LAPORAN PRAKTIKUM Valid [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENAPISAN & APLIKASI “ Validasi Data Pencitraan Digital” Untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknologi Penapisan & Aplikasi yang Dibimbing oleh Riska Yudhistia Asworo, S.si.,M.si.



Disusun Oleh : Muhammad Sofyan Novrizal (P17120191012)



PRODI D3 ANALIS FARMASI DAN MAKANAN JURUSAN GIZI POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG 2021



Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Menurut Physka (2018), Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu berdasarkan percobaan di laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan pada penggunaannya. Validasi metode analisis bertujuan untuk mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut dapat sesuai peruntukannya (Gandjar, 2007). Parameter yang akan diujikan pada pengembangan metode ini adalah linieritas, limit deteksi, limit kuantitasi, presisi dan akurasi. Untuk melakukan pengembangan metode analisis, perlu dilakukan optimasi metode analisis untuk menghasilkan kondisi yang ideal. Setelah suatu metode analisis dioptimasi dan berbagai variabel yang akan ditentukan telah disesuaikan dengan kriteria yang diharapkan, metode analisis selanjutnya divalidasi untuk memastikan bahwa metode analisis sesuai dengan tujuannya. Validasi metode analisis dilakukan terhadap ketepatan (accuracy), presisi, Batas Deteksi (LOD) dan batas kuantifikasi (LOQ), serta Linieritas. Suatu metode analisis harus divalidasi untuk melakukan verifikasi bahwa parameterparameter kinerjanya mampu untuk mengatasi problem analisis (Rohman, 2007). Validasi metode dilakukan untuk menjamin bahwa metode analisis akurat, spesifik, reprodusibel dan tahan pada kisaran analit yang akan dianalisis (Gandjar dan Rohman, 2014). Menurut Harmita pada Tahun 2004, validasi metode analisis adalah suatu tindakan parameter tertentu, bersasarkan percobaan laboratorium untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan dalam penggunaannya.



1.2 Tujuan Praktikum A. Mahasiswa mampu melakukan dan memahami mengenai materi metoda validasi B. Mahasiswa mampu mempelajari lebih lanjut mengenai metoda validasi



1.3 Manfaat Penelitian 1. Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa mengenai validasi metoda 2. Sarana untuk menambah pengetahuan dan informasi dari mahasiswa tentang validasi metoda.



Bab II Tinjauan Pustaka 1. Validasi Metode Validasi metoda analisis adalah suatu tindakan penilaian terhadap parameter tertentu, berdasarkan percobaan laboratorium, untuk membuktikan bahwa parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk penggunaannya. Validasi metode analisis bertujuan untuk mengkonfirmasi bahwa metode analisis tersebut dapat sesuai untuk peruntukannya (Gandjar, 2007). Validasi metode anlisis juga merupakan proses yang dilakukan melalui percobaan laboratorium dimana karakteristik dari suatu prosedur memenuhi persyaratan untuk aplikasi analisis (USP XXXVII, 2014). Validasi metode merupakan proses utnuk memastikan bahwa prosedur yang memnuhi standar reliabilitas, akurasi, preisis sesuai tujuan yang diharapkan (Ahuja dan Dong, 2005). Menurut USP 30-NF25 (2007), metode analisis diklasifikasikan dalam 3 kategori, yaitu: a. Kategori I Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kadar komponen utama dalam bahan baku obat dan sediaan obat jadi atau bahan aktif lainnya seperti pengawet. b. Kategori II Metode analisis yang digunakan untuk penetapan cemaran dalam bahan baku obat atau hasil degradasinya dalam sediaan obat jadi. c. Kategori III Metode analisis yang digunakan untuk penetapan kinerja dan kualitas sediaan obat jadi, seperti uji disolusi dan uji pelepasan obat. d. Kategori IV Uji identifikasi Prosedur analisis yang harus divalidasi meliputi beberapa jenis pengujian, yaitu adanya pengotor, uji limit untuk mengendalikan keberadaan pengotor, serta uji kuantitatif komponen aktif atau komponen lain dalam produk obat – obatan. Selain itu, terdapat 8 parameter validasi metode analisis yaitu spesifitas, presisi atau ketelitian, akurasi atau ketepatan, linieritas, kisaran, limit deteksi, limit kuantitas dan ketangguhan. Pemilihan parameter yang akan diuji tergantung dari jenis dan metode pengujian yang akan divalidasi (Chan, 2004). Parameter ini berkaitan dengan sejauh mana zat lain mengganggu identifikasi atau analisis kuantifikasi analit. Ukuran dari kemampuan metode untuk mengidentifikasi atau mengukur analit. Kehadiran zat lain baik endogen maupun eksogen, dalam sampel matriks dibawah kondisi yang dinyatakan metode ini. Kekhusussan ditentukan dengan menambahakan bahan – bahan yang mungkin dihadapi didalam sampel. (Riyanto, 2014)



