Laporan Puskesmas Perumnas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN INTERVIEW KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI PUSKESMAS PERUMNAS



OLEH: KELOMPOK PUSKESMAS PERUMNAS EKA ANDRIANI SIDAME (J1A116027) ELVI INDRIA NINGSI (J1A116030) FITRA YULIA NINGSIH (J1A116036) HASTIN (J1A116042) ASTRIA WULAN (J1A116316)



KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI 2019



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-19 tahun. Di dunia diperkirakan kelompok remaja berjumlah 1,2 milyar atau 18% dari jumlah penduduk dunia (WHO, 2014). Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 tahun 2014, remaja adalah penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun (Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak). Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN) rentang usia remaja adalah 10-24 tahun dan belum menikah. Jumlah kelompok usia 10-19 tahun di Indonesia menurut Sensus Penduduk 2010 sebanyak 43,5 juta atau sekitar 18% dari jumlah penduduk (Kemenkes RI, 2015). Diperkirakan jumlah penduduk Indonesia menurut kelompok umur rentang 10-19 tahun yaitu laki-laki sebesar 23.005.462, perempuan sebesar 21.920.556 dan jumlah total keseluruhan adalah 44.926.018 (Kemenkes RI, 2017). Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual.



Sifat khas remaja



mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung berani menanggung risiko atas perbuatannya tanpa



didahului oleh



pertimbangan yang matang. Apabila keputusan yang diambil dalam menghadapi konflik tidak tepat, mereka akan jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibatjangka pendek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial. Sifat dan perilaku berisiko pada remaja tersebut memerlukan ketersediaan pelayanan kesehatan peduli remaja yang dapat memenuhi kebutuhan



kesehatan remaja termasuk pelayanan untuk kesehatan reproduksi



(Kemenkes RI, 2015). Kesehatan reproduksi adalah keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan yang berkaitan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi. Ruang lingkup pelayanan kesehatan reproduksi menurut International Conference Population and Development (CPD) tahun 1994 di Kairo terdiri



dari kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana,



pencegahan dan penanganan infeksi menular seksual termasuk HIV/AIDS, kesehatan reproduksi remaja, pencegahan dan penanganan komplikasi aborsi, pencegahan dan



penanganan infertilitas, kesehatan reproduksi usia lanjut, deteksi dini kanker saluran reproduksi serta kesehatan reproduksi lainnya seperti



kekerasanseksual,sunat



perempuan dan sebagainya (Kemenkes RI, 2015). Data mengenai situasi kesehatan reproduksi remaja sebagian besar bersumber dari Survei Demografi dan Kesehatanterutama komponen Kesehatan Reproduksi Remaja (KKR), yang mewawancarai remaja usia 15-24 tahun dan belum menikah.. Pada remaja usia 15-19 tahun, proporsi terbesar berpacaran pertama kali pada usia 15-17 tahun. Sekitar 33,3% remaja perempuan dan 34,5% remaja laki-laki yang berusia 1519 tahun mulai berpacaran pada saat mereka belum berusia 15 tahun. Pada usia tersebut dikhawatirkan belum memiliki keterampilan hidup (life skills) yang memadai, sehingga mereka berisiko memiliki perilaku pacaran yang tidak sehat, antara lain melakukan hubungan sekspra nikah. Dari survei yang sama didapatkan



alasan



hubungan seksual pranikah tersebut sebagian besar karena penasaran/ ingin tahu (57,5% pria), terjadi begitu saja (38% perempuan) dan dipaksa oleh pasangan (12,6% perempuan).



Hal ini mencerminkan



kurangnya pemahaman remaja tentang



keterampilan hidup sehat, risiko hubungan seksual dan kemampuan untuk menolak hubungan yang tidak mereka inginkan (Kemenkes RI, 2015). Menurut



