Laporan Protein [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TES KUALITATIF PROTEIN “UJI UNSUR PENYUSUN PROTEIN ”



Disusun oleh : Nama



: Nabila Alia Faradiva



Nim



: 10119124



Kelompok : E Prodi



: S1 Farmasi



Tanggal



: 05 April 2021



Laboratorium Kimia Analisa Makanan dan Minuman Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lebih dari 5% berat kering senyawa organik total yang terdapat dalam sel adalah protein. Ditinjau dari segi struktur sel dan fungsinya maka senyawa ini sangat fundamental. Jenis dan macam protein yang terdapat dalam jasad hidup makhuk hidup memiliki fungsi khusus, diantaranya ada yang berfungsi sebagai enzim, hormon, maupun penyusun jaringan tertentu. Protein tersusun atas beberapa unsur seperti Nitrogen, Oksigen, Hidrogen, Karbon dan kadang-kadang juga terdapat sedikit Belerang. Secara kimia protein adalah heteropolimer dari asam-asam amino yang terikat satu sama lain melalui ikatan peptida. Protein tersusun dari satuan-satuan asam amino yang cukup panjang. Asam amino mengandung gugusan karboksil ( COOH sebagai asam ), dan gugusan amino (NH2, sebagai amino). Sebuah asam amino yangn sederhana terdiri dari sebuah gugusan karboksil dan sebuah gugusan amino. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui unsur-unsur penyusun protein. 1.3 Manfaat Manfaat yang diperoleh pada praktikum ini adalah membuktikan unsur-unsur apa saja yang ada dalam protein pada uji unsur- unsur protein. 1.4 Prinsip Percobaan Protein tersusun atas unsur-usur karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N). Adapula protein yang mengandung sedikit belerang (S) dan fosfor (P). Dengan metode pembakaran atau pengabuan, akan diperoleh unsur-unsur penyusun protein, yaitu C, H,O, dan N.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Protein merupakan makro molekul. Protein terbentuk dari molekul asam amino yang membentuk ikatan peptida dengan molekul asam amino yang lainnya. Semua protein mengandung unsur nitrogen, karbon, oksigen, dan hidrogen, protein kadang-kadang mengandung fosfor dan belerang. Dari rata-rata prosentase nitrogen dalam protein adalah 16 % dengan demikian 1/6 dari protein adalah nitrogen. 2.2 Tinjauan Bahan 2.2.1 Albumind 



Sifat Fisika Kimia : - Penampilan : Cair bening - Warna



: Tidak berwarna



- Rasa



:-



- Kelarutan



: larut pada 20oC







Bahaya



:-







Penangan



:



- Mata



: Bilaslah dengan air yang banyak. Lepaskan lensa kontak.



- Kulit



: Tanggalkan segera semua pakaian yang terkontaminasi. Bilaslah kulit dengan air/ pancuran air.



- Tertelan



: Beri air minum kepada korban (paling banyak dua gelas). Konsultasi kepada dokter jika merasa tidak sehat.



- Pernafasan



: Bawa korban ke udara segar



2.2.2 Natrium Hidroksida 



Sifat Fisika Kimia : - Keadaan fisik



: cair



- Warna



: tidak berwarna



- Bau



: tidak berbau



- pH



: 14 (5% aq soln)



- Titik didih



: 1390°C @760 mmHg



- Titik leleh



: 318°C



- Kelarutan



: Larut



- Densitas spesifik



: 2,13 g/cm3



- Formula molekuler : NaOH 



Bahaya : - Mata



: Menyebabkan luka bakar mata. Dapat menyebabkan kebutaan. dapat menyebabkan konjungtivitis kimiawi dan kerusakan kornea.



- Kulit



: Menyebabkan luka bakar kulit. Dapat menyebabkan borok yang dalam dan menembus kulit.



- Tertelan



: Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar saluran cerna. Dapat menyebabkan perforasi pada saluran pencernaan. Menyebabkan nyeri hebat, mual, muntah, diare, dan syok.



- Pernafasan



: Iritasi dapat menyebabkan pneumonitis kimiawi dan edema paru. Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma. Menyebabkan luka bakar kimiawi pada saluran pernapasan.



- Kronik



: Kontak dengan kulit dalam waktu lama atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Efek mungkin tertunda.







Penangan : - Mata



: Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.



- Kulit



: Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.



- Tertelan



: Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar sepenuhnya, berikan secangkir air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.



- Pernafasan



: Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.



BAB III METODELOGI 3.1 Alat - Tabung reaksi - Cawan penguap - Kaca objek - Kaki tiga - Lampu spiritus - Kawat kasa - Pipet tetes - Beaker glass 3.2 Bahan - Albumin - NaOH 10% 3.3 Reagen - NaOH 10% 3.4 Prosedur Kerja - Uji Hidrogen : 1. Dimasukkan 1 ml albumin telur ke dalam cawan porselin. 2. Ditaruh kaca objek di atasnya, kemudian dipanaskan. 3. Diperhatikan adanya pengembunan pada gelas objek, yang menunjukkan adanya hidrogen (H) dan oksigen (O). -



Uji Sulfur : 1. Dimasukkan 1 ml albumin ke dalam cawan penguap. 2. Dipanaskan sampai hangus. 3. Diperhatikan bau khas belerang dari belerang yang teroksidasi.



-



Uji Nitrogen : 1. Dimasukkan 1 ml larutan albumin telur ke dalam tabung reaksi. 2. Ditambahkan 1 ml NaOH 10%, kemudian dipanaskan. 3. Diperhatikan bau ammonia yang terjadi dan diuji uapnya dengan kertas lakmus merah yang telahdibasahi aquades.Terbentuknya bau ammonia menunjukkan adannya N.



BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Data Hasil Pengamatan Perlakuan



Perubahan



Hasil



1 ml albumin di cawan penguap



Uap di kaca objek



+



Hangus timbul bau khas belerang



+



1 ml albumin + 1 ml NaOH 10% +



Bau amonia + kertas lakmus jadi



+



kertas Lakmus merah di atas tabung



biru



dipanaskan



1 ml albumin di cawan penguap dilakukan pembakaran



reaksi



BAB V PEMBAHASAN Uji unsur-unsur protein diawali dengan uji adanya unsur hidrogen dan oksigen di dalam albumin. 1 mL albumin dalam cawan porselin dilakukan pemanasan dengan ditutup kaca objek, terjadi uap kenunjukkan adanya unsur hidrogen (H) dan oksigen (O). Uji sulfur yaitu 1 mL albumin di cawan porselin dilakukan pembakaran sampai hangus. Setelah hangus, timbul bau khas belerang yang menunjukkan adanya unsur belerang (S). Uji terakhir atau uji nitrogen (N) yaitu 1 mL albumin + 1 mL NaOH 10% ditambahkan di tabung reaksi. Di mulut tabung reaksi diberi kertas lakmus merah yang sudah dibasahi dengan aquadest lalu dilakukan pembakaran secara langsung. Timbulnya bau amonia dan berubahnya kertas lakmus menjadi biru menunjukkan adanya unsur nitrogen (N). Semua unsur yang dibuktikan ada dalam larutan albumin yaitu hidrogen (H), oksigen (O), sulfur (S), dan nitrogen (N) merupakan unsur-unsur penyusun protein.



BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan, bahwa timbulnya bau amonia dan berubahnya kertas lakmus menjadi biru menunjukkan adanya unsur nitrogen (N). Semua unsur yang dibuktikan ada dalam larutan albumin yaitu hidrogen (H), oksigen (O), sulfur (S), dan nitrogen (N) merupakan unsur-unsur penyusun protein. 6.2 Saran Dalam melakukan percobaan hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukannya, sehingga sesuai prosedur dan tidak merusak sampel yang akan diuji. Diperlakukan pemahaman materi agar praktikan memahami maksud dan tujuan percobaan yang dilakukan.



DAFTAR PUSTAKA Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI press. Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar. Katili, A. S., 2009, Struktur dan Fungsi Protein Kolagen (online),http://ejurnal.ung.ac.id /index.php/JPI/article/view/587, Jurnal Penelitian,Vol : 2 (5), Hal : 19-29, Universitas Negeri Gorontalo, Gorontalo. Samadi, 2012, Konsep Ideal Protein (Asam Amino) Fokus pada Ternak Ayam Pedaging (online),(http://jurnal.unsyiah.ac.id /agripet/article/view/202) , Jurnal Penelitian, Vol: 12 (2), Hal : 42-48, Universitas Syiah Kuala,Banda Aceh. Gunawan. 2010. Asam amino. http://www. Scribd.com/doc/12936574/asam-amino-nonesensial. Diakses pada 5 April 2021. Sirajuddin, Saifuddin. Hasanuddin.



2012. Penuntun



Praktikum



Biokimia.



Makassar:Universitas



William, James. 2014. Proses Kondensasi. http://www.jendelasarjana.com /2014/03/ proseskondensasi.html. diakses pada 6 April 2021.



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TES KUALITATIF KARBOHIDRAT “UJI KELARUTAN ”



Disusun oleh : Nama



: Nabila Alia Faradiva



Nim



: 10119124



Kelompok : E Prodi



: S1 Farmasi



Tanggal



: 05 April 2021



Laboratorium Kimia Analisa Makanan dan Minuman Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein merupakan senyawa kimia yang sangat kompleks. Pada sel hidup, protein mempunyai dua peran utama, yaitu peran katalitik dan mekanik. Peran katalitik ditunjukkan oleh enzim, sedangkan peran mekanik ditunjukkan oleh protein otot (Setiawati, 2002). Protein adalah suatu polipeptida yang mempunyai bobot molekul yang sangat bervariasi, dari 5000 hingga lebih dari satu juta. Di samping berat molekul yang berbeda-beda, protein mempunyai sifat yang berbeda-beda pula. Ada protein yang mudah larut dalam air, tetapi ada juga yang sukar larut dalam air. Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu, hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu protein (Poedjiadi, 2009). 1.2 Tujuan Untuk mengetahui daya larut protein dalam beberapa larutan. 1.3 Manfaat Dapat menambah wawasan mengenai daya larut protein dalam beberapa larutan. 1.4 Prinsip Percobaan Jika dalam suatu larutan protein ditambahkan dengan alkohol (etanol absolut), maka protein akan menggumpal dikarenakan alkohol menarik mantel air yang mengelilingi molekulmolekul protein.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Secara kimia dapat dibedakan antara protein sederhana yang terdiri dari polipeptida dan protein kompleks yang mengandung zat-zat makanan tambahan seperti hern, karbohidrat, lipid atau asam nukleat. Secara fungsional protein juga menunjukkan banyak perbedaan. Dalam sel mereka berfungsi sebagai enzim, bahan bangunan, pelumas dan molekul pengemban. Tapi sebenarnya protein merupakan polimer alam yang tersusun dari berbagai asam amino melalui ikatan peptida (Hart, 1987). Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan(g/mol). Protein tersusun dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein. (Sabiston, 1987). Dalam kehidupan protein memegang peranan yang penting pula. Proses kimia dalam tubuh dapat berlangsung dengan baik karena adanya enzim, suatu protein berfungsi sebagai biokatalis. Di samping itu, hemoglobin dalam butir-butir darah merah atau eritrosit yang berfungsi sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru ke seluruh bagian tubuh, adalah salah satu jenis protein. Demikian pula zat-zat yang berperan untuk melawan bakteri penyakit atau yang disebut antigen, juga suatu protein (Kuchel dan Ralston 2006). 2.2 Tinjauan Bahan 2.2.1 Aquadest (MSDS, 2008)  Sifat fisika Kimia: - Formula Molekuler - Keadaan Fisik - Penampilan - Bau - pH - Tekanan Uap - Kepadatan Uap - Laju Penguapan - Viskositas - Titik didih - Titik Beku / Leleh - Suhu Dekomposisi - Kelarutan - Densitas Spesifik - Berat Molekul



