Laporan Praltikum Biologi Perikanan (Ikan Layang) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI PERIKANAN “ASPEK BIOLOGI PADA IKAN LAYANG (Decapterus ruselli)”



DISUSUN OLEH : NURMITA 17 410 009



PROGRAM STUDI AKUAKULTUR FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAUBAU 2019



LEMBAR PENGESAHAN



Praktikum Biologi Perikanan Aspek Biologi Pada Ikan Layang (Decapterus ruselli) Di Laboratorium Akuakultur Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Dayanu Ikhsanuddin Baubau



LAPORAN PRAKTIKUM



Telah Disetujui Oleh Pembimbing Praktikum Seperti Tertera Di bawah Ini



Baubau,



Juli 2019



Mengetahui :



Pembimbing Mata Kuliah



Asisten Praktikum



Sumitro S.Pi., M.Si



La Ode Abdul Razak



ii



KATA PENGANTAR



Bismillahirrahmannirrahim Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh Saya panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Praktikum Biologi Perikanan dengan judul “Aspek Biologi Pada Ikan Layang (Decapterus ruselli)”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya yang senantiasa istiqomah hingga akhir zaman. Pelaksanaan praktikum dan penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan dan peran dari berbagai pihak, oleh karena itu dengan rasa hormat dan penghargaan yang tak terhingga penulis mengucapkan terima kasih terutama kepada : 1. Sumitro, S.Pi., M.Si selaku pembimbing mata kuliah Biologi Perikanan. 2. Orang tua yang selalu mendoakan kelancaran kuliah kami. 3. La Ode Abdul Razak selaku asisten praktikum, serta teman-teman yang saling membantu dalam menyelesaikan laporan praktikum ini. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan yang memerlukan penyempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan bagi saya selaku penulis. Wassalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.



Baubau,



Juli 2019



Nurmita



DAFTAR ISI



HALAMAN JUDUL ...................................................................................... hlm LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... ii KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. iv DAFTAR TABEL .......................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Tujuan dan Manfaat ................................................................................ 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Morgologi Ikan Layang (Decapterus russelli) .............. 3 2.2. Habitat dan Distribusi ............................................................................. 4 2.3. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ....................................................... 5 2.4. Indeks Kematangan Gonad (IKG) .......................................................... 9 2.5. Fekunditas ............................................................................................... 10 2.6. Seksualitas .............................................................................................. 12 2.7. Analisis Isi Lambung .............................................................................. 13 BAB III METODE PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum ........................................... 14 3.2. Alat dan Bahan ...................................................................................... 14 3.3. Prosedur Praktikum ................................................................................ 15 3.4. Analisa Data............................................................................................ 15



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil ....................................................................................................... 17 4.2. Pembahasan ........................................................................................... 24 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ............................................................................................. 30 5.2. Saran ...................................................................................................... 30



DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 31 LAMPIRAN .................................................................................................... 33



DAFTAR TABEL



Table 1.



Beberapa Tanda Yang Dapat Dilakukan Untuk Membedakan Kelompok Dalam Penentuan Tingkat Kematangan Gonad Di Lapangan. ................................... 6



Tabel 2.



Tingkat Kematangan Gonad (TKG).............................................. 7



Tabel 3.



Alat dan Bahan Praktikum ............................................................ 14



Tabel 4.



Hasil Seksualitas Ikan Layang (Decapterus russeli)..................... 17



Tabel 5.



Tingkat Kematangan Gonad dan Fekunditas Betina Ikan Layang (Decapterus russeli) ......................................................... 18



Tabel 6.



Indeks Kematangan Gonad Ikan Layang (Decapterus russeli) .... 19



Tabel 7.



Pengamatan Isi Lambung Ikan Layang (Decapterus russeli) ....... 20



Tabel 8.



Hubungan Panjang Berat Ikan Layang (Decapterus russeli) ........ 23



Tabel 9.



Menghitung Fekunditas ...................................................................... 33



Tabel 10. Menghitung IKG (Indeks Kematangan Gonad) ............................ 33 Tabel 11. Menghitung Hubungan Panjang dan Bobot Ikan .......................... 35



DAFTAR GAMBAR



Gambar 1. Ikan Layang (Decapterus russeli) ................................................. 3 Gambar 2. Tahapan Gonad .............................................................................. 9 Gambar 3. Lampiran Kegiatan Praktikum ....................................................... 35



BAB I PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara bahari dan tepatnya dikatakan Negara kepulauan. Indonesia ditutupi dua pertiga oleh air, wilayah tanah air Indonesia memiliki potensi sumberdaya hayati perikanan yang besar dan belum seluruhnya dikelola. Sebagai Negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang perikanan. Luas wilayah Indonesia sebesar 7,9 juta km2 atau sekitar 81% dari wilayah seluruh Indonesia. Sedangkan luas perairan Indonesia saat ini lebih kurang 14 juta Ha, yang terdiri dari sungai dan rawa sebesar 11,9 juta Ha, 1,78 juta Ha danau alam dan 0,93 juta Ha danau buatan. Hal ini merupakan potensi yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan (Nybakken, 1992). Biologi perikanan sebagai dasar ilmu perikanan mengenai semua aspekaspek yang berhubungan dengan studi biologi ikan. Setiap makhluk hidup mengalami pertumbuhan selama hidupnya dan melakukan reproduksi untuk menjaga kelangsungan hidupnya. Begitu juga yang terjadi pada ikan, pertumbuhan tersebut dapat diamati secara fisik atau melalui pengamatan perkembangan jaringan. Pertumbuhan pada ikan dapat berlangsung lambat ataupun cepat (Aquaculture, 2010). Perikanan menjadi salah satu sektor penyedia sumberdaya hayati yang mampu memberikan sumbangsi terhadap kemajuan ilmu sains. Salah satu aspek yang umumnya menjadi pusat kajian adalah aspek biologi perikanan. Dalam memahami aspek biologi perikanan, seringkali dilakukan analisis dan pengamatan terhadap organisme yang termasuk dalam disiplin ilmu perikanan. Dalam analisa dan pengamatan tersebut, berbagai parameter berupa panjang total, panjang baku, seksualitas, fekunditas, tingat kematangan gonad, indeks kematangan gonad, dan analisa isi lambung dapat diukur dengan tujuan untuk mengetahui kebiasaan hidup dan kebutuhan dari organisme tersebut.



