Laporan Resmi Cedera Jaringan Lunak Dan Ekstremitas [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI FISIOLOGI DAN PERTOLONGAN PERTAMA CEDERA JARINGAN LUNAK DAN EKSTREMITAS



Oleh : Nina Aulya Wibowo (0521040034) DOSEN PENGAMPU : dr. Am Maisarah Disrinama, M.Kes



TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA POLITEKNIK PERKAPALAN NEGRI SURABAYA 2021



BAB 1 PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Masyarakat pekerja di Indonesia mengalami peningkatan terus dari tahun ke tahun. Pada tahun 1995 jumlah pekerja sekitar 88,5 juta dan meningkat pada tahun 2003 pekerja di Indonesia berjumlah 100.316.000 .Jumlah penduduk Indonesia



tahun



2003



sebesar



216.948.400



orang.



Sedangkan



jumlah penduduk usia kerja 152.649.981 orang, angkatan kerja 100.316.007orang ,yang terbagi dalam beberapa lapangan usaha utama atau jenis industri utama yaitu pertanian 47,67% perdagangan 17,90% industri pengolahan 11,80%, jasa 10,98 %. Kecelakaan industri adalah kejadian kecelakaan yang terjadi ditempat kerja khususnya di lingkungan industri. Menurut International Labour Organization (ILO) setiap tahun terjadi 1,1 juta kematian yang disebabkan oleh penyakit atau kecelakaan akibat hubungan pekerjaan Sekitar 300.000 kematian terjadi



dari



250



juta



kecelakaan



dan



sisanya



adalah



kematian



akibat penyakit akibat hubungan pekerjaan. Kecelakaan industri secara umum disebabkan oleh 2 hal pokok yaitu perilaku kerja yang berbahaya (unsafehuman act) dan kondisi yang berbahaya (unsafe condistions). Beberapa hasil penelitian menunjukkkan bahwa faktor manusia memegang pernanan penting timbulnya kecelakaan kerja. Hasil penelitian menyatakan bahwa 80%-85%kecelkaan keja disebebkan oleh kelalaian atau kesalahan faktor manusia (Riyadina , 2007). Dalam hal Kesehatan, kecelakaan dapat mengakibatkan luka atau cedera, baik ringan, berat bahkan sampai meninggal dunia. Pada kecelakaan kerja, banyak ditemui adalah cedera pada jaringan lunak dan ekstremitas. Cedera jaringan lunak yang paling jelas adalah cedera pada kulit. Kulit sebenarnya merupakan alat tubuh yang paling besar. Pertolongan pertama cedera jaringan lunak berkaitan erat dengan



perdarahan dan pertolongan pertama untuk mengatasinya. Hal ini karena cedera jaringan lunak adalah salah satu penyebab terjadinya perdarahan. Sedangkan pada cedera ekstremitas dapat berupa luka, patah tulang dan amputasi. Kecelakaan



kerja



tersebut



tentu



saja



menyebabkan



banyak



kerugian.Kerugian yang dialami perusahaan misalnya kehilangan pekerja, kerugian material yang diakibatkan karena pengobatan pekerja, dan kerugian dalam bidang produksi karena produksi akan terhambat. Namun, dengan mengetahui penanganan cedera dengan tepat akan mencegah adanya efek yang lebih buruk dari cedera tersebut.



1.2 Rumusan Masalah a. Apa saja jenis-jenis cedera jarungan lunak? b. Apa saja jenis-jenis cedera ekstremitas? c. Bagaimana cara melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak dan ekstremitas?



1.3 Tujuan Praktikum a. Mengetahui jenis-jenis cedera jaringan lunak b. Mengetahui jenis-jenis cedera ekstremitas c. Memahami cara melakukan penanganan terhadap cedera jaringan lunak dan ekstremitas



