LAPORAN PRAKTIKUM Takakura [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI LINGKUNGAN TEPAT GUNA (KOMPOSTER TAKAKURA)



KELOMPOK 6 FILDIANITA AMALIAH ALWY (D131 17 1504) INDAH NUR SAKINAH J.



(D131 17 1506)



REZKY PRATAMA ALI



(D131 17 1508)



FERDY TRISETIO



(D131 17 1510)



DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS HASANUDDIN



i



KATA PENGANTAR Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puja dan puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak-Nyalah sehingga Laporan Pembuatan Saringan Air dapat terselesaikan. Kami menyusun laporan ini untuk memberikan gambaran bagaimana tahap pelaksanaan pembuatan alat kompos Takakura. Akhir kata, semoga Laporan praktikum ini ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Wassalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.



07 Desember 2019



Penyusun



ii



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii BAB I ...................................................................................................................... 1 PENDAHULUAN .................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................. 1 B. Tujuan .......................................................................................................... 2 BAB II ..................................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 3 A. Kompos ........................................................................................................ 3 B. Faktor yang Memengaruhi Mutu Kompos ............................................... 4 C. Kematangan Kompos ................................................................................... 6 D. Komposter dengan Metode Takakura ...................................................... 7 BAB III ................................................................................................................... 8 METODE PENELITIAN ........................................................................................ 8 A. Waktu dan Lokasi Percobaan ....................................................................... 8 B. Alat Dan Bahan ............................................................................................ 8 1. Alat ........................................................................................................... 8 2. Bahan ...................................................................................................... 12 C. Metode Pegerjaan ....................................................................................... 13 1. Persiapan Sampah Organik .................................................................... 13 2. Persiapan keranjang Takakura................................................................ 13 3. Penambahan EM4 ................................................................................... 14 4. Pemanenan Kompos ............................................................................... 14



iii



BAB IV ................................................................................................................. 16 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................................. 16 A. Hasil ........................................................................................................... 16 B. Pembahasan ................................................................................................ 17 BAB V................................................................................................................... 19 PENUTUP ............................................................................................................. 19 A. Kesimpulan .................................................................................................. 19 B. Saran ............................................................................................................. 19 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20



iv



BAB I PENDAHULUAN



A. Latar Belakang Sampah merupakan masalah yang sejak dulu hingga kini sulit untuk diatasi dalam lingkungan masyarakat, karena sampah telah menjadi barang keseharian masyarakat. Setiap hari manusia menghasilkan sampah dari hasil kegiatan mereka. Sampah dari hari ke hari menjadi bertambah dan kemampuan mengelola sampah menjadi berkurang. Penumpukan sampah menyebabkan tibulnya berbagai penyakit sepertidiare, tifus, dan sebagainya. Selain itu, sampah dapat pula menyebabkan perairan menjadi tercemar, badan-badan air warnanya hitam dan berbau busuk serta dapat menyebabkan banjir akibat pembuangan sampah yang tidak tepat sehingga mengancam kelangsungan dan kelestarian lingkungan hidup. Sampah organic domestik adalah sampah yang berasal dari pemukiman antara lain sisa makanan, daun, buah-buahan dan sisa sayuran. Sampah orgnaik memiliki presentase terbesar dalam keseluruhan produksi smpah disbanding sampah anorganik maupun sampah yang mengandung limbah berbahaya. Pemanfaatan limbah dilakukan dengan menjadikan hal baru yang sangat bermanfaat limbah tersebutadalah dengan menjadikannya kompos di mana kompos ini bisa dimanfaatkan oleh para petani, sebagai pupuk alami yang bisa menjadi pilihan sebagai pupuk ramah lingkungan. Pengelolahan sampah dengan kompos bisa dilalkukan dengan cara konvensional dan menggunakan Effective Microorganism (EM4). Proses pengomposan agar dapat berjalan lebih cepat dan efisien dilakukan dengan menambahkan mikroorganisme perombak bahan organik atau aktivator. Aktivator berfungsi mengurai sisa organic yang telah mati menjadi unsur-unsur yang dikembalikan ke dlaam tanah (N, P, K, Ca, Mg dan lain-lain) dan atmosfer (CH4 atau CO2) sebagai hara yang dapat digunakan kembali tanaman. Pada percobaan ini