Atas dasar tersebut praktikum biologi perikanan dilaksanakan dengan komposisi materi meliputi pengamatan sel kelamin ikan berdasarkan ciri primer dan ciri sekunder ikan, tingkat kematangan gonad, serta menghitung banyak telur ikan dimana ikan yang di gunakan adalah ikan layang (Decapterus sp). Ikan layang (Decapterus sp) merupakan salah satu komunitas perikanan pelagis kecil yang penting di Indonesia. Ikan yang tergolong suku Carangidae ini bisa hidup bergerombol . Ukurannya sekitar 15 centimeter meskipun ada pula yang bisa mencapai 25 centimeter. Ciri khas yang sering dijumpai pada ikan layang ialah terdapatnya sirip kecil (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur dan terdapat sisik berlingin yang tebal (lateral scute) pada bagian garis sisi (lateral line) (Nontji, 2002). 1.2. Tujuan dan Manfaat Adapun tujuan dalam praktikum ini yaitu agar praktikan dapat mengetahui Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad (IKG), fekunditas, sexualitas, analisis isi lambung ,dan hubungan panjang berat pada ikan yang akan yang diamati. Adapun manfaat dalam praktikum ini tidak lain yaitu praktikan dapat menambah wawasan ataupun dapat menambah bahan ajaran sehingga praktikan dapat mengetahui lebih dalam tentang Tingkat Kematangan Gonad (TKG), Indeks Kematangan Gonad (IKG), fekunditas, sexualitas, analisis isi lambung, dan hubungan panjang berat pada ikan yang akan yang diamati serta dapat juga diterapkan dalam berbagai kepentingan yang berhubungan dengan praktikum ini dimasa yang akan datang.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Layang (Decapterus ruselli) Klasifikasi ikan layang menurut Saanin (1984), sebagai berikut: Kingdom Phylum



:



Animalia :



Sub phylum



Chordata :



Class



Vertebrata :



Sub Class Ordo



Pisces :



Teleostei :



Sub Ordo Family



Percomorphi :



Percoidae :



Perciformes



Sub Family : Genus



Carangi :



Spesies



Decapterus :



Decapterus ruselli



Gambar 1. Ikan Layang (Decapterus ruselli) Diskripsi ikan layang biasa (Decapterus ruselli), badan memanjang, agak gepeng. Dua sirip punggung. Sirip punggung pertama berjari-jari keras 9 (1 meniarap + 8 biasa), sirip punggung kedua berjari–jari keras 1 dan 30–32 lemah. Sirip dubur berjari-jari keras 2 (lepas) dan 1 bergabung dengan 22–27 jari sirip lemah. Baik di belakang sirip punggung kedua dan dubur terdapat 1 jari-jari sirip



tambahan (finlet) termasuk pemakan plankton, diatomae, chaetognatha, copepoda, udang-udangan, larva-larva ikan, juga telur-telur ikan teri (Stolephorus sp.). Hidup di perairan lepas pantai, kadar garam tinggi membentuk gerombolan besar. Dapat mencapai panjang 30 cm, umumnya 20–25 cm. Warna: biru kehijauan, hijau pupus bagian atas, putih perak bagian bawah. Sirip siripnya abu-abu kekuningan atau kuning pucat. Satu totol hitam terdapat pada tepian atas penutup insang (Ditjen Perikanan, 1998). 2.2. Habitat dan Distribusi Di perairan Indonesia terdapat lima jenis layang yang umum yakni Decapterus kurroides, Decapterus russelli, Decapterus macrosoma, Decapterus layang, dan Decapterus maruadsi (FAO, 1974). Dari kelima jenis ini hanya Decapterus russelli yang mempunyai daerah sebaran yang luas di Indonesia , sedangkan di Perairan Laut Jawa terdapat dua spesies yaitu Decapterus macrosoma dan Decapterus ruselli (Widodo, 1988). Di Laut Jawa sangat dominan dalam hasil tangkapan nelayan mulai dari Pulau Seribu, hingga P. Bawean dan P. Masalembo, Selat Makassar, Selat Karimata, Selat Malaka, Laut Flores, Arafuru, Selat Bali. Decapterus ruselli dan Decapterus macrosoma tersebar di perairan tertentu. Tampaknya Decapterus ruselli senang hidup di perairan dangkal seperti Laut Jawa, sedangkan Decapterus macrosoma tersebar di perairan laut seperti di Selat Bali, Perairan Indonesia Timur Laut Banda, Selat Makassar, dan Sangihe, Laut Cina Selatan. Decapterus kurroides tergolong ikan yang agak langka antara lain terdapat di Selat Bali, Labuhan dan Pelabuhan Ratu (Jawa Barat). Decapterus maruadsi termasuk ikan layang yang berukuran besar, hidup di laut dalam seperti di Laut Banda tertangkap pada kedalaman 100 meter lebih (Nontji, 2002) . Ikan layang meskipun aktif berenang, namun terkadang tidak aktif pada saat membentuk gerombolan di suatu daerah yang sempit atau disekitar benda-benda terapung. Oleh karena itu, nelayan payang dan purse seine di Jawa memasang rumpon dalam aktivitas penangkapan mereka. Menurut Soemarto 1960 dalam Sunarjo (1990), sifat menggerombol ikan ini pada umumnya membelakangi



rumpon, dan selalu menghadap atau menentang arus. Sifat menggerombol ikan layang tidak terbatas dengan ikan sejenisnya, bahkan kerap kali bergabung dengan jenis lainnya, seperti bawal (Stromateus sp), Selar (Caranx sp), ikan Tembang (Sardinella sp) dan lain-lainnya. Secara biologi ikan layang merupakan plankton feeder atau pemakan plankton kasar yang terdiri dari organisme pelagis meskipun komposisinya berbeda masing-masing spesies copepoda, diatomae, larva ikan. Sumberdaya tersebut bersifat “multispecies” yang saling berinteraksi satu sama lain baik secara biologis ataupun secara teknologis melalui persaingan (competition) dan atau antar hubungan pemangsaan (predatorprey relationship). Secara ekologis sebagian besar populasi ikan pelagis kecil termasuk ikan layang menghuni habitat yang relatif sama, yaitu di permukaan dan membuat gerombolan di perairan lepas pantai, daerah-daerah pantai laut dalam, kadar garam tinggi, dan sering tertangkap secara bersama. 2.3. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Kelenjar biak pada ikan disebut gonad. Gonad ikan betina disebut ovarium dan pada ikan jantan disebut testis. Ovarium pada kebanyakan ikan teleostei berupa sepasang organ yang terletak di rongga tubuh. Rongga ovarium berlanjut dengan saluran telur yang terbuka ke arah ovipore pada papila urogenital. Pada sebagian spesies, pasangan ovarium menyatu menjadi satu organ (Kordi, 2010). Testis merupakan organ reproduksi jantan yang terdiri atas sepasang organ memanjang dan terletak pada dinding dorsal. Pada ikan famili Poecilidae , kedua organ testis terbungkus dalam satu kantung. Dari testis keluar satu pembuluh sperma (vas deferens) pada bagian permukaan mesodorsal yang bermuara di antara anus dan pembuluh urinari (Kordi, 2010). Pengamatan kematangan gonad dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu secara histologi dan morfologi. Pengamatan secara histologi dilakukan di laboratorium, sedangkan pengamatan secara morfologi dapat dilakukan baik di laboratorium maupun di lapangan. Dari penelitian secara histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan mendetail. Sedangkan hasil pengamatan



secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan oleh peneliti (Effendie, 2002). Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi adalah bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan daripada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma di dalam testis (Effendie, 2002). Keterangan tentang kematangan gonad ikan diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan yang matang gonad dan yang belum matang dari suatu stok ikan, ukuran atau umur ikan pertama kali memijah, apakah ikan sudah memijah atau belum, kapan terjadi pemijahan, berapa lama saat pemijahan, berapa kali memijah dalam satu tahun dan sebagainya. Perubahan gonad ikan berupa meningkatnya ukuran gonad dan diameter telur dinyatakan dengan tingkat kematangan gonad (TKG) (Kordi, 2010). Menurut Effendi (2002), dalam biologi perikanan pencatatan perubahanperubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui ikanikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan diperoleh keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah, dan atau sudah selesai memijah. Dengan mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak , ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan pengamatan secara morfologi melalui bentuk, ukuran panjang dan berat warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Tabel 1. Beberapa tanda yang dapat dilakukan untuk membedakan kelompok dalam penentuan Tingkat Kematangan Gonad di lapangan. No.