2. Linieritas Linieritas menunjukkan kemampuan suatu metode analisis untuk memperoleh hasil pengujian yang sesuai dengan konsentrasi analit yang terdapat pada sampel pada kisaran konsentrasi tertentu. Sedangkan rendang metode pernyataan batas terendah dan tertinggi analit yang sudah ditunjukkan dapat ditetapkan dengan kecermatan, keseksamaan dan linieritas yang dapat diterima. Rentang dapat dilakukan dengan cara membuat kurva kalibrasi dari beberapa set larutan standart yang telah diketahui konsentrasinya (Ermer dan Miller, 2005). Linieritas dapat diukur dengan melakukan pengukuran tunggal pada konsentrasi yang berbeda – beda. Data yang diperoleh selanjutnya diproses dengan metode kuadrat terkecil, untuk selanjutnya dapat ditentukan nilai kemiringan (slope), intersep, dan koefisien korelasinya (Gandjar dan Rohman, 2014). Linieritas dapat dilihat melalui kurva kalibrasi yang menunjukkan hubungan antara respon dengan konsentrasi analit pada beberapa seri larutan baku. Dari kurva kalibrasi ini kemudian akan ditemukan regresi linearnya yang berupa persamaan y=bx+a, dimana x adalah konsentrasi, y adalah respon, a adalah intersep y yang sebenarnya dan b adalah slope yang sebenarnya. Tujuan dari dibuatnya regresi ini adalah untuk menentukan estimasi terbaik untuk slope dan intersep y sehingga akan mengurangi residual error, yaitu perbedaan nilai hasil percobaan dengan nilai yang diprediksi melalui persamaan regresi linear (Harvey, 2000). Sebagai parameter adanya hubungan linear digunakan koefisien korelasi r pada analisis regresi linear. Hubungan linear yang ideal dicapai jika nilai b adalah 0 dan r adalah +1 atau -1 terganting arah garis (Harmita, 2004).



3. Limit deteksi dan Limit kuantitas Limit deteksi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah yang masih dapat dideteksi meskipun tidak selalu dapat dikuantifikasi. Sedangkan batas kuantifikasi didefinisikan sebagai konsentrasi analit terendah dalam sampel yang dapat ditentukan dengan presisi dan akurasi pada kondisi analisis yang digunakan (Yuwono dan Indrayanto, 2005). Limit deteksi merupakan jumlah atau konsentrasi terkecil analit dalam sampel yang dapat dideteksi, namun tidak perlu diukur sesuai dengan nilai sebenarnya. Limit kuantitas adalah jumlah analit terkecil dalam sampel yang dapt ditentukan secara kuantitatif pada tingkat ketelitian dan ketepatan yang baik. Limit kuantitas merupakan parameter pengujian kuantitatif untuk konsentrasi analit yang rendah dalam matriks yang kompleks dan digunakan untuk menentukan adanya pengotor atau degradasi produk. Limit deteksi dan limit kuantitasi dihitung dari rerata kemiringan garis dan simpangan baku intersep kurva standar yang diperoleh (ICH, 2005).



4. Presisi Presisi adalah ukuran kedekatan hasil analisis diperoleh dari serangkaian pengukuran ulangan dari ukuran yang sama. Hal ini mencerminkan keselahan acak yang terjadi dalam sebuah metode. Dua set diterima secara umum kondisi di mana presisi diukur adalah kondisi berulang dan reproduksi. Presisi biasanya diukur sebagai koefisien variasi atau deviasi standar relative dari hasil analisis yang diperoleh dari independen disiapkan standar control kualitas (Riyanto, 2014). Penentuan presisi dapat dibagi menjadi tiga kategori yaitu keterulangan (repeatability), presisi antara (intermediate precision), dan ketertiruan (reproducibility). Keterulangan merupakan ketepatan yang ditentukan pada laboratorium yang sama oleh satu analis serta menggunakan peralatan dan dilakukan pada hari yang sama. Presisi antara merupakan ketepatan pada kondisi percobaan pada laboratorium yang sama oleh analis, peralatan, reagen, dan kolom yang berbeda. Ketertiruan mempresentasikan presisi hasil yang dapat dilakukan pada tempat percobaan yang lain dengan tujuan untuk memverifikasi bahwa metode akan menghasilkan hasil yang sama pada fasilitas tempat yang berbeda (Yuwono dan Indrayanto, 2005).