BAB 2 DASAR TEORI



2.1 Definisi Cedera Jaringan Lunak Dalam tubuh manusia, kulit, jaringan lemak, pembuluh darah, jaringan ikat, membran, kelenjar, otot dan saraf termasuk dalam kelompok jaringan lunak. Kulit manusia merupakan mekanisme pertahanan tubuh lapisan pertama terhadap gaya dari luar, walaupun kuat, namun tetap mudah mengalami cedera. Cedera jaringan lunak yang paling jelas adalah cedera pada kulit. Kulit sebenarnya merupakan alat tubuh yang paling besar Cedera jaringan lunak adalah cedera yang melibatkan jaringan kulit, otot, saraf atau pembuluh darah akibat ruda paksa (benturan dengan suatu benda).Dalam bahasa sehari-hari cedera jaringan lunak dikenal sebagai istilah luka. Luka adalah terputusnya keutuhan jaringan lunak baik di luar maupun di dalam tubuh. Beberapa komplikasi yang dapat terjadi adalah pendarahan, kelumpuhan dan lainnya sesuai dengan luasnya dan jaringan lunak yang terkena.



2.2 Klasifikasi Luka Cedera Jaringan Lunak 1. Luka Terbuka Cedera jaringan lunak yang disertai kerusakan/ terputusnya jaringan kulitatau selaput lendir, yaitu rusaknya kulit dan bisa disertai jaringan di bawah kulit.Jenis-jenis dari luka terbuka adalah sebagai berikut : a. Luka Lecet ▪



Terjadi akibat gesekan, sehinga permukaan kulit (epidermis) terkelupas,mungkin tampak titik-titik perdarahan.







Terkadang sangat nyeri karena ujung-ujung saraf juga cedera karena terbuka.







Tepi luka tidak teratur. Penanganan luka lecet yaitu dengan membersikan luka dan mengobati lukadengan povidone iodine.



Gambar 2.1 Luka Lecet (sumber : https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-Jaringan-Lunak )



b. Luka Sayat/Iris ▪



Terjadi akibat kontak dengan benda tajam.







Jaringan kulit dan lapisan dibawahnya terputus sampai kedalaman yang bervariasi.







Tepi luka teratur.



Penanganan luka sayat : ▪



Bersihkan luka dan mengobatinya dengan povidone iodine.







Balut dengan plester apabila perdarahan dari pembuluh rambut (kapiler).



Gambar 2.2 Luka Sayat (sumber : http://my-bloggayed.blogspot.com/2012/07/cedera-jringanlunak.html)



c. Luka Robek ▪ Akibat benturan keras dengan benda tumpul. ▪



Karakteristik luka hampir sama seperti luka sayat, perbedaannya terletak pada tepi luka yang tidak teratur.







Seperti luka lecet tetapi lebih dalam dari luka lecet.



Gambar 2.3 Luka Robek (sumber : https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-Jaringan-Lunak)



Penanganan luka robek : ▪



Bersihkan luka, aliri dengan air yang mengalir







Bila terjadi perdarahan hentikan dengan balut tekan.







Usahakan menghindari luka terkena kotoran agar tidak terjadi infeksi







Berikan povidone iodine pada luka







Rujuk ke fasilitas Kesehatan terdekat



d. Luka Tusuk ▪



Terjadi akibat masuknya benda tajam dan runcing melalui kulit dalamtubuh.







Ciri khasnya adalah luka relatif lebih dalam dibandingkan denganlebarnya.







Luka jenis ini sangat berbahaya karena dapat melibatkan alat-alat dalamtubuh.







Penyulitnya jika alat penusuk masih menancap.







Bentuk luka hampir menyerupai benda yang menusuk dengan dalam lukalebih panjang dari lebar luka.



Gambar 2.4 Luka Tusuk (sumber : https://id.scribd.com/doc/91099005/Bab-Vi-Cedera-JaringanLunak )



Perawatan Luka Tusuk ▪



Tenangkan penderita yang sadar.2.







Periksa ada tidaknya luka tusuk keluar (luka tembus).3.







Hentikan perdarahan.4.







Imobilisasi tulang punggung bila luka terjadi pada daerah kepala, leher dan batang tubuh.







Rujuk ke fasilitas kesehatan.



e. Amputasi ▪



Luka terbuka dengan jaringan tubuh terpisah.







Paling sering terjadi pada alat gerak, mulai dari jari, sampai kehilangan seluruh anggota gerak (tubuh).



Gambar 2.4 Amputasi Perawatan luka amputasi selain perawatan penderita, alat tubuh yang terputus juga perlu mendapat perawatan. Berikut beberapa pedoman perawatan bagian yang putus : ▪



Bungkus bagian yang terputus dengan kasa steril yang dilembabkan.







