LAPORAN SLF TERBARU (Pom Besar) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PEMERIKSAAN KELAIKAN BANGUNAN GEDUNG (SLF) UNTUK PEMENUHAN PERSAYARATAN PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG



SPBU PERTAMINA 34.462.07 CIHAURBEUTI Jln Raya Nasional III, Desa Sukasetia Kec. Cihaurbeuti, Kab Ciamis Provinsi Jawa Barat



PENYEDIA JASA KAJIAN TEKNIK BANGUNAN GEDUNG



KABUPATEN CIAMIS 2023



KATA PENGANTAR



Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya Laporan Pengkajian Teknis Bangunan Gedung Sertifikasi Laik Fungsi di SPBU Cihaurbeuti dapat terselesaikan. Tujuan dari penulisan laporan ini adalah salah satu persyaratan untuk memperoleh penerbitan Sertifikasi Laik Fungsi. Undang-undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung berikut peraturan pelaksanaannya, diamanatkan bahwa bangunan gedung yang telah selesai pelaksanaan konstruksi, perlu dilakukan kaji kelaikan bangunan. SPBU Cihaurbeuti selaku Pemilik dan pengelola bangunan yang berlokasi di Jln Raya Nasional III, Desa Sukasetia Kec. Cihaurbeuti, Kab Ciamis Provinsi Jawa Barat mengajukan dilakukannya pemeriksaan bangunan gedungnya dalam rangka pengurusan Sertifikat Laik Fungsi sebagai suatu kewajiban pemilik bangunan gedung, oleh sebab itu kami telah melayangkan surat jawaban ketersediaan dan saat ini kami telah melaksanakan pemeriksaan. Pemeriksaan dilakukan pada persyaratan tata bangunan gedung dan aspek keandalan bangunan yang meliputi aspek keselamatan, aspek kesehatan, aspek kenyamanan dan aspek kemudahan. Inspeksi ini dilakukan pemeriksaan pada beberapa bidang kajian. Laporan ini disusun sebagai bagian dari sistem pelaporan hasil pemeriksaan kelaikan bangunan yang merupakan produk akhir dari seluruh rangkaian pemeriksaan. Kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan



ini,



dan



bila



dalam



pelaksanaannya



masih



di



temui



kekurangankekurangan, kami senantiasa menunggu saran dan masukan yang membangun.



Tasikmalaya,2 Januari 2023



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR........................................................................................................ 3 BAGIAN 1 PENDAHULUAN. .............................................................................................. 1 1.1 Pendahuluan ............................................................................................................. 1 1.2 Maksud dan Tujuan ................................................................................................... 1 1.2.1 Maksud .............................................................................................................. 1 1.2.2 Tujuan ................................................................................................................ 1 1.3 Profil Bangunan ........................................................................................................ 1 1.4 Dasar Hukum ............................................................................................................ 2 1.5 Kegiatan yang Akan Dilaksanakan ........................................................................... 2 1.6 Batasan Kegiatan...................................................................................................... 4 1.7 Indikator Keluaran ..................................................................................................... 5 1.7.1 Indikator Keluaran (Kualitatif) ............................................................................. 5 1.7.2 Keluaran ( Kuantitatif ) ....................................................................................... 5 1.8 Sistematika Pembahasan ......................................................................................... 5 BAGIAN 2 TAHAPAN DAN METODE PEMERIKSAAN KELAIKAN GEDUNG .................. 6 2.1 Pemeriksaan Kelayakan Bangunan........................................................................... 6 2.2 Tahapan dalam pemeriksaan kelaikan bangunan gedung ....................................... 6 2.3 Pendekatan Arsitektur dan Kinerja Bangunan .......................................................... 6 2.3.1 Pendekatan Struktur ........................................................................................ 13 2.4 Metode yang dilakukan Dalam Pemerikasaan Kelaikan Bangunan ........................ 14 2.5 Tinjauan Umum Bangunan Gedung ........................................................................ 19 2.6 Pengertian Tentang Hal-Hal yang Berkaitan Dengan Keandalan Bangunan ......... 21 2.7 Penyelenggara Bangunan Gedung ......................................................................... 28 2.8 Tata Cara Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi ............................................................ 29 BAGIAN 3 HASIL PEMERIKSAAN DAN ANALISIS KELAIKAN BANGUNAN ................. 41 3.1 Pemeriksaan Tata Bangunan .................................................................................. 41 3.1.1 Peruntukan Bangungan Gedung ...................................................................... 41 3.1.2 Intensitas Bangunan Gedung ........................................................................... 44 3.1.3 Pengendalian Dampak Lingkungan ................................................................. 46 3.2 Pemeriksaan Keandalan Bangunan ....................................................................... 47 3.2.1 Keselamatan bangunan gedung; ..................................................................... 47 3.2.2 Kesehatan bangunan gedung; ........................................................................ 49 3.2.3 Kenyamanan bangunan gedung; .................................................................... 50 3.2.4 Kemudahan bangunan gedung. ...................................................................... 52 BAGIAN 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ............................................................. 53 4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 53 4.2 Rekomendasi .......................................................................................................... 85 Lampiran



1. Daftar Simak Pemeriksaan Kondisi Kelaikan Kondisi Bangunan Gedung



6 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Peruntukan Banaunan Gedung Sesuai Kondisi Faktual ................................... 41 Tabel 3.2 Intensitas Bangunan Gedung Tempat Praktek Bidan ....................................... 45 Tabel 3.3 Arsitektur Bangunan Gedung ........................................................................... 45 Tabel 3.4 Pengendafian Dampak Lingkungan ................................................................. 46 Tabel 3.5 Pengamatan Persyaratan Aspek Keselamataan Bangunan Gedung .............. 47 Tabel 3.6 Pengamatan Persyaratan Aspek Kesehatan Bangunan Gedung ..................... 49 Tabel 3.7 Kenyamanan bangunan gedung ...................................................................... 50 Tabel 4.1 Kesimpulan hasil analisis kondisi bangunan gedung ....................................... 53



BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan Bangunan gedung sebagai tempat manusia dalam melakukan kegiatannya, mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan watak, perwujudan produktivitas, serta jatidiri. Selain itu juga bangunan gedung berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, keagamaan, usaha, sosial budaya maupun kegiatan khusus. Dalam menjamin kelangsungan dan peningkatan kehidupan serta penghidupan penghuninya serta mewujudkan bangunan gedung yang fungsional, andal, serta seimbang, serasi, dan selaras dengan lingkungannya, perlu adanya suatu pengaturan yang menjamin kelayakan bangunan gedung, terlebih bangunan tersebut bersifat publik yang mana melibatkan banyak orang didalamnya, sehingga kelaikan fungsi gedung sangat penting untuk menghindari hal – hal yang tidak di inginkan.



1.2 Maksud dan Tujuan 1.2.1 Maksud Maksud kegiatan Pemeriksaan/Audit Kelaikan Bangunan Gedung (SLF) Ruko Sukarasa adalah untuk melakukan pemeriksaan awal terhadap persyaratan administrasi maupun teknis kelaikan bangunan gedung, untuk selanjutnya dapat ditindak lanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Ciamis dalam melakukan Pemeriksaan/Audit kelaikan bangunan gedung yang lebih lengkap. 1.2.2 Tujuan 1.



Terlaksananya pemeriksaan kelaikan bangunan gedung, pengamatan visual, ditinjau dari persyaratan administrasi teknis.



2.



Terindikasikannya tingkat kelaikan dan rekomendasi upaya perbaikan dalam rangka penerbitan Sertifikat Laik Fungsi.



3.



Terciptanya bangunan gedung yang layak sesuai yang diamanatkan dalam UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung dan sesuai dengan peraturan pelaksanaannya PP No. 36 Tahun 2005 di daerah.



1.3 Profil Bangunan Profil bangunan yang diperiksa yaitu sebagai berikut ini. Nama Bangunan : Bangunan SPBU Alamat bangunan : Jln Raya Nasional III, Desa Sukasetia Kec. Cihaurbeuti, Kab Ciamis Provinsi Jawa Barat Jenis Konsultasi



: Bangunan SPBU



Posisi koordinat



: 7° 25.345'S 108° 19.571'E



Fungsi bangunan



: Pom Bensin



Klasifikasi kompleksitas



: Bangunan khusus



Ketinggian bangunan



: 6,6 m



Jumlah Lantai bangunan



: 1 lantai



Luas total bangunan



: 346,66 m2



Status Hak Atas Tanah



: Hak Milik



1.4 Dasar Hukum



1.



UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung menyatakan bahwa pengaturan bangunan gedung bertujuan untuk :







Mewujudkan bangunan gedung yang fungsional dan sesuai dengan tata bangunan gedung yang serasi dan selaras dengan lingkungannya;







Mewujudkan tertib penyelenggaraan bangunan gedung yang menjamin kelaikan teknis bangunan gedung dari segi keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan;



• 2.



