Laporan Ronde Kelompok Bu Deka Fix [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN KASUS RONDE KEPERAWATAN (RPK) MANAJEMEN KEPERAWATAN



DI SUSUN OLEH:



1. Ajeng Rindani Putri, S.Kep



(21220001)



2. Arina Ayunani, S.Kep



(21220073)



3. Amalia Dwi Yanti, S.Kep



(21220002)



4. Ayu Febryani, S.Kep



(21220008)



5. Cindy Fatriada Suci, S.Kep



(21220012)



6. Cindy Nurfitriani, S.Kep



(21220011)



7. Hikmah Pujiarti, S.Kep



(21220022)



8. Ila Afriliyana , S.Kep



(21220024)



9. Icha Kristina, S.Kep



(21220023)



Dosen Pembimbing : Ayu Dekawaty, S.Kep., Ns., M.Kep



INSTITUT KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH PALEMBANG PROGRAM PROFESI NERS TAHUN 2020-2021



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Managemen adalah proses bekerja melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan secara professional. Disini dituntut tugas manajer keperawatan untuk merencanakan, mengorganisir, memimpin dan mengevaluasi sarana dan prasarana yang tersedia untuk memberikan asuhan keperawatan seefektif dan seefisien mungkin bagi individu, keluarga, dan masyarakat (Gillies, 1996) Salah satu strategi untuk mengoptimalkan peran dan fungsi perawat dalam pelayanan keperatan adalah pembenahan manajemen keperawatan karena dengan adanya factor kelola yang optimal diharapkan mampu menjadi wahana peningkatan keefektifan pembagian pelayanan keperawatan sekaligus lebih menjamin kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan. Pelayanan  keperawatan  pada klien secara profesional dapat membantu klien dalam mengatasi masalah keperawatan yang  dihadapi klien. Salah satu bentuk pelayanan keperawatan yang profesional tersebut dengan memperhatikan seluruh keluhan yang dirasakan klien kemudian mendiskusikannya dengan tim  keperawatan



untuk



merencanakan



pemecahan



masalahnya.



Pelayanan



keperawatan yang perlu dikembangkan untuk mencapai hal tersebut adalah dengan ronde keperawatan. Ronde keperawatan adalah kegiatan untuk mengatasi keperawatan klien yang dilaksanakan oleh perawat dengan melibatkan pasien untuk membahas dan melaksanakan asuhan keperawatan, yang dilkukan oleh perawat primer dan atau konsuler, kepala ruang, dan perawat pelaksana, serta melibatkan seluruh anggota tim. Dimana ronde keperawatan merupakan sarana bagi perawat baik perawat primer maupun perawat assosiate untuk membahas masalah keperawatan yang terjadi pada klien yang melibatkan klien dan seluruh tim keperawatan termasuk konsultan  keperawatan. Salah satu tujuan dari kegiatan ronde keperawatan adalah meningkatkan kepuasan klien terhadap pelayanan keperawatan.



Ancaman atau kebutuhan yang tidak terpenuhi mengakibatkan seseorang stress berat yang membuat orang marah bahkan kehilangan kontrol kesadaran diri, misalnya : memaki-maki orang disekitarnya, membanting–banting barang, mencederai diri sendiri dan orang lain, bahkan membakar rumah, mobil dan sepeda motor. World health organization (WHO) Global Campaign for Violence Prevention tahun 2003, menginformasikan bahwa 1,6 juta penduduk dunia kehilangan hidupnya karena tindak kekerasan dan penyebab utama kematian pada mereka yang berusi antara 15 hingga 44 tahun. Sementara itu, jutan anak-anak di dunia dianiaya dan ditelantarkan oleh orangtua mereka atau yang seharusnya mengasuh mereka. Terjadi 57.000 kematian karena tindak kekerasan terhadap anak di bawah usia 15 tahun pada tahun 2000, dan anak berusia 0-4 tahun lebih dari dua kali lebih banyak dari anak berusia 5-14 tahun yang mengalami kematian. Terdapat 46% lansia mengalami penganiayaandi rumah. Defisir kapasitas mental tau retardasi mental 34%, disfungsi mental misalnya kecemasan, depresi, dan sebagainya 16,2%, sedang disintegrasi mental atau psikosis 5,8%. (Hamid, 2009) Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Bila perasaan marah diekspresikan dengan perilaku agresif dan menantang, biasanya dilakukan individu karena merasa kuat. Cara demikian dapat menimbulkan kemarahan yang berkepanjangan dan menimbulkan tingkah laku yang destruktif, sehingga menimbulkan perilaku kekerasan yang ditujukan pada orang lain maupun lingkungan dan bahkan akan merusak diri sendiri. Respon melawan dan menentang merupakan respon yang maladaptif, yang timbul sebagai akibat dari kegagalan sehingga menimbulkan frustasi. Hal ini akan memicu individu menjadi pasif dan melarikan diri atau respon melawan dan menentang. Perilaku kekerasan yang ditampakkan dimulai dari yang rendah sampai tinggi, yaitu agresif yang memperlihatkan permusuhan keras dan menuntut, mendekati orang lain dengan ancaman, memberikan kata-kata ancaman tanpa niat melukai sampai pada perilaku kekerasan atau gaduh gelisah. Perawat harus mampu memutuskan tindakan yang tepat dan segera, terutama jika klien berada pada fase amuk. Kemampuan perawat berkomunikasi



secara terapeutik dan membina hubungan saling percaya sangat diperlukan dalam penanganan klien marah pada semua fase amuk / perilaku kekerasan. Dengan dasar ini perawat akan mempunyai kesempatan untuk menurunkan emosi dan perilaku amuk agar klien mampu merubah perilaku marah yang destruktif menjadi perilaku marah yang konstruktif. Berdasarkan uraian diatas, kami akan melakukan Ronde keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan”. B. Tujuan 1. Tujuan Umum Setelah dilakukan ronde keperawatan masalah keperawatan yang di alami klien dapat teratasi 2. Tujuan Khusus Setelah dilakukan ronde keperawatan, perawat mampu : a. Berfikir kritis dan sistematis dalam pemecahan masalah keperawatan klien b. Memberikan tindakan yang berorientasi pada masalah keperawatan klien c. Menilai hasil kerja d. Melaksanakan asuhan keperawatan secara menyeluruh C. Manfaat 1. Bagi perawat a. Terciptanya komunitas perawatan yang professional b. Terjalin kerjasama antar TIM c. Perawat dapat melaksanakan model asuhan keperawatan yang tepat dan benar 2. Bagi pasien a. Masalah pasien dapat teratasi b. Kebutuhan pasien dapat terpenuhi



D. Tahap ronde keperawatan 1. Pra ronde (persiapan)  Penetapan kasus minimal 1 hari sebelum waktu pelaksanaan ronde  Pemberian informed consent kepada klien / keluarga 2. Tahap pelaksana  Penjelasan tentang klien oleh perawat primer/ketua tim yang difokuskan pada masalah keperawatan dan rencana tindakan yang akan atau telah dilaksanakan dan memilih prioritas yang perlu didiskusikan  Diskusi antar anggota tim tentang kasus tersebut  Pemberian justifikasi oleh perawat primer/ perawat konselor/ kepala ruangan tentang masalah klien serta rencana tindakan yang akan dilakukan.  Tindakan keperawatan pada masalah prioritas yang telah dan yang akan ditetapkan. 3. Tahap pasca ronde  Mendiskusikan hasil temuan dan tindakan pada klien tersebut serta menetapkan tindakan yang perlu dilakukan