Masukkan bagian itu dalam kantung plastik. Tuliskan nama penderita serta jam dan tanggal bagian ini dimasukkan. Jangan rendam bagian ini dalam air.3.







Usahakan bagian yang terputus ini tetap dingin dengan cara memasukkankantung yang berisi potongan tersebut dalam kantung yang lebih besar, atautempat lain yang sudah berisi air atau es. Hindari sentuhan langsung bagianyang putus ini dengan es.Perawatan penderita pada dasarnya sama seperti luka terbuka,



yang



paling



penting



dilakukan



adalah



menghentikan



perdarahan. Umumnya pembalutan penekanan sudah cukup.



f. Remuk ▪



Dapat berupa suatu gabungan antara luka terbuka dan tertutup.







Terjadi akibat alat gerak terjepit di antara alat berat.







Jaringan lunak dan jaringan keras seperti tulang dapat terlihat.







Tulang dapat patah dan pecahnya sampai keluar.



Penanganan cedera remuk : ▪



Bersihkan luka







Balut dengan kasa steril atau mitela.







Gunakan bidai untuk menjaga bagian yang remuk







Bila terjadi perdarahan dan terjadi pada alat gerak tinggikan dari pada jantung







Rujuk ke fasilitas kesehatan.



2. Luka Tertutup Cedera jaringan lunak tanpa kerusakan/terputusnya jaringan kulit yang rusak hanya jaringan di bawah kulit. Jenis-jenis dari luka tertutup adalah sebagai berikut a. Memar Merupakan luka tertutup yang paling sering ditemukan. Terjadi akibat benturan dengan benda tumpul. Lapisan epidermis kulit utuh, tetapi sel dan pembuluh darah pada lapisan dermis rusak. Pada daerah luka terdapat bengkak dan perubahan warna. Perawatan pada memar yaitu dikompres dengan air dingin, sehingga sel-sel darah dapat membeku.



b. Hematoma Hematoma berbeda dengan memar, luas area penumpukandarah lebih luas, kerusakan jaringan lebih luas, pembuluh darah yang terlihat lebih besar, dan darah lebih banyak yang keluar.



Gambar 2.5 Hematoma (sumber : http://my-bloggayed.blogspot.com/2012/07/cedera-jringan-lunak.html)



c. Cedera Remuk Terjadi akibat himpitan gaya yang amat besar yang dapat menyebabkanremuk pada jaringan tulang dan kehancuan jaringan bawah kulit lainnya. Cederaremuk dapat berupa luka terbuka maupun luka tertutup. Untuk Penanganan cedera remuk : ▪



Gunakan bidai untuk menjaga bagian yang remuk.







Rujuk ke fasilitas kesehatan.



2.3 Klasifikasi Cedera Ekstremitas 1. Patah Tulang Patah tulang adalah terputusnya jaringan tulang baik seluruhnya atau hanya sebagian saja. Patah tulang terbagi menjadi 2 jenis yaitu : a. Patah Tulang Tertutup Tidak ada luka, permukaan kulit masih utuh sehinga bagian tulang yang patah tidak berhubungan dengan udara.



Gambar 2.6 Patah Tulang Tertutup (sumber : https://123dok.com/document/y4ee820q-makalah-fraktur-femur-.html)



b. Patah Tulang Terbuka Ada luka di permukaan kulit atas/dekat dengan bagian yang patah rusah sehingga bagian tulang yang patah kontak dengan udara. Patah tulang terbuka memerlukan pertolongan yang lebih cepat karena adanya resiko terjadinya pendarahan dan kemungkinan terjadinya infeksi lebih besar karena terpapar denga lingkungan.



Gambar 2.7 Patah Tulang Terbuka (Sumber : http://eprints.umbjm.ac.id/197/3/BAB%202.pdf)



2. Sprain Sprain (keseleo) adalah sobeknya ligament pada bagian sendi. Sprai ringan mungkin membengkan tetapi penyembuhannya cepat. Sedangkan keseleo berat dapat melibatkan patah tulag atau dislokasi tulang pada sendi seperti pergelangan, lutut dan jari.