Mewujudkan kepastian hukum dalam penyelenggaraan bangunan gedung. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2005



tentang Bangunan Gedung, Pasal 16 ayat (1) menyatakan bahwa kelaikan bangunan gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan kebutuhan fungsi yang telah ditetapkan



3. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang No. 28 Tahun 2005 tentang Bangunan Gedung, Pasal 119 dengan berlakunya peraturan ini maka dalam jangka waktu paling lambat 5 (lima) tahun bangunan gedung yang telah di dirikan sebelum dikeluarkannya Peraturan Pemerintah ini wajib memiliki sertifikat laik fungsi.



4. Memperhatikan hal tersebut di atas serta yang di isyaratkan dalam UU No. 28 Tahun 2002 dan PP No. 36 Tahun 2005 perlu dilakukan tindak lanjut kondisi tersebut, dalam bentuk pemeriksaan kelaikan bangunan gedung untuk mengetahui, tingkat kelaikan sebagai dasar alat pertimbangan lebih lanjut dalam menerbitkan Sertifikat Laik Fungsi bangunan gedung oleh Pemerintah Kabupaten.



5. Permen PU No. 24/PRT/M/2008 tentang Pedoman Teknis Pemeliharaan dan Perawatan Bangunan Gedung.



6. Permen PU NO. 25/PRT/2007 Tentang Pedoman Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung. 7. Permen PUPR No. 11/PRT/M/2018 Tentang Tim Ahli Bangunan Gedung, Pengkaji Teknis dan Penilik Bangunan.



8. Permen PUPR No. 19/PRT/M/2018 Tentang Penyelenggaraan Izin Mendirikan Bangunan Gedung dan Sertifikat Laik Fungsi Bangunan Gedung Melalui Pelayanan Perizinan Berusaha Terintegrasi Secara Elektonik.



9. Permen PUPR No. 22/PRT/M/2018 tentang Pembangunan Bangunan Gedung Negara. 1.5 Kegiatan yang Akan Dilaksanakan



1.



Mempelajari dan menggunakan Model Teknis Pemeriksaan Kelaikan Bangunan Gedung, dan melakukan penyesuaian terhadap aspek teknis seperti yang diamanatkan dalam Permen PU No. 29/PRT/M/2006.



2.



Penyedia jasa agar membuat formulir untuk pengecekan komponen bangunan, sekurang-kurangnya berisi :



a.



Data Umum



b.







Nama Bangunan



▪ ▪



Lokasi/Alamat Fungsi







Luas/Jumlah Lantai







Pemilik



Data Penunjang







Tahun Pembangunan







Sejarah kepemilikan, kerusakan, dan fungsi bangunan gedung







Perencana







Kontraktor







Pengawas







Gambar Bangunan







Nomor IMB







Data Arsitektur







Permen PU 26/PRT/2008 (Perencana Arsitektur & Elektrikal)







Standar penyandang cacat Permen PU 30/PRT/2006 (Perencana Arsitektur).







Permen PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibditas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.



c.



Data Struktur







Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung SNI 1726;2012







SNI 1727:2013 Beban minimum untuk perancangan bangunan gedung dan struktur lain.







Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung SNI 2847; 2013



d.



Data



Utilitas







Permen PU 26/PRT/2008 (Perencana Arsitektur & Elektrikal)







Permen PU no 26/PRT/M/2008 Tentang persyaratan Teknis Sistem Proteksi Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.







Undang-Undang RI No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Secara umum pemeriksaan kelaikan bangunan gedung dilakukan dengan cara pengamatan visual kondisi fisik bangunan terhadap komponen Arsitektur, Struktur, Utilitas dan pemenuhan fasilitas Aksesibilitas bagi penyandang cacat. Untuk pemeriksaan struktur beton pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan hammer test. Untuk pemeriksaan utilitas bangunan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan infrared thermographic thermal imaging radiometers. Setiap komponen pemeriksaan wajib disiapkan gambar rencana atau as built drawings untuk kebutuhan pemeriksaan dilapangan. Bila gambar yang dimaksud tidak tersedia, Konsultan wajib membuat gambar sesuai dengan kebutuhan.



1.



Arsitektur



a.



Menyiapkan gambar-gambar arsitektur yang diperlukan.



b.



Menyiapkan formulir isian data lapangan.



c.



2.



Periksa dan cara kondisi fisik komponen arsitektur, sesuai formulir yang telah dibuat.



Struktur a. Menyiapkan gambar-gambar struktur yang diperlukan.



3.



b.



Menyiapkan formulir isian data lapangan.



c.



Periksa dan catat kondisi fisik komponen struktur.



Utilitas



a.



Menyiapkan gambar-gambar utilitas gedung, seperti : utilitas plumbing, sistem penghawaan buatan, penerangan buatan, transportasi verlikal (lif, eskalator), jaringan listrik, jaringan komunikasi, sanitasi, dan peralatan lain yang menunjang fungsi bangunan gedung.



b.



Menyiapkan formulir isian data lapangan.



c.



Periksa dan catat komponen utilitas yang ada baik di dalam maupun di luar.



d.



Menyiapkan (gambar-gambar prasarana dan sarana kebakaran pada bangunan gedung seperti: hidran, sprinkler, tangga darurat, d1l, sesuai dengan Permen PU No. 26/PRT/M/2008 tentang Persyaratan Teknis Sistem Prototipe Kebakaran Pada Bangunan Gedung dan Lingkungan



e.



Menyiapkan formulir Isian data Lapangan.



f.



Perangkat dan cara komponen prasarana dan sarana kebakaran.



g.



Menyiapkan gambar-gambar aksesibilitas penyandang cacat pada bangunan gedung sesuai dengan Permen PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibditas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan.



h.



Menyiapkan rekomendasi elemen aksesibilitas yang dipersyaratkan untuk gerdung.



1.6 Batasan Kegiatan



1.



2.



Pemeriksaan di utamakan pada :







Bangunan Gedung Negara/Kantor Pemerintahan.







Bangunan Komersil (pabrik dan ruko).







Bangunan Gedung pelayanan umum. (Contoh: rumah sakit, hotel, pusat perbelanjaan, terminal, stasiun, bandara)



Pemeriksaannya dilakukan dengan Cara pengamatan visual terhadap komponen Arsitekitur, Struktur, dan Utilitas



3. Untuk pemeriksaan struktur beton, pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan hammer test. 4.



Pemeriksaan kelayakan bangunan dilakukan pada komponen :



a)



Arsitektur Pemeriksaan, arsitektur dilaksanakan pada finishing bangunan baik yang berada pada bagian dalam bangunan gedung, maupun yang berada pada bagian luar bangunan gedung, mencakup :







Fungsi bangunan gedung terhadap kesesuaian peruntukan lahan.







Interior, antara lain: finishing Lantai/selubung bangunan, dinding, pintu, plafond, jendela, kaca dan mebeul terpasang.



b)



Struktur Evaluasi dilakukan terhadap sistem struktur, pondasi, kolom, balok, dinding, core, shear-wall, plafond dan atap.



c)



Utilitas/Mekanikal dan Elektrikal



d)



Evaluasi dilakukan terhadap sistem transportasi vertikal (STV), sistem transportasi vertical eskatator, sistem utilitas plambing (air bersih, air kotor dan limbah, dan air hujan), sistem utilitas listrik sistem utilitas tata udara, sistem utilitas penangkal petir, sistem utilitas komunikasi dan tata suara, sistem pembuangan sampah, dan sistem BAS (Building Automatic System)



e)



Persyaratan Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran, Evaluasi dilakukan pada sistem proteksi pasif dan aktif yang terdapat pada obyek bangunan gedung, termasuk pemeriksaan terhadap peralatan pemadam kebakaran, material insulator kebakaran.



f)



Aksesibilitas penyandang cacat, Evaluasi dilakukan terhadap elemen aksesiblitas yang terdapat pada bangunan gedung, sesuai dengan ketentuan pada Permen PU No. 30/ PRT/M/2006 tentang



1.7 Indikator Keluaran 1.7.1 Indikator Keluaran (Kualitatif) 1.



Pemilihan bangunan gedung diprioritaskan kepada bangunan gedung yang sudah memiliki IMB dan memiliki kelengkapan gambar rencana atau As Built Drawings (gambar dapat diperoleh dari pemilik bangunan gedung maupun instant pemerintah terkait);



2.



Meningkatnya kinerja pembinaan teknis bangunan gedung di daerah; Meningkatkan kelaikan bangunan gedung dan perlengkapannya dalam menunjang fungsi bangunan gedung dan tercapainya unsur-unsur keselamatan, kenyamanan, kesehatan, komunikasi dan mobilisasi di dalambangunan



gedung



tersebut.



3.



Mengurangi kegagalan struktur yang diikuti oleh runtuhnya sebagian atau seluruh gedung dan mengurangi dampak yang di timbulkan akibat bencana alam seperti angin kencang, gempa, tanah longsor, perubahan fungsi dan sebagainya.



4.



Terbinanya aparat Pemerintah Daerah dalam persiapan menyongsong pemberlakuan SLF.



1.7.2 Keluaran ( Kuantitatif ) Laporan hasil pelaksanaan pemeriksaan audit kelaikan bangunan gedung Ruko Sukarasa berupa laporan pemeriksaan kelaikan bangunan gedung (SLF).