Ikan Berina



Ikan jantan



1.



Bentuk ovarium



Bentuk testes



2.



Besar kecilnya ovarium



Besar kecilnya testes



3.



Pengisian ovarium dalam



Pengisian testes dalam rongga



rongga tubuh



tubuh.



4.



Warna Ovarium



Warna testes



5.



Halus tidaknya ovarium.



Keluar tidaknya cairan dari



6.



Secara umum ukuran ovarium



testes (dalam keadaan segar)



dalam ukuran telur Sumber : Effendi, 2002 Untuk mendapatkan gambaran Tingkat Kematangan Gonad digunakan Skala Kematangan Gonad dari Isa, et al., 1998 dalam Suwarso dan Wudianto (2002) sebagaimana tabel berikut ini : Tabel 2. Tingkat Kematangan Gonad TKG I



TKG Tingkat



Deskripsi



Kematangan Belum matang,dara



Ovari dan testis kecil,ukuran hingga 1/2



(Immature)



dari



panjang



ronnga



badan.



Ovari



berwarna kemerahan jernih (translucent), testis



keputih-putihan.



Butiran



telur



(oval) tidak nampak. II



Perkembangan



Ovari dari testis sekitar 1/2 dari panjang



(Maturing)



rongga



badan.



translucent,



Ovari



testis



merah-orange,



putih,



kira-kira



simetris. Butiran telur tidak nampak dengan mata telanjang. III



Pematangan



Ovari dan testis sekitar 2/3 dari panjang



(Ripening)



rongga



badan.



Ovari



kuning-orange,



nampak butiran telur, testis putih cream. Ovari



dengan



pembuluh



darah



di



permukaannya. Belum ada telur-telur yang transparan atau translucent, telur masih gelap IV



Matang, mature



Ovari dan testis kira-kira 2/3 sampai



(Ripe)



memenuhi rongga badan. Ovari berwarna orange–pink



dengan



pembuluh–



pembuluh darah dipermukaannya terlihat telur-telur besar, transparan, telur-telur matang (ripe). Testis putih-cream, dan lunak. V



Mijah, Salin



Ovari dan testis menyusut hingga 1/2 dari



(Spent)



rongga badan. Dinding tebal. Di dalam ovari mungkin masih tersisa telur-telur gelap dan matang yang mengalami desintegrasi akibat penyerapan, gelap atau translucent dan estis lembek.



Ikan yang mempunyai satu musim pemijahan yang pendek dalam satu tahun atau saat pemijahannya panjang, akan ditandai dengan peningkatan presentase TKG yang tinggi pada setiap akan mendekati musim pemijahan. Bagi ikan yang mempunyai musim pemijahan sepanjang tahun, pada pengambilan contoh setiap saat akan didapatkan komposisi tingkat kematangan gonad (TKG) terdiri dari berbagai tingkat dengan presentase yang tidak sama. Presentase yang tinggi dari TKG yang besar merupakan puncak pemijahan walaupun pemijahan sepanjang tahun. Jadi dari komposisi TKG ini dapat diperoleh keterangan waktu mulai dan berakhirnya kejadian pemijahan dan puncaknya (Effendi, 2002). Tingkat kematangan gonad ikan menurut Kesteven, Bagenal, dan Braum 1968) : a. Dara adalah organ seksual sangat kecil berdekatan dibawah tulang punggung. Testes dan ovarium transparan, tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa. b. Dara berkembang testes dan ovarium jernih, abu-abu merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.



c. Perkembangan I testes dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerahmerahan dengan pembuluh darah kapiler. Mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat melihat oleh mata seperti serbuk putih. d. Perkembangan II testes putih kemerah-merahan. Tak ada pati jantan atau sperma kalau baagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerahmerahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya balat telur. Ovarium mengisi kira-kira 2/3 ruang bawah. e. Bunting adalah organ seksual mengisi ruang bawah. Testes warnanya putih, telur bentuknya bulat, beberapa dari padanya jernih dan masak. f. Mijah adalah telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan, kebanyakan tulurnya berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium. g. Mijah atau salin. Belum kosong sama sekali. Tak ada telur yang bentuknya bulat telur. h. Salin atua spent testes dan ovarium kosong dan berwarna merah. Beberapa telur dalam keadaan sedang dihisap kembali. i. Polin testes dan ovarium jernih. Abu-abu merah.



Gambar 2. Tahapan Gonad 2.4. Indeks Kematangan Gonad (IKG) Indeks kematangan gonad adalah nilai perbandingan antara berat gonad dan berat tubuh ikan dalam persen (%). Gonad semakin bertambah berat dengan semakin bertambah ukurannya dan ukuran diameter telur. Berat gonad akan mencapai maksimum sesaat sebelum ikan akan memijah, dengan demikian nilai IKG akan mencapai maksimum pada saat akan terjadi pemijahan (Effendie,



1992). Dalam perkembanan gonad, selain perkembangan morfologi juga terdapat perkembangan telur sejalan dengan perkembangan berat gonad (Effendie, 1997). Menurut Atmaja (1982), ikan layang yang memiliki indeks kematangan gonad di atas 120 telah matang dan mempunyai kesanggupan untuk mengeluarkan telur (memijah). Indeks gonad ikan layang bervariasi menurut ukuran dan tingkat kematangannya. Namun demikian pada dasarnya ikan makin matang seksual, indeks gonad semakin tinggi akibat bertambahnya berat gonad. Selama proses reproduksi, sebelum pemijahan terjadi sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah berat seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya, termasuk pada garis tengah telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum sesaat sebelum ikan itu memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai proses selesai (Effendie, 1979). Secara morfologi perubahan-perubahan ini dapat dinyatakan dalam tingkat kematangan gonad. Pengamatan morfologi meliputi warna, penampakan dan ukuran terhadap rongga tubuh. 2.5. Fekunditas Fekunditas adalah jumlah telur pada kematangan terakhir yang terdapat dalam ovarium sebelum berlangsung pemijahan. Fekunditas yang menunjukan jumlah telur yang dikandung individu ikan dikatakan sebagai fekunditas mutlak. Sedangkan jumlah telur per satuan berat atau panjang ikan disebut sebagai fekunditas relatif (Nikolsky, 1963 dalam Burhanudin et al., 1981). Fekunditas total menurut Royce (1972) dalam Effendie (1979) adalah jumlah telur yang dihasilkan ikan selama hidupnya Rao (1967) dalam Burhanuddin et al., (1981) menyatakan bahwa telur yang telah matang dan siap dikeluarkan berwarna kuning sampai kemerah- merahan, butir-butirnya mudah dipisahkan, kelihatan opaque atau translucent dengan bintikbintik minyak. Fekunditas ikan bukan saja merupakan salah satu aspek dari natural history, tetapi sebenarnya ada hubungannya dengan studi dinamika populasi, sifat-sifat rasial, produksi dan persoalan stok-rekruitmen. Dalam hubungan tersebut ada