5. Akurasi Akurasi adalah ukuran yang menujukan derajat kedekatan hasil analisis dengan kadar analit yang sebenarnya. Akurasi dinyatakan sebagai persen perolehan kembali (recovery) analit yang ditambahkan. Kecermatan hasil analis sangat tergantung dengan sebaran galat sistematik didalam keseluruhan tahapan analisis (Gandjar, 2007). Akurasi merupakan ketepatan metode analisis atau kedekatan antara nilai terukur dengan nilai yang diterima baik nilai konvensi, nilai sebenarnaya, atau nilai rujukan. Akurasi diukur sebagai banyaknya analit yang diperoleh kembali pada suatu pengukuran dengan melakukan spiking pada suatu sampel. Untuk pengujian senyawa obat, akurasi diperbolehkan dengan membandingkan hasil pengukuran dengan bahan rujukan standar (Gandjar dan Rohman, 2014). Terdapat tiga cara yang dapat digunakan untuk menentukan akurasi suatu metode analisis yaitu: 1. membandingkan hasil analisis denga CRM (certified refrence material) dari organisasi internasional. 2. Uji perolehan kembali atau perolehan kembali dengan memasukkan analit ke dalam matriks blanko (spoked placebo). 3. Penambahan baku pada matriks sampel yang mengandung analit (standard addition method) (Gandjar dan Rohman, 2014).



Bab III Metodologi 1. Cara kerja penentuan Absorbansi (excell) a. Input data yang diperoleh pada aplikasi Excell (yang saya gunakan WPS jadi berbahasa indonesia)



b. Kemudian



hitung



niali



absorbansi



dengan



memasukkan



rumus



pada



shell{=Log(Io/Ii)}pada shell balnko dibei=ri tanda “$” tujuannya untuk mengunci shell tersebut dan dijadikan patokan untuk shell berikutnya.



c. Jika rumus telah dimasukkan maka nilai absorbansi akan keluar, dan untuk hasil berikutnya hanya tinggal menarik cursor kebawah dan hasil akan langsung keluar, karena pada shell blanko telah dikunci menggunakan “$”



Bab IV Hasil dan Pemabahsan 1. Absorbansi KONSENTRASI



ABSORBANSI GREEN



RED



0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100



0 0,207552304 0,257156383 0,31316608 0,369403324 0,424829263 0,475413681 0,544495155 0,585288926 0,623077846 0,701541054



0 0,124938737 0,267223242 0,280826807 0,342215696 0,38021149 0,447158031 0,502675359 0,558790927 0,645525228 0,748188027



BLUE 0 0,090323486 0,234355165 0,297254446 0,364201236 0,467741828 0,508578388 0,533761304 0,596408063 0,711475932 0,797544161



Menurut jurnal (teoritis) semakin meningkatnya konsentrasi yang ditambahkan maka nilai absorbansi akan meningkat (berbanding lurus). jika dilihat dari hasil absorbansi yang terbentuk, telah menunjukan bawasannya hasil yang diperoleh sesuai dengan konsentrasi yang ditambahkan (teori), maka dapat dikatakan bawasannya hubungan antara nilai konsentrasi dengan hasil absorbansi telah linier. 2. Linieritas A. RED



RED 0.8 0.7



f(x) = 0.01 x + 0.1 R² = 0.96



0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0



0



20



40



60



80



100



120



B. GREEN



GREEN 0.8 0.7



f(x) = 0.01 x + 0.06 R² = 0.97



0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0



0



20



40



60



80



100



120



100



120



Linear ()



C. BLUE



BLUE 0.9 0.8 f(x) = 0.01 x + 0.05 R² = 0.98



0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0



0



20



40



60



80



Linear ()



Berdasarkan hubungan antara konsentrasi dengan absorbansi pada setiap kurva yang terbentuk dari komponen warna RGB, regresi linier yang terbentuk berupa persamaan y= bx + A, dimana nilai x merupakan konsetrasi yang digunakan, dan y merupakan respon (absorbansi), a merupakan intersep y dan b meruapakn kemiringan (slope) yang sebenarnya.