United Nations Development Economic and Social Affairs



(UNDESA, 2010), Indonesia termasuk Negara ke-37 dengan persentase pernikahan usia muda yang tinggi dan merupakan tertinggi kedua di ASEAN setelah Kamboja. Pada tahun 2010, terdapat 158 negara dengan usia legal minimal perempuan menikah adalah 18 tahun ke atas, namun di Indonesia batas usia minimal untuk perempuan adalah 16 tahun. Menurut SOKI tahun 1991-2012, usia menikah pertama wanita usia 25-49 tahun sudah di atas 16 tahun dan usia menikah pertama setiap tahunnya meningkat. Pernikahan usia muda berisiko karena belum cukupnya kesiapan dari aspek kesehatan, mental emosional, pendidikan, sosial ekonomi dan reproduksi. Pendewasaan usia perkawinan juga berkaitan dengan pengendalian kelahiran karena lamanya masa subur perempuan terkait dengan banyaknya anak yang akan dilahirkan. Kehamilan remaja berdampak negatif pada kesehatan remaja dan bayinya, juga dapat berdampak sosial dan ekonomi. Kehamilan pada usia muda atau remaja antara lain berisiko kelahiran prematur, berat badan bayi lahir rendah (BBLR), perdarahan persalinan, yang dapat meningkatkan kematian ibu dan bayi. Kehamilan pada remaja juga terkait dengan kehamilan tidak dikehendaki dan aborsi tidak aman. Persalinan pada ibu di bawah usia 20 tahun memiliki kontribusi dalam tingginya angka kematian neonatal, bayi dan balita.



SDKI 2012 mendapatkan bahwa angka kematian neonatal, postneonatal, bayi dan balita pada ibu yang berusia kurang dari 20 tahun lebih tinggi dibandingkan pada ibu usia 20-39 tahun (Kemenkes RI, 2015). H a s i l S D K I 2 0 1 2 menunjukan b a h w a pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi belum memadai yang dapat dilihat dengan hanya 35,3% remaja perempuan dan 31,2% remaja laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali berhubungan seksual. Begitu pula gejala PMSkurang diketahui oleh remaja. lnformasi tentang HIV relatif lebih banyak diterima remaja, meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan 10,6% laki-laki memiliki pengetahuan komprehensif mengenai HIV-AIDS. Tempat pelayanan remaja juga belum banyak diketahui oleh remaja (Kemenkes RI, 2015). Oleh karena itu penulis ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan program pelayanan kesehatan reproduksi di Puskesmas terutama Puskesmas Perumnas Kota Kendari Sulawesi Tenggara. B. Tujuan Wawancara Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Kesehatan Ibu dan Anak/Kesehatan Reproduksi, selain itu untuk mengetahui apakah ada program Kesehatan Reproduksi Remaja di Puskesmas Perumnas. C. Topik Wawancara Topik dalam wawancara ini adalah program pelayanan Kesehatan Reproduksi pada remaja. D. Waktu dan Tempat Wawancara Hari/tanggal : Selasa/18 Juni 2019 Pukul



: 13.00-13.30



Tempat



: Puskesmas Perumnas



BAB II PEMBAHASAN A. Profil Puskesmas Poasia Kecamatan kadia merupakan sebagian kecil dari pemerintahan walikota Kendari yang terdiri dari beberapa wilayah kelurahan sedangkan wilayah kerja Puskesmas Perumnas meliputi 3 kelurahan yang berada di Kota Kendari, dengan luas wilayah kerjanya 21.673 km2. Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Perumnas sebanyak 29.345 jiwa, yang tersebar di 3 kelurahan (Azizah, 2018). Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Perumnas adalah: a) Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Tobuha dan Mandonga b) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Bonggoeya c) Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Kadia d) Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Poasia (Azizah, 2018). Puskesmas Perumnas merupakan Salah satu puskesmas yang ada di Kota Kendari. Puskesmas ini melayani berbagai program puskesmas seperti periksa kesehatan (check up), pembuatan surat keterangan sehat, rawat jalan, lepas jahitan, ganti balutan, jahit luka, cabut gigi, periksan tensi, tes hamil, bersalin / persalinan, periksa anak, tes golongan darah, asam urat, kolesterol dan lainnya (ID Alamat, 2017). Pelayanan Puskesmas Perumnas juga baik dengan tenaga kesehatan yang baik, mulai dari perawat, dokter, alat kesehatan dan obatnya. Puskesmas ini dapat menjadi salah satu pilihan warga masyarakat Kota Kendari untuk memenuhi kebutuhan terkait kesehatan. Harga pengobatannya pun juga memiliki tarif murah (ID Alamat, 2017). B. Narasumber 1) Nama : Sasmita A.md.keb 2) Jabatan : Penanggung Jawab KIA C. Pewawancara Wawancara ini dilaksanakan oleh tim yang terdiri dari : 1) Pewawancara : Astria Wulan, Fitra Yulia Ningsih, Elvi Indria Ningsi 2) Pencatat : Eka Andriani Sidame 3) Dokumentasi : Hastin