faktor lain yang memegang peranan penting dan sangat erat hubungannya dengan strategi dalam rangka mempertahankan kehadiran species itu di alam, terutama penyesuaian diri terhadap bermacam-macam kondisi lingkungan dan respon terhadap makanan (Bagenal, 1978 dalam Effendie, 1997). Menurut Bagenal et al., (1967), untuk ikan-ikan tropik dan sub - tropik, definisi fekunditas yang paling cocok kondisinya ialah jumlah telur yang dikeluarkan oleh ikan dalam rata - rata masa hidupnya. Parameter ini relevan dan dapat ditentukan karena kematangan tiap - tiap ikan pada waktu pertama kalinya dapat diketahui dan juga statistik kecepatan mortalitasnya dapat ditentukan pula dalam pengelolaan perikanan yang baik. Fekunditas dapat dihitung dengan beberapa cara, yaitu dengan metode langsung, metode volumetrik, metode gravimetrik, dan metode gabungan (volumetrik dan gravimetrik). Mengitung langsung satu persatu telur ikan. Metode volumetrik yaitu dengan pengenceran telur X: x=V:v Keterangan : X : Jumlah telur yang akan dicari X : Jumlah telur contoh V : Volume seluruh gonad V : Volume gonad contoh Metode gravimetrik, prinsipnya sama dengan volumetrik, bedanya hanya pada ukuran volume diganti dengan ukuran berat. Metode gabungan (hitung gravimetrik dan volumetrik). Menurut Effendie (1979), nilai fekunditas dapat dinyatakan dengan rumus : 𝐅=



𝐆𝐱𝐕𝐱𝐗 𝐐



Ket : F = Fekunditas G = Berat gonad (g) V = Volume pengenceran (mL) X = Jumlah telur yang ada dalam 1 cc Q = Berat telur contoh (g)



2.6. Sexualitas Seksualitas ikan dapat ditentukan dengan mengamati ciri-ciri seksual sekunder dan seksual primer. Ciri seksual ikan dapat dibagi menjadi dua, yaitu : a. Ciri Seksual Primer Pengamatan seksual primer harus dengan pembelahan diperut ikan. Ciri seksual primer adalah alat organ yang berhubungan langsung dengan proses reproduksi. Testes dan salurannya pada ikan jantan merupakan ciri seksual primer. Untuk melihat perbedaannya diperlukan pembedahan. Menurut Effendie (1997) menyatakan bahwa sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya b. Ciri Seksual Sekunder Seksual skunder dengan memperhatikan ciri-ciri morfologi yaitu bentuk tubuh. Organ pelengkap dan warna (Andea, 2005). Sifat seksual sekunder ialah tanda-tanda luar yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina. Apabila suatu spesies ikan mempunyai sifat morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina maka spesies ikan mempunyai seksual dimorphisme. Apabila yang menjadi tanda itu warna maka ikan itu mempunyai seksual dichromatisme dimana pada ikan jantan biasanya warnanya agak lebih cerah dan menarik daripada ikan betina. Ciri seksual sekunder berguna dalam membedakan ikan jantan dengan ikan betina dan dapat dilihat dari luar, meskipun kadang kala tidak memberikan hasil yang positif (nyata) (Tim Ikhtiologi, 1989). Gonad adalah organ reproduksi yang berfungsi menghasilkan sel kelamin (gamet). Gonad yang terdapat pada tubuh ikan jantan tersebut disebut testes yang berfungsi menghasilkan spermatozoa, sedangkan yang terdapat pada individu ikan betina disebut ovari berfungsi menghasilkan telur (Pulungan et al., 2006). Selanjutnya dikatakan juga bahwa gonad yang terdapat didalam tubuh mengalami perkembangan dari bentuk sehelai benang yang berisi cairan bening kemudian berkembang dan membesar sesuai dengan kapasitas rongga perut yang dimiliki



individu ikan. Perkembangan gonad ini dipengaruhi oleh adanya perkembangan gamet yang diproduksi oleh gonad itu sendiri. Semakin matang gonad suatu individu ikan maka semakin besar bentuk dan berat gonad serta tubuh individu ikan. 2.7. Analisis Isi Lambung Analisis isi lambung ikan merupakan kajian tentang hubungan antara komposisi pakanalami dalam lambung dan habitatnya, baik yang bersifat planktonik, bentik maupun nektonik dan lainnya. Kebiasaan makanan ikan (food habits) dapat digunakan untuk mengetahui hubungan ekologi dengan organisme di dalam perairan, misalnya pemangsaan, persaingan dan rantai makanan. Makanan merupakan faktor yang menentukan bagi populasi, pertumbuhan dan kondisi ikan. Macam makanan satu spesies ikan biasanya bergantung pada umur, tempat, dan waktu (Effendie, 2002).



BAB III METODELOGI PRAKTIKUM



3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Praktikum ini dilaksanakan pada hari Jumat tanggal 26 Juli 2019 pukul 14.00 WITA – selesai yang bertempat di Laboratorium Akuakultur Terpadu Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Dayanu Ikhsanuddin Kota Baubau. 3.2. Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan pada praktikum ini dapat dilihat pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 3. Alat dan Bahan Alat



Kegunaan



Alat tulis dan kertas



Untuk menulis data



Alat bedah



Untuk membedah ikan yang diamati



Kertas HVS



Untuk mengeringkan telur ikan



Wadah



Sebagai tempat penyimpanan ikan



Gelas ukur



Untuk mengukur air



Loyang



Sebagai tempat membedah



Mistar gsris / mistar sorong



Untuk mengukur panjang ikan



Timbangan analitik



Untuk mengukur berat ikan



Kamera



Untuk dokumentasi



Bahan Ikan layang (Decapterus sp.) 50 ekor Serbet / tisu



Aquades



Kegunaan Sebagai organisme yang diamati sebanyak 50 ekor Untuk membersihkan organisme yang diamati Untuk membersihkan organisme yang diamati serta sebagai bahan untuk pengukuran fekunditas pada ikan yang diamati



3.3. Prosedur Praktikum Adapun prosedur kerja pada praktikum ini adalah sebagai berikut: 1.



Menimbang berat ikan yang akan diamati menggunakan timbangan analitik



2.