1



penggunaan Effective Microorganism (EM4) adalah untuk mempercepat proses pembuatan kompos. Salah satu metode pembuatan kompos yang sederhana, praktis dan dapat diterapkan untuk skala rumah tangga adalah metode composting Takakura, yang dapat diaplikaskan dalam skala individua tau rumah tangga. Selain sederhana dan relative murah, metode composting Takakura tepat untuk diaplikasikan dalam skala rumah tangga karena tidak membutuhkan lahan yang luas, portable, proses dekomposisi yang cepat, dan tidak berbau. B. Tujuan 1.) Mengetahui cara pembuatan kompos dengan metode keranjang Takakura. 2.) Mengetahui jumlah kompos yang dihasilkan dengan metode keranjang Takakura.



2



BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kompos Kompos merupakan istilah untuk pupuk organik buatan manusia yang dibuat dari proses pembusukan sisa-sia bahan orgnaik. Proses pengomposan dapat berlangsung secara aerobik dan anaerobik yang saling menunjang pada kondisi lingkungan tertentu. Secara keseluruhan proses ini disebut dekomposisi atau penguraian (Ekawandani & Kusuma, 2018). Kompos merupakan bahan organik, seperti daun-daunan, jerami, alang-alang, rumput-rumputan, dedak padi, batang jagung, sulur, carang-carang serta kotoran hewan yang telah mengalami proses dekomposisi oleh mikroorgsnisme pengurai, sehingga dpat dimanfaatkan untuk memperbaiki sifat-sifat tanah. Kompos mengandung hara-hara mineral yang esensial bagi tanaman (Setyorini, 2019). Penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (Soil Conditioner) dapat meniingkatkan kandungan bahan orgnaik tanah sehingga mempertahankan dan menambah kesuburan tanah pertanian. Karateristik umum dimiliki kompos antara lain (Setyorini, 2019) : 1.) Mengandung unsur hara dalam jumlah bervariasi tergantung bahan asal. 2.) Menyediakan unsur hara secara lambat (Slow Rate) dan dalam jumlah yang terbatas, dan 3.) Mempunyai fungsi utama memperbaiki kesuburan dan kesehatan tanah. Kompos bermanfaat untuk (Ekawandani & Kusuma,2018) : 1.) Memperbaiki struktur tanah menjadi lebih gembur. 2.) Memperkuan daya ikat agregat tanah berpasir. 3.) Meningkatkan daya tahan dan daya serap air. 4.) Memperbaiki drainase dan pori-pori dalam tanah. 5.) Menambah dan mengaktifkan unsur hara. 6.) Meningkatkan daya ikat tanah terhadap unsur hara. 7.) Membantu dekomposisi bahan mineral.



3



8.) Menyediakan bahan makanan bagi mikroorganisme yang menguntungkan pertumbuhan tanaman. B. Faktor yang Memengaruhi Mutu Kompos Mutu kompos dipengaruhi oleh tipe dan mutu dari bahan dasarnya, serta mutu dari proses pengomposannya. Proses pengomposan dipengaruhi oleh beberapa parameter, seperti ukuran partikel, kandungan air, skrening, formasi timbunan, aerasi, dan sebagainya. Mutu kompos yang sudah siap dipakai sangat bergantung kepada tingkat kontaminan dari bahan pembentukanya. Bahan orgnaik dapat tercemar melalui air yang tercemar, sumber bahan orgnaik, dan residu pestisida. Sumber logam berat yang mencemari kompos tersebut antara lain : baterai (merkuri, kadminium, plumbum dan seng), kulit (kromium, cat (kromium, plumbum dan kadmium), plastik (kadmium, plumbum dan nikel), pelapis cahaya (plumbum), kertas (plumbum), elektronik (plumbum dan kadmium), keramik, kosmetika dan debu (Setyorini, 2019). Hal-hal yang perlu diperhatikan agar proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat antara lain ebagai berikut. 1.) Nilai C/N bahan Semakin rendah nilai C/N, waktu yang diperlukan semakin singkat. 2.) Ukuran bahan Bahan yang berukuran lebih kecil akan lebih cepat proses pengomposannya karena semakin luas bahan yang tersentuh dengan bakteri. Untuk itu, bahan organik perlu dicacah hingga berukuran kecil. Bahan yang keras sebaiknya dicacah hingga ukuran 0,5 – 1 cm, sedangkan bahan yang tidak keras dicacah dengan ukuran yang agak lebih besar, secikar 5 cm. Pencacahan bahan yang tidak keras sebaiknya tidak terlalu kecil karena bahan yang telah hancur (banyak air) kurang baik karena kelembapannya menjadi tinggi. 3.) Komposisi bahan Pengomposan dari beberapa macam bahan akan lebih baik dan cepat. Pengomposan bahan organik dari tanaman akan lebih cepat bila ditambahkan dengan kotoran hewan. Ada juga yang menambakan bahan 4