Gambar 2.8 Sprain (Sumber : Boy Scouts of American Red Cross)



2.1 Gejala Sprain ▪



Nyeri lokal (saat menggerakan sendi)







Pembengkakan akibat inflamasi







Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan sekitarnya



3. Strain Strain adalah tarikan atau robeknya otot maupun tendon. Strain sering disebebkan oleh kegiatan mengangkat sesuatu yang berat. Strain biasanya melibatkan otot leher, punggung dan paha. 3.1 Gejala Strain ▪



Pembengkakan







Luka terbuka akibat cidera







Kejang otot







Nyeri saat istirahat







Memar atau kemerahan



Gambar 2.9 Strain (Sumber : https://www.mountsinai.org/health-library/injury/strains)



4. Dislokasi Dislokasi adaiah jenis cedera yang sangat sakit Ini mudah dikenali karena perbedaan dengan anatomi normal manusia. Kebanyakan daridislokasi tidak berbahaya tetapi harus diperhatikan ada/tidaknya komplikasi patah tulang.



Jadi penting dilakukan PMS jika berusaha untuk meluruskan extremity yang cedera dengan menariknya, maka gunakan tarikan/usaha yang tidak lebih dari 10 pound. Tetapi penanganan terbaikadalah dengan membidai atau membalut dengan posisi yang nyaman menurut penderita sampai dibawa ke sarana kesehatan.



Gambar 2.10 Dislokasi (Sumber : Boy Scouts of American Red Cross)



2.4 Penutup Luka 1. Penutup Luka ▪



Menutupi seluruh permukaan luka.







Relatif bersih.







Jangan menggunakan bahan atau bagian dari bahan yang dapat tertinggal pada luka (tisue, kapas).







Berfungsi



untuk



mengendalikan



perdarahan,



mencegah



kontaminasi,mempercepat penyembuhan, dan mengurangi rasa nyeri 2. Penutup Luka Oklusif (Kedap) ▪



Bahan kedap air dan udara yang dipakai pada luka untuk mencegah keluarmasuknya udara dan menjaga kelembaban organ dalam



2.5 Pembalut Luka Pembalut adalah bagian yang digunakan untuk mempertahankan penutupluka. Bahan pembalut dibuat dari bermacam materi kain. Macam-macam pembalutan : ▪



Pembalutan segitiga pada kepala, kening.







Pembalutan segitiga untuk ujung tangan atau kaki.







Pembungkus segitiga untuk membuat gendungan tangan.







Membalut telapak tangan dengan pembalut dasi.







Pembalutan spiral pada tangan.



Gambar 2.11 Cara Pembalutan (Sumber:http://inspirasipathfinder.blogspot.com/2012/05/teknikmembalut.html)



2.6 Perawatan pada Luka-Luka Lainnya 1. Perawatan Luka Terbuka ▪



Pastikan daerah luka terlihat.







Bersihkan daerah sekitar luka.







Kontrol perdarahan bila ada.







Cegah kontaminasi lanjut







Beri penutup luka dan balut.







Baringkan penderita bila kehilangan banyak darah dan luka cukup parah.







Tenangkan penderita







Rujuk ke fasilitas kesehatan.



2.Perawatan Luka Tertutup ▪



Khusus untuk memar yang ringan dapat dilakukan pertolongan sebagai berikut:







Berikan kompres dingin.







Balut tekan.







Istirahatkan anggota gerak.







Bila terjadi pada alat gerak, maka tinggikan lebih tinggi dari jantung untuk mengurangi pembengkakan.



Atau Dengan akronim R I C E R = Rest (istirahatkan bagian luka) I = Ice (beri es/ kompres dingin) C = Comprestion (balut penekan) E = Elevasi (tinggikan)



3. Perawatan Luka dengan Benda Asing Menancap ▪



Stabilkan benda yang menancap secara manual







Jangan dicabut.







Bagian yang luka dibuka sehingga terlihat dengan jelas.







Stabilkan benda asing tersebut dengan menggunakan penutup luka tebal.







Jaga pasien tetap istirahat dan tenang.







Rujuk ke fasilitas kesehatan.