Mengukur panjang total ikan ikan yang akan diamati menggunakan mistar



3.



Membedah ikan dan menentukan seksualitasnya (gonad jantan dan betina)



4.



Mengambil telur ikan betina dengan mengangkat seluruh gonadnya, kemudian telur tersebut ditimbang (menentukan berat gonad / Wg)



5.



Menentukan TKG



6.



Menghitung fekunditas a. metode volumetrik







Gonad kering-angin diukur volumenya / V (teknik pemindahan air)







Dikering-anginkan lagi







Ambil sebagian kecil telur untuk dijadikan sampel, ukur volumenya (V)







Hitung jumlah butiran telur X



7.



Mengamati secara langsung terhadap isi lambung ikang yang diamati dengan jalan memperhitungkan individu organisme serta benda-benda lain yang terdapat di dalam isi lambung.



3.4. Analisa Data Adapun analisis data pada praktikum ini yaitu, sebagai berikut : a. Menghitung fekunditas 



Volumterik Menurut Effendi (1979), untuk mengetahui jumlah telur pada ikan atau



fekunditasnya dapat menggunakan metode volumtrik. Berdasarkan metode ini, maka presentase setiap organisme adalah sebagai berikut.



Misal organisme A = volume rata-rata organisme A Jumlah semua rata-rata X:x=V:v Di mana banding X = jumlah butiran telur yang dicari, x = butiran telur sampel, V = volume keseluruhan, dan v = Volume sampel b. Menghitung IKG Cara menentukan Tingkat Kematangan Gonad dengan metode kuantitatif atau pengukuran. IKG ditentukan dengan membandingkan berat gonad dengan berat tubuh yang dinyatakan dengan persen. IKG = Berat gonad (Wg) / Berat Tubuh (W) x 100 % Nilai IKG akan semakin meningkat saat ikan siap memijah. Nilai IKG betina lebih besar dibandingkan dengan nilai IKG ikan jantan nilai IKG dapat dibandingkan dengan TKG, misalnya membandingkan nilai IKG pada berbagai TKG. c. Menghitung hubungan panjang dan berat ikan Pola pertumbuhan ikan ditentukan dengan melihat hubungan antara panjang dan berat ikan. Analisa hubungan panjang berat dilakukan dengan menggunakan persamaan berpangkat yang dikemukakan oleh Pauly (1984): W = a +Lb Keterangan : W = berat tubuh ikan (gram) L = Panjang tubuh ikan (cm) a dan b = Konstanta



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1. Hasil Pengamatan Tabel 4. Hasil Tingkat Kematangan Gonad dan Fekunditas Ikan Layang (Decapterus sp.) Organisme Ikan ke-1 Ikan ke-2 Ikan ke-3 Ikan ke-4 Ikan ke-5 Ikan ke-6 Ikan ke-7 Ikan ke-8 Ikan ke-9 Ikan ke-10 Ikan ke-11 Ikan ke-12 Ikan ke-13 Ikan ke-14 Ikan ke-15 Ikan ke-16 Ikan ke-17 Ikan ke-18 Ikan ke-19 Ikan ke-20 Ikan ke-21 Ikan ke-22 Ikan ke-23 Ikan ke-24 Ikan ke-25 Ikan ke-26 Ikan ke-27 Ikan ke-28 Ikan ke-29 Ikan ke-30 Ikan ke-31 Ikan ke-32 Ikan ke-33 Ikan ke-34



TKG 3 4 2a 5 4 1 5 3 5 2a 2a 4 5 1 6 5 3 2a 2a 2b 6 2b 6 6 4 2a 2a 6



Fekunditas 1.476 butir 5.280 butir 7.018butir 2.160 butir 7.280 butir



Keterangan Telihat kecil Mulai matang gonad Terlihat sangat kecil Cukup berisi Mulai matang gonad Belum matang Cukup berisi Telihat kecil Telihat kecil Terlihat sangat kecil Terlihat sangat kecil Mulai matang gonad Cukup berisi Belum matang Siap untuk memijah Cukup berisi Telihat kecil Terlihat sangat kecil Terlihat sangat kecil Terlihat sangat kecil Siap untuk memijah Terlihat sangat kecil Siap untuk memijah Siap untuk memijah Mulai matang gonad Terlihat sangat kecil Terlihat sangat kecil Siap untuk memijah



Ikan ke-35 Ikan ke-36 Ikan ke-37 Ikan ke-38 Ikan ke-39 Ikan ke-40 Ikan ke-41 Ikan ke-42 Ikan ke-43 Ikan ke-44 Ikan ke-45 Ikan ke-46 Ikan ke-47 Ikan ke-48 Ikan ke-49 Ikan ke-50



3 5 2b 2a 1 5 1 1 3 2a 5 2a 6



1.400 butir



Terlihat kecil Cukup berisi Terlihat sangat kecil Terlihat sangat kecil Belum matang Cukup berisi Belum matang Belum matang Terlihat kecil Terlihat sangat kecil Cukup berisi Terlihat sangat kecil Siap untuk memijah



Tabel 5. Indeks Kematangan Gonad Ikan Layang (Decapterus sp.) Organisme Ikan ke-1 Ikan ke-2 Ikan ke-3 Ikan ke-4 Ikan ke-5 Ikan ke-6 Ikan ke-7 Ikan ke-8 Ikan ke-9 Ikan ke-10 Ikan ke-11 Ikan ke-12 Ikan ke-13 Ikan ke-14 Ikan ke-15 Ikan ke-16 Ikan ke-17 Ikan ke-18 Ikan ke-19 Ikan ke-20 Ikan ke-21 Ikan ke-22 Ikan ke-23 Ikan ke-24 Ikan ke-25 Ikan ke-26



Berat Tubuh (gr) 223,1 224,5 203,9 226,9 204,6 111,1 75,6 209,8 27,3 112,9 210,0 212,9 216,3 125,2 246,4 215,3 84,4 103,6 76,4 207,4 210,8 195,8 111,4 118,1 115,7 183,3



Berat Gonad (gr) 4,8 4,9 3,1 7,7 4,6 1,8 6,9 5,5 5,5 5,3 0,4 3,7 6,4 0,2 13,1 6,2 4,1 0,4 0,7 2,0 14,2



IKG



Panjang Total



2,15 2,18 1,52 3,39 2,24 1,62 3,28 2,61 2,58 2,45 0,31 1,50 2,97 0,19 6,31 2,94 2,09 0,35 0,59 1,72 7,74