D. Hasil Wawancara Pewawancara



: Assalamualaikum. Selamat siang, bu kami dari mahasiswa



Kesehatan Masyarakat Universitas Halu Oleo mau meminta waktunya sebentar untuk diwawancarai mengenai kesehatan reproduksi remaja. Langsung saja pertanyaannya apakah ada program kesehatan reproduksi remaja di puskesmas ini? Narasumber



: Kesehatan reproduksi remaja memang merupakan salah satu



program kerja dipuskemas Perumnas yang tidak terlepas dari KIA. Pewawancara



: Apa saja program kerja kesehatan reproduksi remaja di



Puskesmas Perumnas? Narasumber



: Program kesehatan reproduksi remaja yaitu: 1) Pendidikan



Kesehatan Reproduksi Remaja; 2) pembinaan UKS; 3) Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja. Pewawancara



: Sejak kapan program kesehatan produksi remaja dilaksanakan



dipuskesmas ini dan bagaimana mekanismenya? Narasumber



: Mengacu dalam POA, program kesehatan reproduksi remaja



untuk pembinaan UKS sendiri sudah dijalankan pada bulan Mei 2019 yang dilaksanakan di SMAN 4 Kendari. Dalam pembinaan UKS sendiri. Pihak puskesmas memberikan pembinaan UKS khususnya terkait kesehatan reproduksi remaja kepada siswa-siswi untuk menjadi kader bagi teman-temannya kelak. Dan pada bulan September 2019 akan dilaksanakan pembinaan UKS diseluruh sekolah yang ada di Kota Kendari yang mempunyai UKS untuk dilakukan pembinaan. Sedangkan untuk program kerja pendidikan kesehatan reproduksi remaja belum dilaksanakan mengacu dalam POA, program tersebut akan dilaksanakan pada bulan Juli dan Oktober 2019. Dan untuk konseling kesehatan reproduksi remaja akan dilakukan jika ada remaja yang ingin memeriksa kesehatan reproduksinya barulah dari pihak puskesmas yang akan memeriksa. Itupun hanya sekedar melihat bukan melakukan pengobatan jikalau ada ditemukan gangguan kesehatan reproduksi. Dan juga untuk konseling biasanya remaja perempuan akan melakukan sesi konseling seputar gangguan haid.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukan wawancara, didapatkan kesimpulan bahwa program kesehatan reproduksi remaja di Puskesmas Perumnas sudah ada dan baru beberapa program yang sudah dijalankan dalam tahun ini. Pelaksanaan program tersebut mengacu pada POA (Planing of Action) Puskesmas Perumnas. B. Saran Program kesehatan reproduksi remaja merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan demi terciptanya remaja yang sehat dan cerdas menjga kesehatan reproduksinya demi menciptakan masa depan yang cerah serta generasi yang berkualitas dan sebaiknya Puskesmas Perumnas harus melaksanakan program tersebut dengan baik, tepat, benar dan konsisten selain itu bagi puskesmas yang telah melaksanakan program tersebut sebaiknya meningkatkan kinerja dalam kesehatan reproduksi remaja demi mendukung terciptanya generasi yang berkualitas tersebut.



DAFTAR PUSTAKA



Azizah, S. (2018, April 25). Profil Puskesmas Perumnas. Dipetik Juni 16, 2019, dari https://id.scribd.com/document/377407540/Profil-Puskesmas-Perumnas ID Alamat. (2017, Juni 15). Profil Puskesmas Perumnas. Dipetik Juni 16, 2019, dari https://idalamat.com/alamat/152674/puskesmas-perumnas-kendari-sulawesi-tenggara Kemenkes RI. (2015). Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Kemenkes RI. (2017). Data dan Informasi : Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak.



LAMPIRAN