1.8 Sistematika Pembahasan Sistematika penyusunan Laporan Pemeriksaan Kelaikan Bangunan Gedung (SLF) Ruko Sukarasa ini disusun menjadi 4 Bagian yang berisikan sebagai berikut : BAGIAN 1 PENDAHULUAN Pada bab 1 ini dibahas tentang latar belakang, maksud, tujuan, indikator keluaran, metode pelaksanaan, tempat pelaksanaan, sistematika pembahasan. BAGIAN 2 METODOLOGI PELAKSANAAN PEKERJAAN Pada bab 2 akan dibahas tentang metodologi pelaksanaan pekerjaan Pemeriksa Kelaikan Gedung. BAGIAN 3 HASIL PEMERIKSAAN DAN ANALISA Pada bab 3 akan dibahas mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan terhadap bangunan gedung Ruko Sukarasa berdasarkan teknis arsitektur, struktur dan mekanikal elektrikal ,plumbing dan membahasa tentang penilaian kelaikan bangunan berdasarkan hasil survei lapangan dan pembahasan hasil survei. BAGIAN 4 KESIMPULAN DAN SARAN



BAGIAN 2 TAHAPAN DAN METODE PEMERIKSAAN KELAIKAN GEDUNG 2.1 Pemeriksaan Kelayakan Bangunan Secara umum pemeriksaan kelaikan bangunan gedung dilakukan dengan Cara pengamatan visual kondisi fisik bangunan terhadap komponen Arsitektur, Struktur, Utilitas, Kebakaran dan pemenuhan fasilitas aksesibilitas bagi penyandang cacat. Untuk pemeriksaan struktur beton pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan hammer test. Untuk pemeriksaan instalasi bangunan pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan alat pemantau suhu ruangan dan alat lainnya yang diperlukan. Setiap komponen pemeriksaan wajib disiapkan gambar rencana atau as built drawings untuk kebutuhan pemeriksaan dilapangan. Bila gambar yang dimaksud tidak tersedia, konsultan wajib membuat gambar sesuai dengan kebutuhan. Pada pemeriksaan kelaiakan Gedung Bangunan Usaha Ruko Sukarasa terdapat beberapa tahapan dan metode yang dilakukan, yaitu sebagai berikut: 2.2 Tahapan dalam pemeriksaan kelaikan bangunan gedung 1. Melakukan pemeriksaan kelengkapan dokumen; 2. Melakukan pemeriksaan kesesuaian antara gambar Bangunan Gedung terbangun (asbuilt drawings), IMB/PBG, dan kondisi Bangunan Gedung dengan Standar Teknis, 3. Melakukan analisis dan evaluasi hasil pemeriksaan kesesuaian antar gambar Bangunan Gedung terbangun (as-built drawings), IMB/PBG, dan kondisi Bangunan Gedung dengan Standar Teknis Bangunan Gedung; dan 4. Menyusun laporan hasil pemeriksaan dan rekomendasi kelaikan fungsi Bangunan Gedung. 2.3 Pendekatan Arsitektur dan Kinerja Bangunan Perancangan sebuah bangunan gedung merupakan hasil dari proses penciptaan karya arsitektural yangg bertujuan mewadahi manusia untuk melakukan berbagai aktivitasnya. Oleh sebab itu hasil dari rancangan tersebut yaitu bangunan gedung yang sudah dibangunan dan dihuni seharusnya mencitrakan kreativitas yang unik dan spesifik dalam aspek fungsi, tata ruang, penampilan dan kinerjanya. Melalui pendekatan ilmiah (scientific approach), wujud arsitektur sebuah bangunan gedung dapat dievaluasi kualitasnya dengan pendekatan objektif yang mengacu pada aspek-aspek terukur berdasarkan standar-standar yang berlaku secara nasional maupun internasional. Berdasarkan Permen PU no 29/PRT/M/2006, penelitian kerja bangunan merupakan penyelidikan terhadap tingkat pemenuhan terhadap persyaratan kenyamanan dan kesehatan bangunan gedung akan menentukan tingkat pemakaian dan produktivitas penghuni bangunan dengan tujuan masing-masing. Salah satu faktor yang menentukan kelancaran pekerjaan dalam bangunan adalah tata ruang bangunan. Untuk mendapatkan tata ruang bangunan dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan terhadap:



-



Kebutuhan jenis ruang.



-



Sifat hubungan kelompok ruang.



-



Standar besaran ruang.



-



Jenis dan besaran ruang.



-



Penyusunan ruang.



Untuk tujuan penelitian tingkat keandalan bangunan gedung, sampling bangunan diperiksa berdasarkan dua komponen:



1. Komponen Ruang Dalam



a. Parameter kinerja ruang dalam (interior): -



Spasial / Keruangan (spatial performance)



-



Layout ruang individu: ukuran, macam perabot, tempat duduk, faktor ergonomic.



-



Layout ruang kelompok: pengelompokan ruang, sirkulasi, pencapaian, orientasi, dan penandaan



-



Pelayanan dan kesesuaian : sanitasi alat-alat listrik, keamanan, telekomunikasi, dan sirkulasi/transportasi.



b.



-



Fasilitas kemudahan (amenities).



-



Faktor-faktor pemakaian dan control.



Termal (thermal performance) Suhu udara.



-



Suhu radiant.



-



Kelembaban udara.



-



Kecepatan udara.



-



Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.



c. Akustik (acoustic performance) Sumber bising (noise source).



-



Jalur rambat suara (sound path).



- Penerima suara (sound receiver). d. Visual (visual performance) -



Latar belakang dan fokus cahaya (ambient and task levels): alami dan buatan.



-



Contrast dan brightness.



-



Warna



-



Informasi-informasi visual dan pemandangan -



Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.



e. Kualitas udara dalam ruang (indoor air quality) Suplai udara segar (fresh air). -



Pergerakan dan distribusi udara segar.



-



Material pollutant.



-



Energy pollutant.



-



Faktor-faktor pemakaian dan kontrol.



2.1 Tabel Batas-batas penerimaan (limit of acceptability)



Komponen bangunan yang diamati:



a.



Plesteran lantai



b.



Pelapis muka dinding



c.



Pelapis dinding



d.



Pintu / jendela



e.



Pelapis muka langit-langit



2. Komponen Ruang Luar



a.



Parameter kinerja komponen pelingkup bangunan (enclosure):



b.



Ketahanan bangunan (building integrity)



-



Antisipasi beban: beban hidup, beban mati, getaran.



-



Kelembaban: hujan atau uap yang menyebabkan karat, kebocoran atau pengembunan.



-



Suhu: perbedaan panas, isolasi panas, perbedaan pemuaian dan penyusutan akibat panas.



-



Pergerakan udara: infiltrasi atau exfiltrasi, perbedaan tekanan udara.



-



Radiasi dan cahaya: radiasi matahari, radiasi lingkungan, visible light spectrum.



-



Penanggulangan bahaya api. Komponen bangunan yang diamati:



a. Penutup atap b. Pelapis muka dinding luar c.



Pelapis muka lantai luar



e. Pelapis muka langit-langit luar Beberapa aspek fisik yang sangat penting untuk diperhatikan dalam studi evaluasi karena sangat menentukan kenyamanan bagi pemakai di dalamnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi fisik ruang adalah:



a. Warna Sebagai bangunan gedung yang memiliki fungsi sebagai bangunan rumah sakit, bangunan perkantoran, bangunan olah raga maka pemilihan warna untuk ruang-ruang dalam bangunan akan sangat berpengaruh terhadap penciptaan suasana ruang, terutama yang berkaitan dengan psikis pemakai bangunan.



Pemilihan warna dapat berupa warna penerangan buatan yang digunakan maupun warna yang dipakai sebagai bahan pelengkap ruangan seperti bahan penutup dinding, furniture, bahan dekoratif ruangan dan sebagainya. Penyelesaian warna pada masing-masing banguna, baik untuk eksterior ataupun interior menggunakan warna-warna cerah. Kondisi ini telah sesuai dan sangat mendukung fungsi ataupun jenis kegiatan yang berlangsung, sehingga penyelesaian warna ini perlu ditindak lanjuti. Penerangan buatan di dalam ruang sebagaian besar menggunakan penerangan umum yang bersifat langsung dengan menggunakan jenis lampu daylight yang mempunyai efek perubahan warna relatif kecil.



b.



Penghawaan Suhu yang nyaman dan optimum untuk suatu ruang adalah 22-25° C dengan kelembaban 40%-60%. Penyimpangan dari standar tersebut akan berpengaruh kepada kelangsungan aktivitas dalam ruang, penyimpangan ini dapat menimbulkan kelelahan, kegerahan, dsb. Oleh sebab itu perlu dipikirkan mengenai pemecahan untuk memperoleh suhu dan kelembaban yang sesuai dengan standard sehingga ruang menjadi nyaman. Ketidaknyamanan ruang dipengaruhi oleh :



-



Radiasi dinding, atap, oleh sinar matahari



-



Panas karena suhu badan manusia



-



Peralatan dan bahan yang dapat menimbulkan panas



Salah satu usaha yang dilakukan untuk menghindari ketidaknyamanan, adalah:



-



Mengatur tata letak bangunan dan ruang sehingga dapat mengurangi pengaruh langsung sinar matahari.



