11 0 740 KB
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM KOROSI PENENTUAN LAJU KOROSI
Oleh : Kelas 2B - D4 TKI / Kelompok 2 Auliyah Choirunnisa
1741420003
Aulia Sari Az Zahra
1741420064
Chrysan Hawa Nirwana
1741420009
Moch. Abdul Hakim
1741420086
Muhamad Andreyan Renaldo
1741420090
Rias Becik Sinawang
1741420054
JURUSAN TEKNIK KIMIA POLITEKNIK NEGERI MALANG 2018
2.1 Tujuan Percobaan : 1. Mahasiswa dapat memahami pengaruh lingkungan terhadap laju korosi
2.2 Dasar Teori
Laju korosi adalah kecepatan rambatan atau kecepatan penurunan kualitas bahan terhadap waktu. Dalam perhitungan laju korosi, satuan yang biasa digunakan adalah mm/th (standar internasional) atau mill/year (mpy, standar British). Tingkat ketahanan suatu material terhadap korosi umumnya memiliki niai laju korosi antara 1 – 200 mpy. Tabel di bawah ini adalah penggolongan tingkat ketahanan material berdasarkan laju korosinya (Fontana,1986).
Pengukuran laju korosi (corrosion rate) secara eksperimen dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu: • Metode pengukuran kehilangan berat • Metode elektrokimia (metode lafel dan polarisasi) • Metode perubahan tahanan listrik Pada metode pengukuran kehilangan berat, besarnya korosi dinyatakan sebagai besarnya kehilangan berat kupon logam yang diuji persatuan luas permukaan persatuan waktu. Secara sistematis dirumuskan sebagai berikut:
dimana : W = berat yang hilang (mg) D = density benda uji korosi (g/cm3) A = luas permukaan (in2) T = waktu, hour (jam) Banyak cara yang telah dilakukan untuk menjelaskan satuan laju korosi yang terjadi pada suatu material contohnya gram per inchi kuadrat per jam, persen pengurangan berat dan yang paling banyak dipergunakan adalah mills per year (mpy). Metode lain yang dapat dipergunakan untuk menentukan laju korosi logam adalah metode elektrokimia yang pada prinsipnya dengan cara menentukan besarnya arus korosi yang mengalir (ikor)dari sistem elektroda tersebut. Laju korosi dapat dihitung melalui arus korosi dengan menggunakan Hukum Faraday dengan ketentuan sebagai berikut: 1. banyaknya produk suatu reaksi dapat ditentukan oleh banyaknya muatan yang dipindahkan. 2. Berat produk reaksi berbanding lurus dengan arus listrik yang mengalir per satuan waktu yang dirumuskan sebagai berikut: W
BA i t n F
Dimana: W = Produk reaksi (gram) I = Besar arus yang mengalir (coloumb/ detik) t = Lama reaksi (detik) n = Banyaknya elektron yang menyertai reaksi F = Bilangan Faraday (96500 coloumd/ detik) BA= Berat atom
Jika BA/n menyatakan berat ekivalen (BE) dan W/t menyatakan laju reaksi (gram/detik) maka persamaan diatas dapat disederhanakan menjadi:
W BE i t 96500
2.3 Alat dan Bahan •Alat -
Jangka sorong
-
PH meter
-
Wadah plastik
-
Neraca Analitik
-
Spatula
-
Beaker glass 250 ml
• Bahan -
Larutan asam (NaCL)
-
Larutan basa (NaOH)
-
Air
-
Spesimen plat besi berbentuk kartu
(gram/ detik)
2.4 Skema kerja
Mengukur dimensi spesimen dengan mistar sorong
Mencuci dan mengeringkan spesimen. Mendinginkan, menimbang dan mencatat datanya
Menyiapkan wadah plastik bersih yng sudah diisi kapas kira-kira 1cm sebagai dasar •
Menetesi dengan larutan Asam
•
Menetesi dengan larutan Basa
•
Menetesi dengan aquades Mencatat waktu dan tanggal