Intersep adalah titik perpotongan pada garis y = 0. Selain itu juga di peroleh



nilai koefisien korelasi (R) yang menjelaskan hubungan linier antara sumbu x dan sumbu y. Persamaan garis dari kurva yang diperoleh diantaranya adalah untuk warna merah (R) y = 0.0061x + 0.1037 dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9619, Untuk warna hijau (G) y = 0.0066x + 0.0613 dengan koefisien determinasi (R 2) sebesar 0.9747, Untuk warna biru (B) y = 0.0074x + 0.0467 dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0.9811



Dari hasil yang diperoleh menunjukkan nilai linieritas yang paling baik terletak pada linieritas warna biru (blue) dengan nilai koefisien korelasi(R) sebesar 0,9905 atau yang paling mendekati 1 dari data yang lain.



3. LOD & LOQ Dipilih dari hasil linieritas terbaik (BLUE)



BLUE 0.9 0.8 f(x) = 0.01 x + 0.05 R² = 0.98



0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0



0



20



40



60



80



100



120



Linear ()



LOD ditentukan untuk mengetahui jumlah analit atau sampel terkecil didalam sampel yang masih memberikan respon signifikan terhadap metode yang akan divalidasi, penentuan LOQ berfungsi untuk mengetahui kadar terkecil atau konsentrasi terkecil masih dapat dikuantifikasi untuk penentuan akurasi dan presisi.



x



y



Xi - x



(Xi-x)^2



x2



yi-y



(Yi-y)^2



0,369840915 0,225809236 0,162909955 0,095963165



10



0,090323486



-45



2025



100



20



0,234355165



-35



1225



400



30



0,297254446



-25



625



900



40



0,364201236



-15



225



1600



50



0,467741828



-5



25



2500



0,007577427



60



0,508578388



5



25



3600



0,048413987



70



0,533761304



15



225



4900



0,073596903



80



0,596408063



25



625



6400



0,136243662



90



0,711475932



35



1225



8100



0,251311531



100



0,797544161



45



2025



10000



0,33737976



4,601644009



0



8250



38500



0



550



x y



55 a 0,460164401 b S(y/s) sigma Lod



0,047811361 0,007497328 0,034768152 0,026554615 11,6881946



0,13678230 2 0,05098981 1 0,02653965 3 0,00920892 9 5,74174E05 0,00234391 4 0,00541650 4 0,01856233 5 0,06315748 6 0,11382510 3 0,42688345 5



(Xi - x) (Yiy) 16,64284117 7,903323257 4,072748873 1,439447474 0,037887136 0,242069936 1,103953547 3,406091553 8,795903589 15,1820892 58,75058147



(y^) 0,12278464 1 0,19775792 1 0,27273120 1 0,34770448 1 0,42267776 1 0,49765104 1 0,57262432 1 0,64759760 1 0,72257088 1 0,79754416 1 4,60164400 9



Yi-y^



(y-y^)^2



0,032461155 0,036597244



0,00105372 7 0,00133935 8



0,024523245



0,00060139



0,016496755



0,00027214 3



0,045064067



0,00203077



0,038863017 0,051189538 0,011094949



0,00011940 7 0,00151033 4 0,00262036 9 0,00012309 8



0



0



3,19189E-16



0,00967059 5



0,010927347



Berdasarkan tabel samping didapatkan nilai LOD sebesar 11,6%, yang menunjukan bahwa metode mampu mendeteksi kadar dalam analit sebesar 11,6 %. Apabila dalam sampel analit kurang dari atau dibawah dari 11,6% maka metode ini tidak bisa mendeteksi sampel dan memiliki hasil kesalahan yang terbilang cukup tinggi. Nilai LOQ yang diperoleh 35,4 %, ini menunjukan bahwa nilai dari analit yang masih bisa di kuantifikasi secara presisi adalah di atas 35,4 % nilai LOQ dikatakan kurang baik karena nilai konsentrasi sampel yang di uji ada yang berada dibawah nilai Lod yaitu pada konsentrasi 10, sehingga ada sampel yang tidak dapat diterima dalam akurasi dan presisi.



Loq



35,41877151



4. Presisi sd RSD



0,162398686 0,362497068 Metode analisis yang divalidasi menunjukkan presisi yang baik saat nilai simpangan



bakurelatifnya kurang dari