-



Penggunaan peralatan/bahan yang dapat mengurangi panas.



-



Mengkondisikan udara, baik dengan ventilasi alam maupun buatan (AC). Untuk mencapai kondisi ruang yang diinginkan yaitu dengan suhu sekitar 22- 25°C dan nilai kelembaban 40%-70% dan kebutuhan udara bersih 20- 50m3/jam per orang maka perlu pengkondisian ruang, yaitu dengan cara pemasangan AC Pakage dan Split.



Pemilihan sistem tergantung pada kekhususan ruang dan kebutuhan ruang. Pada kondisi bangunan eksisting secara umum luasan pelubangan Binding untuk fungsi jendela sebagai tempat pertukaran udara berlangsung telah memenuhi persyaratan apabila dibandingkan dengan luas ruangan di dalamnya, kondisi ini didukung dengan sumbu akses bangunan. Penggunaan sistem AC pada bangunan eksisting tentu saja akan sangat membantu dalam menciptakan suasana kerja yang nyaman. Sebagai konsekuensinya biaya operation maintenance perlu ditambahkan.



c.



Penerangan



Dalam usaha untuk menunjang aktivitas yang terjadi maka dibutuhkan sistem penerangan yang tepat. Sistem penerangan ini dibedakan menjadi 2 yang disesuaikan dengan kebutuhan, yaitu :



-



Penerangan alami Penerangan alami pada siang hari dapat dimanfaatkan untuk ruang-ruang yang langsung berhubungan dengan luar. Penerangan alam ini memiliki jarak jangka mencapai 6 kali tinggi bukaan sedangkan selebihnya dapat diupayakan penerangan buatan.



-



Penerangan buatan Sebagai bangunan perkantoran, pengadaan penerangan buatan disesuaikan dengan aktivitas dan fungsi masing-masing ruang, yaitu : Penerangan umum untuk memberikan iluminasi yang tersebar merata ke seluruh ruangan, penerangan, penerangan khusus untuk ruang-ruang yang membutuhkan ketelitian kerja yang cukup tinggi, selain itu juga untuk menciptakan suasana yang diinginkan. Penerangan buatan pada siang hari diupayakan hanya sebagai tambahan penerangan dari terang alami atau untuk mengatasi permasalahan apabila kondisi tidak memungkinkan, sehingga zonasi perletakan dari tata lampu yang ada perlu untuk direncanakan secara seksama. Perletakan tata lampu dari penerangan buatan yang terdapat pada bangunan eksisting, umumnya sebagai penerangan umum dengan jenis penerangan langsung dan merata pada seluruh ruang. Jumlah titik lampu dan jenis penerangan yang ada secara umum telah memenuhi persyaratan. Pada perencanan nantinya perlu direncanakan zonasi dari tata letak lampu yang mengacu pada terang alami yang diterima oleh ruangan.



d. Penerangan campuran (alam dan buatan) Pemanfaatan penerangan alami dan buatan, dimana terdapat suatu aktivitas yang mempersyaratkan digunakannya sistem penerangan tersebut. Adapun kebutuhan penerangan untuk tiap-tiap ruangan sesuai dengan fungsinya dapat dikemukakan sebagai berikut :



-



Ruang umum yang meliputi ruang kerja pegawai membutuhkan iluminasi sebesar 300 lux, koriclor membutuhkan 50 lux (sekurang-kurangnya 1/5 daripada iluminasi ruangan kantornya) (Standard Penerangan buatan, Dirjen Cipta Karya, tahun 1985).



-



Ruang khusus yang meliputi ruang sidang dan ruang pertemuan membutuhkan iluminasi sebesar 200 lux terutama dimanfaatkan untuk diskusi.



Penerangan ini harus dapat diredupkan atau dikurangi untuk menunjukkan slide, film, dsb.



e. Suara / Akustik Untuk memperoleh kenikmatan



suara/akustik terutama



pada ruangruang yang



memeriukan persyaratan akustik tertentu, maka perlu diketahui adanya sumber bunyi yang dalam hal ini dapat dibedakan menjadi :



-



Sumber bunyi yang berasal dari dalam bangunan seperti : suara yang ditimbulkan oleh kegiatan manusia dan peralatan di dalamnya.



-



Sumber bunyi dari luar bangunan, seperti suara yang ditimbulkan oleh lalu lintas dari jalan sekitar bangunan.



Untuk mengatasi menjalarnya bunyi, salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memberhentikan suara, pemisahan suara dengan memisahkan sumber bunyi dari ruangruang yang membutuhkan ketenangan, pencegahan suara dengan jalan memasang bahan penyerap langsung pada sumber bunyi, masking dengan menutup suara atau bunyi dan memberikan background music lembut. Pada kondisi eksisting ruang-ruang yang membutuhkan perencanaan akustik umumnya berupa ruang sidang dan rapat. Secara umum penyelesaian akustik pada ruang-ruang tersebut belum memenuhi persyaratan, sehingga untuk perencanaan nantinya perlu dilakukan pembenahan pada ruangan tersebut agar dapat difungsikan secara maksimal. Metode pengumpulan data adalah salah satu cara yang paling tepat dalam melakukan identifikasi dan menganalisis data. Metode pengumpulan data yang akan dilakukan adalah dengan menggunakan beberapa indikator. Beberapa indikator yang dapat dilakukan dalam metode pengumpulan data adalah sebagaimana tercantum dalam tabel di bawah ini.



2.2 Tabel Indikator Pengumpulan Data



Penerangan buatan di dalam ruang sebagaian besar menggunakan penerangan umum yang bersifat langsung dengan menggunakan jenis lampu daylight yang mempunyai efek perubahan warna relatif kecil. Sedangkan instrumen sederhana yang digunakan adalah menggunakan alat yang dapat mendeteksi beberapa parameter suhu, kelembaban suatu ruang, kandungan kadar karbondioksida. Berikut adalah gambar beberapa alat kerja yang digunakan dalam melakukan pengujian Gambar 2.1



(a)Distance Meter, (b)Anemometer, (c)Light Meter, dan (d)Sound Level Meter



-



Sound level meter LUTRON SL-4012 untuk mengukur tingkat kebisingan.



-



Anemometer probe YK-200PAL-LUTRON + Intelligent Thermometer YK- 2001TM untuk mengukur laju kecepatan udara.



-



Light level meter LUTRON YK-200PLX untuk mengukur tingkat pencahayaan.



-



Distance meter - DISTO untuk mengukur jarak, lugs dan volume ruang.



Sedangkan untuk mengumpulkan informasi yang dapat dipercaya (reliable data) dan faktual, maka tahap awal yang penting untuk dilakukan adalah pemeriksaan lapangan. Kesepakatan pemeriksaan (inspection agreement)



-



a.



Pemahaman tujuan inspeksi (perlu ada



kesepakatan tertulis antara pemeriksa dan pemilik/pengelola bangunan gedung, Tujuan dari kesepakatan adalah untuk menghindari perselisihan dan ketidaksepahaman yang tidak perlu).



b.



-



Identifikasi kondisi fisik.



-



Tahapan pengamatan awal terhadap kondisi bangunan gedung.



-



Pengamatan visual dalam kondisi pencahayaan normal atau khusus.



-



Testing dengan peralatan tertentu.



-



Batasan (limitation).



Pemeriksaan (inspection)



-



Nama pemilik/pengelola bangunan.



-



Alamat lokasi bangunan yang diamati.



-



Tanggal dan waktu pemeriksaan.



-



Identitas dari pemeriksa yang melakukan pemeriksaan.



-



Kondisi ambien pada saat dilakukan penyelidikan yang dinilai relevan dengan tujuan penyelidikan.



-



Deskripsi dan identifikasi kondisi struktur bangunan.



-



Identifikasi area tertentu yang tidak bisa diselidiki (meskipun termasuk dalam lingkup peneyelidikan) dengan alasan tertentu.



c.



Observasi dari hasil pemeriksaan.



Pelaporan (inspection records) - Identifikasi semua pihak yang terlibat (Nama dan alamat lembaga pemeriksa, Identitas personil yang melakukan pemeriksaan, Identitas pemilik/pengelola bangunan gedung).



-



Detail properti (Alamat bangunan gedung yang



diperiksa, Deskripsi dan identifikasi bangunan, bagian dari bangunan atau struktur lainnya).



-



Detail pemeriksaan (Tanggal pemeriksaan, Detail tentang tujuan, lingkup dan kriteriakriteria yang disepakati, Kondisi ambien pada saat dilakukan pemeriksaan).



-



Batasan-batasan, berupa identifikasi beberapa area atau item yang tidak diperiksa karena alasan tertentu dan jika diperlukan diberikan rekomendasi untuk pemeriksaan lebih lanjut.



-



Observasi.



-



Item-item penting.



-



Kesimpulan.



2.3.1 Pendekatan Struktur 1.



Konsep Perencanaan Struktur yang didesain pada dasarnya harus memenuhi kriteria-kriteria sebagai berikut:



-



Kesesuaian dengan lingkungan sekitar.