Meletakkan spesimen di atas kapas dan tutup rapat dengan karet dan plastik
Menyimpan percobaan dan mekanjutkannya minggu selanjutnya
Mengambil spesimen, cuci bersih, keringkan, dan timbang
2.5 Data pengamatan
Awal pemaparan Tanggal:
Jam: 14.43
1
2,978
16-10-
2018
No P(cm)
Pengamatan
L (cm)
3,123
t (cm)
0,213
A(cm2)
21,199
pH
Netral
Jam: 13.43
Tanggal: 30-10-2018 Laju
Wo
Wt
T
(gr)
(gr)
(jam)
12,592
12,588
335
0,305
13,666
13,634
335
1,890
14,166
13,938
335
10,900
korosi (mpy)
(pH 7) 2
3,128
3,199
0,174
22,214
Basa (pH 14)
3
3,384
3,213
0,143
23,632
Asam (pH 1)
a) Netral (Ph 7) V=pxlxt = 2,978 cm x 3,123 cm x 0,213 cm = 1,980 𝑐𝑚3 m = Wo = 12,592 gram 𝑚 Ρ = 𝑉 12,592 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,980 𝑐𝑚3 = 6,359 g/𝑐𝑚3 A = 2 (pl + pt + lt) = 2 (2,978 x 3,123 + 2,978 x 0,213 + 3,123 x 0,213) = 21,199 𝑐𝑚2 W = Wo – Wt = 12,592 gram – 12,588 gram = 0,004 gram 𝐾𝑥𝑊 CR (mpy) = 𝐷𝑥𝐴𝑥𝑇 3,45 𝑥 106 𝑥 0,004 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 𝑔 6,359 3 𝑥 21,199 𝑐𝑚2 𝑥 335 𝑗𝑎𝑚 𝑐𝑚
= 0,305 (luar biasa)
b) Basa (pH 14) V=pxlxt = 3,128 cm x 3,199 cm x 0,174 cm = 1,741 𝑐𝑚3 m = Wo = 13,666 gram 𝑚 Ρ = 𝑉 13,666 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,741 𝑐𝑚3 = 7,849 g/𝑐𝑚3 A = 2 (pl + pt + lt) = 2 (3,128 x 3,199 + 3,128 x 0,174 + 3,199 x 0,174) = 22,214 𝑐𝑚2 W = Wo – Wt = 13,666 gram – 13,634 gram = 0,032 gram 𝐾𝑥𝑊 CR (mpy) = 𝐷𝑥𝐴𝑥𝑇 3,45 𝑥 106 𝑥 0,032 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 𝑔 7,849 3 𝑥 22,214 𝑐𝑚2 𝑥 335 𝑗𝑎𝑚 𝑐𝑚
= 1,890 (baik sekali) c) Asam (pH 1) V=pxlxt = 3,384 cm x 3,213 cm x 0,143 cm = 1,554 𝑐𝑚3 m = Wo = 14,166 gram 𝑚 Ρ = 𝑉 14,166 𝑔𝑟𝑎𝑚 = 1,554 𝑐𝑚3 = 9,115 g/𝑐𝑚3 A = 2 (pl + pt + lt) = 2 (3,384 x 3,213 + 3,384 x 0,143 + 3,213 x 0,143) = 23,632 𝑐𝑚2 W = Wo – Wt = 14,166 gram – 13,938 gram = 0,228 gram 𝐾𝑥𝑊 CR (mpy) = 𝐷𝑥𝐴𝑥𝑇
=
3,45 𝑥 106 𝑥 0,228 𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑔 𝑐𝑚3
9,115
𝑥 23,632 𝑐𝑚2 𝑥 335 𝑗𝑎𝑚
= 10,900 (baik)
Lampiran CR (mpy)
W K D AT
CR = laju korosi (mpy) W = berat yang hilang (g) D = density benda uji korosi (g/cm3) A = luas permukaan (cm2) T = waktu, hour (jam) K = konstanta faktor
2.7 Kesimpulan
1. Pengaruh lingkungan terhadap spesimen logam sangat berperngaruh. Apabila spesimen diletakkan dalam lingkungan yang dingin maka proses laju korosi menjadi sangat lambat dan apabila dalam keadaan panas maka juga memperlambat korosi. 2. pH juga sangat mempengaruhi dalam laju korosi a). Untuk logam keadaan netral (pH 7) dengan CR (mpy) 0,305 memiliki sifat ketahanan korosi yang sangat luar biasa karena nilai mpy < 1 b). Untuk logam keadaan basa (pH 14) dengan CR (mpy) 1,890 memiliki sifat ketahanan korosi yang baik sekali karena nilai mpy antara 1-5 c). Untuk logam keadaan asam (pH 1) dengan CR (mpy) 10,900 memiliki sifat yang baik karena nilai mpy antara 5-20
2.8 Daftar pustaka
M, Imam Budiman. 2013. “Laporan Laju Korosi Dan Pengendaliannya” https://mimanbud.wordpress.com/2013/05/28/laju-korosi/.
Diakses
pada
6
november 2018
Yusuf, Sofyan; 2008; Laju korosi pipa baja karbon A106 sebagai fungsi temperatur dan konsentrasi NaCl pada fluida yang tersaturasi gas CO2; Universitas Indonesia
Pattireuw, Kevin j.; 2013; analisis laju korosi pada baja karbon dengan menggunakan air laut dan H2SO4; Universitas Sam Ratulangi; Manado