28 27 25 27 27 22 20 27 14 21 27 27 27 22 28 26 20 21 20 28 26 26 21 21 21 27



Ikan ke-27 Ikan ke-28 Ikan ke-29 Ikan ke-30 Ikan ke-31 Ikan ke-32 Ikan ke-33 Ikan ke-34 Ikan ke-35 Ikan ke-36 Ikan ke-37 Ikan ke-38 Ikan ke-39 Ikan ke-40 Ikan ke-41 Ikan ke-42 Ikan ke-43 Ikan ke-44 Ikan ke-45 Ikan ke-46 Ikan ke-47 Ikan ke-48 Ikan ke-49 Ikan ke-50



198,3 238,8 218,5 170,8 113,7 89,5 26,0 222,7 136,3 79,0 217,1 94,3 117,3 91,5 57,1 136,9 92,5 93,8 103,2 226,4 78,5 181,1 70,1 163,6



2,1 16,3 20,6 5,5 0,6 0,2 14,0 2,9 6,4 1,2 0,3 4,8 3,0 0,3 3,0 0,3 8,5



1,05 6,82 9,42 3,22 0,52 0,22 6,28 2,12 2,94 1,02 0,32 3,50 1,32 0,38 1,65 0,42 5,19



27 29 27 27 22 20 13,5 27 23 20 27 21 22 21 18 24 20 20 21,5 27 20 26 19 29



Tabel 6. Hasil Seksualitas Ikan Layang (Decapterus sp.) Organisme Ikan ke-1 Ikan ke-2 Ikan ke-3 Ikan ke-4 Ikan ke-5 Ikan ke-6 Ikan ke-7 Ikan ke-8 Ikan ke-9 Ikan ke-10 Ikan ke-11 Ikan ke-12 Ikan ke-13 Ikan ke-14 Ikan ke-15 Ikan ke-16 Ikan ke-17 Ikan ke-18 Ikan ke-19



Jantan √



Betina √



√ √ √ √ -



√ √ √ √







√ -



√ √ -



Hasil J B J B B J B B B B J B B J -



Keterangan Jantan Betina Jantan Betina Betina Jantan Betina Betina Betina Betina Jantan Betina Betina Jantan -



Ikan ke-20 Ikan ke-21 Ikan ke-22 Ikan ke-23 Ikan ke-24 Ikan ke-25 Ikan ke-26 Ikan ke-27 Ikan ke-28 Ikan ke-29 Ikan ke-30 Ikan ke-31 Ikan ke-32 Ikan ke-33 Ikan ke-34 Ikan ke-35 Ikan ke-36 Ikan ke-37 Ikan ke-38 Ikan ke-39 Ikan ke-40 Ikan ke-41 Ikan ke-42 Ikan ke-43 Ikan ke-44 Ikan ke-45 Ikan ke-46 Ikan ke-47 Ikan ke-48 Ikan ke-49 Ikan ke-50



√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ -



√ √ -







√ √ √ √ Seksualitas



B B B J J J B J B B B J J B J B J J J J J J B J J J B



Betina Betina Betina Jantan Jantan Jantan Betina Jantan Betina Betina Betina Jantan Jantan Betina Jantan Betina Jantan Jantan Jantan Jantan Jantan Jantan Betina Jantan Jantan Jantan Betina



Jantan



Betina



Tanpa Keterangan



21



20



9



Tabel 7. Pengamatan Isi Lambung Ikan Layang (Decapterus sp.) Organisme Ikan ke-1 Ikan ke-2 Ikan ke-3 Ikan ke-4 Ikan ke-5 Ikan ke-6



Jenis Yang Ditemukan Dalam Lambung Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton



Keterangan Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora



Ikan ke-7 Ikan ke-8 Ikan ke-9 Ikan ke-10 Ikan ke-11 Ikan ke-12 Ikan ke-13 Ikan ke-14 Ikan ke-15 Ikan ke-16 Ikan ke-17 Ikan ke-18 Ikan ke-19 Ikan ke-20 Ikan ke-21 Ikan ke-22 Ikan ke-23 Ikan ke-24 Ikan ke-25 Ikan ke-26 Ikan ke-27 Ikan ke-28 Ikan ke-29 Ikan ke-30 Ikan ke-31 Ikan ke-32 Ikan ke-33 Ikan ke-34 Ikan ke-35 Ikan ke-36 Ikan ke-37 Ikan ke-38 Ikan ke-39 Ikan ke-40 Ikan ke-41 Ikan ke-42 Ikan ke-43 Ikan ke-44 Ikan ke-45 Ikan ke-46 Ikan ke-47 Ikan ke-48 Ikan ke-49 Ikan ke-50



Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Ikan kecil, sisik dan plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Ikan kecil Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton Plankton



Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora Karinivora



Tabel 8. Hubungan Panjang Berat Ikan Layang (Decapterus russeli)



Organisme



Panjang (cm)



Panjang (X)



Berat (Y)