-



Ekonomis.



-



Kuat dan menahan beban yang direncanakan.



-



Memenuhi persyaratan kemampuan layanan.



-



Mudah dalam hal perawatan (durabilitas tinggi).



Ada 2 filosofi dalam merencanakan elemen struktur beton bertulang yaitu: a.



Metoda Tegangan Kerja



Unsur struktur direncanakan terhadap beban kerja sedemikian rupa sehingga tegangan yang terjadi lebih kecil daripada tegangan yang diijinkan, dimana:



b.



Metoda Kekuatan Ultimit



Dengan metoda ini, unsur struktur direncanakan terhadap beban kekuatan ultimit yang diinginkan, yaitu:



Pada dasarnya garis besar perencanaan/ langkah-langkah perencanaan struktur adalah seperti diagram dibawah ini:



Gambar 2.2



Bagan Garis Besar Langkah Perencanaan Struktur (Sumber: Dokumen Pribadi)



2.



Kondisi Batas Struktur Dalam evaluasi elemen beton bertulang ada beberapa kondisi batas yang dapat dijadikan pedoman yaitu:



a.



b.



Kondisi batas ultimit , dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut:



-



Hilangnya keseimbangan lokal/ global



-



Rupture, yaitu hilangnya ketahanan lentur dan geser elemen elemen struktur



-



Keruntuhan progresif akibat adanya keruntuhan lokal pada daerah sekitarnya



-



Pembentukan sendi plastis



-



Ketidakstabilan struktur



-



Fatigue



Kondisi batas kemampuan layanan yang menyangkut berkurangnya fungsi struktur, yaitu dapat berupa:



c.



-



Defleksi yang berlebihan pada kondisi layan



-



Lebar retak yang berlebih



-



Vibrasi yang menggangu



Kondisi batas khusus, yang menyangkut kerusakan / keruntuhan akibat beban abnormal, dapat berupa:



-



Keruntuhan pada kondisi gempa ekstrim



-



Kebakaran, ledakan atau tabrakan kendaraan



-



Korosi atau jenis kerusakan lainnya akibat lingkungan



Konsep Perencanaan batas dan evaluasi kondisi batas digunakan sebagai prinsip dasar peraturan beton Indonesia. (SNI.03-2847-2002)



3.



Prosedur Desain berdasarkan Peraturan Beton Indonesia Elemen struktur harus selalu didesain untuk dapat memikul beban berlebih dengan besar tertentu, diluar beban yang diharapkan terjadi dalam kondisi normal. Kapasitas cadangan tersebut diperlukan untuk mengantisipasi kemungkinan adanya faktor-faktor ―overload‖ dan faktor ―undercapacity‖. Overload dapat terjadi akibat:



-



Perubahan fungsi struktur.



-



Pengurangan perhitungan pada pengaruh beban karena penyederhanaan perhitungan.



-



Urutan dan metode konstruksi.



Under-capacity dapat terjadi akibat :



-



Variasi kekuatan material.



-



Workmanship. Tingkat pengawasan.



Berdasarkan prosedur desain yang baku, kekuatan (resistance) elemen struktur harus lebih besar Dada pengaruh beban, sehingga:



4



Resistance ≥ Penqaruh Beban



Untuk mengantisipasi kemungkinan lebih rendahnya resistensi (kekuatan) elemen struktur daripada yang diperhitungkan/direncanakan dan kemungkinan lebih besarnya pengaruh beban daripada yang direncanakan maka diperkenalkan faktor reduksi kekuatan, yang nilainya 1, sehingga:



Prosedur desain yang memperhitungkan adanya faktor-faktor beban dan resistance diatas disebut sebagai desain kekuatan ultimit. Prosedur desain ini pada dasarnya merupakan metoda perencanaan kondisi batas dimana perhatian utama ditekankan pada kondisi batas ultimit. Kondisi batas serviceabilitas (kemampuan layanan) kemudian dicek setelah desain awal diperoleh.



Filosofi dasar metoda perencanaan ini terdapat pada SNI 03-2847-2002 yang bunyinya adalah:



a.



Struktur dan komponen struktur harus direncanakan hingga semua penampang mempunyai kekuatan rencana minimum same dengan kuat perlu, yang dihitung berdasarkan kombinasi beban dan gaya terfaktor yang sesuai dengan ketentuan tata cara ini. Dalam butir a diatas, kuat rencana adalah identik dengan ORn; sedangkan kuat perlu mengacu pada pengaruh beban terfaktor, yaitu a1S1 + a2S2 + ....



b.



Komponen struktur juga harus memenuhi ketentuan lain yang tercantum dalam tata cara ini untuk menjamin tercapainya perilaku struktur yang cukup baik pada tingkat beban kerja. Butir 2 diatas mengharuskan adanya pengontrolan lendutan dan lebar retak pada komponen struktur yang sudah didesain. Beban Terfaktor dan Kuat Perlu SNI 03-2847 menguraikan tentang faktor-faktor beban dan kombinasi beban terfaktor untuk perhitungan pengaruh beban. Kombinasi beban terfaktor tersebut adalah:



-



Kombinasi beban coati dan beban hidup: U = 1,2 D + 1,6 L Jika pengaruh angin ikut diperhitungkan: U =



0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W) atau U = 0,9 D + 1,3 W



-



Jika pengaruh gempa harus diperhitungkan: U= 1,05 ( D + LR ± E ) atau U = 0,9 ( D ± E )



Kuat perlu atau pengaruh beban terfaktor (seperti momen, geser, torsi, dan gaya aksial) dihitung



berdasarkan



kombinasi



beban



terfaktor



U



diatas.



Kuat



perlu



atau



pengaruhpengaruh beban terfaktor tersebut ditulis dengan simbol- simbol M, V, T, dan u, dimana subscript u menunjukkan bahwa nilai-nilai M, V, T dan U tersebut didapat dari beban terfaktor U. 4.



Investigasi Penanganan Struktur Gedung yang Mengalami Retak Retak dan Penurunan Penyelidikan terhadap Bangunan Gedung dilakukan untuk mengetahui Kelayakan dan Keamanan Bangunan dan segi kekuatan strukturnya. Penyelidikan yang akan dilakukan meliputi penyelidikan lapangan can laboratonium. Hal ini dilakukan untuk mengetahui Kelayakan dan Keamanan bangunan struktur eksisting. Disamping itu, penyelidikan ini juga diharapkan dapat memberikan rekomendasi tentang metoda perbaikan atau perkuatan bilamana diperlukan. Sebagai tahapan pertama sebelum dilakukannya analisis faktor keamanan struktur, perlu dilakukan terlebih dahulu evaluasi yang mendalam mengenai kondisi aktual struktur, termasuk pengukuran geometri struktur dan karakteristik material bangunan eksisting. Hal ini perlu dilakukan mengingat tidak tersedianya as built drawing bangungan eksisting. Untuk tujuan ini akan dilakukan serangkaian pengujian yang sifatnya tidak merusak dengan menggunakan alat-alat non destruktif seperti covermeter, pulse echolgeoraclar, ultrasonic dan serangkaian pengujian yang sifatnya semimerusak seperti core drill, breaking out dan test sondir. Dengan pengujian-pengujian tersebut akan dapat diketahui kondisi, diameter dan jumlah tulangan terpasang, kualitas material beton dan kondisi struktur beton serta kedalaman pondasi dan daya dukung pondasi. Tahap selanjutnya adalah melakukan analisis struktur eksisting dengan menggunakan data material dan struktural yang telah diperoleh. Analisis struktur ini bertujuan untuk mengetahui tingkat faktor keamanan struktur eksisting. Bilamana tingkat faktor keamanan struktur tidak memadai maka struktur perlu diperkuat. Bentuk-bentuk perkuatan yang sesuai akan direkomendasikan untuk mengembalikan fungsi struktur kembali seperti semula, Bentuk-bentuk perkuatan yang direkomendasikan tersebut kemudian dituangkan dalam gambar rencana, spesifikasi teknis dan BOQ.



5. Prosedur Penilaian Struktur Beton Eksisting Tujuan utama penilaian struktur adalah untuk rnendapatkan gambaran yang realistik mengenai kondisi struktur yang sedang dikaji. Halhal yang dinilai diantaranya adalah kapasitas pembebanan struktur, kemampuan layanan dan durabilitas. Prosedur penilaian dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan teknis pada pekerjaan penilaian yang sedang dilakukan, Secara umum, ada enam tahapan utama yang harus dilalui



2.4 Metode yang dilakukan Dalam Pemerikasaan Kelaikan Bangunan



1.



Pengamatan langsung



Bangunan gedung diamati secara langsung untuk mengetahui kondisi nyata dilapangan. Pengecekan antara kesesuaian kondisi nyata dilapangan dengan dokumen administrasi, gambar as built drawing, dan spesifikasi yang dipersyaratkan, serta identifikasi kerusakan yang perlu diperbaiki.



2.