: H2O : Cairan : tidak berwarna - Bening - putih air : tidak berbau : Tidak tersedia. : 17,5 mm Hg 20°C. : Tidak tersedia. : Tidak tersedia. : 1 cP 20°C : 100°C. : Tidak tersedia. : Tidak tersedia. : Tidak tersedia. : 1.000 : 18.0134







Bahaya : - Mata - Kulit - Tertelan - Penghirupan - Kronis







Penanganan : - Mata - Kulit - Penelanan - Penghirupan



: Tidak menyebabkan iritasi pada mata. : Tidak menyebabkan iritasi pada kulit. : Diperkirakan tidak ada bahaya dalam penggunaan industri normal. : Diperkirakan tidak ada bahaya dalam penggunaan industri normal. : Tidak ada



: Tidak diperlukan perawatan khusus, kemungkinan tidak berbahaya. : Tidak diperlukan perawatan khusus, kemungkinan besar tidak berbahaya. : Tidak diperlukan perawatan khusus, diharapkan tidak berbahaya. : Tidak diperlukan perawatan khusus sepertinya tidak berbahaya jika terhirup



2.2.2 HCl (MSDS, 2008)  Sifat fisika Kimia : - Formula Molekuler - Keadaan Fisik - Penampilan - Bau - pH - Tekanan Uap - Densitas Uap - Laju Penguapan - Viskositas - Titik didih - Titik Beku / Leleh - Suhu Dekomposisi - Kelarutan - Densitas Spesifik - Berat Molekul 



Bahaya : - Mata



karena bahan ini karena bahan ini karena bahan ini karena bahan ini



: HCl : Cairan : bening, tidak berwarna sampai kuning pucat : kuat, menyengat : 0,01 : 84 mm Hg 20°C. : 1,27 (udara = 1) : > 1,00 (N-butil asetat) : Tidak tersedia. : 83°C 760 mmHg : -66°C. : Tidak tersedia. : Larut. : 1,19 (38%) : 36.46



: Dapat menyebabkan cedera mata yang tidak dapat diperbaiki. Uap atau kabut dapat menyebabkan iritasi dan luka bakar yang parah. Kontak dengan cairan merusak mata dan menyebabkan luka bakar yang parah.



- Kulit



- Tertelan



- Penghirupan



- Kronis







Penanganan : - Mata - Kulit



-Tertelan



- Terhirup



: Kontak dengan cairan bersifat korosif dan menyebabkan luka bakar dan borok yang parah. Tingkat keparahan cedera tergantung pada konsentrasi larutan dan lamanya pemaparan : Menyebabkan luka bakar saluran pencernaan yang parah dengan sakit perut, muntah, dan kemungkinan kematian. Dapat menyebabkan korosi dan kerusakan jaringan permanen pada kerongkongan dan saluran pencernaan. : Bisa berakibat fatal jika terhirup. Dapat menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan dengan sakit tenggorokan, batuk, sesak napas, dan edema paru tertunda. Menyebabkan luka bakar kimiawi pada saluran pernapasan. Menyebabkan tindakan korosif pada selaput lendir. : Kontak dengan kulit dalam waktu lama atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Paparan berulang dapat menyebabkan erosi gigi. Pemaparan berulang kali terhadap uap atau kabut HCl konsentrasi rendah dapat menyebabkan pendarahan pada hidung dan gusi.



: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera. : Jika kena, segera basuh kulit dengan banyak air minimal selama 15 menit sa mbil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. : Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar sepenuhnya, berikan secangkir air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. : Bahan RACUN. Jika terhirup, segera dapatkan bantuan medis. Pindahkan korban ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen



2.2.3 NaOH (MSDS, 1997)  Sifat fisika Kimia : - Formula Molekuler - Keadaan Fisik - Penampilan - Bau - pH - Tekanan Uap - Kepadatan Uap



: NaOH : Padat : putih : Tidak berbau : 14 (5% aq soln) : 1 mm Hg 739° C. : Tidak tersedia.







Laju Penguapan Viskositas Titik didih Titik Beku / Leleh Suhu Dekomposisi Kelarutan Densitas Spesifik Berat Molekul



Bahaya : - Mata



- Kulit - Tertelan



-Penghirupan



- Kronis







Penanganan - Mata - Kulit



- Tertelan



- Terhirup



2.2.4 Etanol (MSDS, 2003)



: Tidak tersedia. : Tidak tersedia. : 1390°C 760 mmHg : 318°C. : Tidak tersedia. : Larut. : 2,13 g / cm3 : 40



: Menyebabkan luka bakar mata. Dapat menyebabkan kebutaan. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimiawi dan kerusakan kornea. : Menyebabkan luka bakar pada kulit. Dapat menyebabkan borok yang dalam dan menembus kulit. : Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar saluran cerna. Dapat menyebabkan perforasi pada saluran pencernaan. Menyebabkan nyeri hebat, mual, muntah, diare, dan syok. : Iritasi dapat menyebabkan pneumonitis kimiawi dan edema paru. Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma. Menyebabkan luka bakar kimiawi pada saluran pernapasan. : Kontak dengan kulit dalam waktu lama atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Efek mungkin tertunda.



: Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera. : Jika kena, segera basuh kulit dengan banyak air minimal selama 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. : Jika tertelan, JANGAN dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar sepenuhnya, berikan secangkir air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.











Sifat fisika Kimia : - Formula Molekuler - Keadaan Fisik - Penampilan - Bau - pH - Tekanan Uap - Densitas Uap - Laju Penguapan - Viskositas - Titik didih - Titik Beku / Leleh - Suhu Dekomposisi - Kelarutan - Densitas Spesifik - Berat Molekul Bahaya : - Mata



- Kulit - Tertelan



- Penghirupan



- Kronis







Penanganan : - Mata



: C2H5OH : Cairan bening : tidak berwarna : Ringan, agak menyenangkan, seperti anggur : Tidak tersedia. : 59,3 mm Hg 20° C. : 1.59 : Tidak tersedia. : 1.200 cP 20° C. : 78 °C. : -114,1 C. : Tidak tersedia. : Dapat bercampur. : 0,790 20°C : 46.0414



: Menyebabkan iritasi mata yang parah. Dapat menyebabkan kepekaan yang menyakitkan terhadap cahaya. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimiawi dan kerusakan kornea. : Menyebabkan iritasi kulit sedang. Dapat menyebabkan sianosis pada ekstremitas. : Dapat menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah dan diare. Dapat menyebabkan toksisitas sistemik dengan asidosis. Dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat, ditandai dengan kegembiraan, diikuti oleh sakit kepala, pusing, mengantuk, dan mual. Stadium lanjut dapat menyebabkan pingsan, pingsan, koma, dan kemungkinan kematian akibat gagal napas. : Menghirup konsentrasi tinggi dapat menyebabkan efek sistem saraf pusat yang ditandai dengan mual, sakit kepala, pusing, tidak sadar dan koma. Menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Dapat menyebabkan efek narkotik dalam konsentrasi tinggi. Uap dapat menyebabkan pusing atau mati lemas. : Dapat menyebabkan efek reproduksi dan janin. Kontak yang terlalu lama dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan jantung : Dapatkan bantuan medis. Angkat kelopak mata dengan lembut dan bilas terus menerus dengan air.



- Kulit - Tertelan



- Penghirupan



: Dapatkan bantuan medis. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. Bilas kulit dengan banyak sabun dan air. : Jangan dimuntahkan. Jika korban dalam keadaan sadar dan waspada, berikan 2-4 gelas susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Dapatkan bantuan medis. : Hapus dari eksposur dan segera pindah ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. JANGAN gunakan resusitasi mulut ke mulut



2.2.5 Kloroform (MSDS,2009)  Sifat fisika Kimia : - Formula Molekuler - Keadaan Fisik - Penampilan - Bau - pH - Tekanan Uap - Densitas Uap - Laju Penguapan - Viskositas - Titik didih - Titik Beku / Leleh - Suhu Penguraian - Kelarutan - Densitas Spesifik - Berat Molekul 



Bahaya : - Mata - Kulit - Tertelan



- Penghirupan



: CHCl3 : Cairan : bening, tidak berwarna : manis, bau buah - bau halus - bau menyenangkan : Tidak tersedia. : 160 mm Hg 20°C. : 4.12 (Udara = 1) : 11,6 (Butil asetat = 1) : 0,58 cps-20°C. : 60,5 - 61,5°C. : -63°C. : 290°C : Sedikit larut. : 1,492 (Air = 1) : 119.38



: Dapat menyebabkan iritasi mata yang parah. Menyebabkan iritasi mata. : Menyebabkan iritasi kulit. Dapat diserap melalui kulit dalam jumlah yang berbahaya. : Menyebabkan iritasi gastrointestinal dengan mual, muntah dan diare. Dapat menyebabkan kerusakan hati. Dapat menyebabkan gangguan jantung : Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Dapat menyebabkan sensitisasi jantung dan kemungkinan gagal jantung. Paparan menghasilkan depresi sistem saraf pusat. Penghirupan dalam jumlah banyak dapat menyebabkan rangsangan pernafasan, diikuti oleh depresi pernafasan, kejang dan kemungkinan kematian karena kelumpuhan



- Kronis







Penanganan : - Mata - Kulit



- Tertelan



- Terhirup



pernafasan. Menyebabkan iritasi pada selaput lendir dan saluran pernapasan bagian atas. : Kontak dengan kulit dalam waktu lama atau berulang dapat menyebabkan defatting dan dermatitis. Dapat menyebabkan efek reproduksi dan janin : Jika terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis. : Jika kena kulit, segera basuh kulit dengan banyak air. Lepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali. : Berpotensi aspirasi jika tertelan. Dapatkan bantuan medis segera. Jangan memaksakan muntah kecuali diarahkan untuk melakukannya oleh personel medis. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Jika muntah terjadi secara alami, mintalah korban mencondongkan tubuh ke depan. : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.



2.2.6 Albumin (MSDS,1999)  Sifat fisika Kimia : - Warna - Bau - pH - Tekanan Uap - Kepadatan Uap - Laju Penguapan - Viskositas - Titik didih - Titik Beku / Leleh - Suhu Dekomposisi - Kelarutan dalam air - Densitas Spesifik 



Bahaya: - Mata - Kulit - Penelanan



: kuning-putih – halus : Tidak tersedia :6–8 : Tidak tersedia : Tidak tersedia : Tidak tersedia : Tidak tersedia : 61°C 760 mm Hg (141.80F) : 0°C (32.00ƒF) : : Larut :



: Debu dapat menyebabkan iritasi mekanis. : Dapat menyebabkan iritasi kulit. Mungkin berbahaya jika terserap melalui kulit. : Penelanan dalam jumlah besar dapat menyebabkan iritasi saluran cerna. Mungkin berbahaya jika tertelan.