Log X



Log Y



X.Y



X^2



W=a.L^b



Ikan ke-1



28



280



223,1



2,45



2,35



5,75



5,99



78772,0



Ikan ke-2



27



270



224,5



2,43



2,35



5,72



5,91



70732,8



Ikan ke-3



25



250



203,9



2,40



2,31



5,54



5,75



56323,1



Ikan ke-4



27



270



226,9



2,43



2,36



5,73



5,91



70732,8



Ikan ke-5



27



270



204,6



2,43



2,31



5,62



5,91



70732,8



Ikan ke-6



22



220



111,1



2,34



2,05



4,79



5,49



38579,4



Ikan ke-7



20



200



75,6



2,30



1,88



4,32



5,29



29096,0



Ikan ke-8



27



270



209,8



2,43



2,32



5,65



5,91



70732,8



Ikan ke-9



14



140



27,3



2,15



1,44



3,08



4,61



10123,3



Ikan ke-10



21



210



112,9



2,32



2,05



4,77



5,39



33616,5



Ikan ke-11



27



270



210



2,43



2,32



5,65



5,91



70732,8



Ikan ke-12



27



270



212,9



2,43



2,33



5,66



5,91



70732,8



Ikan ke-13



27



270



216,3



2,43



2,34



5,68



5,91



70732,8



Ikan ke-14



22



220



125,2



2,34



2,10



4,91



5,49



38579,4



Ikan ke-15



28



280



246,4



2,45



2,39



5,85



5,99



78772,0



Ikan ke-16



26



260



215,3



2,41



2,33



5,63



5,83



63256,5



Ikan ke-17



20



200



84,4



2,30



1,93



4,43



5,29



29096,0



Ikan ke-18



21



210



103,6



2,32



2,02



4,68



5,39



33616,5



Ikan ke-19



20



200



76,4



2,30



1,88



4,33



5,29



29096,0



Ikan ke-20



28



280



207,4



2,45



2,32



5,67



5,99



78772,0



Ikan ke-21



26



260



210,8



2,41



2,32



5,61



5,83



63256,5



Ikan ke-22



26



260



195,8



2,41



2,29



5,53



5,83



63256,5



Ikan ke-23



21



210



111,4



2,32



2,05



4,75



5,39



33616,5



Ikan ke-24



21



210



118,1



2,32



2,07



4,81



5,39



33616,5



Ikan ke-25



21



210



115,7



2,32



2,06



4,79



5,39



33616,5



Ikan ke-26



27



270



183,3



2,43



2,26



5,50



5,91



70732,8



Ikan ke-27



27



270



198,3



2,43



2,30



5,59



5,91



70732,8



Ikan ke-28



29



290



238,8



2,46



2,38



5,86



6,06



87394,1



Ikan ke-29



27



270



218,5



2,43



2,34



5,69



5,91



70732,8



Ikan ke-30



27



270



170,8



2,43



2,23



5,43



5,91



70732,8



Ikan ke-31



22



220



113,7



2,34



2,06



4,82



5,49



38579,4



Ikan ke-32



20



200



89,5



2,30



1,95



4,49



5,29



29096,0



Ikan ke-33



13,5



135



26



2,13



1,41



3,01



4,54



9090,2



Ikan ke-34



27



270



222,7



2,43



2,35



5,71



5,91



70732,8



Ikan ke-35



23



230



136,3



2,36



2,13



5,04



5,58



44004,6



Ikan ke-36



20



200



79



2,30



1,90



4,37



5,29



29096,0



Ikan ke-37



27



270



217,1



2,43



2,34



5,68



5,91



70732,8



Ikan ke-38



21



210



94,3



2,32



1,97



4,59



5,39



33616,5



Ikan ke-39



22



220



117,3



2,34



2,07



4,85



5,49



38579,4



Ikan ke-40



21



210



91,5



2,32



1,96



4,55



5,39



33616,5



Ikan ke-41



18



180



57,1



2,26



1,76



3,96



5,09



21300,5



Ikan ke-42



24



240



136,9



2,38



2,14



5,09



5,67



49912,5



Ikan ke-43



20



200



92,5



2,30



1,97



4,52



5,29



29096,0



Ikan ke-44



20



200



93,8



2,30



1,97



4,54



5,29



29096,0



Ikan ke-45



21,5



215



103,2



2,33



2,01



4,70



5,44



36041,4



Ikan ke-46



27



270



226,4



2,43



2,35



5,73



5,91



70732,8



Ikan ke-47



20



200



78,5



2,30



1,89



4,36



5,29



29096,0



Ikan ke-48



26



260



181,1



2,41



2,26



5,45



5,83



63256,5



Ikan ke-49



19



190



70,1



2,28



1,85



4,21



5,19



24997,4



Ikan ke-50



29



290



163,6



2,46



2,21



5,45



6,06



87394,1



Jumlah (∑)



1177



11770



7470



118, 28



106,23



252, 13



280, 09



2528582,3



4.2. Pembahasan 4.2.1.Tingkat Kematangan Gonad Ikan Layang (Decapterus ruselli) Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, TKG ikan layang didominasi oleh TKG 2a dengan jumlah 10 kali dan jumlah TKG yang sedikit terdapat pada TKG 2b dengan jumlah 3 kali serta ikan yang telah matang gonad terdapat pada TKG 6 dengan jumlah 6 kali dari seluruh ikan yang diamati sebanyak 50 ekor. Dari hasil pengamatan tersebut, telah diketahui bahwa ikan yang telah matang gonad terdapat pada TKG 6 di mana butiran telur pada ikan layang sudah terlihat sangat jelas dengan diameter yang besar dan berwarna kuning. Hal ini sesuai dengan pendapat Isa, et al., 1998 dalam Suwarso dan Wudianto (2002) mengatakan bahwa ovari dan testis kira-kira 2/3 sampai memenuhi rongga badan. Ovari berwarna orange–pink dengan pembuluh– pembuluh darah dipermukaannya terlihat telur-telur besar, transparan, telur-telur matang (ripe). Semakin matang gonad suatu individu ikan maka semakin besar bentuk dan berat gonad serta tubuh individu ikan. Perubahan gonad ikan berupa meningkatnya ukuran gonad dan diameter telur dinyatakan dengan tingkat kematangan gonad (TKG) (Kordi, 2010). Perbedaan musim pemijahan menunjukkan ikan layang terus menerus berkembang biak. Meskipun ovarium dalam keadaan matang, ikan layang hanya bertelur pada saat tertentu saja. Pada saat itulah terjadi variasi dari satu tempat ke tempat lain, tergantung kondisi lingkungan pada daerah tersebut. Oleh karena itu, hal ini yang diduga menjadi penyebab terjadinya perbedaan dalam musim



pemijahan dari penelitian yang dilakukan oleh berbagai peneliti (Poojary et al., 2015). 4.2.2. Fekunditas Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, untuk menghitung fekunditas ikan kelompok kami menggunakan metode volumetric yaitu dengan metode pengenceran telur. Yang mempunyai fekunditas baik terdapat pada ikan betina dengan TKG 6, yaitu pada ikan ke-20 jumlah fekunditasnya 1.476 butir /..., dengan berat gonad 13,1 gram, ikan ke-26 jumlah fekunditasnya 5.280 butir dengan berat gonad 14,2 gram, ikan ke-28 jumlah fekunditasnya 7.018 butir dengan berat gonad 16,3 gram, ikan ke-29 jumlah fekunditasnya 2.160 butir dengan berat gonad 20,6 gram, ikan ke-34 jumlah fekunditasnya 7.280 butir dengan berat gonad 14,0 gram, dan ikan ke-50 jumlah fekunditasnya 1.400 butir dengan berat gonad 8,5 gram. Ikan layang betina yang sebelumnya telah diindetifikasi jenis seksualitasnya memiliki TKG 1 dengan berat gonad sampai dengan TKG 6, hal ini didasarkan pada bentuk gonadnya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Effendi (2002) yang menyatakan fekunditas adalah jumlah telur masak sebelum dikeluarkan pada waktu ikan memijah dan dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad salah satunya dapat melalui bentuk, ukuran panjang dan berat warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Menurut Patrick et al., (2010) kisaran fekunditas dengan nilai lebih dari 104 memiliki potensi perikanan yang tinggi. Hal in sesuai dengan Raje (1997) menyatakan bahwa ikan layang di India dengan kisaran panjang total 150-219 mm dan kisaran bobot tubuh 37-100 g, mengandung telur 21.547-84.228 butir. Menurut Poojary et al., (2015) fekunditas spesies ikan layang yang sama di perairan Maharashtra (India) sebanyak 29.986-152.123 butir dengan kisaran panjang total 149-228 mm dan bobot tubuh 28.55-118.47 g. Adanya perbedaan atau variasi pada fekunditas disebabkan oleh densitas, ketersediaan makanan, suhu, dan pengaruh lingkungan lainnya. Waktu pemijahan pada ikan dapat diduga dengan melihat komposisi tingkat kematangan gonad ikan. Menurut Ozvarol et al., (2010), musim atau waktu