Penilaian Material/Struktur Beton Bertulang Eksisting Penilaian struktur beton bertulang eksisting (struktur yang sudah berdiri) diperlukan jika ada kekuatiran mengenai tingkat keamanan struktur atau bagian-bagian



struktur



tersebut



akibat



adanva



faktor-faktor



yang



sebelumnya tidak diperhitungkan seperti:



a.



Kesalahan perencanaan / pelaksanaan Hal yang berhubungan dengan kemungkinan kesalahan perencanaan / pelaksanaan dapat terdeteksi dari:



- Hasil



pengamatan lapangan dimana terlihat adanya retak-retak



lendutan yang berlebihan pada bagian-bagian struktur.



- Sifat



material yang diuji selama pelaksanaan pembangunan



struktur, yang menunjukkan hasil-hasil yang tidak memenuhi syarat baik dan segi kekuatan maupun durabilitas (misal sifat kekedapan terhadap air yang di syaratkan untuk bangunan seperti kolam renang).



- Hasil perhitungan (dengan memakai kekuatan material yang aktual) yang menunjukkan adanya penurunan kapasitas kekuatan struktur atau komponenkomponen struktur.



b.



Penurunan kinerja material / struktur ekisisting yang diakibatkan oleh pengaruh internal-eksternal seperti:



- Adanya



pelapukan material pada struktur karena usianya yang



sudah tua. Atau karena serangan zat-zat kimia tertentu yang merusak (seperti jenis- jenis senyawa asam).



- Adanya



kerusakan pada struktur/bagian-bagian struktur karena



bencana kebakaran, banjir atau gempa atau karena struktur mengalami pembebanan tambahan akibat adanya leclakan di sekitar struktur ataupun beban berlebih lainnya yang belum diantisipasi dalam perencanaan.



c.



Rencana redesain/perubahan peruntukan struktur yang menimbulkan konsekuensi pada perubahan :



- Perubahan fungsi / penggunaan strukur. - Penambahan tingkat (pengembangan struktur). d.



Sarat untuk proses jual-beli atau asuransi suatu struktur bangunan. Untuk hal ini biasanya cukup dilakukan penyelidikan secara visual kecuali jika ada tanda-tanda yang mencurigakan pada struktur. Pada umumnya, tujuan penilaian struktur adalah untuk menentukan salah satu di bawah ini:



-



Kemampuannya



untuk



tetap



berfungsi



sebagaimana



yang



diharapkan berdasarkan desain awal.



-



Jika kemampuannya sudah berkurang, maka perlu ditentukan fungsi/beban yang cocok untuk kondisi struktur saat ini.



-



Sisa umur layananya.



-



Kemampuannya untuk menerima beban yang lebih besar atau melayani fungsi yang lain.



-



Kelayakan untuk memodifikasi struktur sehingga sesuai dengan peraturan/code yang berlaku



-



Kondisi/tingkat kerusakan yang dialami struktur Selain itu, penilaian struktur eksisting merupakan bagian terpenting dari tahapan perencanaan pekerjaan perbaikan/perkuatan struktur.



Kualitas beton pada struktur bangunan menggunakan hammer test,



e.



Uji suhu dan kelembaban ruangan Alat yang digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban .



f.



Digital Lux Meter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini didalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital maupun analog.



g.



Sound Level Meter (SLM) Adalah instrumen dasar yang digunakan dalam pengukuran kebisingan



h.



Avometer Tang merupakan alat untuk melakukan pengukuran tegangan listrik.



i.



Wawancara Wawancara dilakukan kepada pemilik pengurus bangunan gedung Bangunan Usaha untuk mengetahui berbagai data pendukung yang diperlukan.



j.



Aspek Keandalan Bangunan



2.2. Tinjauan Umum Bangunan Gedung Pengertian bangunan dalam arti gedung menurut PP no 36 tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung adalah adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, budaya, maupun kegiatan khusus. Klasifikasinya Gedung yang terkandung dalam PP ini adalah:



2. Klasifikasi gedung berdasarkan tingkat kompleksitas terdiri dari



a.



Bangunan gedung sederhana.



b. Bangunan gedung tidak sederhana. c.



Bangunan gedung khusus.



3. Klasifikasi gedung berdasarkan tingkat permanensi



a.



Bangunan gedung permanent.



b. Bangunan gedung semi permanent. c.



Bangunan gedung darurat/sementara.



4. Klasifikasi gedung berdasarkan tingkat resiko kebakaran



a.



Bangunan gedung tingkat resiko kebakaran tinggi.



b. Bangunan gedung tingkat resiko kebakaran sedang. c.



Bangunan gedung tingkat resiko kebakaran rendah.



5. Klasifikasi gedung berdasarkan zonasi gempa meliputi tingkat zonasi gempa yang ditetapkan oleh instansi yang berwenang. 6. Klasifikasi gedung berdasarkan lokasi



a.



Bangunan gedung di lokasi padat.



b. Bangunan gedung di lokasi sedang. 7. Bangunan gedung di lokasi renggang. Klasifikasi gedung berdasarkan ketinggian a.



Bangunan gedung bertingkat tinggi.



b. Bangunan gedung bertingkat sedang. c.



Bangunan gedung bertingkat rendah.



8. Klasifikasi gedung berdasarkan kepemilikan



a.



Bangunan gedung milik Negara.



b. Bangunan gedung milik badan usaha. c.



Bangunan gedung milik perorangan.



Dalam PP ini juga dijelaskan tentang penetapan fungsi bangunan gedung yaitu : 1. Fungsi hunian Mempunyai fungsi utama sebagai tempat tinggal manusia. 2. Fungsi keagamaan Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan ibadah. 3. Fungsi usaha Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan usaha, seperti gedung perkantoran, gedung perdagangan dan lain sebagainya. 4. Fungsi sosial dan budaya Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan sosial dan budaya.



5. Fungsi khusus Mempunyai fungsi utama sebagai tempat melakukan kegiatan yang mempunyai tingkat kerahasiaan



tinggi



penyelenggaraannya



tingkat nasional



atau



yang



dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya dan atau



mempunyai resiko tinggi. Fungsi bangunan gedung menurut PERMEN PU NO 29/PRT/2006 tentang persyaratan Teknis Bangunan Gedung adalah : 1. Fungsi hunian merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia tinggal yang berupa :



a.



Bangunan hunian tunggal.



b. Bangunan hunian jamak. c.



Bangunan hunian campuran.



d. Bangunan hunian sementara. 2. Fungsi keagamaan merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan ibadah yang berupa : a. Bangunan masjid termasuk mushola. b. Bangunan gereja termasuk kapel. c. Bangunan pura. d. Bangunan vihara. e. Bangunan kelenteng. 3. Fungsi usaha merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan usaha yang terdiri dari :



a. Bangunan perkantoran. b.



Bangunan perdagangan.



c.



Bangunan perindustrian.



d.



Bangunan perhotelan.



e.



Bangunan wisata dan rekreasi.



f.



Bangunan terminal.



g.



Bangunan tempat penyimpanan.



4. Fungsi sosial budaya merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama sebagai tempat manusia melakukan kegiatan sosial dan budaya :



a. Bangunan pelayanan pendidikan. b.



Bangunan pelayanan kesehatan.



c.



Bangunan kebudayaan.



d.



Bangunan laboratorium.



e.



Bangunan pelayanan umum.



5. Fungsi khusus merupakan bangunan gedung dengan fungsi utama yang mempunyai :



a.



Tingkat kerahasiaan tinggi.



b.



Tingkat resiko bahaya tinggi.



2.3. Pengertian Tentang Hal-Hal yang Berkaitan Dengan Keandalan Bangunan 1.



Keandalan Bangunan



Keandalan adalah tingkat kesempurnaan kondisi bangunan dan perlengkapannya, yang menjamin keselamatan, fungsi, dan kenyamanan suatu bangunan gedung dan lingkungannya selama masa pakai gedung tersebut. Keandalan Bangunan Gedung adalah keadaan bangunan gedung yang memenuhi persyaratan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan bangunan gedung sesuai dengan kebutuhan fungsi yang ditetapkan. Keandalan bangunan merupakan sebuah tolok ukur bagaimana sebuah bangunan gedung telah teruji secara teknis memenuhi persyaratan yang telah ditentukan oleh pemerintah. Persyaratan teknis bangunan diatur dalam PERMEN PU NO 29 TAHUN 2006 tentang Pedoman Persyaratan Teknis Bangunan Gedung. Peraturan tersebut merupakan dasar hukum dari persyaratan teknis yang harus dimiliki sebuah bangunan gedung. 2.



Kelaikan Bangunan



Laik menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) adalah memenuhi persyaratan yang ditentukan atau yang harus ada. Jadi bisa dikatakan kelaikan adalah keadaan yang memenuhi persyaratan yang ditentukan atau yang harus ada. Sedangkan kelaikan bangunan adalah keadaan bangunan yang harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan dalam hal ini ditentukan oleh pemerintah. Kelaikan bangunan adalah suatu ukuran dimana bangunan tersebut dapat digunakan secara aman dan nyaman atau tidak. Kelaikan bangunan sangat mutlak diperlukan dalam penyelenggaraan bangunan. Menurut PP NO 36 TAHUN 2005 Tentang Peraturan Pelaksanaan Undang Undang No 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung dijelaskan bangunan haruslah laik fungsi. Yang dimaksud laik fungsi dalam PP ini adalah suatu kondisi bangunan gedung yang memenuhi persyaratan administrative dan persyaratan teknis sesuai dengan fungsi bangunan gedung yang ditetapkan. 3.