- Penghirupan - Kronis 



Penanganan : - Mata



- Kulit



- Penelanan



- Penghirupan



: Dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Mungkin berbahaya jika terhirup. : Tidak ada informasi yang ditemukan.



: Segera basuh mata dengan banyak air minimal selama 15 menit, sesekali mengangkat bagian atas dan bawah kelopak mata. Dapatkan bantuan medis. : Bilas kulit dengan banyak air setidaknya selama 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut. : Jika korban dalam keadaan sadar dan waspada, berikan 24 gelas susu atau air. Rawat sesuai gejalanya dan secara suportif. Dapatkan bantuan medis segera. : Hapus dari eksposur dan segera pindah ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernafas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis jika batuk atau gejala lain muncul.



BAB III METODELOGI 3.1 Alat - Tabung Reaksi - Rak tabung reaksi 3.2 Bahan - Albumin - HCl 10% - Etanol 96% - NaOH 40% - Aquadest - Kloroform 1 ml 3.3 Prosedur Kerja 1. Siapkan 5 tabung reaksi. Tiap tabung reaksi isilah dengan pelarut aquadest, NaOH 40%, HCl 10%, etanol 96% dan kloroform 1 ml. 2. Tiap tabung reaksi masing-masing ditambah dengan 1 mL larutan albumin. 3. Kocoklah larutan-larutan tersebut sampai homogen, amati yang terjadi kemudian simpulkan sifat kelarutan protein.



BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Data Hasil Pengamatan Perlakuan Aquadest + 1 ml Albumin NaOH 40% + 1 ml Albumin HCl 40% + 1 ml Albumin C2H5OH 96% + 1ml



Perubahan Warna Sebelum dikocok Sesudah dikocok Bening Bening



Hasil Larut



Bening



Bening



Larut



Bening



Bening



Larut



Bening



Bening



Larut



Bening



Putih keruh



Tidak Larut



Albumin CHCl3 1 ml + 1 ml Albumin



BAB V PEMBAHASAN Dari hasil percobaan yang menggunakan albumin diperoleh hasil bahwa, pelarut yang digunakan ada 5 macam yaitu aquadest, HCl 10%, NaOH 40%, etanol 96% dan kloroform 1 ml. Pada perlakuan 1, Aquadest ditambah dengan1 ml Albumin sebelum dikocok berwarna bening dan setelah dikocok tetap berwarna bening. Pada perlakuan 2, NaOH 40% ditambah dengan 1 ml Albumin sebelum dikocok berwarna bening dan setelah dikocok tetap berwarna bening. Pada perlakuan 3, HCl 40% ditambah dengan 1 ml Albumin sebelum dikocok berwarna bening dan setelah dikocok tetap berwarna bening. Pada perlakuan 4, C 2H5OH 96% ditambah dengan 1 ml Albumin, sebelum dikocok berwarna bening dan setelah dikocok tetap berwarna bening. Pada perlakuan 5, CHCl3 1 ml ditambah dengan 1 ml Albumin sebelum dikocok berwarna bening dan setelah dikocok berwarna putih keruh



BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Pada perlakuan pertama hingga keempat albumin, sebelum dikocok berwarna bening dan setelah dikocok tetap berwarna bening, namun pada perlakuan ke 5, CHCl3 1 ml ditambah dengan 1 ml Albumin sebelum dikocok berwarna bening dan setelah dikocok berwarna putih keruh. 6.2 Saran Dalam melakukan percobaan hendaknya praktikan Diperlakukan pemahaman materi agar praktikan memahami maksud dan tujuan percobaan yang dilakukaan.



DAFTAR PUSTAKA Hart, H. 1987. Kimia Organik, Alih Bahasa. Sumanir Ahmadi. Jakarta : Erlangga. Kuchel, P. dan Ralston G. B.. 2006. Biokimia Schaum’s Easy Outlines. Jakarta : Erlangga. Patong, A.R., dkk.. 2012. Biokimia Dasar. Makassar : Lembah Harapan Press. Poedjiadi, A., dan Supriyanti, F.M.T.. 2009. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia. Sirajuddin, S.. 2012. Petunjuk Praktikum Biokimia. Makassar : Universitas Hasanuddin. Setiawati. 2002. Biokimia I. Jogjakarta : Gajah Mada University Press.



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TES KUALITATIF KARBOHIDRAT “PENGENDAPAN PROTEIN”



Disusun oleh : Nama



: Nabila Alia Faradiva



Nim



: 10119124



Kelompok : E Prodi



: S1 Farmasi



Tanggal



: 05 April 2021



Laboratorium Kimia Analisa Makanan dan Minuman Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein merupakan senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang mengandung karbon, hidrogen, nitrogen, oksigen, sulfur dan fosfor. Protein sangat dibutuhkan oleh organisme dalam kelangsungan hidupnya. Protein berfungsi sebagai metabolisme sel, pembentukan jaringan dan lain-lain (Muhsafaat, 2015). Protein adalah polimer dari sekitar 21 asam amino yang berlainan disambungkan dengan ikatan peptida. Karena keragaman rantai samping yang terbentuk jika asam-asam amino tersebut disambung-sambungkan, protein yang berbeda dapat mempunyai sifat kimia yang berbeda dan struktur Sekunder dan tersier yang sangat berbeda. Berbagai asam amino yang disambungkan membentuk rantai peptida. Peptida-peptida menjadi penyusun protein Protein cenderung mengalami beberapa bentuk perubahan yang disebut dengan denaturasi protein. Denaturasi disebabkan karena protein peka terhadap suhu dan tekanan tinggi, alkohol, garam alkali urea, larutan Kalium iodida, dan asam-asam tertentu 1.2 Tujuan Mengetahui pengaruh pengendapan terhadap protein. 1.3 Manfaat Manfaat yang diperoleh adalah dapat mengamati dan mengenal reaksi pengendapan protein. 1.4 Prinsip Percobaan Prinsip uji pengendapan protein ini adalah berkurangnya kelarutan protein dalam larutan karena air diserap oleh garam,penambahan garam dilakukan dalam konsentrasi tinggi



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Setiap keadaan yang menyebabkan ditariknya mantel air yang mengelilingi molekul protein mengakibatkan kelarutan protein berkurang sehingga protein akan mengendap. Larutan garam berkonsentrasi tinggi akan menarik mantel air yang mengelilingi protein dan juga menetralkan muatan listrik yang ada dalam protein sehingga kelarutan protein akan berkurang. pengendapan protein dengan menggunakan larutan garam konsentrasi tinggi ini hanya bersifat menarik mantel air disekeliling molekul protein namun tidak mengakibatkan perubahan kimia protein. perubahan tersebut disebut dengan perubahan yang bersifat reversibel, sehingga kelarutan protein akan pulih kembali bila dikembalikan ke keadaan semula. Mekanisme pengendapan protein dengan garam konsentrasi tinggi. Protein beragresi (mengendap) Reaksi pengendapan protein dengan garam alkali akan mengakibatkan protein bermuatan negatif. Endapan yang terjadi (tidak larut) akan larut kembali jika ditambahkan dengan alkali encer secara berlebihan. NaCl baru dapat mengendapkan protein bila dalam keadaan larutan jenuh. Albumin baru akan mengendap bila ditambahkan dengan (NH4)2SO4 jenuh dan tidak dapat diendapkan oleh NaCl jenuh, kecuali dengan penambahan asam mineral dalam jumlah yang sangat kecil. 2.2 Tinjauan Bahan 2.2.1 Albumin (MSDS, 2006)  Sifat Fisika dan Kimia - Bentuk - Warna - Bau - pH - Kelarutan dalam air



: Padat : Coklat-kelabu : Tak berbau : 6,8 - 7,2 pada 1 g/l : 1 g/l pada 20 °C



2.2.2 NaCl (MSDS, 2006)  Sifat Fisika dan Kimia - Bentuk : Bubuk kristal padat - Bau : Sedikit bau - Rasa : garam/asin - Berat Molekul : 58,33 g/mol - Warna : Putih - Titik didih : 1413⁰C (2575,4⁰F) - Kelarutan : Mudah larut dalam gliserol dan ammonia. Dan tidak larut dalam asam klorida - Kepadatan : 2,165



2.2.3 BaCl2 (MSDS, 20066)  Sifat Fisika dan Kimia - Bentuk : Padatan berbentuk Kristal - Bau : Tidak berbau - Rasa : Pahit dan asin - Titik leleh : 963⁰C - Titik didih : 1560⁰C - Tekanan uap : < 0,1 mmHg pada 20⁰C - Berat jenis : 3,917 (air = 1) - Kelarutan : Larut dalam air 59% pada 100 ⁰C, larut dalam methanol, larut sedikit dalam asam hidroklorat, asam nitrat, tidak dapat larut dalam etanol, aseton, dan etil asetat. 2.2.4 CaCl2 (MSDS, 2006)  Sifat Fisika dan Kimia - Bentuk : Serbuk putih,higroskopis - Bau : Tidak berbau - Rasa :Asin - Ph : 4,5 – 8,5 pada 50 g/l pada 20⁰C - Titik lebur : 176⁰C - Titik didih : 100⁰C - Tekanan uap : 0,01 hPa pada 20⁰C - Kerapatan relatif : 1,85 g/cm3 pada 20⁰C - Kelarutan : 147 g/l pada 20⁰C (dalam air). Larut dalam CH3COOH, Alkohol, tidak larut dalam NH3 cair, DMSO, CH3COOC2H5 2.2.5 Mg SO4 (MSDS, 2006)  Sifat Fisika dan Kimia - Bentuk - Bau - Rasa - Warna - Ph - Berat molekul - Titik Lebur - Densitas - Kelarutan alkohol, gliserol - Kelarutan 2.2.6 (NH4)2SO4 (MSDS, 2006)  Sifat Fisika dan Kimia - Bentuk



: Padatan Kristal putih : Tidak berbau : Asin dan pahit : Putih : 5,0 - 8,0 pada 50 g/l 25 °C : 120,4 kg/mol : 70⁰C : 1,68 g/cm3 pada 20 °C : 710 g/l pada 20 °C (dalam air). agak larut pada : Tidak larut dalam aseton



: Granul atau Kristal higroskopik putih



-



Bau : Tidak berbau Warna : Putih Rasa : Asin Titik lebur : 235⁰C (455⁰F) Tekanan Uap : < 1 Pa pada 25 °C Densitas : 1,77 g/cm3 pada 20 °C Kelarutan : 754 - 764 g/l pada 20 °C (dalam air). tidak larut dalam aseton, alkohol, dan ether.