pemijahan terjadi ketika nilai indeks kematangan gonad untuk kedua jenis kelamin mencapai tingkat tertinggi. Raje (1997) mengatakan bahwa musim pemijahan ikan layang di India adalah bulan November-Mei. Berbeda dari Balasubramanian dan Natrajan (2000) dan Manojkumar (2005) yang mengatakan bahwa musim pemijahan ikan layang di Malabar masing-masing pada bulan November-Desember dan bulan Maret-Desember. 4.2.3. Seksualitas Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan terdapat 21 ekor ikan jantan. Sedangkan ikan betina berjumlah 20 ekor, dan ikan layang yang tidak memiliki gonad berjumlah 9 ekor (Tabel 3). Adapun ciri seksual primer ikan layang (Decapterus sp) saat dilakukan pembedahan dengan memotong bagian perut ikan yaitu ikan jantan tidak memiliki kantong telur (ovari) sedangkan ikan betina memiliki ovari (ovarium) yang meruapakan ciri khas alat reproduksi pada ikan betina. Di mana Effendie (1997) menyatakan bahwa sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara langsung berhubungan dengan proses reproduksi yaitu ovarium dan pembuluhnya. Pengamatan seksualitas ikan layang (Decapterus sp) dilakukan dengan berdasarkan ciri seksualnya yaitu ciri primernya untuk menentukan gonad ikan (jantan atau betina). Hal ini sesuai pernyataan Andea (2005), bahwa seksualitas ikan dapat ditentukan dengan mengamati ciri-ciri seksual sekunder dan seksual primer. Pengamatan seksual primer harus dengan pembelahan diperut ikan. 4.2.4.Indeks Kematangan Gonad (IKG) Dari pengamatan yang telah dilakukan di sini telah di ketahui bahwa IKG terendah terdapat pada ikan layang ke-18 jumlahnya 0,19% berseksual jantan ini menandakan bahwa gonadnya sudah terlihat tetapi belum matang gonad dan yang tertinggi terdapat pada ikan layang ke-29 jumlahnya 9,42% berseksual betina dan siap untuk memijah. Hal ini berkaitan dengan pendapat Effendie (1979), gonad akan bertambah berat seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya, termasuk pada garis tengah telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum sesaat



sebelum ikan itu memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai proses selesai. 4.2.5.Hubungan Antara Tingkat Kematangan Gonad dan Indeks Kematangan Gonad Dari pengamatan yang dilakukan Indeks Kematangan Gonad ikan layang jantan dan betina selama penelitian menunjukkan bahwa peningkatan nilai IKG mengikuti pertambahan ukuran panjang ikan layang. Dengan kata lain, semakin besar ukuran panjang ikan maka nilai IKG nya semakin besar. Hasil analisis hubungan antara TKG dan IKG menunjukkan hubungan yang erat baik pada ikan layang jantan maupun betina. Peningkatan kategori TKG (I‒ VI) diikuti oleh peningkatan nilai IKGnya. Kondisi ini terjadi pada ikan layang jantan maupun betina. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Siregar (2003), yang menyatakan bahwa ikan yang memiliki TKG rendah, IKGnya pun rendah begitupun sebaliknya, ikan yang memiliki TKG tinggi , maka nilai IKGnya pun tinggi. 4.2.6.Analisis Isi Lambung Pada pengamatan yang telah dilakukan bahwa yang terdapat pada lambung ikan layang berupa plankton, sisik ikan, dan ikan-ikan kecil. Ikan seperti halnya binatang lainnya membutuhkan nutrient untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Kebanyakan ikan pelagis termasuk pemakan plankton, baik plankton nabati maupun hewani. Makanan ikan layang terdiri dari



39%



Copepoda, 31% Crustacea, dan 31% organisme lainnya (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan 1994 dalam Supriatinah, 1998). Pada beberapa kasus ternyata bahwa ikan layang ini mutlak tergantung pada plankton hewani terutama pada jenis-jenis plankton hewani. Tiews et al., (1968) menyatakan bahwa ikanikan kecil merupakan makanan utama (Decapterus ruselli atau Decapterus sp.). 4.2.7.Hubungan Antara Panjang Total, Berat Tubuh, dan Tingkat Kemantangan Gonad (TKG)



Dari pengamatan yang telah dilakukan panjang total pada ikan layang yang tertinggi terdapat pada ikan ke-28 dan panjang total yang terendah pada ikan ke33. Berat yang tertinggi pada ikan ke-28 beratnya yaitu 238,8 dan yang terendah terdapat pada ikan ke-49 dengan berat 70,1. TKG ikan layang didominasi oleh TKG 2a dengan jumlah 10 kali dan jumlah TKG yang sedikit terdapat pada TKG 2b dengan jumlah 3 kali serta ikan yang telah matang gonad terdapat pada TKG 6 dengan jumlah 6 kali dari seluruh ikan yang diamati sebanyak 50 ekor. Hasil analisis hubungan panjang berat menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan layang bersifat isometric sedangkan berdasarkan hasil pengamatan Tingkat Kematangan Gonad (TKG) menunjukan bahwa ikan yang paling banyak terdapat pada 2a (belum matang). Hubungan panjang berat sangat penting untuk pendugaan perikanan (fishery assesment). Pengukuran panjang-berat berhubungan dengan data umur dapat memberikan informasi tentang komposisi stok, umur matang gonad, mortalitas, siklus hidup, pertumbuhan, dan produksi (Umar dan Tismining, 2006). Menurut Suwarni (2009). Kisaran panjang total dan bobot total ikan betina lebih besar dibandingkan dengan jantan. Hal ini diduga karena adanya perbedaan pola pertumbuhan, lingkungan, ketersediaan makanan, dan perbedaan ukuran pertama kali matang gonad. Apabila pada suatu perairan terdapat perbedaan ukuran dan jumlah dari salah satu jenis kelamin, kemungkinan disebabkan oleh perbedaan pola pertumbuhan, perbedaan ukuran pertama kali matang gonad, perbedaan masa hidup, dan adanya pemasukan jenis ikan / spesies baru pada suatu populasi ikan yang sudah ada. 4.2.8.Hubungan Panjang dan Berat Harga b adalah harga pangkat yang harus cocok dari panjang ikan agar sesuia dengan berat ikan (Effendie ,1979). Nilai b pada persamaan hubungan panjang berat menunjukkan tipe pertumbuhan ikan. Jika nila b = 3 maka pertumbuhan tergolong isometrik, yaitu perubahan-perubahan dalam pertumbuhan ikan yang terjadi terus menerus dan secara proporsional dalam tubuhnya. Dan jika nilai b ≠ 3 maka pertumbuhan disebut allometrik yaitu perubahan sebagian kecil



beberapa bagian tubuh ikan dan hanya bersifat sementara ,misalnya perubahan yang berhubungan dengan kematangan gonad. Pada praktikum yang kami lakukan menunjukkan angka b = 2,96, ini menandakan ikan sampel yang kami hitung morfometriknya adalah ikan dengan pola pertumbuhan allometrik negatif yaitu nilai b