Pedoman Teknis



Pedoman teknis adalah acuan teknis yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari Peraturan Pemerintah dalam bentuk ketentuan teknis penyelenggaraan bangunan gedung.



4.



Standar Teknis



Standar teknis adalah standar yang dibakukan sebagai standar tata cara, standar spesifikasi, dan standar metode uji baik berupa Standar Nasional Indonesia maupun standar internasional yang diberlakukan dalam penyelenggaraan bangunan gedung.



5.



Pemilik bangunan gedung



Pemilik bangunan gedung adalah orang, badan hukum, kelompok orang, atau perkumpulan, yang menurut hukum sah sebagai pemilik bangunan Gedung



6.



Pengguna bangunan gedung



Pengguna bangunan gedung adalah pemilik bangunan gedung dan/atau bukan pemilik bangunan gedung berdasarkan kesepakatan dengan pemilik bangunan gedung, yang menggunakan dan/atau mengelola bangunan gedung atau bagian bangunan gedung sesuai dengan fungsi yang ditetapkan.



7.



Bangunan gedung



Bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan atau di dalam tanah atau di air yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian atau tempat tinggal, kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial budaya maupun kegiatan khusus.



8.



Keselamatan Gedung



Keselamatan gedung adalah kondisi yang menjamin terwujudnya kondisi aman dan tercegahnya kondisi yang dapat menimbulkan bahaya/bencana terhadap gedung dan seluruh isinya/penghuninya beserta perlengkapan dan lingkungannya. Kondisi berbahaya tersebut antara lain disebabkan oleh:



a.



Kegagalan struktur yang dapat diikuti oleh runtuhnya sebagian atau seluruh gedung.



b.



Tidak tersedia / tidak berfungsinya sistem pencegah / pemadam kebakaran.



c.



Tidak tersedia / tidak berfungsinya perlengkapan dan atau system penyelamat di dalam dan di luar gedung untuk melancarkan upaya penyelamatan orang dan barang berharga dalam keadaan darurat.



d. 9.



Akibat bencana alam, seperti angin kencang, gempa, tanah longsor, dan sebagainya. Struktur Bangunan Gedung



Struktur Bangunan Gedung adalah bagian dari bangunan yang tersusun dari komponen struktur yang dapat bekerja sama secara satu kesatuan sehingga mampu berfungsi menjamin kekuatan, kekakuan, stabilitas, keselamatan dan kenyamanan gedung terhadap segala macam beban dan terhadap bahaya lain dari kondisi sekitarnya. 10. Utilitas



Utilitas adalah perlengkapan dalam bangunan gedung yang digunakan untuk menunjang fungsi gedung dan tercapainya unsur – unsur kenyamanan, kesehatan, keselamatan, komunikasi dan mobilitas di dalam bangunan tersebut.



11. Arsitektural Arsitektural adalah mutu hasil perencanaan dan pengerjaan dari suatu gedung, yang meliputi aspek-aspek:



a. Estetika bangunan dan penyelesaian (finishing). b. Bentuk dan dimensi serta kesesuaian organisasi ruang, sirkulasi dalam bangunan, hubungan antar ruang, kondisi eksterior dan interior gedung yang dapat menjamin fungsi gedung, kenyamanan dan kesehatan gedung sesuai dengan rencana yang diinginkan.



c. Keserasian tata letak gedung terhadap lahan bangunan serta lingkungan sekitarnya, sesuai dengan KDB (koefisien dasar bangunan) dan KLB (koefisien lantai bangunan).



d. Ketepatan jumlah, kapasitas dan penempatan ruangan untuk penempatan sistem pengamanan bangunan.



e. Ketepatan pemilihan bahan bangunan. f. Ketepatan pengaturan tata cahaya dan ventilasi.



12. Struktural Struktural adalah segala aspek berkenaan dengan perihal struktur bangunan gedung secara keseluruhan yang menentukan kekuatan, kekakuan, kestabilan dan keselamatan bangunan gedung.



13. Komponen Struktur Komponen struktur adalah bagian atau anggota dari struktur yang terikat kuat satu sama lain serta bekerjasama secara satu kesatuan membentuk dan berfungsi sebagai struktur bangunan. 14. Kondisi Andal Kondisi andal adalah kondisi dari bangunan atau bagian bangunan atau utilitas yang menunjukkan kinerja yang prima atau berfungsi sesuai rencana atau sesuai persyaratan teknis dan keselamatan gedung.



15. Kondisi Kurang Andal Kondisi kurang andal adalah kondisi dari bangunan, bagian bangunan atau utilitas yang menunjukkan penampilan atau kinerja kurang prima atau kurang berfungsi sesuai rencana atau kurang sesuai persyaratan teknis dan persyaratan keselamatan gedung walaupun masih



dapat digunakan. Untuk mengubah menjadi kondisi prima atau berfungsi dengan sempurna masih diperlukan upaya perawatan, perkuatan, perbaikan dan penyempurnaan.



16. Kondisi Tidak Andal Kondisi tidak andal adalah kondisi dari bangunan, bagian bangunan atau utilitas yang menunjukkan penampilan atau kinerja tidak prima atau tidak berfungsi sesuai rencana atau tidak sesuai persyaratan teknis dan atau persyaratan keselamatan gedung. Untuk mengubah menjadi kondisi prima diperlukan upaya penggantian secara partial atau total.



17. Kondisi Tidak Berfungsi Kondisi tidak berfungsi adalah suatu keadaan dimana bagian atau komponen dan atau utilitas yang ditinjau tidak berfungsi sesuai dengan persyaratan teknis atau tidak dapat digunakan/dimanfaatkan lagi.



18. Kenyamanan Kenyamanan adalah kondisi yang menyediakan berbagai kemudahan yang diperlukan sesuai dengan fungsi ruangan atau gedung dan atau lingkungan sehingga pemakai/penghuni dapat melakukan kegiatannya dengan baik dan atau merasa betah dan merasakan suasana tenang berada di dalamnya.



19. Keselamatan (Gedung) Keselamatan (Gedung) adalah kondisi yang menjamin keselamatan dan tercegahnya bencana bagi suatu gedung beserta isinya yang diakibatkan oleh kegagalan dan atau tidak berfungsinya aspek – aspek arsitektural, struktural, dan utilitas gedung. 20. Keamanan Keamanan adalah kondisi yang menjamin tercegahnya gedung dan isinya dari segala macam gangguan baik orang dan gangguan cuaca dan alam di sekitarnya.



21. Bangunan Sehat Bangunan sehat adalah gedung yang dapat menjamin tercegahnya segala gangguan yang dapat menimbulkan penyakit atau rasa sakit bagi penghuni suatu gedung.



22. Plambing/Plumbing Plambing adalah sistem jaringan per-pipa-an dan kelengkapannya didalam gedung yang berfungsi untuk mengalirkan kedalam bangunan gedung zat/benda yang diperlukan seperti air bersih, gas masak (bahan bakar gas), udara bersih, dsb. Juga yang berfungsi mengalirkan keluar dari gedung segala zat/benda (cair,gas) yang tidak berguna atau yang dapat mengganggu/membahayakan gedung/isinya serta kesehatan dan keselamatan penghuninya. Termasuk didalamnya peralatan yang mendukung berfungsinya sistem plambing seperti pompa air, bak/tangki penampungan air, tangki septic, dsb.



23. Eskalator/Escalator Eskalator adalah alat/sistem transportasi didalam bangunan gedung untuk mengangkut penumpang (pemakai/penghuni gedung) dari suatu tempat ke tempat lain yang bergerak secara terus menerus baik dalam arah horizontal maupun dalam arah miring atau diagonal.



24. Kompartemenisasi Kompartemenisasi adalah usaha untuk mencegah penjalaran kebakaran dengan cara membatasi api dengan dinding, lantai, kolom, balok yang tahan terhadap api untuk waktu yang sesuai dengan kelas bangunan.



25. Pintu Kebakaran Pintu kebakaran adalah pintu yang langsung menuju tangga kebakaran dan hanya digunakan apabila terjadi kebakaran pada/ di dalam gedung. Tingkat mutu bahan terhadap api : a. Bahan mutu tingkat I atau bahan tidak bisa terbakar adalah bahan memenuhi persyaratan pengujian sifat bakar serta memenuhi pula penguncian sifat penjalaran api pada permukaan. b. Bahan mutu tingkat II atau bahan tidak mudah terbakar adalah bahan yang sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api c. pada permukaan untuk tingkat bahan sukar terbakar serta memenuhi ujian permukaan tambahan. d. Bahan mutu tingkat III atau bahan penghambat rambatan nyala api adalah lahan yang sekurang-kurangnya memenuhi persyaratan pada pengujian penjalaran api permukaan, untuk tingkat bahan yang bersifat menghambat api. e. Bahan mutu tingkat IV atau bahan berkemampuan menghambat nyala api adalah bahan yang sekurang-kurangnya memenuhi syarat pada pengujian penjalaran api permukaan untuk tingkat agak menghambat api. f. Bahan mutu tingkat V atau bahan mudah terbakar adalah bahan yang tidak memenuhi baik persyaratan uji sifat bakar maupun persyaratan sifat penjalaran api permukaan. 26. Tangga Kebakaran Tangga kebakaran adalah tangga yang direncanakan khusus untuk penyelamatan penghuni dari bahaya kebakaran.