BAB III METODELOGI 3.1 Alat - Pipet tetes - Tabung reaksi - Pipet ukur - Rak tabung reaksi 3.2 Bahan - Albumin telur (larutan protein) 3.3 Reagen - NaCl 5% - BaCl2 5% - CaCl2 5% - MgSO4 5% - (NH4)2SO4 jenuh 3.4 Prosedur Kerja 1. Sediakan 5 tabung reaksi,masing-masing isilah dengan 2,5 ml albumin telur 2. Tambahkan masing-masing tabung setetes demi setetes dengan berturut-turut: Tabung I tambahkan larutan NaCl 5% Tabung II tambahkan larutan BaCl2 5% Tabung III tambahkan larutan CaCl2 5% Tabung IV tambahkan larutan MgSO4 5% Tabung V tambahkan larutan (NH4)2SO4 jenuh Hingga timbul endapan. 3. Lalu tambahkan kembali larutan garam secara berlebihan (missal 10-20 tetes) 4. Kocoklah tabung reaksi kemudian amati perubahan yang terjadi 5. Amatilah perbedaan endapan yang muncul pada masing-masing tabung reaksi.



BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Data Hasil Pengamatan



Tabung



Reagen



Hasil



I



NaCl



Cukup Banyak Endapan



II



BaCl2



Paling Sedikit Endapan



III



CaCl2



Sedikit Endapan



IV



MgSO4



Cukup Banyak Endapan



V



(NH4)2SO4



Paling Banyak Endapan



BAB V PEMBAHASAN Pada uji albumin telur, dengan konsentrasi yang sama yaitu 2,5 ml dengan perlakuan tabung I yaitu albumin telur 2,5 ml dengan NaCl 5% sebanyak 10-20 tetes, menghasilkan endapan yang cukup banyak. Pada tabung II albumin telur 2,5 ml dengan BaCl2 5% sebanyak 45 tetes, terjadi reaksi yang menghasilkan endapan yang paling sedikit. Untuk tabung III albumin telur 2,5 ml ditambahkan 10-20 tetes CaCl2 5 % terjadi reaksi yang menyebabkan terbentuknya endapan yang sedikit. Dan untuk tabung IV, albumin telur 2,5 ml ditambahkan 10-20 tetes MgSO4 5% membentuk endapan yang cukup banyak. Tabung V albumin telur 2,5 ml dengan (NH4)2SO4 jenuh, sebanyak 10-20 tetes, terjadi reaksi yang menyebabkan endapan paling banyak diantara tabung lain. Dari kelima tabung, masing-masing menimbulkan reaksi yang berbeda. Dimana larutan yang membentuk endapan, merupakan garam berkonsentrasi tinggi dan mengakibatkan kelarutan protein menjadi berkurang, sehingga dapat menimbulkan endapan pada dasar tabung reaksi. Penyebab mengapa penambahan garam berkonsentrasi tinggi dan kelarutan protein menjadi berkurang sehingga timbul endapan dikarenakan adanya peristiwa denaturasi, yaitu suatu perubahan atau modifikasi terhadap struktur sekunder, tersier dan kuartener molekul protein tanpa terjadinya pemecahan ikatan-ikatan kovelen. Protein yang terdenaturasi akan berkurang kelarutannya. Lapisan molekul bagian dalam yang bersifat hidrofobik akan keluar sedangkan bagian hidrofilik akan terlipat ke dalam. Pelipatan terjadi bila protein mendekati pH isoelektris lalu protein akan menggumpal dan mengendap. Viskositas akan bertambah karena molekul mengembang menjadi asimetrik, sudut putaran optis larutan protein juga akan meningkat. Kemudian warna keruh pada endapan tersebut disebabkan karena terjadi ikatan antara ion salisilat dengan albumin, ion-ion negatif dapat menjenuhkan larutan hingga pH larutan berada di bawah pH isolistrik sehingga gumpalan larut kembali.



BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kesim pulan yang dapat diambil adalah larutan yang positif untuk mengendapkan albumin telur adalah larutan (NH4)2SO4 jenuh dengan hasil endapan yang paling banyak. Sementara larutan yang lain seperti NaCl 5% dan MgSO4 5 % menghasilkan endapan yang cukup banyak, CaCl2 5 % menghasilkan endapan yang sedikit dan BaCl2 5% menghasilkan endapan yang paling sedikit. 6.2 Saran Perlakuan terhadap sampel yang diujikan pun harus sesuai. Ketika sampel diberi perlakuan yang tidak seharusnya bisa jadi sampel yang diujikan gagal dan hasilnya pun tidak sesuai.



DAFTAR PUSTAKA Lehninger. Dasar-Dasar Biokimia Jilid 1. Jakarta: Erlangga, 1982. Page, D.S.Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta: Erlangga, 1997. Poedjiadi, Anna. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia Press,1994. Ridwan, S.Kimia Organik edisi I. Binarupa Aksara: Jakarta, 1990 Tanti. 2009. Protein. http://id.shvoong.com/exact sciences/biology/1902571- protein. Diakses pada 7 April 2021



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TES KUALITATIF KARBOHIDRAT “UJI BIURET ”



Disusun oleh : Nama



: Nabila Alia Faradiva



Nim



: 10119124



Kelompok : E Prodi



: S1 Farmasi



Tanggal



: 05 April 2021



Laboratorium Kimia Analisa Makanan dan Minuman Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein terdiri dari asam-asam amino yang dihubugkan melalui ikatan peptida pada ujungujungnya. Selain ikatan peptida terdapat ikatan kimia lain dalam protein yaitu ikatan hidrogen, ikatan hidrofob, ikatan ion/ikatan elektrostatik, dan ikatan van der Waals. Protein dapat tidak stabil terhadap beberapa faktor yaitu pH, radiasi, suhu, medium pelarut organik, dan detergen. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein. Pada berbagai uji kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein, semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein. Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsip salah satunya uji biuret. 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui adanya peptida dari protein. 1.3 Manfaat Menambah pengetahuan mengenai salah satu metode analisis kadar protein yang terkandung dalam susu dengan menggunakan pereaksi biuret. 1.4 Prinsip Percobaan Reaksi Biuret positif untuk semua ikatan peptida yang lebih daripada dipeptida (dipeptida sendiri akan negatif bila dites biuret). Reaksi positif akan memberikan warna ungu (violet), hal ini terjadi karena terbentuk senyawa kompleks tembaga yang berikatan dengan 2 atau lebih molekul peptida. Ion Cu2+ berikatan dengan 2 atom nitrogen dan 2 atom oksigen dari 2 ikatan peptida sehungga membentuk ikatan kovalen koordinasi yang berwarna ungu.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Menurur Emil Fischer, asam-asam amino digabungkan oleh ikatan peptida. Ikatan peptida merupakan ikatan antara gugusan asam amino. ikatan peptida yang paling sederhana tersusun atas 2 molekul peptida (disebut dipeptida) dan 3 molekul peptida (disebut tripeptida). Ikatan peptida terjadi antara gugusan karboksil dari asam amino yang satu dengan gugusan amino dari asam amino yang lain. Reaksi Biuret positif untuk semua ikatan peptida yang lebih daripada dipeptida (dipeptida sendiri akan negatif bila dites biuret). Reaksi positif akan memberikan warna ungu (violet), hal ini terjadi karena terbentuk senyawa kompleks tembaga yang berikatan dengan 2 atau lebih molekul peptida. Ion Cu2+ berikatan dengan 2 atom nitrogen dan 2 atom oksigen dari 2 ikatan peptida sehungga membentuk ikatan kovalen koordinasi yang berwarna ungu. Metode ini dapat digunakan sebagi uji kuantitatif menggunakan Spektrofotometer Uv-Vis dengan pengukuran pada panjang gelombang 550 nm. 2.2 Tinjauan Bahan 2.2.1 Natrium Hidroksida (MSDS, 1997)  Sifat Fisika Kimia :  Keadaan fisik : Padat  Warna



: Putih



 Bau



: Tidak berbau



 pH



: 14 (5% aq soln)



 Titik didih



: 1390°C @760 mmHg



 Titik leleh



: 318°C



 Kelarutan



: Larut



 Densitas spesifik



: 2,13 g/cm3



 Formula molekuler : NaOH  Berat molekul 



Bahaya :  Mata



: 40



: Menyebabkan luka bakar mata. Dapat menyebabkan



kebutaan. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimiawi dan kerusakan kornea.



 Kulit



: Menyebabkan luka bakar kulit. Dapat menyebabkan borok



yang dalam dan menembus kulit.  Tertelan



: Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada



saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar saluran cerna. Dapat menyebabkan perforasi pada saluran pencernaan. Menyebabkan nyeri hebat, mual, muntah, diare, dan syok.  Pernafasan : Iritasi dapat menyebabkan pneumonitis kimiawi dan edema paru. Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma. Menyebabkan luka bakar kimiawi pada saluran pernapasan.  Kronik



: Kontak dengan kulit dalam waktu lama atau berulang dapat



menyebabkan dermatitis. Efek mungkin tertunda. 



Penanganan  Mata



: Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh mata dengan



banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.  Kulit



: Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan



banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.  Tertelan



: Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis



segera. Jika korban sadar sepenuhnya, berikan secangkir air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.  Pernafasan : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis



2.2.2 Kupri Sulfat (MSDS, 1999)  Sifat Fisika Kimia - Keadaan fisik - Penapilan - Bau - Tekanan uap



: Kristal : Biru : Tidak berbau :7,3 mmHg @ 25°C







Titik didih Titik leleh Kelarutan Densitas spesifik Formula molekuler Berat molekul



Bahaya :  Mata



: 150°C : 110°C : Larut : 2.2840 g/cm3 : CuSO4 : 249.68



: Paparan partikulat atau larutan dapat menyebabkan



kelainan konjungtivitis, ulserasi, dan kornea. Menyebabkan iritasi mata dan kemungkinan luka bakar.  Kulit



: Menyebabkan iritasi kulit dan kemungkinan luka bakar.



 Tertelan



: Berbahaya jika tertelan. Dapat menyebabkan iritasi saluran



pencernaan yang parah dengan mual, muntah dan kemungkinan luka bakar. Menelan garam tembaga dalam jumlah besar dapat menyebabkan tinja berdarah dan muntah, tekanan darah rendah, penyakit kuning dan koma. Menelan senyawa tembaga dapat menghasilkan efek toksik sistemik ke ginjal dan hati dan eksitasi saraf pusat diikuti oleh depresi.  Pernafasan : Dapat menyebabkan ulserasi dan perforasi septum hidung jika terhirup dalam jumlah berlebihan. Menyebabkan iritasi saluran pernapasan dengan kemungkinan luka bakar.  Kronik



: Dapat menyebabkan kerusakan hati dan ginjal. Dapat



menyebabkan anemia dan kelainan sel darah lainnya. Orang dengan penyakit Wilson tidak dapat memetabolisme tembaga. Jadi, tembaga terakumulasi di berbagai jaringan dan dapat menyebabkan kerusakan hati, ginjal, dan otak. Efek reproduksi yang merugikan telah dilaporkan pada hewan. Eksperimen laboratorium telah menghasilkan efek 5utagenic. Keracunan tembaga kronis pada manusia dikenali dalam bentuk penyakit Wilson 



Penanganan :  Mata : Segera basuh mata dengan banyak air minimal selama 15 menit, sesekali mengangkat kelopak mata atas dan bawah. Dapatkan bantuan medis.



