 12 m



= 3,33 β†’ 4 batang Harga besi per batang = Rp. 65.000,00 β†’Rp. 65.000,00 Γ— 4 = Rp. 260.000,00 b. Tulangan Bantu (TB) 250



TB = π½π‘Žπ‘Ÿπ‘Žπ‘˜ 𝑇𝐡 + 1



=



250 10



+ 1



= 26 buah Panjang TB / buah



= 10 Γ— 4 = 40 Γ— 26 buah = 1040 cm β†’ 10,40 m Γ— 4 40 π‘š



= 12 π‘š = 3,33 β†’ 4 batang Harga besi per batang = Rp. 25.000,00 β†’ Rp. 25.000,00 Γ— 4 = Rp. 100.000,00 Jumlah harga total



= TU + TB = Rp. 260.000,00 + Rp. 100.000,00 = Rp. 360.000,00



3. Menghitung Slab Slab



=PΓ—LΓ—T = 210 cm Γ— 185 cm Γ— 10 cm = 388.500 cm3β†’ 0,38 m3



a. Semen (1) = 1⁄6 Γ— 0,38 = 0,06 m3Γ— Rp. 55.000,00 = Rp. 55.000,00 b. Pasir (2)



= 2⁄6 Γ— 0,38 = 0,12 m3Γ— Rp. 150.000,00 = Rp. 102.000,00



c. Koral (3) = 3⁄6 Γ— 0,38 = 0,19 m3Γ— Rp. 1.400.000,00 = Rp. 266.000,00 4. Bowl = Rp. 80.000,00 5. Fibber pintu = Rp. 300.000,00 6. Ventilasi ( 2 Buah ) = 2 Γ— Rp. 30.000,00 = Rp. 60.000,00 7. Atap ( 2 Buah ) = Kebutuhan atap 2 buah karena, 38.850 cm



P Γ— L = 210 cm Γ— 185 cm = 38.850 cm β†’ 20.000 (π‘’π‘˜π‘’π‘Ÿπ‘Žπ‘› π‘Žπ‘ π‘π‘’π‘  200 Γ—100) = 1,9 β†’ 2 seng Harga 1 seng = Rp. 50.000,00 β†’ Rp. 50.000,00 Γ— 2 = Rp. 100.000,00 8. Kaso 3 ikat = Rp. 110.000,00 Γ— 3 = Rp. 330.000,00



9. Kran = Rp. 46.000,00 10. Plester 210 cm Γ— 185 cm = 38.850 185 cm Γ— 250 cm = 46.250 Perbandingan semen : pasir = 1 : 4 1



Kebutuhan semen = 5 Γ— 38.850 = 7770 = 0,008 m3 Γ— Rp. 55.000,00 = Rp. 4.400,00 4



Kebutuhan pasir = 5 Γ— 46.250 = 0,037 Γ— Rp. 850.000,00 = Rp. 31.450,00 Jadi, total kebutuhan plester adalah Rp. 35.850,00 11. Kebutuhan Fitting (12 buah) Paralon 1⁄2 = 1 buah = Rp. 25.000,00 Paralon 3⁄4 = 4 buah = Rp. 35.000,00 Γ— 4 = rp. 140.000,00 Overshock 1 buah = Rp. 8000,00 SDD 1 buah = Rp. 5.000,00 Elbow 4 buah = Rp. 3.000 ,00 Γ— 4 = Rp. 12.000,00 Jadi total kebutuhan fitting adalah Rp. 190.000,00 12. Kebutuhan pekerja a. 1 tukang = 7 hari Γ— Rp. 110.000,00 (per hari) = Rp. 770.000,00 b. 1 kuli



= 7 hari Γ— Rp. 80.000,00 (per hari) = Rp. 560.000,00



Tabel RAB Pembayaran Jamban



A. Kebutuhan Bahan



NO



Nama



Ukuran



Satuan



Jumlah



Bahan



Harga Satuan



Harga Total



Kebutuhan



1.



Bata



23 Γ— 9 Γ— 5



Buah



1129



Rp. 350,00



Rp. 395.150,00



2.



Besi



12 m



Inci



TU = 4



TU = Rp.



Rp. 360.000,00



TB = 4



65.000,00 TB = Rp. 25.000,00



3.



Slab



-



4.



Bowl



-



5.



Fibber



-



-



-



Rp. 371.000,00



Buah



1



Rp. 80.000,00



Rp. 80.000,00



-



Buah



1



Rp. 300.000,00



Rp. 300.000,00



-



Buah



2



Rp. 30.000,00



Rp. 60.000,00



Buah



2



Rp. 50.000,00



Rp. 100.000,00



pintu 6.



Ventilasi



7.



Atap



8.



Kaso



-



Ikat



3



Rp. 110.000,00



Rp. 330.000,00



10.



Kran



-



Buah



1



Rp. 46.000,00



Rp. 46.000,00



11.



Fitting



-



Buah



12



-



Rp. 190.000,00



12.



Plester



-



Buah



1



Rp. 35.850,00



Rp. 35.850,00



200 Γ— 100



J



JUMLAH



Rp.2.268.000,00



B. Kebutuhan Pekerja NO



Jenis Pekerjaan



Jumlah



Hari



Harga Satuan



Harga Total



1.



Tukang



1



7



Rp. 110.000,00



Rp. 770.000,00



2.



Kuli



1



7



Rp. 80.000,00



Rp. 560.000,00



JUMLAH



Rp. 1.330.000,00



Jadi, jumlah seluruh biaya yang dibutuhkan adalah Rp. 3.598.000,00



V. KESIMPULAN Jadi, dari tabel rancangan anggaran belanja (RAB) kita dapat mengetahui berapa biaya keperluan untuk membangun sebuah jamban. Untuk ukuran 210cm x 185cm x 250cm dibutuhkan biaya kurang lebih Rp. 3.598.000,00



DAFTAR PUSTAKA Depkes RI, 2004. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Penerbit Mutiara Sumber Widya Press. https://rahmakeslingblogspot.com/2013/05/laporaninspeksi-sanitasi-jamban.html Notoatmodjo,2007 . Dasar-dasar kesehatan masyarakat. Jakarta: Penerbit Buku



Kedokteran



EGC



Elisabeth,



T.



2008.



https://rahmakeslingblogspot.com/2013/05/laporan-inspeksi-sanitasi-jamban.html Pratiwi, 2009. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Citra Aditya Bakti. https://www.psychologymania.com/2012/09/pengertian/pengertianjamban.html?m=1