4. Cedera Kulit Kepala Dalam melakukan perawatan pada cedera kulit kepala penolong harusmengenali dengan baik keadaan yang sedang dihadapinya terutama berhubungan dengan ada tidaknya patah tulang tengkorak yang menyertai luka pada daerah tersebut. Hal yang harus mendapat perhatian adalah bila penolong mencurigai terjadinya patah tulang tengkorak adalah : ▪



Jangan coba bersihkan kulit kepala.







Jangan gunakan tekanan langsung.Perawatan luka kulit kepala :







Kendalikan pendarahan dengan penekanan langsung pada luka dan beri penutup luka.







Pasang pembalut.







Tinggikan, bila tak ada patah tulang tengkorak, cedera tulang belakang ataudada.







Curigai juga kemungkinan terjadinya cedera spinal.



BAB 3 METODE PERCOBAAN



3.1 Peralatan Yang Digunakan Dalam melakukan percobaan ini peralatan yang dibutuhkan antara lain: 1. Stetoskop 2. Tensimeter 3. Termometer badan 4. Stopwatch (stopwatch hp) 5. Senter kecil 6. Bidai 7. Mitela



3.2 Langkah Percobaan 3.2.1



Penilaian Keadaan Penolong harus melakukan pengamatan pada lokasi kejadian. Hal



utama yang perlu diperhatikan yaitu keadaan saat ini, kemungkinan yang bisa terjadi, dan cara mengatasinya. 3.2.2



Penilaian Dini Di tahap ini penolong harus menenali dan mengatasi keadaan yang



mengancam nyawa penderita dengan tepat, cepat dan sederhana. Langkahlangkah penilaian dini : 1. Kesan Umum Identifikasi kasus apa yang dihadapi, apakah kasus trauma atau medis. 2.



Memeriksa Respon



Pada langkah ini untuk mengetahui berat atau ringannya gangguan pasda otak penderita. Ada empat tingkatan respon (ASNT), yaitu : a.



Awas



b.



Suara



c.



Nyeri



d.



Tidak respon



3. Memeriksa peredaran darah (circulation), jalan nafas (airway) dan pernafasan (breathing). CIRCULATION Pada langkah ini penolong menilai apakah jantung dapat bekerja dengan baik atau tidak, serta untuk melihat ada/tidaknya peredaran darah adalah a. Penderita respon baik Periksa nadi radial (pergelangan tangan), brakial (bagian dalam lengan) dan karotis (leher) untuk melihat ada/tidaknya kerja jantung. b. Penderita tidak respon Periksa nadi seperti pada penderita respon baik. Jika tidak ada nadi maka lakukan RJP/CPR. AIRWAY a. Penderita dengan respon Memastikan jalan nafas dengan memperhatikan ada tidaknya suara atau gangguan bicara. b. Penderita dengan tidak respon 1. Tekan dahi penderita 2.Angkat dagu penderita (kecuali kalau dicurigai cedera tulang belakang dan tulang leher)



BREATHING Untuk mengetahui ada/tidaknya nafas pada penderita, dapat dilakukan dengan Teknik LDR (Lihat, Dengar, Rasakan) •



Lihat naik turunnya dada penderita







Dengar ada / tidaknya hembusan dan tarikan nafas







Rasakan ada/tidaknya hembusan nafas



Jika penderita tidak ada nafas maka perlu resusitasi jantung paru (RJP)/CPR.



3.2.3 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik merupakan pemeriksaa seluruh anggota badan penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut s/d ujung kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan pengelihattan (inspeksi), perabaan (palpasi) dan pendengaran (aukultasi). Pada penderita trauma harus dicari : i.



Perubahan bentuk (P)



ii.



Luka terbuka (L)



iii.



Nyeri tekan (N)



iv.