makanan dan zat pertumbuhan yang dibutuhkan organisme. Dengan demikia, mikrooganisme juga akan mendapatkan bahan makakanan lain selain dari bahan organik. 4.) Jumlah Mikroorganisme Dalam proses pengomposan, yang akan berperan adalah bakteri, fungi, Actinomycetes, dan protozoa. Selain itu, harus sering ditambahkan pula mikroorganisme ke dalam



bahan yang dokomposkan. Dengan



bertambahnya jumlah mikroorganisme, diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat. 5.) Kelembapan dan Aerasi Pada umumnya mikroorganisme dapat bekerja dengan kelembapan 40 – 60%. Kondisi tersebut perlu dijaga agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal. Kelembapan yang lebih rendah atau lebih tinggi dapat menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang atau mati. Adapun kebutuhan aerasi tergantung dari proses berlangsungnya pengomposan tersebut, baik secara aerobik maupun anaerobik. 6.) Suhu Suhu optimal untuk pengomposan sekitar 30—50° C. Suhu yang terlalu tinggi akan mengakibatkan kematian mikroorganisme. Bila suhu relatif rendah, mikroorganisme belum dapat bekerja atau berada dalam keadaan dorman. Aktivitas mikroorganisme dalam proses pengomposan tersebut juga menghasilkan panas sehingga untuk menjaga suhu tetap optimal sering dilakukan pembalikan. Namun, ada mikroba yang bekerja pada suhu yang relatif



tinggi,



yaitu



80°



C,



seperti Trichoderma



pseudokoningii dan Cytophaga sp. Kedua jenis mikroba ini digunakan sebagai aktivator dalam proses pengomposan skala besar atau skala industri, seperti pengomposan tandan kosong kelapa sawit. 7.) Keasaman (pH) Keasaman atau pH dalam tumpukan kompos juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. Kisaran pH yang baik untuk pengomposan sekitar 6,5— 7,5 (netral). Oleh karena itu, dalam proses pengomposan sering diberi



5



tambahan kapur atau abu dapur untuk menaikkan pH. Proses pengomposan dapat dipercepat dengan bantuan aktivator. Beberapa aktivator yang tersedia di pasaran antara lain OrgaDec, Stardec, EM4, dan Fix–Up Plus. Semua aktivator tersebut sudah dikemas dalam berbagai ukuran yang siap dipasarkan dalam Proses pengomposan ternyata juga dapat melibatkan hewan lain (organisme makro), seperti cacing tanah yang bekerja sama dengan mikroba dalam proses penguraian. Dalam hal ini, cacing memakan bahan organik yang tidak terurai, mencampur bahan organik, dan membuat rongga-rongga udara sebagai aerasi. Kehadiran cacing tanah dapat mempercepat penghancuran bahan organik oleh mikroorganisme. Penguraian oleh mikroorganisme disebut pengomposan atau composting, sedangkan keterlibatan cacing (vermes) dalam proses pengomposan disebut vermicomposting dan



hasilnya



disebut casting atau



kascing



(Pertanianku, 2016). C. Kematangan Kompos Agar dapat digunakan sebagai bahan penyubur tanah, kompos harus benarbenar stabil (matang). Beberapa metode dan parameter yang diuji untuk menentukan derajat kestabilan kompos antara lain : 1.) Karbon/nitrogen (rasio C/N). 2.) Stabilitas terhadap pemanasan. 3.) Reduksi bahan organik, dan 4.) Parameter humifikasi. Penelitian lain menunjukkan indikator kematangan kompos seperti disajikan pada tabel 2.1 anta lain penetapan rasio C.\/N, pH, KTK, sedangkan sifat-sifat yang perlu diketahui pada tingkat petani yaitu warna kompos serta aroma. Kompos yang sudah matang bewarna coklat gelap dan berbau tanah (earthy) (Setyorini, 2019). Tabel 2.1 Beberapa Indikator Kematangan Kompos