BAB II RENCANA STRATEGIS RONDE KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PERILAKU KEKERASAN A. Topik



: Askep dengan pasien RPK



Seorang perempuan (Ny. M) berusia 35 tahun dirawat di Ruang B RSJ A. Ny. M adalah pasien baru di RSJ. Ny. M dibawa oleh keluarganya ke RSJ karena mengamuk, memukul tetangganya dengan kayu, dan keluyuran di kampung tanpa menggunakan busana. Ny. M adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Ny. M telah menikah dan belum memiliki anak. saat ini Ny. M masih tinggal bersama kedua orang tuanya. Meskipun telah memiliki suami, biasanya Ny. M masih meminta saran dari orang tua dalam setiap pengambilan keputusan. Hal itu terjadi karena suami Ny. M sangat tertutup dan jarang sekali mengajaknya mengobrol. Suami Ny. M bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK). Biasanya pergi bekerja beberapa bulan, kemudian baru kembali. Saat di rumah suami Ny. M tidak pernah memperlakukannya sebagai istri. Seringkali Ny. M dipukuli oleh suaminya apabila ada kesalahan yang dilakukan. Ny. M sering mengurung diri di dalam kamar dan akhirnya marah dan memukul tetangganya karena merasa dilecehkan. Hal ini telah terjadi selama 3 bulan terakhir. Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit yang sama dengan yang dirasakan Ny. M. Ny. M menyukai semua anggota tubuhnya dan sangat menyukai rambutnya yang Panjang. Ia merasa dirinya cantik dan tidak ada yang kurang dalam dirinya. Sebelum sakit, Ny. M aktif mengikuti kegiatan di kampungnya, namun semenjak sakit Ny. M lebih senang mengurung diri di kamar. Sebelum sakit Ny. M sangat memperhatikan penampilannya, namun saat sakit Ny. M lebih acuh dan tak perduli pada penampilannya. Saat diajak bicara Ny. M lebih banyak melotot dan berteriak dengan nada suara yang tinggi, tidak perduli dengan lingkungan sekitar, dan sesekali tampak membentak teman seruangannya yang sering mengganggu. Ny. M tampak lebih sering mondar mandir di ruangannya. Saat ini pasien tahu sedang dirawat di RSJ dan mengatakan ingin segera pulang ke rumah karena sudah bosan. Data pengkajian fisik: TD: 130/90 mmHg, RR: 20 x/menit, HR: 68 X/menit, T: 37,2oC. B. Sasaran



: Ny.M / 33 thn



C. Peserta



: - Mahasiswa Ners angkatan XV Institusi ilu kesehatan dan teknologi muhammadiyah palembang - Pembimbing klinik - Keluarga pasien



- Pasien D. Waktu



: 30 menit



E. Hari/ tanggal : Selasa, 12 Januari 2021 F. Tujuan 1. Tujuan umum : Menyelesaikan masalah-masalah keperawatan klien yang belum teratasi 2. Tujuan khusus: a. Tim keperawatan mampu menggali masalah-masalah klien yang belum teratasi b. Mampu mengemukakan alasan ilmiah terhadap masalah keperawatan klien c. Mampu merumuskan intervensi keperawatan yang tepat mengenai masalah klien d. Mampu mendesiminasikan tindakan yang tepat sesuai dengan masalah klien e. Mampu mengadakan justifikasi terhadap rencana dan tindakan keperawatan yang dilakukan. G. Sasaran : 



Nama



: Ny.M







Umur



: 33 Thn







Pekerjaan : -



H. Materi : 



Konsep dasar RPK (Resiko Prilaku Kekerasan)







Asuhan keperawatan klien dengan RPK (Resiko Prilaku Kekerasan)



I. Pelaksanaan : 



Hari/tanggal : Selasa, 12 Jan. 21



J. Tempat K. Metode : 



Ceramah







Diskusi



L. Media :



: Ruang B RSJ A







Makalah







Leaflet







Lembar Balik



M.Tim ronde : 



Karu Interna Amalia Dwi Yanty







Perawat Ajeng







Mahasiswa Ners IkesT Muhammadiyah Palembang



N. Proses ronde keperawatan : -



-



Pra ronde : 



Menentukan kasus dan topik







Menentukan tim ronde







Membuat informed consent







Mencari literatur







Diskusi



Ronde : 



Diskusi







Melakukan



SP



1



Membina



hubungan



saling



percaya,



mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan gejala yang dirasakan , mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama ( Latih nafas dalam) -



Pasca ronde : 



Evaluasi pelaksanaan ronde







Revisi dan perbaikan



Mekanisme Kegiatan No. Waktu 1. 5 menit



Kegiatan Pembukaan:



Pemeran Mahasiswa 1



Pasien Mendengarkan



2.



Memberi salam Menyampaikan tujuan



Mahasiswa 2



Pasien dan



10 menit



ronde keperawatan



keluarga



Penyajian masalah :



mendengarkan



Menyampaikan masalah yang sudah terselesaikan 3.



5 menit



Menentukan masalah



Ketua Tim



yang belum 4. 5.



5 menit



terselesaikan Implementasi



5 menit



sudah dilakukan Mengajarkan kepada



yang



Ketua Tim Mahasiswa



keluarga pasien tentang diskusi dan Tanya jawab. Penutup : -



Ucapan terima kasih



-



Memberi salam.



Evaluasi : 



Bagaimana koordinasi persiapan dan pelaksanaan ronde keperawatan







Bagaimana peran pelaksana saat ronde keperawatan







Membuat umpan balik yang sudah dikerjakan



BAB III



TINJAUAN PUSTAKA RPK (Resiko Perilaku Kekerasan) 1.



KONSEP MEDIS A. Definisi Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri mauapun orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011). Risiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol (yosep,2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah (Depkes,2007) . Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku



kekerasan yaitu



ungkapan perasaan marah yang



mengakibatkan hilangnya control diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang kain maupun lingkungan. B. Etiologi Menurut Direja (2011) faktor-faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan pada pasien gangguan jiwa antara lain 1. Faktor Predisposisi a. Faktor psikologis 1) Terdapat asumsi bahwa seseorang untuk mencapai suatu



tujuan



mengalami



hambatan



akan



timbul



dorongan agresif yang memotivasi perilaku kekerasan.