Bengkak (B)



H. Pengukuran Tanda Vital 1. Denyut nadi : 2. Frekuensi nafas : 3. Suhu badan : Tekanan darah Sistolik : Diastolik :



3.2.4 Riwayat Penderita Mencari tahu riwayat penderita dilakukan saat atau setelah korban sadar (jika pingsan). Tahap ini dilakukan dengan cara wawancara dimana pertanyaannya meliputi KOMPAK (Keluhan utama, Obatobatan yang dikonsumsi, Makanan atau minuman yang terakhir dikonsumsi, penyakit yang diderita, alergi yang diderita, kejadian). 1. K = Keluhan Utama (gejala dan tanda) Gejala adalah hal – hal yang dapat dirasakan penderita. Tanda adalah hal-hal yang diamati oleh orang lain, baik dilihat, didengar maupun diraba. Gunakan pertanyaan yang terbuka untuk mewawancarai korban. 2. O = Obat – obatan yang diminum Tanyakan apakah pada saat ini penderita sedang menjalani suatu pengobatan. Mungkin gangguan yang dialami adalah akibat lupa minum atau menelan obat tertentu. Ini sering menjadi petunjuk dalam menghadapi kasus medis.



3. M = makanan / minuman terakhir Informasi dari makanan/minuman yang terkahir diminum bermanfaat dalam menangani kasus keracunan yang terjadi pada saluran pencernaan. 4. P = Penyakit yang diderita Kasus yang dialami korban mungkin berhubungan dengan riwayat penyakit yang dideritanya sehingga sangat penting untuk menanyakan hal ini. 5. A = alergi yang dialami Alergi terhadap bahan-bahan tertentu juga bisa menjadi kemungkinan kasus yang dialami korban 6. K = Kejadian Pertanyaan ini dapat membantu menentukan apakah suatu kasus yang kita hadapi murni trauma atau medis atau gabungan dari keduanya.



3.2.5 Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan berkala wajib dilakukan penolong agar tidak terjadi adanya luka atau gangguan yang terlewat serta mengetahui jika terjadi perkembangan pada tubuh korban.



3.2.6 Pelaporan Pelaporan dilakukan secara singkat dan tepat dari penolong pertama pada penolong selanjutnya agar memudahkan dalam penanganan selanjutnya. Dalam laporan sebaiknya dicantumkan: 1. Umur dan jenis kelamin penderita



2.



Keluhan utama



3.



Tingkat respon



4.



Keadaan jalan napas



5.



Pernapasan



6.



Sirkulasi



7.



Pemeriksaan fisik yang penting



8.



Wawancara yang penting



9.



Penatalaksanaan



10.



Perkembangan lain yang dianggap penting



BAB 4 ANALISA DAN PEMBAHASAN



4.1 Studi Kasus Seorang pekerja di sebuah konstruksi kapal Bernama Dono pada hari Senin, 15 April 2021 mengalami kecelakaan kerja akibat terjatuh dari bangunan kapal yang sedang ia kerjakan. Sore itu setelah selesai bekerja, Dono hendak berkeliling untuk mengecek pekerjaannya dengan teman teman pada hari itu. Ia ingin melihat bagian atas kapal sambil berjalan mundur. Begitu seriusnya ia memperhatikan hingga tak sadar ia telah berada di tepi bangunan kapal. Dono pun terjatuh dari ketinggian 2,5 meter denga posisi tangan kanan mendarat terlebih dahulu. Naasnya ia jatuh diatas potongan besi yang digunakan untuk membangun kapal. Dono masih dalam keadaan sadar Ketika ditolong namun memiliki luka tusuk di tangan kanan, memar pada betis kiri, patah tulang terbuka di paha kanan dan dislokasi pada bahu kiri.



4.2 Hasil Praktikum 4.2.1 Penilaian Keadaan Ketika kecelakaan terjadi, penolong berusaha mengamankan diri dan keadaan terlebih dahulu. Penolong meminta orang-orang untuk tidak mengerumuni Dono. Setelah keadaan dipastikan aman, penolong segera



memberikan



pertolongan



pemeriksaan dini terlebih dahulu. 4.2.2 Penilaian Dini 1.