Parameter



Indikator



Suhu



Stabil



6



pH



Alkalis



COD



Stabil



BOD



Stabil



C/N rasio



< 20



Laju Respirasi



< 10 mg g-1 kompos



Warna



Coklat Tua



Bau



Earthy



KTK



> 60 me 100 g-1 abu



D. Komposter dengan Metode Takakura Keranjang kompos Takakura merupakan satu metode pengomposan hasil penelitian seorang ahli bernama Mr. Koji Takakura dari Jepang. Pada awalnya penelitian ini dilakukan di Surabaya untuk mencari sistem pengolahan sampah organik yang cocok selama kurang lebih setahun. Keranjang ini disebut masyarakat sebagai keranjang sakti karena kemampuanya mengelolah sampah organik sangat baik. Keranjangsakt Takakura adalah suatu alat pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga, yang menarik dari keranjang takakura adalah bentuknya yang praktis, bersih dan tidak berbau, sehingga sangat aman digunakan d rumah. Proses pengomposan ala keranjang Takakura merupkan proses pengomposan aerob, di mana udara dibutuhkan sebagai asupan penting dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan kompos. Media yang dibutuhkan dalam proses pengomposan yaitu dengan menggunakan keranjang berlubang, diisi dengan bahan yang dapat memberikan kenyamanan bagi mikroorganisme. Proses pengomposan metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sampak orgnaik (idealnya sampah organik yang tercacah) ke dalam keranjang setiap harinya dan dilakukan kontrol dengan cara pengadukan dan penyiraman air (Kemenskes RI, 2013).



7



BAB III METODE PENELITIAN



A. Waktu dan Lokasi Percobaan 1.) Waktu : Kamis,31 Okrober 2019 2.) Lokasi : Laboratorium Kualitas Air, Gedung Sipil Lantai 3, Fakultas Teknik Unoversitas Hasanuddiin, Gowa. B. Alat Dan Bahan 1. Alat 1.) Keranjang 60 Liter Sebagai wadah pembuatan kompos



2.) Kardus Melindungi sampah organik dari binatng, menjaga sirkulasi dan kembapan serta mencegah kompos keluar dari keranjang.



8



3.) Gunting Untuk memotong kardus, plester bening dan sampah sayur



4.) Pisau Untuk mencacah sampah sayur.



5.) Kain berpori Digunakan



sebagai



pembungkus



bantalan pada bagian atas dan bawah komposter.



9



6.) Jarum dan Benang Jahit Digunakan untuk menjahit kain berpori agar dapat diisi dengan sekap padi



7.) Plester bening Digunakan untuk merekatkan kardus pada keranjang.



8.) Semprotan Botol Untuk



menyomprotkan



air



secara



merata pada kompos.



10



9.) Batang Kayu



Untuk mengaduk kompos



10.)



Timbangan Untunk mengukur berat sampah sayur dan kompos yang telah jadi.



11.)



Wadah (Loyang) Untuk wadah kompos yang telah jadi.



11



2. Bahan 1.) Sampah Organik



Sebagai



bahan



utama



menyerap



air



pembuatan



kompos.



2.) Sekam Padi



Untuk



dihasilkan menjaga



oleh



lindi



sampah



kehangatan,



yang



organik,



kelembapan



kompos dan mengatur sirkulasi udara.



3.) EM4 Mempercepat dalam proses penguraian bahan organik secara dengan bantuan bakteri pengurai yang ada didalamnya.



12



4.) Air Disemprotkan untuk



pada



menjaga



bahan



kelembapan



organik bahan



organik.



5.) Gula Untuk



membantu



mengaktifkan



mikroorganisme yang ada pada EM4.