 Kulit : Dapatkan bantuan medis. Bilas kulit dengan banyak air setidaknya selama 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.  Tertelan : Jangan dimuntahkan. Jika korban dalam keadaan sadar dan waspada, berikan 2-4 gelas susu atau air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Dapatkan bantuan medis segera.  Pernafasan : Hapus dari paparan dan segera pindah ke udara segar. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis. Jangan gunakan resusitasi mulut ke mulut. Jika pernapasan berhenti, gunakan pernapasan buatan menggunakan oksigen dan alat mekanis yang sesuai seperti tas dan masker. 2.2.3 Susu (MSDS, 2015)  Sifat Fisika Kimia  Penampilan : Jelas, putih  Rasa



: Susu



 Titik nyala : 160.0°F  



Bahaya : Penanganan :  Mata : Basahi mata dengan air setidaknya selama 20 menit; dapatkan pertolongan medis jika iritasi berlanjut  Kulit : Hapus pakaian yang terkontaminasi. Cuci kulit dengan air yang banyak. Jika iritasi terus berlanjut, dapatkan bantuan medis perhatian.  Tertelan : Jika tertelan secara tidak sengaja, bilas mulut dengan air. Berikan setengah liter susu atau air. Dapatkan perhatian medis segera.  Pernafasan : Bawa korban ke udara segar. Individu yang menunjukkan bukti paparan inhalasi harus dibawa ke sebuah area yang tidak terkontaminasi. Dapatkan perhatian medis segera.



BAB III METODELOGI 3.1 Alat  Tabung reaksi  Pipet tetes  Beaker glass 3.2 Bahan  NaOH 2N  CuSO4 1%  Susu 3.3 Prosedur Kerja 1. Masukkan 2 mL NaOH 2N kedalam beaker glass. 2. Tambahkan 2 tetes CuSO4 kemudian digojog. 3. Tambahkan 1 mL sampel protein yaitu susu 4. Amati perubahan warna yang terjadi



BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Data Hasil Pengamatan Perlakuan



Perubahan warna Sebelum



Hasil



Sesudah



ditambahkan susu ditambahkan susu 2 mL NaOH + 2 tetes CuSO4 gojog + 1 mL susu



Biru bening



Ungu keruh



+



BAB V PEMBAHASAN Pada Uji kali ini 2 mL NaOH 2 N ditambahkan dengan 2 tetes CuSO4 kemudian digojog mengalami perubahan warna yaitu biru bening setelah itu ditambahkan sampel protein yaitu susu sebanyak 1 mL kemudian digojog mengalami perubahan warna yaitu ungu keruh. Hasil positif bila terjadi perubahan wana yaitu kompleks biru ungu. Pada uji kali ini susu mengalami perubahan warna menjadi ungu keruh menandakan bahwan susu mengandung protein.



BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil adalah 2 mL NaOH ditambahkan dengan 2 tetes CuSO4 lalu digojog dan tambahkan kembali 1 mL susu akan memberikan hasil positif yang akan terjadi perbuahan warna (sebelum ditambahkan susu berwarna biru bening menjadi ungu keruh setelah ditambahkan susu). 6.2 Saran Dalam melakukan percobaan hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukannya, sehingga sesuai prosedur dan tidak merusak sampel yang akan diuji. Diperlakukan pemahaman materi agar praktikan memahami maksud dan tujuan percobaan yang dilakukan



DAFTAR PUSTAKA Hawab, HM. 2004.Pengantar Biokimia.Jakarta : Bayu Media Publishing. Ngili, Yohanis. 2009. Biokimia Struktur dan Fungsi Biomolekul. Graham Ilmu. Yogyakarta. Purba, Michael. 2007. Kimia Jilid 3. Erlangga. Jakarta.



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TES KUALITATIF KARBOHIDRAT “UJI MILLON”



Disusun oleh : Nama



: Nabila Alia Faradiva



Nim



: 10119124



Kelompok : E Prodi



: S1 Farmasi



Tanggal



: 05 April 2021



Laboratorium Kimia Analisa Makanan dan Minuman Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein (akar kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimerdari monome monomer asam aminoyang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogendan kadang kala sulfurserta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus. Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam aminobagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof) (Anonim, 2011). Protein berfungsi sebagai penyimpan dan pengantar seperti hemoglobin yang memberikan warna merah pada sel darah merah kita,bertugas mengikat oksigen dan membawanya ke bagian tubuh yang memerlukan. Selain itu juga menjadi penyusun tubuh, "dari ujung rambut sampai ujung kaki", misalnya keratin dirambut yang banyak mengandung asam amino Cysteine sehingga menyebabkan bau yang khas bila rambut terbakar karena banyaknya kandungan atom sulfur di dalamnya. Protein tersusun dari atom C, H, O, dan N, serta kadang-kadang P dan S. Dari keseluruhan asam amino yang terdapat di alam hanya 20 asam amino yang yang biasa dijumpai pada protein. Pada berbagai uji kualitatif yang dilakukan terhadap beberapa macam protein, semuanya mengacu pada reaksi yang terjadi antara pereaksi dan komponen protein, yaitu asam amino tentunya. Beberapa asam amino mempunyai reaksi yang spesifik pada gugus R-nya, sehingga dari reaksi tersebut dapat diketahui komponen asam amino suatu protein. Uji protein dengan metode identifikasi protein secara kualitatif dapat menggunakan prinsip salah satunya uji millon. 1.2 Tujuan Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui gugus aromatik pada protein 1.3 Manfaat Dapat menjelaskan uji millon dengan baik. 1.4 Prinsip Percobaan Prinsip dari uji millon adalah berdasarkan reaksi gugus aromatik dengan larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat sehingga menghasilkan endapan putih dengan adanya pemanasan sehingga meenghasilkan senyawa kompleks berwarna merah.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Keistimewaan dari protein adalah strukturnya yang mengandung N, disamping C,H,O (seperti karbohidrat dan lemak), S dan kadang-kadang P,Fe dan Cu (sebagai senyawa komplek dengan protein). Dengan demikian maka salah satu cara terpenting yang cukup spesifik untuk menentukan jumlah protein secara kuantitatif adalah dengan penentuan kandungan N yang ada dalam bahan makanan atau bahan lain. Molekul protein sendiri merupakan rantai panjang yang tersususn oleh matahari asam-asam amino. Asam amino adalah senyawa yang memiliki satu atau lebih gugus karboksil (-COOH) dan satu lebih gugus amino (-NH2) yang salah satunya terletak pada atom C. protein yang mengandung gugus hidroksil Phenil (-OH) dapat bereaksi dengan larutan mencuri nitrat dapat menghasilkan larutan atau endapan yang bersenyawa merah. Uji Millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Jika larutan ini ditambahkan protein yang mengandung asama amino dengan rantai samping gugus fenolik, maka akan menghasilkan endapan yang berwarna putih yang dapat berubah menjadi merah ketika di panaskan. Endapan yang dibentuk setelah penambahan reagen millon pada larutan protein, dimana Hg yang larut pada NaNO3 akan teroksidasi menjadi Hg+. Ion ini kemudian akan membentuk garam dengan gugus karboksil dari tirosin. Untuk membuktikan kandungan asam amino dengan uji Millon diperoleh bahwa albumin berwarna ungu dan menghasilkan endapan sedangkan pepton berwarna biru keunguan tanpa endapan. Untuk percobaan terhadap kasein, tirosin dan fenol menghasilkan reaksi negatif dengan warna biru dan gliserin dengan warna coklat, hal ini seharusnya menunjukkan adanya reaksi positif tetapi hasil yang di peroleh adalah negatif. Hasil yang negatif ini peroleh dengan penambahan millon yang terlalu banyak. 2.2 Tinjauan Bahan 2.2.1 Tirosin ( MSDS, 2014 )  Sifat kimia dan fisika - Bentuk : (kristal halus dan fragmen) - warna : (putih) - pH : (data tidak tersedia) - titik lebur : 343 derajat celcius (649 derajat farenhet)) - titik didih : (data tidak tersedia) - kelarutan : dalam air (0.479 g / l pada 25 derajat celcius - koefisien : (log Pow: -2.26 pada 25 derajat celcius (77 derajat celcius) 



Bahaya - Inhalasi : mungkin berbahaya jika terhirup. Menyebabkan iritasi saluran pernafasan







Kulit : mungkin berbahaya jika terserap Menyebabkan iritasi kulit Mata : menyebabkan iritasi mata Tertelan : mungkin berbahaya jika tertelan



melalui



kulit.



Penanganan - Terhirup : bila terhirup, pindahkan orang ke udara segar. Bila tidak bernafas, berikan pernafasan buatan. Konsultasikan dengan dokter - Kulit : bersihkan dengan sabun dan banyak air. Konsul dengan dokter - Mata : bilas bersih dengan banyak air selama minimal 15 menit dan konsultasikan dengan dokter - Tertelan : jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Bilas mulut dengan air. Konsultasikan dengan dokter



2.2.2 Triptofan ( MSDS, 2018 )  Sifat kimia dan fisika - Keadaan fisik : bubuk padat - Penampilan : putih pudar - Bau : bau - Ph : 5.5-7.0 - Titik lebur : 280-285 derajat celcius / 536-5450F - Kelarutan : larut dalam air - Berat molekul : 204,23 







Bahaya - Terhirup - Kulit - Mata - Tertelan



: Menyebabkan iritasi saluran pernafasan : Menyebabkan iritasi kulit : menyebabkan iritasi mata : mungkin berbahaya jika tertelan



Penanganan - Terhirup : pindahkan orang ke udara segar. Bila tidak bernafas, berikan pernafasan buatan. Konsultasikan dengan dokter - Kontak kulit : bersihkan dengan sabun dan banyak air. Konsul dengan dokter - Kontak mata : bilas bersih dengan banyak air selama minimal 15 menit dan konsultasikan dengan dokter - Tertelan : jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar. Bilas mulut dengan air. Konsultasikan dengan dokter



2.2.3 Susu (MSDS, 2015)  Sifat kimia dan fisika - Penampilan : Jelas, putih - Rasa : Susu - Titik nyala : 160.0°F  



Bahaya : Penanganan : - Mata



: Basahi mata dengan air setidaknya selama 20 menit;



dapatkan pertolongan medis jika iritasi berlanjut -



Kulit



: Hapus pakaian yang terkontaminasi. Cuci kulit dengan air



yang banyak. Jika iritasi terus berlanjut, dapatkan bantuan medis perhatian. -



Tertelan : Jika tertelan secara tidak sengaja, bilas mulut dengan air. Berikan setengah liter susu atau air. Dapatkan perhatian medis segera



BAB III METODELOGI 3.1 Alat - Tabung reaksi - Rak tabung reaksi - Pemanas - Pipet tetes - Gelas ukur 3.2 Bahan - Reagem millon - Susu - Tirosin - Triptofan 3.3 Reagen Pembuatan Reagen Millon : 1. Tuangkan 100 mL H2SO4 pekat ke dalam 800 mL akuades sambil didinginkan. 2. Geruslah 100 gr HgSO4 dalam sebuah lumpang (mortar) porselin dengan mencampurkan sedikit asam sulfat encer. 3. Larutan yang terjadi dituangkan ke dalam labu ukur 1 Liter, dan encerkan sampai garis tanda, kemudian disaring. 3.4 Prosedur Kerja 1. Ukur 2 ml sampel yang akan digunakan dan masukkan ke dalam tabung reaksi 2. Lalu beri 5 tetes reagen mollin 3. Kocok, amati perubahan yang terjadi 4. Panaskan selama 1-2 menit 5. Amati perubahan warna sebelum dan sesudah pemanasan



BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Data Hasil Pengamatan



Sampel



Pereaksi



Tirosin Triptofan



Putih



Larutan Millon



Susu



Sampel



Bening Bening



Warna Setelah dipanaskan Putih Menggumpal Bening Keruh



Ditetesi dengan NaNO2 1% Kuning Merah Merah



Hasil + +



BAB V PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan dari ke tiga sampel yaitu sampel susu, tirosin, dan triptofan dapat diketahui bahwa pada sampel tirosin dan triptofan menghasilkan hasil positif yang mengandung gugus fenol karena berawarna merah pada hasil akhirnya. Sedangkan, pada sampel susu setelah dipanaskan warna sesudahnya menjadi berwarna kuning yang berarti pada susu tidak terdapat gugus fenol. Pereaksi millon adalah larutan merkuro dan merkuri nitrat dalam asam nitrat. Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh pemanasan. Pada dasarnya reaksi ini positif untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri gugus hidroksifenil yang berwarna. Protein yang mengandung tirosin akan memberikan hasil positif. (Poedjiadi, 2005) Penambahan dengan pereaksi millon membentuk suatu senyawa kompleks. Adanya ikatanikatan peptida dari gugus karboksil dengan pereaksi membentuk suatu senyawa yang dengan pemanas dihidrolisa menjadi phenylpeptida atau gugus aromatik. Senyawa aromatik atau gugus aromatik adalah senyawa organik yang memiliki gugus fenil. Senyawa aromatik bersifat karsinogenik genetoxic, yang tidak ada batas aman untuk terkena resiko kanker. Contoh dari senyawa aromatik adalah Benzena (Amelia, 2012).



BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Dapat disimpulkan bahwa bahwa pada sampel tirosin dan triptofan menghasilkan hasil positif yang mengandung gugus fenol karena berawarna merah pada hasil akhirnya. Sedangkan, pada sampel susu setelah dipanaskan warna sesudahnya menjadi berwarna kuning yang berarti pada susu tidak terdapat gugus fenol. 6.2 Saran Dalam melakukan percobaan hendaknya praktikan lebih berhati-hati dalam melakukannya, sehingga sesuai prosedur dan tidak merusak sampel yang akan diuji. Diperlakukan pemahaman materi agar praktikan memahami maksud dan tujuan percobaan yang dilakukan



DAFTAR PUSTAKA Amelia, Riska. Alifatik dan Aromatik. http://riskamamel21.blogspot.com. Diakses pada tanggal 8 April 2021. Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia. Rosita, Ernalia. 2015. Laporan Praktikum Biokimia Pangan Protein I Uji Millon. Bandung: Universitas Pasundan. Selviana, Shinta. 2014. Laporan Praktikum Biokimia Pangan Protein I Uji Millon. Bandung: Universitas Pasundan.



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TES KUALITATIF KARBOHIDRAT “UJI XANTOPROTEIN ”



Disusun oleh : Nama



: Nabila Alia Faradiva



Nim



: 10119124



Kelompok : E Prodi



: S1 Farmasi



Tanggal



: 05 April 2021



Laboratorium Kimia Analisa Makanan dan Minuman Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein adalah molekul penyusun tubuh kita yangterbesar setelah air. Hal ini mengindikasikan pentingnyaprotein dalam menopang seluruh proses kehidupan dalamtubuh. Dalam kenyataannya, memang kode genetik yangtesimpan dalam rantaian DNA digunakan untuk membuatprotein, kapan, dimana dan seberapa banyak. Proteinberfungsi sebagai penyimpan dan pengantar sepertihemoglobin yang memberikan warna merah pada sel darahmerah kita, bertugas mengikat oksigen dan membawanya ke bagian tubuh yang memerlukan. Selain itu juga menjadipenyusun tubuh, "dari ujung rambut sampai ujung kaki",misalnya keratin di rambut yang banyak mengandung asamamino Cysteine sehingga menyebabkan bau yang khas bilarambut terbakar karena banyaknya kandungan atom sulfur didalamnya, sampai kepada protein-protein penyusun otot kitaseperti actin, myosin, titin, dsb. Kita dapat membaca teks ini juga antara lain berkat protein yang bernama rhodopsin, yaituprotein di dalam sel retina mata kita yang merubah photoncahaya menjadi sinyal kimia untuk diteruskan ke otak. Masihbanyak lagi fungsi protein seperti hormon, antibodi dalamsistem kekebalan tubuh, dll (Anonim, 2011) 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mengetahui adanya gugus aromatic pada asam amino. 1.3 Manfaat Menambah pengetahuan mengenai salah satu metode analisis kadar protein yang terkandung dalam susu dengan menggunakan pereaksi Xantoprotein. 1.4 Prinsip Percobaan Larutan asam nittrat pekat ditambahkan kedalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi inti benzene yang terdapat pada molekul protein sehingga menghasilkan senyawa komples berwarna kuning jingga.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Test Xantoprotein didasarkan pada nitrasi benzena yang terdapat dalam protein (tirosin, triptofan, fenilalanin). Larutan asam nittrat pekat ditambahkan dengan hati-hati kedalam larutan protein. Setelah dicampur terjadi endapan putih yang dapat berubah menjadi kuning apabila dipanaskan. Reaksi yang terjadi ialah nitrasi pada inti benzena yang terdapat pada molekul protein. Senyawa nitro yang terbentuk berwarna kuning dan dalam suasana alkalis terionisasi bebas kemudian berubah menjadi berwarna jingga. Albumin, Gelatin, Kasein jika di test menggunakan test Xantoprotein akan membentuk endapan kuning dan bila dididihkan akan tetap kuning. Pada bidang perbatasan antara protein dengan NaOH terbentuk warna jingga, hasil ini menyatakan hasil reaksi positif. Kulit kita apabila terkena asam nitrat akan berwarna kuning termasuk bagian dari reaksi Xantoprotein ini karena kulit kita mengandung Triptofan. 2.2 Tinjauan Bahan 2.2.1 Natrium Hidroksida (MSDS, 1997)  Sifat Fisika dan Kimia - Keadaan fisik : Padat - Warna : Putih - Bau : Tidak berbau - pH : 14 (5% aq soln) - Titik didih : 1390°C @760 mmHg - Titik leleh : 318°C - Kelarutan : Larut - Densitas spesifik : 2,13 g/cm3 - Formula molekuler : NaOH - Berat molekul : 40 



Bahaya  Mata : Menyebabkan luka bakar mata. Dapat menyebabkan kebutaan. Dapat menyebabkan konjungtivitis kimiawi dan kerusakan kornea.  Kulit : Menyebabkan luka bakar kulit. Dapat menyebabkan borok yang dalam dan menembus kulit.  Tertelan : Dapat menyebabkan kerusakan parah dan permanen pada saluran pencernaan. Menyebabkan luka bakar saluran cerna. Dapat menyebabkan perforasi pada saluran pencernaan. Menyebabkan nyeri hebat, mual, muntah, diare, dan syok.  Pernafasan : Iritasi dapat menyebabkan pneumonitis kimiawi dan edema paru. Menyebabkan iritasi parah pada saluran pernapasan bagian atas



dengan batuk, luka bakar, kesulitan bernapas, dan kemungkinan koma. Menyebabkan luka bakar kimiawi pada saluran pernapasan.  Kronik : Kontak dengan kulit dalam waktu lama atau berulang dapat menyebabkan dermatitis. Efek mungkin tertunda 



Penanganan  Mata : Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh mata dengan banyak air selama minimal 15 menit. Dapatkan bantuan medis segera.  Kulit : Dalam kasus terjadi kontak, segera basuh kulit dengan banyak air selama minimal 15 menit sambil melepaskan pakaian dan sepatu yang terkontaminasi. Dapatkan bantuan medis segera. Cuci pakaian sebelum digunakan kembali.  Tertelan : Jika tertelan, jangan dimuntahkan. Dapatkan bantuan medis segera. Jika korban sadar sepenuhnya, berikan secangkir air. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.  Pernafasan : Jika terhirup, pindahkan ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan oksigen. Dapatkan bantuan medis.



2.2.2 HNO3 pekat  Sifat Fisika dan Kimia - RumusKimia - Massa molar - Densitas - Penampilan - Titiklebur - Titikdidih - Kelarutan dalam air - Viskositas mPa.s (40 °C)



: HNO3 : 63,012 g/mol : 1,51 g/cm (20 ℃) : Cairanbeningtidakberwarna : -42 ℃ (231 K) : 83 ℃ (356 K) : tercampurkan : 1,092 mPa.s (0 °C); 0,746 mPa.s (25 °C); 0,617







Bahaya  Panas guncangan gesekan atau kontak dengan bahan lainnyadapat menyebabkan kebakaran atau ledakan berbahaya jika tertelan  Hindari menghirup uap atau debu gunakan ventilasi yang memadai  Hindari kontak dengan mata, kulit atau pakaian cuci dengan bersih. Setelah menangani harus tetap tertutup.







Penanganan  Panggil dokter bila di kulit terjadi kontak bilas kulitdengan air sekitar 15 menit dan singkirkan pakaian dan sepatu yang tercemar bersihkan secara menyeluruh pakaian dan sepatu sebelum digunakan kembali



 Mata : cuci mata dengan air yang banyak sekitar 15 menit buka tutup mata beberapa kali cari pertolongan medis  Terhirup :cari udara segar Tertelan :Berikan beberapa gelas atau air 2.2.3 Susu (MSDS, 2015  Sifat kimia dan fisika - Penampilan : Jelas, putih - Rasa : Susu - Titik nyala : 160.0°F  



Bahaya : Penanganan : - Mata



: Basahi mata dengan air setidaknya selama 20 menit;



dapatkan pertolongan medis jika iritasi berlanjut -



Kulit



: Hapus pakaian yang terkontaminasi. Cuci kulit dengan air



yang banyak. Jika iritasi terus berlanjut, dapatkan bantuan medis perhatian. 



Tertelan : Jika tertelan secara tidak sengaja, bilas mulut dengan air. Berikan setengah liter susu atau air. Dapatkan perhatian medis



BAB III METODELOGI 3.1 Alat  Tabung reaksi  Pipet tetes  Beaker glass  Alat pemanas 3.2 Bahan  HNO3 pekat  NaOH 40%  Susu 3.3 Prosedur Kerja 1. Masukkan susu kedalam tabung reaksi. 2. Tambahkan 2 tetes HNO3 kemudian digojog. 3. Panaskan selama 1 menit diair mendidih 4. Siram tabung reaksi dengan air mengalir 5. Tambahkan 2 tetes NaOH 40% 6. Amati perubahan warna yang terjadi.



BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Data Hasil Pengamatan Perlakuan



2 mL susu + 2 tetes HNO3 pekatsiram aquades + NaOH 40%



Perubahan warna Sebelum ditambahkan susu Kuning



Hasil Sesudah ditambahkan susu Oren/ jingga



+



BAB V PEMBAHASAN Pada Uji kali ini 2 mL susu ditambahkan dengan 2 tetes HNO 3 kemudian digojog mengalami perubahan warna yaitu kuning setelah itu sampel dipanskan dipemanas air yang mendidih kemudian ujung tabung reaksi dialiri air. Kemudian sampel ditambahkan NaOH 40% tanpa digojog agar terlihat reaksi yang terjadi. Sampel yang telah ditambahkan NaOH terbentuk 2 lapisan dan perubahan warna yaitu dari kuning menjadi oren atau jingga. Pada bidang perbatasan antara protein dengan NaOH terbentuk warna jingga, hasil ini menyatakan hasil reaksi positif. Pada uji kali ini susu mengalami perubahan warna menjadi oren menandakan bahwan susu terdapat gugus aromatik pada asam amino



BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kesimpulan pada pengamatan ini adalahh pada bidang perbatasan antara protein dengan NaOH terbentuk warna jingga, hasil ini menyatakan hasil reaksi positif. Pada uji kali ini susu mengalami perubahan warna menjadi oren menandakan bahwan susu terdapat gugus aromatik pada asam amino 6.2 Saran Praktikan seharusnya lebih memperhatikan waktu pemanasan, pennambahan reaksi, memahami metode percobaan dengan baik dan lebih teliti saat memperhatikan perubahan warna yang terjadi saat melakukan percobaan.



DAFTAR PUSTAKA Andresjiala (2010), Makalah Kimia Tentang “Protein” : http://andresjiala.blogspot.com/2013/05/makalah-kimia-tentang-protein.html Diakses pada tanggal 7 April 2021 Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar Sirajuddin, Saifuddin. Hasanuddin.



2012. Penuntun



Praktikum



Biokimia.



Makassar:Universitas



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TES KUALITATIF PROTEIN “UJI NINHIDRIN”



Disusun oleh : NAMA



: NABILA ALIA FARADIVA



NIM



: 10119124



KELAS



: PRAK. BIOKIMIA E



Prodi



: S1 Farmasi



Tanggal



: 05 April 2021



Laboratorium Kimia Analisa Makanan dan Minuman Fakultas Farmasi Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri 2021



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Protein merupakan komponen penting atau komponen utama sel hewan atau manusia. Oleh karena sel itu merupakan pembentuk tub uh kita, maka protein yang terdap at dalam makanan berfungsi sebagai zat utama dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh (Poedjiadi, 1994). Dua atau lebih asam amino dapat membentuk polipeptida melalui pembentukan ikatan peptida. Ikatan ini dibentuk antara gugus amina pada asam amino satu dengan gugus karboksilat pada asam amino yang lain. Adanya protein dalam suatu sampel dapat diketahui secara kualitatif dengan menggunakan uji ninhidrin sebagai berikut.



1.2 Tujuan Tujuan dari pratikum ini adalah untuk mengetahui adanya asam amino bebas pada protein.



1.3 Manfaat Menjelaskan uji ninhidrin dan menunjukkan adanya asam amino dalam zat yang di uji.



1.4 Prinsip Percobaan Prinsip dari uji ninhidrin ini adalah Berdasarkan adanya reaksi antara asam amino bebas dengan pereaksi ninhidrin disertai pemanasan membentuk aldehid yang lebih rendah dengan melepaskan NH dan CO sehingga menghasilkan senyawa kompleks berwarna biru keunguan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1 Dasar Teori Protein tersusun dari peptida-peptida sehingga membentuk suatu polimer yang



disebut



polipeptida.



Setiap



monomernya



tersusun



atas



asam



amino. Peranan protein diantaranya sebagai katalisator, pendukung, cadangan, sistem imun, dsb. Asam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon  dari posisi gugus –COOH. Asam amino bebas adalah asam amino dimana gugus aminonya tidak terikat (Poedjiadi, 1994). Ninhidrin adalah suatu senyawa oksidator kuat yang apabila bereaksi dengan asam α amino akan menghasilkan warna ungu. Reaksi ini terjadi dengan senyawa amin primer dan ammonia tanpa pembebasan CO. Reaksi ninhidrin digunakan untuk mengetahui adanya kandungan asam αamino (Azhar, 2010).



2.2 Tinjauan Bahan 2.2.1 Reagen Ninhidrin (MSDS, 2005)







Nama Senyawa



:



1,2,3-Indantrione



2,2-Dihydroxy-1,3-



indanedione Trioxohydrindene 



RumusuMolekul : C₉H₆O₄







Sifat Fisika Kimia :







-



Bentuk



: padat



-



Warna



: kuning muda



-



Bau



: berbau khas yang lemah



-



pH



: 4,6 - 5,0 pada 10 g/l 20 °C



-



Titik lebur



: 250 - 258 °C



-



Titik didih



:Tidak tersedia informasi



-



Kelarutan dalam air :20 g/l pada 20 °C



Bahaya -



:



Mata: Menyebabkan iritasi mata. Dapat menyebabkan cedera mata yang tidak dapat diperbaiki.



-



Kulit: Menyebabkan iritasi kulit.



-



Tertelan: Dapat menyebabkan depresi sistem saraf pusat, kerusakan ginjal, dan kerusakan hati. Gejala mungkin termasuk: sakit kepala, kegembiraan, kelelahan, mual, muntah, pingsan, dan koma. Menyebabkan iritasi saluran cerna dengan mual, muntah dan diare. Paparan dapat menyebabkan anemia dan kelainan darah lainnya.



-



Penghirupan: Dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan. Dapat menyebabkan efek yang mirip dengan yang dijelaskan untuk konsumsi. Dapat menyebabkan dispnea (kesulitan bernapas atau sesak napas).



-



Kronis: Dapat menyebabkan kelainan sumsum tulang dengan kerusakan jaringan pembentuk darah. Dapat menyebabkan anemia dan kelainan sel darah lainnya. Dapat menyebabkan efek reproduksi dan janin.







Penanganan



:



-



Mata: Dapatkan bantuan medis. Angkat kelopak mata dengan lembut dan bilas terus menerus dengan air.



-



Kulit: Dapatkan bantuan medis jika iritasi berkembang atau berlanjut. Bilas kulit dengan banyak sabun dan air.



-



Penelanan: Jika korban dalam keadaan sadar dan waspada, berikan 2-4 gelas susu atau air. Dapatkan bantuan medis.



-



Penghirupan: Dapatkan bantuan medis segera. Hapus dari paparan dan segera pindah ke udara segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan.



-



Catatan untuk Dokter: Rawat sesuai gejalanya dan dengan dukungan.



2.2.2 Susu (MSDS, 2015) 



Sifat Fisika Kimia : -



Penampilan : Jelas, putih



-



Rasa



: Susu



-



Titik nyala



: 160.0°F







Bahaya : -







Penangan : -



Mata



: Basahi mata dengan air setidaknya selama 20



menit; dapatkan pertolongan medis jika iritasi berlanjut -



Kulit



: Hapus pakaian yang terkontaminasi. Cuci kulit



dengan air yang banyak. Jika iritasi terus berlanjut, dapatkan bantuan medis perhatian. -



Tertelan



: Jika tertelan secara tidak sengaja, bilas mulut



dengan air. Berikan setengah liter susu atau air. Dapatkan perhatian medis segera. -



Pernafasan



: Bawa korban ke udara segar. Individu yang



menunjukkan bukti paparan inhalasi harus dibawa ke sebuah area yang tidak terkontaminasi. Dapatkan perhatian medis segera.



BAB III METODOLOGI 3.1 Alat -



Tabung reaksi



-



Pipet tetes



-



Rak tabung reaksi



-



Penangas air



3.2 Bahan -



Pereaksi ninhidrin



-



Sampel protein susu



3.3 Reagen Larutan Ninhidrin



3.4 Prosedur Kerja 1. Siapkan alat dan bahan. 2. Masukkan 2 ml sampel protein susu kedalam tabung reaksi menggunakan pipet. 3. Tambahkan 7 tetes larutan ninhidrin kedalam tabung reaksi yang berisi sampel kemudian kocok hingga homogen. 4. Letakkan tabung reaksi tersebut pada penangas air mendidih selama 10 menit. 5. Amati perubahan warna yang terjadi



BAB IV DATA HASIL PENGAMATAN



NO.



1.



PERLAKUAN



HASIL PENGAMATAN Perubahan Warna



(+/-)



2 ml sampel protein susu + 7



Terbentuk kompleks



(+)



tetes reagen ninhidrin



berwarna biru ungu



BAB V PEMBAHASAN Uji ninhidrin merupakan uji umum untuk protein yang spesifik untuk asam amino. Dari percobaan yang telah dilakukan terdapat perubahan warna pada sampel yang diuji menggunakan sampel protein berupa susu. Pada percobaan yang telah dilakukan mendapatkan hasil susu direaksikan dengan reagen ninhidrin menghasilkan warna biru-ungu yang menandakan hasilnya positif. Pemanasan dengan ninhidrin berlebih menghasilkan produk berwarna biru-ungu pada semua asam amino yang mempunyai gugus -amino bebas. Warna biru-ungu yang terbentuk ialah akibat adanya reaksi antara ninhidrin dengan asam amino alfa bebas dari protein. Intensitas warna biru-ungu yang dihasilkan dalam keadaan baku merupakan dasar kualitatif untuk asam amino alfa.



BAB VI PENUTUP



6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari video percobaan ini yaitu untuk mengetahui adanya asam amino bebas dalam protein. uji ninhidrin adalah menguji ada atau tidaknya protein dalam suatu senyawa dengan penambahan reagen ninhidrin untuk mengetahui jumlah kadar asam amino bebas yang terkandung didalamnya, dimana asam amino bebas akan bereaksi dengan ninhidrin dan membentuk senyawa kompleks berwarna ungu, dimana asam amino mereduksi ninhidrin. Dari uji ninhidrin menunjukkan hasil positif pada sampel protein susu.



6.2 Saran Saran yang dapat berikan percobaan ini yaitu hendaknya sangat memperhatikan waktu pemanasan, memperhatikan penambahan pereaksi, memahami metode percobaan dengan baik dan lebih teliti saat mengamati perubahan warna yang terbentuk pada saat melakukan percobaan.



DAFTAR PUSTAKA Akses link https://www.youtube.com/watch?v=vyELB6oMadM http://velahumaira.blogspot.com/2014/03/laporan-praktikum-kimia-organik.html. Diakses tanggal 04 April 2021 https://fscimage.fishersci.com/msds/. Diakses tanggal 09 April 2021 Poedjiadi, Anna. 1994. Dasar - Dasar Biokimia. Jakarta: Universitas Indonesia.