Kesan Umum



pertama



dengan



melakukan



Alasan : karena kasus murni disebabkan karena kecelakaan, bukan penyakit 2. Memeriksa Respon A



:



Awas



S



:



Suara



N



:



Nyeri



T



:



Tidak respon







Alasan : karena korban merespon dengan suara



3. Memeriksa CAB atau peredaran darah (circulation), jalan napas (airway), pernafasan (breathing)



Circulation Penderita respon baik Nadi penderita :



✔ Ada



Tidak



Kesimpulan : penderita tidak respon sehingga perlu dilakukan RJP Airway Penderita respon baik Jalan



nafas :



✔ Ada



Tidak



penderita Breathing Cara melihat ada/tidaknya nafas : •



Lihat naik turunnya dada penderita







Dengar ada / tidaknya hembusan dan tarikan nafas







Rasakan ada/tidaknya hembusan nafas



Nafas penderita :



✔ Ada



Tidak



4.3.2 Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan dengam memeriksa seluruh anggota badan penderita yang dilakukan berurutan mulai dari ujung rambut sampai dengan ujung kaki. Pemeriksaan fisik ini dilakukan dengan pengelihatan (inspeksi), perabaan (palpasi) dan pendengaran (aukultasi). Pada penderita trauma harus dicari: 1. Perubahan bentuk (P) 2. Luka terbuka (L) 3. Nyeri tekan (N) 4. Bengkak (B)



Gambaran Umum : ada perubahan bentuk dari luka tusuk di tangan kanan dan patah tulang terbuka di paha kanan. Bengkak dari dislokasi pada bahu kiri.



Gambaran umum : ada nyeri tekan dari memar pada betis kiri



Pengukuran Tanda Vital ▪



Denyut nadi : 65 kali/menit







Frekuensi napas : 19 kali/menit







Suhu badan : 37,6 °C







Tekanan darah : o Sistolik : 115 mmHg o Diastolik : 75 mmHg



Penanganan Luka a. Luka tusuk tangan kanan ▪



Membuat pembalut donat







Memasukkan pembalut donat ke benda yang menancap di tangan tanpa melakukan pencabutan







Membalut pembalut donat dengan pembalut gulung agar tidak mudah bergerak



b. Patah tulang terbuka paha kanan ▪



Memberikan cairan antiseptic pada luka







Menutuo luka terbuka dengan penutup luka steril







Membalut luka dengan mempertahankan penutup luka







Melakukan pembidaian : memasang bidai mengapit paha kanan lalu diikat pada paha kiri agar tidak mudah bergerak



c. Dislokasi bahu kiri ▪



Dipasang ransel verban.







Bagian yang patah diberi alas lebih dahulu.







Pembalut dipasang dari pundak kiri disilangkan melalui punggung ke ketiak kanan.







Dari ketiak kanan ke depan dan atas pundak kanan, dari pundak kanan disilangkan ke ketiak kiri, lalu ke pundak kanan, akhirnya diberi peniti/ diikat.



d. Memar betis kiri ▪



Rest : mengistirahatkan betis kiri







Ice : memberi kompres dingin pada betis kiri







Compression : tekan pada luka dengan kuat untuk membantu proses pemulihan pembuluh darah







4.2.4



Elevation : meninggikan betis kiri lebih tinggi daripada jantung



Riwayat Penderita 1. K = Keluhan Utama ▪



Saya merasakan rasa sakit dari luka tusuk di tangan kanan dan patah tulang terbuka di paha kanan. Bengkak dari dislokasi pada bahu kiri.



2. O = Obat yang dikonsumsi ▪



Tidak sedang dalam pengobatan apapun



3. M = Makanan ▪



Makanan yang terakhir dikonsumsi adalah nasi goreng dan teh hangat



4. P = Penyakit bawaan ▪



Tidak memiliki Riwayat penyakit



5. A = Alergi ▪



Tidak memiliki alergi apapun



6. K = Kronologi ▪



Tadi sore saya sedang melihat hasil pengerjaan kapal. Saya sangat serius berkeliling sambil berjalan mundur hingga tidak sadar berada di ujung. Saya kemudian terjatuh dari ketinggian 2,5 meter di atas potongan bahan bangunan kapal sehingga saya mendapati luka patah tulang terbuka, dislokasi, dan memar pada tangan dan kaki.



4.2.5



Pemeriksaan Berkala Pemeriksaan ulang dilakukan tiap 5-10 menit sekali secara teratur untuk memastikan tidak ada perkembangan atau luka penting yang tertinggal.