2) Berdasarkan penggunaan mekanisme koping individu dan masa kecil yang tidak menyenangkan. 3) Rasa frustasi. 4) Adanya kekerasan dalam rumah, keluarga, atau lingkungan. 5) Teori psikoanalitik, teori ini menjelaskan bahwa tidak terpenuhinya



kepuasan



dan



rasa



aman



dapat



mengakibatkan tidak berkembangnya ego dan membuat konsep diri yang rendah. Agresi dan kekerasan dapat memberikan



kekuatan



dan



prestise



yang



dapat



meningkatkan citra diri serta memberikan arti dalam kehidupannya. Teori lainnya berasumsi bahwa perilaku agresif dan tindak kekerasan merupakan pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaannya dan rendahnya harga diri pelaku tindak kekerasan. 6) Teori pembelajaran, perilaku kekerasan merupakan perilaku yang dipelajari, individu yang memiliki pengaruh biologik dipengaruhi oleh contoh peran eksternal



dibandingkan



anak-anak



tanpa



faktor



predisposisi biologik. b. Faktor sosial budaya Seseorang akan berespons terhadap peningkatan emosionalnya secara agresif sesuai dengan respons yang dipelajarinya. Sesuai dengan teori menurut Bandura bahwa agresif tidak berbeda dengan respon-respon yang lain. Faktor ini dapat dipelajari melalui observasi atau imitasi, dan semakin sering mendapatkan penguatan maka semakin besar kemungkinan terjadi. Budaya juga dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat membantu mendefinisikan ekspresi marah yang dapat diterima dan yang tidak dapat diterima.



Kontrol



masyarakat



yang



rendah



dan



kecenderungan menerima perilaku kekerasan sebagai cara penyelesaiannya masalah perilaku kekerasan merupakan faktor predisposisi terjadinya perilaku kekerasan. c. Faktor biologis Berdasarkan hasil penelitian pada hewan, adanya stimulus elektris ringan pada hipotalamus (pada sistem limbik) ternyata menimbulkan perilaku agresif, dimana jika terjadi kerusakan fungsi limbik (untuk emosi dan perilaku), lobus frontal (untuk pemikiran rasional), dan lobus temporal (untuk interpretasi indra penciuman dan memori) akan menimbulkan mata terbuka lebar, pupil berdilatasi, dan hendak menyerang objek yang ada di sekitarnya. Selain itu berdasarkan teori biologik, ada beberapa hal yang dapat mempengaruhi seseorang melakukan perilaku kekerasan, yaitu sebagai berikut: 1. Pengaruh neurofisiologik, beragam komponen sistem neurologis mempunyai implikasi dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem



limbik



sangat



terlibat



dalam



menstimulasi timbulnya perilaku bermusuhan dan respon agresif. 2. Pengaruh biokimia, menurut Goldstein dalam Townsend (1996) menyatakan bahwa berbagai neurotransmitter



(epinefrin,



norepinefrin,



dopamine, asetilkolin, dan serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Peningkatan hormon androgen dan norepinefrin serta penurunan serotonin dan GABA (6 dan 7) pada cairan serebrospinal merupakan faktor predisposisi penting yang



menyebabkan timbulnya perilaku agresif pada seseorang. 3. Pengaruh genetik, menurut penelitian perilaku agresif sangat erat kaitannya dengan genetik termasuk genetik tipe kariotipe XYY, yang umumnya dimiliki oleh penghuni penjara tindak kriminal (narapidana) 4. Gangguan



otak,



berhubungan



sindrom



dengan



otak



berbagai



organik gangguan



serebral, tumor otak (khususnya pada limbik dan lobus



temporal)



trauma



otak,



apenyakit



ensefalitis, epilepsi (epilepsi lobus temporal) terbukti berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan. 2. Faktor Presipitasi Secara umum seseorang akan marah jika dirinya merasa terancam, baik berupa injury secara fisik, psikis, atau ancaman konsep diri. Beberapa faktor pencetus perilaku kekerasan adalah sebagai berikut. a. Klien Kelemahan fisik, keputusasaan, ketidakberdayaan, kehidupan yang penuh dengan agresif, dan masa lalu yang tidak menyenangkan. b. Interaksi Penghinaan, kekerasan, kehilangan orang yang berarti, konflik, merasa terancam baik internal dari permasalahan diri klien sendiri maupun eksternal dari lingkungan. c. Lingkungan Panas, padat, dan bising. Menurut Shives (1998) dalam Fitria (2009), hal-hal yang dapat menimbulkan perilaku kekerasan atau penganiayaan antara lain sebagai berikut. 1. Kesulitan kondisi sosial ekonomi.



2. Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu. 3. Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuannya dalam menempatkan diri sebagai orang yang dewasa. 4. Pelaku mungkin mempunyai riwayat antisosial seperti penyalahgunaan obat dan alkohol serta tidak mampu mengontrol emosi pada saat menghadapi rasa frustasi. 5. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,



perubahan



tahap



perkembangan,



atau



perubahan tahap perkembangan keluarga. C. Tanda dan Gejala Menurut yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan: 1. Muka merah dan tegang. 2. Mata melotot atau pandangan tajam. 3. Tangan mengepal . 4. Rahang mengatup. 5. Wajah memerah dan tegang. 6. Postur tubuh kaku. 7. Jalan mondar-mandir D. Rentan Respon



Klien mampu Klien mengungkap kan



menapai



rasa tujuan



gagal Klien merasa Klien tidak



dapat mengekspresik



mengungkap



Perasaan marah



an secara fisik, bermusuha



dan n



marah tanpa kepuasan saat kan



tapi



menyalahkan



terkontrol,



orang



marah



lain tidak



dan perasaannya,



masih yang kuat dan



dapat tidak berdaya mendorong



dan



menemukan



memberikan



alternatifnya.



dn menyerah.



kelegaan



orang dengan



hilang kontrol disertai amuk, lain merusak lingkungan



ancaman



Gambar Rentang Respon Marah 1. Respon Adaptif Menurut Mukripah Damaiyanti (2012), respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain, individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif adalah sebagai berikut : a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan b. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan c. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari pengalaman d. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran e. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan



2. Respon Maladaptif Menurut Mukripah Damaiyanti (2012), respon Maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang bertentangan dengan norma



agama dan masyarakat. Respon maladaptis adalah sebagai berikut : a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan sosial b. Perilaku kekerasan merupakan status rentang emosi dan ungkapan kemarahan yang dimanifestasiakn dalam bentuk fisik c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan status yang timbul dari hati d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur. E. Akibat Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan. F. Pohon Masalah Resiko perilaku kekerasan Perilku kekerasan HDR – Isolasi Sosial – Halusinasi



Effect Case Peoblem Causa



Koping Individu Tidak Efektif Faktor Predisposisi dan Prespitasi G. Masalah Keperawatan yang Perlu Dikaji 1. Resiko mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan Ds : -



Klien mengatakan benci/ kesal kepada seseorang



-



Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusik jiwa sedang kesal/ marah



-



Riwayat perilaku kekerasa/ gangguan



-



Mata, wajah agak merah



-



Nada suara tinggi dan keras bicara menguasai bertiak/



Do :



menjerit -



Ekspresi marah saat mebicara seseorang



-



Merusak dan melempar barang-barang



2. Perilak kekerasan amuk Ds : -



Klien mengatakan benci / kesal pada seseorang.