C. Metode Pegerjaan 1. Persiapan Sampah Organik Untuk bahan untama dari kompos Takakura ini, digunakan sampah sayur-sayuran yang berupa sampah sisa sayur dan sampah sisa sayur tak terpakai yang hampir layu yang didapatkan di pasar. Adapun penyeapannya : 1.) Bersihkan sayur hingga bersih dan keringkan. 2.) Cacah sampah sayur namun tidak sampai hancur. 3.) Timbang sampah sayur hingga mencapai berat 1,1 kg. 2. Persiapan keranjang Takakura 1.) Ambil



kardus



dan



potong



menggunakan



gunting



untuk



menyesuaikan dengan keliling bagian dalam keranjang, bila perlu



13



rekatkan kardus dengan keranjang dengan menggunakan plester bening agar kardus tidak berpindah. 2.) Jahit kain berpori hingga membentuk seperti sarung bantal dan isi dengan sekam padi. Bantalan berisi sekap padi dibuat dua buah. 3.) Salah satu bantalan diletakkan pada bagian dasar keranjang. 4.) Kemudian sekam padi ditambahkan diatas bantlan. 5.) Sampah sayur dimasukkan kedalam keranjang. Sebaiknya pada sisi samping sampah saur diberi sekam agar air lindi dari sampah sayur tidak merembes keluar. 6.) Masukkan sekap padi diatas sampah organik. 7.) Terakhir bantalan kedua diletakkan paling atas bahan kompos. Keranjang ditutup. 3. Penambahan EM4 Penambahan EM4 dilakukan sehari setelah pembuatan kompos Takakura. Cara penambahan EM4 yaitu : 1.) Campurkan larutan EM4 sebanyak 10 gr dengan gula 10 gr dan homogenkan. 2.) Pada keranjang, tutup keranjang dibuka bantalan diangkat dan sekap padi disingkirkan agar tidak menghalangi EM4 yang akan ditaburkan pada sampah sayur. 3.) EM4 kemudian ditaburkan secara merata pada sampah sayur dan bila perlu diaduh dnegan menggunakan batangan kayu. 4.) Tutup kembali sampah sayur dengan sekap padi dan bantalan. 4. Pemanenan Kompos Pemanenan kompos dilakukan setelah lebih dari 20 hari, atau saat kompos telah matas. Kompos yang telah matang akan bewarna seperti tanah dan akan menggumpal. Adapun hal-hal yang dilakukan saat pengambilan kompos. 1.) Menngangkat bantalan dan sekap padi yang menutupi kompos yang telah jadi.



14



2.) Mengambil gumpalan kompos bewarna coklat tua (agak hitam) dan dikumpulkan dalam sebuah wadah. 3.) Gumpalan kompos kemudian dipisahkan dengan sekap padi yang masih merekat pada kompos. 4.) Gumpalan kemudian dihancurkan agar berbentuk seperti tanah. 5.) Kompos ditimbang. Amati dan catat hasilnya.



15



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



A. Hasil Dari hasil praktikum yang telah dilakukan dengan menggunakan sampah sayuran seberat 1,1 kg, dan sekam padi serta penambahan Effective Microorganism (EM4). dapat diuraikan hasil pengamatan selama percobaan sebagai berikut. Waktu Pengamaan



Warna



Bau



Kondisi Kompos



Keterangan Kompos diletakkan



Minggu Hijau



Berbau



1



Tesktur



ditempat yang tidak



Kasar,



terkena langsung sinar



Kondisi



matahariPemberian



Sampah



EM4 pada hari kedua



masih baru



setelah pembuatan kompos.



Minggu Hijau 2



Berbau



Tekstur



tetapi



mulai



tidak



berubah dan



menyengat



sampah



seperti



sayur mulai



minggu 1



mengering



Dilakukan penyemprotan dengan air agar kondisi komposter lebih lembab Dilakukan penyiraman



Minggu



Hijau



3



Kehitaman



Berbau



Tekstur



untuk



seperti



mengalami



mempertahankan



tanah



perubahan



kelembapan di komposter dan



16



dilakukan penambahan EM4. Tekstur Minggu



Hijau



Berbau



4



Kehitaman



tanah



menjadi seperti tanah namun agak basah* Tekstur berubah



Minggu Hitam 5



Berbau



seperti tanah



tanah



dan tidak



Kompos telah matang dan diambil untuk



sebasah



ditimbang.