4.2.6



Pelaporan 1. Umur dan jenis kelamin penderita Umur



: 40 tahun



Jenis kelamin



: Laki-laki



2. Keluhan utama Luka cedera jaringan lunak dan ekstremitas pada tangan dan kaki 3. Tingkat respon Tingkat respon korban yaitu nyeri 4. Keadaan jalan napas Bebas dari sumbatan 5. Pernapasan Normal 6. Sirkulasi Denyut nadi normal 7. Pemeriksaan Fisik yang penting ▪



Denyut nadi : 65 kali/menit







Frekuensi napas : 19 kali/menit







Suhu badan : 37,6 °C







Tekanan darah : o Sistolik : 115 mmHg o Diastolik : 75 mmHg



8. Wawancara penting Pertanyaan



: Bagaimana kronologi kejadian?



Jawaban



: Tadi sore saya sedang melihat hasil pengerjaan kapal. Saya sangat serius berkeliling sambil



berjalan mundur hingga tidak sadar berada di ujung. Saya kemudian terjatuh dari ketinggian 2,5 meter di atas potongan bahan bangunan kapal sehingga saya mendapati luka patah tulang terbuka, dislokasi, dan memar pada tangan dan kaki. 9. Penatalaksanaan Pertolongan pertama pada korban dilakukan dengan mengamankan situasi disekitar lokasi kejadian agar penolong bisa leluasa. Korban mendapati 4 jenis luka yang ditangani dengan cara yang berbeda-beda. Luka tusuk dibalut dengan pembalut donat agar besi yang menusuk tidak banyak bergerak. Selanjutnya pembidaian patah tulang



terbuka pada paha



dilakukan dengan mengikat paha kanan dengan paha kiri. Dislokasi pada bahu juga di bidai dengan metode ransel verban. Luka memar pada betis ditangani dengan metode RICE (Rest, ice, compression dan elevation). Selanjutnya korban dibawa ke fasilitas Kesehatan terdekat. 10. Perkembangan Penting Tidak ada perkembangan penting selama kasus pertolongan pertama pada korban



BAB 5 KESIMPULAN



Pertolongan pertama dilakukan dengan Langkah sebagai berikut. 1. Penilaian keadaan 2. Penilaian dini, 3. Penilaian dini, terdiri dari kesan umum, pemeriksaan respon, dan pemeriksaan CAB (Circulation, Airway, Breathing). Pada kasus ini CAB korban normal sehingga tidak diperlukan RJP maupun bantuan nafas 4. Pemeriksaan fisik yang dilakukan mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki. Pemeriksaan dilakukan untuk melihat apakah ada PLNB (Perubahan bentuk, Luka terbuka, Nyeri, Bengkak) serta pemeriksaan vital. Pada kasus ini korban mengalami perubahan bentuk, luka terbuka dan bengkak pada tangan, kaki dan bahu 5. Riwayat penderita yang ditanyakan adalah KOMPAK (Keluhan utama, Obat yang diminum, Makanan/minuman terakhir dikonsumsi, Penyakit yang diderita, Alergi, dan Kejadian). Hal ini ditanyakan untuk memperbanyak data sehingga membantu penanganan selanjutnya untuk korban. 6. Pemeriksaan berkala tiap 5-10 menit dilakukan untuk memastikan tidak ada pemeriksaanyang tertinggal serta mengetahui jika terjadi perkembangan pada korban. 7. Pelaporan dilakukan secara tepat dan singkat.



DAFTAR PUSTAKA



Mediarti, Devi Dkk. 2012. Pengaruh Pemberian Kompres Dingin Terhadap Nyeri Pada Pasien Fraktur Ekstremitas Tertutup Di IGD RSMH Palembang Tahun2012. Palembang : Poltekkes Kemenkes Palembang Modul Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan. 2018. Santiasih, Indri. Surabaya :Politeknik Pertolongan Negeri Surabaya Riyadina, Woro. 2007. Kecelakaan Kerja Dan Cedera Yang Dialami Oleh Pekerja Industri Di Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta. Jakarta : Universitas Indonesia Potter, P.A, Perry, A.G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep,Proses, Dan Praktik.Edisi 4.Volume 2. Jakarta : EGC Santiasih, Indri, S.K.M. 2014. “Modul Praktikum Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan”. Politeknik Pekapalan Negri Surabaya Smeltzer., Bare. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Brunner And Suddarth Vol 2.Penerbit Buku Kedokteran. EGC. Jakarta.