-



Klien suka membentuk dan membentak orang yang mengusiknya



-



Riwayat perilaku kekerasan



-



Nada suara tinggi dan keras agak menguasai



-



Merusak dan melempar barang



Do:



3. Gangguan harga diri rendah Ds : -



Klien mengatakan tidak mampu/tidak bisa



-



Klien tampak lebih suka sendiri



Do :



H. Diagnosa Keperawatan Resiko Perilaku Kekerasasan



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN Diagnosa



Rencana Tindakan keperawatan Kriteria hasil intervensi



Tujuan



keperawatan Resiko



TUM :



Perilaku



Klien dapat mengontrol



Kekersasan



atau



mengendalikan



perilaku kekerasan TUK 1 : Klien



Rasional



dapat



Setelah 3x interaksi klien Bina hubungan saling percaya Kepercayaan



membina menunjukkan



hubungan saling percaya



tanda-tanda dengan



percaya pada perawat 



Ekspresi



wajah







Menunjukkan



verbal



maupun







Perkenalkan nama lengkap,







Ada kontak mata



nama panggilan dan tujuan







Mau menyebutkan nama



perawat berkenalan







Mau berdampingan perawat



duduk dengan







memudahkan dan



dalam tindakan



non keperawatan kepada pasein.



verbal



rasa



senang



akan



Sapa pasien dengan ramah pendekatan baik



pasien



prinsip merupakan hal yang mutlak serta



komunikasi teraupetik



bersahabat 



menggunakan



dari



Tanyakan nama lengkap dan panggilan yag disukai klien



Bersedia mengungkapkan







Masalah yang dihadapi



 Ekspresi pasien Setelah 3x interaksi pasien Bantu



TUK 2 : Klien







dapat



penyebab







perilaku yang dilakukan.  Menceritakan baik



dari



diri



sendiri



maupun lingkungan.



mengidentifikasi tanda PK



Motivasi



yang



pasien



dimiliki



untuk menghadapi



menceritakan penyebab rasa sebagai



penyebab



perasaan jengkel/ marah



Pasen



mengungkapkan Menentukan makanisme koping



mngenal menceritakan penyebab PK perasaan marahnya



kekersan yang dilakukan



TUK 3 :



pasien



pasien



dalam



masalah



serta



langkah



dalam



menyusun streategi berikunya



kesal/jengkel 



Dengarkan tanpa menyela.







Memberi



penilaian



setiap



perasaan klien Stelah 3x interaksi pasien Bantu pasien mengungkapkan Deteksi dini sehingga dapat dapat menceritakan



tanda-tanda tanda-tanda PK yang dialami 



tanda- saat PK  Tanda



sosial



bermusuh



perasaan



emosiaonal marah



dan berbicara kasar



jengkel



pasien



menceritakan



yang dialami terjadi PK  Tanda



Motivasi



kondisi



mencegah tindakan yang dapat



untuk membahayakan pasien dengan fisik lingkungan sekitar.



saat berperilaku 



Motivasi pasien menceritakan kondis emosional saat terjadi PK



 Tanda fisik mata merah







dan tangan mengepal



Movasi pasien menceritakan hubungan dengan orang lain saat terjadi PK



TUK 4 : Pasien



Setelah 3x interaksi pasien Diskusikan dapat menjelaskan :



mengidentifikasi PK yang







pernah dilakukan



apakah



dengan Melihat



tindakan tersebut masalah yang pasien



Jenis ekspresi kemarahn dialami yang



selama



mekanisme dalam



koping



menyelesaikan



masalah yang dihadapi.



ini



dilakukan 



Perasaan saat melakukan kekerasakan







Efektivitas



cara dalam



menyelesaikan masalah TUK 5 :



Setelah 3x interaksi pasien Diskusikan dengan pasien akibat Membantu



Pasien



dapat menjelaskan



mengidentifikasi



akibat tindakannya



perilaku kekerasan



akibat negatif yang dilakukan kepada : 



diri sendiri







Diri sendiri







orang lain







Orang lain







lingkungan



pasien



melihat



dampak yang ditimbulkan akibat pk yang dilakukan pasien.



 Lingkungan Setelah 3x interaksi pasien Diskusikan dengan pasien :



TUK 6 : Pasein mengidentifikasi kontruktif



Menurunkan perilaku destruktif



dapat menjelaskan cara yang sehat  apakah pasien mau mepelajari yang cara untuk dalam kemarahan



mengucapkan kemarahan



mengucapkan



mecederai



cara baru untuk mengucaokan lingkungan sekitar. marah yang sehat  jelaskan alternatif pilihan untuk mengungkapkan Baik



secara



maupun sosial.



kemarahan. fisik,



verbal



pasien



dan



STRATEGI PELAKSANAAN (SP) REISKO PERILAKU KEKERASAN Tindakan Keperawatan Untuk Psien Sp 1. Pasien 1. Identifikasi penyebab, tanda dan gejala PK 2. Jelaskan cara mengontrol PK: Fisik, Obat, Verbal, Spiritual. 3. Latihan cara mengontrol PK secara



Tindakan Keperawatan pada Keluarga Sp 1 Keluarga 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dlam merawat pasien 2. Jelaskan pengertian dan tanda gejala, proses



terjadinya



PK



(gunakan



Booklet).



fisik: Tarik nafas dalam dan pukul



3. Jelaskan cara merawat PK.



kasur bantal



4. Latih satu cara merawat PK dengan



4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik



melakukan kegiatan fisik: Tarik nafas dalam dan pukul kasur bantal. 5. Anjurkan



Sp 2. Pasien 1. Evaluasi latihan fisik dan beri pujian. 2. Latih cara mengontrol PK dengan obat ( jelaskan 6 benar: jenis, guna,



membantu



pasien



sesuai



jadwal dan memberi pujian Sp 2. Keluarga 1. Evaluasi



kegiatan



keluarga



dalam



merawat/melatih pasien secara fisik dan beri pujian.



dosis, frekuensi, cara, kontinuitas



2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat.



minum obat).



3. Latihan cara memberikan/ membimbing



3. Msaukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat. Sp 3. Pasien 1. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik.



minum obat. 4. Anjurkan



membantu



pasien



sesuai



keluarga



dalam



jadwal dan beri pujian. Sp 3. Keluarga 1. Evaluasi



kegiatan



merawat/ melatih pasien fisik dan



2. Latihan mengungkapkan rasa marah



memberikan obat kemudian beri pujian.



secara verbal : menolak dengan aik,



2. Latih cara membimbing : cara berbicara



meminta dengan baik, mengucapkan perasaan dengan baik. 3. Memasukan pada jadwal kegiatan



yang baik. 3. Latih



cara



spiritual.



membimbing



kegiatan



untuk latihan fisik, minum obat dan verbal. Sp 4. Pasien 1.



Evaluasi hasil latihan mengontol PK



4. Anjurkan



membantu



pasien



sesuai



keluarga



dalam



jadwak dan beri pujian Sp 4. Keluarga 1. Evaluasi



kagiatan



secara fisik, sosial? Verbal: Beri



merawat/melatih



pasien



fisik



pujian.



memberikan obat, laih berbicara yang



2.



Latih sholat dan berdoa



baik dan kegiatan spiritual kemudian



3.



Buat jadwal sholat dan berdoa.



beri pujian. 2. Jelaskan Follow up ke RSJ/PKM, tanda kambuh rujukan. 3. Anjurkan



membantu



pasien



sesuai



keluarga



dalam



jadwal dan beri pujian. Sp 5. Pasien 1.