minggu 4 Pada hasil akhir pembuatan kompos didapatkan total berat kompos yang dihasilkan adalah 60,4 gram dari 1,1 sampah sayur yang didekomposisikan. B. Pembahasan Pada praktikukum pembuatan kompos dengan metode takakura ini, kami menggunakan bahan dari sayur-sayuran dengan berat 1,1 Kg, sekam padi, serta menggunakan campuran bakteri EM4 untuk mempercepat penguraian. Selama proses pengamatan terdapat proses yang dilakukam agar pengomposan dapat menghasilkan kompos dengan baik,proses tersebut yaitu penyiraman air dimana penyiraman dilakukan jika tumpukan bahan kompos terlalu kering dan juga proses pembalikan/pengadukan yaitu untuk membuang panas



yang berlebihan,



memasukkan udara segar ke dalam tumpukan bahan, meratakan proses pelapukan di bagian tumpukan, meratakan pemberian air, serta membantu penghancuran bahan menjadi partikel kecil-kecil. Berdasarkan hasil pengamatan setelah 5 Minggu maka setiap minggunya kompos yang dibuat telah mengalami perubahan baik perubahan wujud maupun bau yang di timbulkan dari kompos tersebut dan berat yang dihailkan sebesar 60,4 gr . Berikut uraiannya:



17



1.) Bau Dalam proses pembuatan kompos yang berjalan dengan normal, maka tidak menghasilkan bau yang menyengat. Namun dalam pembuatan kompos tidak akan terbebas dari adanya bau. Kompos yang sudah matang dapat diketahui dari baunya yang seperti bau tanah. Berdasarkan hasil pengamatan, kompos yang dihasilkan memiliki bau eperti tanah (earthy) sehingga dapat dikatakan kompos sudah matang. 2.) Warna Warna merupakan salah satu indikator untuk mengetahui kematangan kompos yaitu cokelat kehitam-hitaman seperti tanah yang basah. Apabila kompos masih berwarna hijau atau warnanya mirip dengan bahan mentahnya berarti kompos tersebut belum matang. dari hasil pengamatan, kompos yang dihasilkan berwarna coklat kehitaman sehingga dapat dikatakan kompos tersebut sudah matang. 3.) Tekstur Pada kompos yang sudah matang, bentuk fisiknya menyerupai tanah yang berwarna coklat kehitaman. Menurut hasil pengamatan, kompos yang dihasilkan bertekstur remah dan menggumpal. Bentuk fisik sedikit masih terlihat seperti cacahan sayurn tetapi sudah menghitam sehingga dapat dikatakan bahwa kompos cukup matang. 4.) Waktu Waktu efektif dalam pembuatan kompos adalah > 20 hari sebelum akhirnya dapat dikatakan matang. Pada percobaan ini pembuatan kompos dilakukan selama kurang lebih lima minggu, dan dari waktu lima minggu tersebut dikatakan cukup untuk membuat kompos karena kompos telah matang pada waktu tersebut.



18



BAB V PENUTUP



A. Kesimpulan 1.) Dari hasil praktikum tersebut didapatkan kompos matang yang siap panen sebanyak 60,4 gram dari dekomposisi 1,1 kg sampah sayur. 2.) Kompos yang dibuat selama kurang lebih lima minggu dianggap matang karena memenuhi syarat-syarat kematangan dari kompos yaitu berbau tanah, bewarna coklat kehitaman dan bertekstur menyerupai tanah. B. Saran 1.) Sebaiknya sayur dicacah menyesuaikan dengan tekstur dari sampah sayuran. 2.) Sebaiknya Sebaiknya sayur yang dimasukkan kedalam keranjang komposter tidak terlalu basah agar ukurannya tidak timpang.



19



DAFTAR PUSTAKA Ekawandani, N., & Kusuma, A. A. (2018). Pengomposan Sampah Organik (Kubis dan Kulit Pisang) dengan Menggunakan EM4. TEDC, 38-43. Kesehatan, K. K. (2013). Pembuatan Kompos Takakura. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pertanianku. (2016, April 24). Inilah Beberapa Faktor yang mempengaruhi Pengomposan. Dipetik 8 Desember, 2019, dari Pertanianku.com: https://www.pertanianku.com/inilah-beberapa-faktor-yang-mempengaruhipengomposan/ Setyorini, D. (2019, Februari 15). Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Dipetik Desember



7,



2019,



dari



Balai



Penelitian



Tanah:



http://balittanah.litbang.pertanian.go.id/ind/dokumentasi/buku/pupuk/pupu k2.pdf



20