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA TES KUALITATIF KARBOHIDRAT “UJI NEWMAN ”



Disusun oleh : Nama



: Nabila Alia Faradiva



Nim



: 10119124



Kelompok : E Prodi



: S1 Farmasi



Tanggal



: 05 April 2021



Laboratorium Kimia Analisa Makanan dan Minuman Fakultas Farmasi IIK Bhakti Wiyata Kediri 2021



BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan. Dalam protein terdapat sumber energi dan zat pengatur jaringan tubuh (Muchtadi, 2010). Protein adalah bagian dari semua sel hidup dan merupakan bagian terbesar tubuh sesudah air. Protein mempunyai fungsi khas yang tidak dapat digantikan oleh zat gizi lain, yaitu membangun serta memelihara sel-sel dan jaringan tubuh. Fungsi lain dari protein adalah untuk mengatur keseimbangan air, pembentukan ikatan-ikatan essensial tubuh, memelihara netralitas tubuh,sebagai pembentuk antibodi, mengatur zat gizi dan sebagai sumber energi (Almatsier, 2001). Protein dikatakan sebagai sumber energi yang ekivalen dengan karbohidrat karena menghasilkan 4 kkal/g protein (Barasi, 2007). Kekurangan protein dapat menyebabkan penyakit yang dinamakan kwashiorkor yang biasanya banyak menyerang anak-anak di bawah umur lima tahun atau balita (Almatsier, 2001). 1.2 Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui adanya casein pada protein 1.3 Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah menambah pengetahuan mengenai salah satu metode analisis kadar protein yang terkandung dalam casein menggunakan uji neuman. 1.4 Prinsip Percobaan Pada uji neuman kasein yang ditambah asam nitrat dan asam sulfat akan mengeluarkan asap putih dan larutan yang berwarna kuning cerah larutan kuning tersebut ialah amonium molibdat apabila amonium molibdat bereaksi dengan gugus fosfat yang dilepaskan dengan bantuan hno3 sehingga akan membentuk senyawa amonium fosfomolibdat yang mempunyai warna endapan kuning pada uji Newman terhadap kasein kasein mengalami denaturasi dengan penambahan hno3 pekat dan H2 so4 pekat ketika dipanaskan larutan akan mengeluarkan asap fosfor yang terlepas dari kasein menyebabkan terbentuknya endapan asam fosfat yang berwarna kuning.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Rantai polipeptida melipat sedemikian rupa membentuk suatu struktur yang khas (konformasi) dalam protein. Konformasi tersebut merupakan bentuk tiga dimensi suatu protein. Terdapat empat struktur pada protein, yaitu struktur primer, sekunder, tersier, dan quartener. Suatu urutan linier asam amino yang bergabung melalui ikatan peptide disebut struktur primer protein. Setiap jenis protein memiliki struktur primer yang unik, suatu urutan asam-asam amino yang tepat. Perubahan yang sedikit sekali pun dalam struktur primer akan dapat mempengaruhi konformasi protein dan kemampuannya untuk digunakan (Suhara, 2008). Protein merupakan makromolekul yang memegang peranan penting pada hampir semua proses biologi. Fungsi protein dalam tubuh antara lain membantu perkembangan sel dan menjaga pertahanan tubuh. Protein tersusun atas polimer asam amino, dimana asam amino merupakan senyawa yang terdiri dari gugus amina (-NH2), gugus karboksil (COOH) dan rantai samping (R). Rantai samping ini yang membedakan antara asam amino satu dengan asam amino yang lainnya. Menurut Campbell (1999) Salah satu jenis ikatan yang berperan dalam struktur tersier disebut interaksi hidrofobik yang terjadi ketika polipeptida melipat membentuk konformasi fungsionalnya, asam amino dengan rantai samping hidrofobik umumnya membentuk kumpulan pada bagian inti protein itu, menjauhi kontak dengan air. Begitu rantai samping asam amino nonpolar mendekat satu sama lain, gaya tarik van der Waals menguatkan kembali interaksi hidrofobik itu. Sementara itu, ikatan hydrogen antara rantai-rantai samping polar dan ikatan ionic antara rantai-rantai samping bermuatan positif dan rantai samping bermuatan neggatif juga membantu menstabilkan struktur tersier. Konformasi suatu protein bisa semakin diperkuat oleh ikatan kovalen kuat yang disebut jembatan disulfide, yang terbentuk ketika dua asam amino dengan gugus sulfhidril pada rantai sampingnya, saling mendekat satu sama lain melalui pelipatan protein tersebut (Campbell 1999). 2.2 Tinjauan Bahan 2.2.1 Ammonium Molibat  Sifat fisika dan kimia Nama Kimia Rumus Kimia Tampilan kekuningan.



: Ammonium Molibdat :(NH4)6Mo7O24.4H2O :Kristal tidak bewarna atau agak kehijauan atau



Titik didih Titik leleh Tekanan uap Gravity Titik nyala Temperatur dapat terbakar Berat Molekul Bentuk



: 190oC (terurai) : 90oC with loss of water : tidak ada dataSpecific : 2.398 : tidak ada : Tidak ada : 1235.86 : Solid







Bahaya - Tertelan Menyebabkan rasa tidak enak di mulut dan mengganggu lambung. - Mata iritasi. - Kulit Tidak ada data. - Terhirup menyebabkan iritasi.







Penanganan - Tertelan : bilas mulut dengan air sesegera mungkin hubungi dokter. - Mata : cuci mata dengan larutan NaCl 1%, jika ada, jika tidak ada cuci dengan air selama 10 menit. Jika merasa sakitatau iritasi hubungi dokter. - Kulit : Singkirkan pakaian yang terkontaminasi, cuci dengan sabun dan air yang cukup banyak.Minta bantuan dokter.



2.2.2 H2SO4  Sifat fisika dan kimia Nama Kimia : AsamSulfat Rumusu Molekul : H2SO4 Sifat Kimia : Cairan higroskopis, berminyak, tidak berwarna agak kekuningan ,larut dalam air dengan melepaskan panas dan tidak berbau. Titik lebur : 10 oC Titik didih : 337 oC Berat molekul : 98,08 g/mol 







Bahaya Dapat menyebabkan iritasi dan terbakar, Berbahaya jika teroles, Hindari uap atau asapnya, Gunakan dalam ventelasi cukup, Hindari kontak dengan mata, kulit atau baju Penanganan - Pertolongan pertama Panggil dokter



-



-



Kulit : bila terjadi kontak, segera basuh kulit dengan air paling sedikit 15 menit saat membersihkan pakaian yang terkontaminasi,bersihkan secara menyeluruh pakaian sebelum digunakan lagi. Mata : basuh mata dengan air paling sedikit 15 menit, buka tutup pelupuk mata beberapa kali, cari pertolongan medis Pernafasan : segera cari udara segar. Jika tidak bias bernafas, berikan nafas buatan, jika masih sulit bernafas, berikan oksigen. Tertelan : berikan beberapa jenis susu atau air akan terjadi beberapa kali muntah, jangan memasukkan apapun kedalam mulut orang yang tidak sadar.



2.2.3 HNO3 pekat  Sifat fisika dan kimia Rumus Kimia Massa molar Densitas Penampilan Titik lebur Titik didih Kelarutan dalam air Viskositas (40 °C)



: HNO3 : 63,012 g/mol : 1,51 g/cm (20 ℃) : Cairan bening tidak berwarna : -42 ℃ (231 K) : 83 ℃ (356 K) : tercampurkan : 1,092 mPa.s (0 °C); 0,746 mPa.s (25 °C); 0,617 mPa.s







Bahaya Panas guncangan gesekan atau kontak dengan bahan lainnya dapat menyebabkan kebakaran atau ledakan berbahaya jika tertelan hindari menghirup uap atau debu gunakan ventilasi yang memadai hindari kontak dengan mata kulit atau pakaian cuci dengan bersih Setelah menangani harus tetap tertutup







Penanganan - Panggil dokter bila di kulit terjadi kontak - Kulit : bilas dengan air sekitar 15 menit dan singkirkan pakaian dan sepatu yang tercemar bersihkan secara menyeluruh pakaian dan sepatu sebelum digunakan kembali - Mata : cuci mata dengan air yang banyak sekitar 15 menit buka tutup mata beberapa kali cari pertolongan medis - Terhirup : cari udara segar jika tidak bernafas berikan pernapasan buatan bila sulit bernapas berikan oksigen



-



Tertelan : Berikan beberapa gelas air atau muntah dapat terjadi secara spontan tetapi jangan dibuat muntah. Jangan pernah memberikan apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.



2.2.4 Casein  Sifat fisika dan kimia - Bentuk : padat - Warna : kuning muda sampai coklat-kelabu - Bau : Tak berbau - pH : kira-kira 2,3 pada 10 g/l 25 °C - Titik lebur : 234 - 238 °C - Kelarutan : 84 g/l pada 20 °C



BAB III METODELOGI 3.1 Alat - Tabung reaksi - Pipet tetes - Penjepit tabung - Rak tabung reaksi 3.2 Bahan - HNO3 Pekat -



H2SO4 pekat Ammonium Molibdat Casein



3.3 Prosedur Kerja 1. 2. 3. 4. 5.



Masukkan 10tetes casein kedalam tabung reaksi Tambahkan 2 tetes HNO3 pekat Tambahkan 10 tetes H2SO4 pekat, lalu dipanaskan sampai tidak berwarna Dinginkan. Lalu tambahkan 2 ml larutan ammonium molibdat Panaskan lagi, lalu amati endapan yang terjadi



BAB IV HASIL PENGAMATAN 4.1 Data Hasil Pengamatan PERLAKUAN



10tetes Casein + 2 tetes HNO3 pekat + H2SO4 pekat + 2ml ammonium molibdat



PERUBAHAN WARNA Sebelum Sesudah dipanaskan dipanaskan Bening Kuning pucat



HASIL



+



BAB V PEMBAHASAN Pada uji neuman ini 10 tetes casein ditambahkan 2 tetes HNO3 pekat dan juga H2SO4 pekat lalu dipanaskan terjadi perubahan warna yaitu bening kekuningan. Setelah ditambahkan 2ml ammonium molibdat lalu dipanaskan lagi mengalami perubahan warna yaitu kuning pucat. Hasil positif apabila terjadi perubahan warna yaitu kuning. Jadi pada uji neuman ini casein mengalami perubahan warna menjadi kuning pucat menandakan bahwa casein mengandung protein.



BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat diambil dari video adalah pada uji kasein di gunakan uji neuwman bahan yang di gunakan yaitu HNO3 pekat H2SO4 pekat amonium molibdat dan casein. Untuk cara kerjanya yaitu 10 tetes casein ditambahkan 2 tetes HNO3 pekat dan juga H2SO4 pekat lalu dipanaskan terjadi perubahan warna yaitu bening kekuningan. Setelah ditambahkan 2ml ammonium molibdat lalu dipanaskan lagi mengalami perubahan warna yaitu kuning pucat 6.2 Saran Sebaiknya dalam melakukan praktikum memperhatikan waktu pemanasan dan memahami metode percobaan dengan baik dan teliti saat mengamati perubahan warna pada sampel yang diuji.



DAFTAR PUSTAKA Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supriyanti. 2007. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI press. Patong, A.R., dkk., 2012, Biokimia Dasar, Lembah Harapan Press, Makassar. Sirajuddin, Saifuddin. 2012. Penuntun Praktikum Biokimia. Makassar:Universitas Hasanuddin