2.



Evaluasi jadwal kegiatan harian



Sp 5. Keluarga 1. Evaluasi



kegiatan



pasien untuk mencegah marah yang



merawat/melatih



pasien



fisik,



sudah dilatih.



memberikan obat, cara berbicara yang



Latih pasien minum obat teratur



baik dan kegiatan spiritual dan follow



dengan prinsip 6 benar



up. Kemudian beri pujian. 2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien. 3. Nilai kmampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM.



2. KONSEP KEPERAWATAN



FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA



RUANGAN RAWAT



:B



TANGGAL DIRAWAT



: 11 Januari 2021



I. IDENTITAS KLIEN



Inisial



:Ny.



M



Umur



:33 Tahun



Informan



:Keluarga



(P)



Tanggal



Pengkajian



:12



RM No.



Januari



2021



:00xxx



II. ALASAN MASUK Ny. M dibawa oleh keluarganya ke RSJ karena mengamuk, memukul tetangganya dengan kayu, dan keluyuran di kampung tanpa menggunakan busana. III. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya 2. Pengobatan sebelumnya.



Berhasil



3.



Pelaku/Usia Aniaya fisik



Aniaya seksual







Tidak







kurang berhasil Korban/Usia



Saksi/Usia



tidak berhasil



Penolakan







Kekerasan dalam keluarga Tindakan kriminal



Jelaskan No. 1, 2, 3 : 1. Keluarga mengatakan pasien tidak pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya 2. tidak ada pengobatan sebelumnya 3. - Aniaya Fisik: Pasien memukul tetangganya dengan kayu - Aniaya Seksual: tidak ada - Penolakan: tidak ada - Kekerasan dalam Keluarga: Ny. M dipukuli oleh suaminya apabila ada kesalahan yang dilakukan - Tindakan Kriminal: tidak ada



Masalah Keperawatan : Perilaku Kekerasan



4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya



Hubungan keluarga Tidak ada



Gejala tidak ada



Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan



Tidak







Riwayat pengobatan/perawaran tidak ada



5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan Tidak ada pengalaman di masa lalu yang tidak menyenangkan Masalah Keperawatan: tidak ada masalah keperawatan 1. Tanda vital



: TD : 130/90 mmHg N :80 x/mnt S : 37,2 ºC RR : 20 x/mnt HR : 28 x/menit



2. Ukur



: TB : 150 BB : 50 √



3. Keluhan fisik



:



Jelaskan



: pasien mengatakan tidak ada keluhan fisik



Masalah keperawatan



Ya



Tidak



: tidak ada masalah keperawatan



V. PSIKOSOSIAL 1. Genogram



Keteranga : Laki-Laki : Perempuan : Meninggal : Orang yang Tinggal Serumah : Pasien



Jelaskan



: Ny. M anak bungsu dari 5 bersaudara. Ny. M telah menikah dan belum memiliki anak. saat ini Ny. M masih tinggal bersama kedua orang tuanya



Masalah Keperawatan



: Tidak ada masalah keperawatan



2. Konsep diri a Gambaran dir



: Ny. M menyukai semua anggota tubuhnya dan sangat menyukai rambutnya yang Panjang. Ia merasa dirinya cantik dan tidak ada yang kurang dalam dirinya.



b. Identitas



c. Peran



: Identitas pasien menikah



: Peran pasien sebagai anak dan istri di rumah dan bekerja sebagai Anak Buah Kapal (ABK).



d. Ideal diri



: Pasien tidak menghiraukan penyakitnya lagi.



e. Harga diri



: Semenjak sakit Ny. M lebih senang mengurung diri di kamar



Masalah Keperawatan



: Isolasi Sosial



3. Hubungan Sosial a. Orang yang berarti : Orang Tuanya b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : Sebelum sakit, Ny. M aktif mengikuti kegiatan di kampungnya



c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : pasien mengatakan tidak ada hambatan dalam berhubungan dengan orang lain



4. Spiritual a. Nilai dan keyakinan : pasien beragama katolik b. Kegiatan ibadah



: pasien mengatakan tidak pernah ke gereja tidak pernah berdoa.



Masalah Keperawatan: Tidak ada Masalah keperawatan



VI. STATUS MENTAL



1. Penampilan Tidak rapi



Penggunaan pakaian







tidak sesuai Jelaskan



Cara berpakaian tidak seperti



Rapi



biasanya



: Sebelum sakit Ny. M sangat memperhatikan penampilannya, namun saat sakit Ny. M lebih



acuh dan tak perduli pada penampilannya. Masalah Keperawatan :tidak ada masalah keperawatan



2. Pembicaraan Cepat







Apatis



Keras



Gagap



Inkoheren



Lambat Membisu



Tidak mampu memulai pembicaraan



Jelaskan : Saat diajak bicara Ny. M lebih banyak melotot dan berteriak dengan nada suara yang tinggi, tidak perduli dengan lingkungan sekitar, dan sesekali tampak membentak teman seruangannya yang sering mengganggu. Masalah Keperawan : Preilaku Kekerasan 3. Aktivitas Motorik:



√ Lesu



Tegang



Gelisah



Agitasi



Tik



Grimasen



Tremor



Kompulsif



Jelaskan : Ny. M tampak lebih sering mondar mandir di ruangannya Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan



4. Alam perasaaan √



Sedih



Ketakutan Putus asa



Khawatir



Gembira berlebihan



Jelaskan : Saat ini pasien tahu sedang dirawat di RSJ dan mengatakan ingin segera pulang ke rumah karena sudah bosan. Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan



5. Afek Datar







Tumpul



Labil



Tidak sesuai



Jelaskan :pasien tidak mengikuti suasana yang ada saat suasana yang mengembirakan pasien tidak ada respon Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan



6. lnteraksi selama wawancara







bermusuhan



Tidak kooperatif



Mudah tersinggung



Kontak mata (-)



Defensif



Curiga



Jelaskan : Saat diajak bicara Ny. M lebih banyak melotot dan berteriak dengan nada suara yang tinggi, tidak perduli dengan lingkungan sekitar Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan



7. Persepsi



Pendengaran



Penglihatan



Pengecapan



Penghidu



Perabaan



Jelaskan : pasien tidak ada halusinasi apapun Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan



8. Proses Pikir sirkumtansial



tangensial



kehilangan asosiasi



flight of idea



blocking



pengulangan pembicaraan/persevarasi



Jelaskan : pasien ,mampu mengungkapkan apa yang dipikirkan Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan



9. Isi Pikir



Obsesi



Fobia



Hipokondria



depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis



Waham



Agama



Somatik



Kebesaran



Nihilistic



sisip pikir



Siar pikir



Jelaskan :Tidak ada gangguan isi pikir



Curiga



Kontrol pikir



Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan



10. Tingkat kesadaran bingung



sedasi



stupor



Disorientasi



waktu



tempat



orang



Jelaskan : pasien tidak disorientasi waktu,tempat dan orang Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah Keperawatan



11. Memori



Gangguan daya ingat jangka panjang



gangguan daya ingat jangka pendek



gangguan daya ingat saat ini



konfabulasi



Jelaskan : pasien tidak mengalami gangguan daya ingat Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan



12. Tingkat konsentrasi dan berhitung



√ mudah beralih



tidak mampu konsentrasi



Jelaskan : pasien mudah teralih dari topik satu ke topik yang lain Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan



13. Kemampuan penilaian



Gangguan ringan



gangguan bermakna



Jelaskan : pasien mengatakan setelah mandi baru makan Masalah Keperawatan :



Tidak mampu berhitung sederhana



14. Daya tilik diri



mengingkari penyakit yang diderita



menyalahkan hal-hal diluar dirinya



Jelaskan : pasien tidak menghiraukan penyakitnya lagi Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan VII. Kebutuhan Persiapan Pulang



1. Makan -



Bantuan minimal



Bantuan total



2. BAB/BAK -



Bantuan minimal



Bantual total



Jelaskan : pasien makan 3x sehari dengan lauk dan sayur, klien bisa makan dan BAB/BAK secara mandiri tanpa bantuan orang lain Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan 3. Mandi -



Bantuan minimal



Bantuan total



4. Berpakaian/berhias



Bantuan minimal



Bantual total



5. Istirahat dan tidur Tidur siang lama



: 13.00 s/d 14.30



Tidur malam lama : 21.00 s/d 05.00



-



Kegiatan sebelum / sesudah tidur:



6. Penggunaan obat -



Bantuan minimal



Bantual total



7. Pemeliharaan Kesehatan



-



Perawatan lanjutan



Perawatan pendukung



Ya



-



Ya



tidak



tidak



8. Kegiatan di dalam rumah -



Mempersiapkan makanan



Menjaga kerapihan rumah



-



-



Mencuci pakaian



Pengaturan keuangan



Ya



Ya



tidak



Ya



tidak



Ya



tidak



tidak



9. Kegiatan di luar rumah



Belanja



Transportasi



Lain-lain



-



-



Ya



tidak



Ya



tidak



Ya



tidak



Jelaskan : tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan



VIII. Mekanisme Koping



Adaptif



Bicara dengan orang lain



Maladaptif



Minum alkohol



Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih



Teknik relaksasi



bekerja berlebihan



√ Aktivitas konstruktif



menghindar



√ Olahraga



mencederai diri/orang lain



Lainnya _______________



lainnya : __________________



Masalah Keperawatan : Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan



IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:



Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik klien mengatakan keluarga mendukung terutama orang tua



Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik Tidak ada masalah dengan lingkungan



Masalah dengan pendidikan, spesifik Klien mengatakan hanya lulusan SMA



Masalah dengan pekerjaan, spesifik Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pekerjaannya.



Masalah dengan perumahan, spesifik Klien tinggal bersama orang tua dan suaminya.



Masalah ekonomi, spesifik Klien mengatakan yang menanggung dihupnya suami



Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik Klien mengatakan jika sakit berobat ke puskesmas



Masalah lainnya, spesifik



Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan



X. Pengetahuan Kurang Tentang: Penyakit jiwa



system pendukung



Faktor presipitasi



penyakit fisik



Koping



obat-obatan



Lainnya : tidak ada Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan



Analisa Data Data



MASALAH



DS:



Perilaku kekerasan



-



Ny. M dibawa oleh keluarganya ke RSJ karena mengamuk, memukul tetangganya dengan kayu, dan keluyuran di kampung tanpa menggunakan busana.



Do: -



Saat diajak bicara Ny. M lebih banyak melotot dan berteriak dengan nada suara yang



tinggi,



tidak



perduli



dengan



membentak



teman



lingkungan sekitar. -



sesekali



tampak



seruangannya yang sering mengganggu -



Ny. M tampak lebih sering mondar mandir di ruangannya



DS:



Isolasi Sosial -



Ny. M sering mengurung diri di dalam kamar dan akhirnya marah dan memukul tetangganya karena merasa dilecehkan



DO:



-



Pasien tidak menghiraukan penyakitnya lagi.



XI. Aspek Medik



Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid Terapi



XII



Medik : -



Daftar Diagnosa Keperaawatan



Pohon masalah Resiko Mencederai Diri Sendiri, Orang Lain dan Lingkungan



Resiko Perilaku Kekerasan



Isolasi Sosial Diagnosa Keperawatan : 1. Resiko Perilaku Kekerasan 2. Isolasi Sosial



RENCANA TINDAKAN KEPERAWATA KLIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN (RPK) Nama klien : Ny.M No. RM



Dx Medis : Skizofrenia Paranoid



: 00xxx



Diagnosa



Rencana Tindakan keperawatan



Keperawatan



Tujuan



Perilaku Kekersasan



-



TUM : Klien



DS:



Kriteria hasil



dapat



mengontrol Ny.



M



dibawa mengendalikan



oleh keluarganya perilaku kekerasan ke



RSJ



karena



mengamuk, memukul tetangganya dengan kayu, dan keluyuran



di



kampung



tanpa



menggunakan busana. Do: -



Saat diajak bicara



atau



Intervensi



Rasional



Ny.



M



banyak dan



lebih melotot berteriak



dengan nada suara yang tinggi, tidak perduli



dengan



lingkungan sekitar. -



sesekali tampak membentak teman seruangannya yang



sering



mengganggu -



Ny.



M



tampak



lebih



sering



mondar mandir di ruangannya TUK 1 :



Setelah



Klien dapat membina klien hubungan percaya



3x interaksi



menunjukkan percaya



saling tanda-tanda



percaya menggunakan



pada perawat 



Ekspresi



wajah



Menunjukkan rasa senang







Sapa



prinsip yang mutlak serta akan



pasien



dengan ramah baik verbal non verbal



dari



dengan pasien merupakan hal



komunikasi teraupetik



bersahabat 



Bina hubungan saling Kepercayaan



maupun



memudahkan pendekatan



dalam dan



tindakan keperawatan kepada pasein.







Ada kontak mata







Mau menyebutkan



lengkap,



nama



panggilan







Mau







dan perawat



berken alan



berdampingan 



nama



tujuan



duduk



dengan perawat



Perkenalkan nama







Tanyakan



nama



Bersedia



lengkap



dan



mengungkapkan



panggilan



yag



Masalah



disukai klien



yang



dihadapi TUK 2 :



 Ekspresi pasien Setelah 3x interaksi



Klien dapat mengenal pasien penyebab kekersan dilakukan



Bantu



pasien Menentukan



menceritakan mengungkapkan



perilaku penyebab



PK



makanisme



yang perasaan marahnya 



yang dilakukan.  Menceritakan



yang dimiliki pasien



pasien dalam



Motivasi



koping



menghadapi



untuk



masalah serta sebagai



penyebab perasaan



menceritakan



langkah



jengkel/ marah baik



penyebab



dari



kesal/jengkel



diri



sendiri



maupun lingkungan.







rasa menyusun



Dengarkan



dalam streategi



berikunya tanpa



menyela. 



Memberi penilaian setiap



TUK 3 :



Stelah



3x



klien interaksi Bantu



perasaan pasien Deteksi dini sehingga



Pasen



dapat pasien



menceritakan mengungkapkan tanda- dapat



mengidentifikasi



tanda-tanda saat PK



tanda PK yang dialami



tanda-tanda PK



 Tanda







sosial



bermusuh



yang



dialami terjadi PK  Tanda



dan







berbicara kasar  Tanda



pasien membahayakan pasien



Motivasi untuk



dengan



menceritakan



sekitar.



lingkungan



berperilaku



marah



jengkel



tindakan yang dapat



kondisi fisik saat



emosiaonal



perasaan



mencegah



Motivasi



pasien



menceritakan kondis emosional



fisik mata



saat terjadi PK



merah dan tangan 



mengepal



Movasi



pasien



menceritakan hubungan dengan orang



lain



saat



terjadi PK



TUK 4 : Pasien mengidentifikasi



Setelah



3x interaksi



dapat pasien menjelaskan : PK







yang pernah dilakukan



Jenis kemarahn selama



dengan



Perasaan



apakah Melihat



mekanisme



tindakan koping pasien dalam



ekspresi tersebut masalah yang menyelesaikan yang dialami dapat teratasi ini



dilakukan 



Diskusikan



saat



masalah dihadapi.



yang



melakukan kekerasakan 



Efektivitas



cara



dalam menyelesaikan masalah



TUK 5 :



Setelah



Pasien



3x interaksi



dapat pasien



Diskusikan



dengan Membantu



pasien



menjelaskan pasien akibat negatif melihat dampak yang



mengidentifikasi



akibat tindakannya



yang dilakukan kepada ditimbulkan akibat pk



akibat







Diri sendiri



:







Orang lain







diri sendiri







lingkungan







orang lain



perilaku



kekerasan



TUK 6 : Pasein mengidentifikasi kontruktif mengucapkan kemarahan



Setelah



3x interaksi



dapat pasien



yang dilakukan pasien.



 lingkungan Diskusikan dengan Menurunkan



menjelaskan pasien :



destruktif



perilaku yang



cara cara yang sehat untuk  apakah pasien mau mecederai pasien dan dalam mengucapkan kemarahan



mepelajari cara baru lingkungan sekitar. untuk mengucaokan marah yang sehat  jelaskan pilihan



alternatif untuk



mengungkapkan kemarahan.



Baik



secara fisik, verbal



maupun sosial.



IMPLEMENTASI DAN EVALUASI TINDAKAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA



Nama Klien



: Tn, M.B



RM No.



: 00xxx



Diagnosa Perilaku Kekerasan



Tanggal/ Waktu 12 Januari 2021 Pkl 08.00 WIB



Pkl 09.00 WIB



DX Medis



: Skizofrenia Paranoid



Implementasi Evaluasi Tindakan Keperawatan 1. Membina Hubungan Saling Percaya dengan komunikasi terapeutik 2. Mengidentifikasi tanda dan gejala PK 3. Memvalidasi masalah dan melatih cara mengontrol PK 4. Melatih pasien cara mengontrol PK dengan cara minum obat.



S: -



Klien bisa menyebutkan umur, nama. Pasien mengatakan tidak membentak teman seruangan. pasien mengatakan jika ada rasa jengkel kepada orang menarik nafas dalam.



O:



Pkl 09.30 WIB



-



Pkl 10.30 WIB



-



-



Klien dapat merespon setiap perkataan perawat. Saat wawancara pasien masih banyak melotot dan berteriak dengan nada suara yang tinggi. Ny. M tampak lebih sering mondar mandir di ruangannya.



A: Resiko Perilaku kekerasan BHSP belum sepenuhnya terbina



P: Intervensi dilanjutkan Perawat:



- Membangun BHSP klien -



13 Januari 2021 Pkl 08.00 WIB



Pkl 09.00 WIB



Pkl 09.30 WIB



1. Membina Hubungan S: Saling Percaya 2. Mengidentifikasi penyebab marah dan kesal klien 3. Mengajukan cara ,mengendalikan marah dengan latihan fisik 1 (tarik nafas dalam) 4. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk O: latihan berkenalan -



Pkl 10.30 WIB



Klien dapat mengindentifi penyebab marah dan cara mengedlikannya)



Klien mengatakan sudah menggunakan latihan fisik yang diajarkan dalam mengontrol marahnya. Klien mengatakan lebih lega setelah mengetahuai cara mengontrol marahnya



Klien sedikit tampak lebih tenang dan tidak berbicara dengan nada tinggi dan mata melotot muali berkurang Klien dapat mempraktikkan latihan fisik 1 (tarik nafas dalam) yang diajarkan



A: Masalah Perilaku Kekerasan -



BHSP mulai terjalin Klien belajar latihan fisik dan mempraktekan latihan fisik (tarik napas dalam)



P: Intervensi dilanjutkan Perawat: -



Evaluasi latihan fisik (nafas dalam) Klien: -



Ajarkan latihan fisik 2 (pukul kasur bantal)



BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan Saat



pemberian



penerapan



terapi



kognitif



akan



diuraikan



permasalahan yang terjadi dalam kasus serta perbandingan antara teori dengan kenyataan pada saat melakukan asuhan keperawatan, untuk memudahkan pemahaman pada kasus ini diperlukan asuhan keperawatan yang



dimulai



dari



:



pengkajian,



diagnosa



keperawatan,



intervensi



keperawatan, implementasi, dan evaluasi keperawatan. Hasil pengkajian yang dilakukan pada tanggal 12 Januari 2021 dengan diagnosa : Resiko Perilaku Kekerasan. 1. Pengkajan Pada saat pengkajian diperoleh : Data Subyektif : -



Ny. M dibawa oleh keluarganya ke RSJ karena mengamuk, memukul tetangganya dengan kayu, dan keluyuran di kampung tanpa menggunakan busana



-



Ny. M sering mengurung diri di dalam kamar dan akhirnya marah dan memukul tetangganya karena merasa dilecehkan.



Data Obyektif : -



Saat diajak bicara Ny. M lebih banyak melotot dan berteriak dengan nada suara yang tinggi, tidak perduli dengan lingkungan sekitar



-



Sesekali tampak membentak teman seruangannya yang sering mengganggu, Ny. M tampak lebih sering mondar mandir di ruangannya



-



Pasien tidak menghiraukan penyakitnya lagi.



Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) adalah Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan yang dirasakan sebagai ancaman (Kartika Sari, 2015). Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri mauapun orang lain, disertai amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Farida & Yudi, 2011). Risiko perilaku kekerasan atau agresif adalah perilaku yang menyertai marah dan merupakan dorongan untuk bertindak dalam bentuk destruktif dan masih terkontrol (Yosep, 2007). Resiko mencederai diri yaitu suatu kegiatan yang dapat menimbulkan kematian baik secara langsung maupun tidak langsung yang sebenarnya dapat dicegah (Depkes, 2007). Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku kekerasan yaitu ungkapan perasaan marah yang mengakibatkan hilangnya control diri dimana individu bisa berperilaku menyerang atau melakukan suatu tindakan yang dapat membahayakan diri sendiri, orang kain maupun lingkungan. Menurut Yosep (2010) perawat dapat mengidentifikasi dan mengobservasi tanda dan gejala perilaku kekerasan : muka merah dan tegang, mata melotot atau pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, postur tubuh kaku, jalan mondarmandir. Teori ini sesuai dengan tanda dan gejala yang dialami oleh klien Ny.M pada kasus. 2. Diagnosa Keperawatan Diagnosa Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) diangkat sebagai prioritas diagnosa pertama karena dalam pengkajian pada tanggal 12 Januari 2021 didapatkan data–data yang menunjukkan tanda–tanda klien mengalami Resiko Perilaku Kekerasan (RPK). Data–data diatas tersebut data subyektif dan obyektif saat dilakukan pengkajian. Oleh sebab itu,



kami menarik diagnosa Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) sebagai diagnosa prioritas. Dan data yang diperoleh saat pengkajian maupun dari data empiris (teori), tidak terdapat perbedaan yang mencolok. Data Subyektif dan data Obyektif yang diperoleh saat pengkajian sudah memenuhi batasan karakteristik dari Kartika Sari (2015), Farida & Yudi (2011), Yosep (2007), dan Yosep (2010). 3. Rencana Tindakan Rencana tindakan keperawatan yang tepat untuk mengatasi Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) akan lebih efektif dan meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya, Pasien mampu mengontrol emosi. Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) pada klien dengan gangguan jiwa dapat dilakukan beberapa tindakan keperawatan salah satunya meliputi terapi spiritual dzikir dan mendengarkan ayat suci al-qur’an. Salah satu terapi spiritual dzikir dan mendengarkan ayat suci alqur’an yang dapat digunakan pada klien skizofrenia dengan Resiko Perilaku Kekerasan (RPK) adalah dengan terapi spiritual dzikir dan mendengarkan ayat suci al-qur’an. Penambahan terapi spiritual dzikir dan mendengarkan ayat suci al-qur’an dapat menurunkan depresi, kesedihan, memperoleh



ketenangan



jiwa



menunjukan



hasil



positif



bahwa



mendengarkan ayat suci Al-quran memiliki pengaruh yang signifikan dalam menurunkan ketegangan urat saraf reflektif (Yosep, 2009). Tujuan dari Asuhan Keperawatan dengan Terapi Kognitif pada klien dengan diagnosa keperawatan defisit perawatan diri yaitu tujuan umumnya adalah : klien dapat memelihara atau merawat kebersihan diri sendiri secara mandiri, sedangkan tujuan khususnya adalah : klien mampu melakukan tindakan perawatan, berupa mandi, berhias atau berdandan secara baik, pasien mampu melakukan kegiatan makan dengan baik, dan pasien mampu melakukan kegiatan toileting (BAK/BAB) dengan baik.



Dalam pemberian asuhan keperawatan, perawat juga tetap menggunakan strategi pelaksanaan (SP), SP 1, SP 2, SP 3, SP 4, SP 5. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Enawati, dkk (2019) dengan



judul



“Pengaruh



Pelaksanaan



Terapi



Spiritual



Terhadap



Kemampuan Pasien Mengontrol Perilaku Kekerasan”. Terapi spiritual adalah suatu terapi yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri klien terhadap kepercayaan yang dianutnya. Bentuk dari terapi spritual diantaranya adalah dzikir dan mendengarkan Al-Qur’an. Berzikir kepada Allah adalah ibadah sunnah yang teramat mulia. Dzikir adalah peringatan doa yang paling tinggi yang di dalamnya tersimpan berbagai keutamaan dan manfaat yang besar bagi hidup dan kehidupan kita. Bahkan kualitas kita di hadapan Allah sangat dipengaruhi oleh kualitas dzikir kita kepadaNya. Ada juga penelitian yang dilakukan oleh Laela, dkk (2015), dengan judul “Pengaruh terapi spiritual mendengarkan ayat suci alquran terhadap kemampuan mengontrol emosi pada pasien resiko perilaku kekerasan di RSJ Dr. Amino Gondohutomo”. Terapi spiritual adalah sebuah terapi dengan pendekatan terhadap kepercayaan yang dianut oleh pasien. 4. Implementasi dan Evaluasi Berdasarkan hal tersebutlah yang mendasari kami mengambil implementasi pada klien Resiko prilaku kekerasan yaitu strategi pelaksanaan (SP) dan terapi kognitif. Srategi pelaksanaan pada klien Resiko prilaku kekerasan mencakup : SP 1 yaitu membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab marah, tanda dan geala yang dirasakan,



perilaku



kekerasan



yang



dilakukan,



akibat



dan



cara



mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik pertama yaitu dengan latihan nafas dalam. SP 2 yaitu evaluasi jadwal harian, membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara pukul kasur dan bantal, menyusun jadwal kegiatan harian. SP 3 yaitu evaluasi jadwal harian, membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara



sosial/verbal yaitu latihan menolak dengan baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik), menuyusn jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal. SP 4 yaitu membantu klien latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara spiritual (diskusikan hasil latihan mengendalikan perilaku kekerasan secara fisik dan sosial/verbal, buat adwal latihan ibadah). SP 5 yaitu mambantu klien latihan mengendalikan PK dengan obat (bantu klien minum obat secara teratur dengan prinsip 5 benar obat : benar pasien, benar obat, benar cara minum oat, benar waktu, dan benar dosis obat).



BAB V PENUTUP



A.



Kesimpulan Perilaku kekerasan merupakan respon emosi yang timbul sebagai reaksi terhadap kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, ungkapan perasaan terhadap keadaan yang tidak menyenangkan (kecewa, keinginan tidak tercapai, tidak puas), serta perilaku kekerasan dapat dilakukan secara verbal, diarahkan pada diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. Perilaku kekerasan adalah hasil dari marah yang ekstrim (kemarahan) atau ketakutan (panik) sebagai respon terhadap perasaan terancam baik berupa ancaman serangan fisik atau konsep diri. Perasaan marah berfluktuasi sepanjang rentang adaptif dan maladaptif. Respon adaptif adalah respon individu dalam penyesuaian masalah yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan, sedangkan respon maladaptif, yaitu respon individu dalam penyelesaian masalah yang menyimpang dari norma-norma sosial dan budaya lingkungannya.



B.



Saran Perawat hendaknya menguasai asuhan keperawatan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan sehingga bisa membantu klien dan keluarga dalam mengatasi masalahnya. Kemampuan perawat dalam menangani  klien dengan masalah perilaku kekerasan meliputi keterampilan dalam pengkajian, diagnose, perencanaan, intervensi dan evaluasi. Salah satu contoh intervensi keperawatan yang dapat dilakukan pada klien dengan masalah perilaku kekerasan adalah dengan mengajarkan teknik napas dalam atau memukul kasur/bantal agar klien dapat meredam kemarahannya.



DAFTAR PUSTAKA Depkes, RI. 2007. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa. Magelang: RSJ Prof. Dr. Soeroyo Magelang Direja, A. H. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika Farida, K., & Yudi, H. 2011. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika. Fitria, N. 2010. Prinsip Dasar dan aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP). Jakarta: Salemba Medika. Keliat, D. B. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Sari, K. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: Trans Info MEdia. Yosep, I. 2007. Keperawatan Jiwa (Cetakan 1). Bandung: PT Refika Aditama.