27. Bahan Lapis Penutup Bahan lapis penutup adalah bahan bangunan yang dipakai sebagai lapisan penutup bagian dalam bangunan.



28. Ketahanan Terhadap Api Ketahanan terhadap api adalah sifat dari komponen struktur untuk tetap bertahan terhadap api tanpa kehilangan fungsinya sebagai komponen struktur dalam satuan waktu yang dinyatakan dalam jam.



29. Alarm Kebakaran Alarm kebakaran adalah suatu sistem penginderaan dan alarm yang dipasang pada bangunan gedung, yang dapat memberikan peringatan atau tanda pada saat awal terjadinya suatu kebakaran. 30. Alat Pemadam Api Ringan (PAR) Alat pemadam api ringan (PAR) adalah alat pemadam api yang mudah dioperasikan oleh satu orang digunakan untuk memadamkan api pada awal terjadinya kebakaran.



31. Hidran Kebakaran Hidran kebakaran adalah suatu sistem pemadam kebakaran dengan menggunakan air bertekanan.



32. Sprinkler Sprinkler otomatis dalam ketentuan ini adalah suatu sistem pemancar air yang bekerja secara otomatis bilamana suhu ruangan mencapai suhu tertentu yang menyebabkan pecahnya tabung/tutup kepala sprinkler sehingga air memancar keluar. Deflector yang tedapat pada kepala sprinkler menimbulkan distribusi pancaran ke semua arah.



33. Pipa Peningkatan Air (Riser) Pipa peningkatan air (riser) adalah pipa vertikal yang berfungsi mengalirkan air ke jaringan pipa antara di tiap lantai dan mengalirkannya ke pipa cabang dalam bangunan. Pipa peningkatan air dibedakan atas pipa peningkatan air kering (dry riser) yang kosong dan pipa peningkatan air basah (wet riser) yang senantiasa berisi air. 34. Pipa Peningkatan Air Kering Pipa peningkatan air kering adalah pipa air yang umumnya kosong dipasang dalam gedung atau didalam areal gedung dengan pintu air masuk (inlet) letaknya menghadap ke jalan untuk memudahkan pemasukan air dari dinas kebakaran guna mengalirkan air ke pipa-pipa cabang yang digunakan untuk mensuplai hidran di lantai bangunan.



35. Pipa Peningkatan Air Basah Pipa peningkatan air basah adalah pipa air yang secara tetap berisi air dan mendapat aliran tetap dari sumber air, dipasang dalam gedung atau di dalam area bangunan, yang digunakan untuk mengalirkan air ke pipa-pipa cabang untuk mengisi hidran di lantai-lantai bangunan.



36. Sumber daya listrik darurat Sumber daya listrik darurat adalah suatu pembangkit tenaga listrik yang digunakan untuk mengoperasikan perawatan dan perlengkapan termasuk utilitas yang ada pada bangunan, pada kondisi darurat.



37. Kerusakan Komponen Bangunan a. Kerusakan ringan arsitektural adalah kerusakan pada bagian bangunan yang tidak mengganggu fungsi bangunan dari segi arsitektur seperti kerusakan kecil pada pekerjaan finishing yang tidak menimbulkan gangguan fungsi dan estetika gedung serta tidak menimbulkan bahaya sedikitpun kepada pemakai/penghuni bangunan disebut kondisi andal. b. Kerusakan sedang arsitektur adalah kerusakan pada bagian bangunan yang dapat menganggu fungsi bangunan dari segi arsitektur (fungsi, kenyamanan dan estetika) seperti kerusakan pada bagian dari bangunan yang dapat mengurangi segi keindahan/estetika bangunan dan dapat mengurangi kenyamanan kepada pemakai/penghuni banguna, disebut kurang andal. c. Kerusakan berat arsitektur adalah kerusakan pada bagian bangunan yang sangat mengganggu fungsi dan keindahan serta mengakibatkan hilangnya rasa nyaman dan atau dapat menimbulkan bahaya kepada pemakai /penghuni gedung, disebut tidak andal. d. Kerusakan ringan struktur adalah cacad/kerusakan/kegagalan pada komponen struktur yang tidak akan mengurangi fungsi layan (kekuatan, kekakuan dan daktilitas) struktur secara keseluruhan, struktur dalam kondisi prima atau kondisi andal. e. Kerusakan sedang struktur adalah cacat/kerusakan/kegagalan pada komponen struktur yang dapat mengurangi kekuatannya tetapi kapasitas layan (kekuatan, kekakuan, dan daktilitas) struktur sebagian atau secara keseluruhan tetap dalam kondisi aman tetapi dibawah kondisi primaatau disebut kurang andal. f. Kerusakan berat struktur adalah cacad/kerusakan/kegagalan pada komponen struktur yan dapat mengurangi kekuatannya sehingga kapasitas layan (kekuatan, kekakuan, dan daktilitas) struktur sebagian atau secara keseluruhan tetap dalam kondisi aman tetapi dibawah kondisi prima atau disebut kurang andal. g. Rusak ringan utilitas adalah rusak kecil/tidak berfungsinya sub komponen utilitas yang tidak akan menimbulkan gangguan atau mengurangi tingkat keberfungsian komponen utilitas dalam gedung atau disebut kondisi andal. h. Kerusakan sedang utilitas adalah kerusakan/tidak berfungsinya sub komponen utilitas yang dapat menimbulkan gangguan atau mengurangi tingkat keberfungsian komponen utilitas dalam gedung atau disebut kondisi kurang andal. i. Kerusakan berat utilitas adalah kerusakantidak berfungsinya sub komponen utilitas yang dapat menimbulkan gangguan berat atau mengakibatkan tidak



berfungsi secara komponen utilitas dalam gedung atau disebut kondisi tidak andal.



2.4. Penyelenggara Bangunan Gedung Proses penyelenggaraan bangunan gedung secara garis besar dibagi menjadi dua bagian yaitu bangunan gedung pada umunnya dan bangunan gedung tertentu. Adapun lebih jelasnya proses penyelenggaraan bangunan gedung dapat dilihat pada diagram alir gambar 2.1 dan 2.2. berikut ini :



Bagan 2.1 Bagan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Pada Umumnya



27



Bagan 2.2 Bagan Penyelenggaraan Bangunan Gedung Khusus



28



2.5. Tata Cara Penerbitan Sertifikat Laik Fungsi Sertifikat Laik Fungsi bangunan gedung yang diberikan oleh pemerintah kota untuk bangunan gedung fungsi khusus, kepada pemilik/pengguna bangunan gedung meliputi:



-



Penerbitan SLF untuk pertama kali; dan



-



Perpanjangan SLF selanjutnya. Dalam proses pemberian SLF bangunan gedung pemerintah kota, pemerintah derah



dan pemerintah provinsi untuk bangunan gedung fungsi khusus, harus melaksanakan dengan prinsip pelayanan prima, serta tidak ada pungutan biaya.



1.



Penyelenggaraan Bangunan Gedung a. Lingkup penyelenggaraan bangunan gedung penyelenggaraan bangunan gedung sebagai satu kesatuan sistem dalam pelaksanaan urusan wajib pemerintahan di bidang bangunan gedung meliputi: pembangunan, pemanfaatan, pelestarian, dan pembongkaran bangunan gedung. b.



Pengendalian



penyelenggaraan



bangunan



gedung



pengendalian



penyelenggaraan bangunan gedung dilakukan dengan:







Penerbitan IMB;







Penerbitan SLF bangunan gedung, perpanjangan SLF bangunan gedung; dan



• c.



Persetujuan Rencana Teknis Pembongkaran (RTB) bangunan gedung. Sertifkat Laik Fungsi Bangunan Gedung SLF bangunan gedung diberikan untuk bangunan gedung yang telah selesai dibangun dan telah memenuhi persyaratan kelaikan fungsi bangunan gedung sebagai syarat untuk dapat dimanfaatkan.



2.



Prinsip-prinsip Pemberian SLF Bangunan Gedung Pemberian SLF bangunan gedung sebagai satu kesatuan sistem dengan penerbitan IMB harus mengikuti prinsip-prinsip: a. Pelayanan Prima Proses pemeriksaan kelaikan fungsi, persetujuan, penerbitan SLF bangunan gedung, dan perpanjangan SLF bangunan gedung dilaksanakan dengan waktu proses yang singkat sesuai dengan kompleksitas teknis bangunan gedung; dan



b.



Tanpa Pungutan Biaya SLF bangunan gedung sebagai keterangan yang menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan bangunan gedung telah memenuhi persyaratan dan ketentuan dalam IMB untuk dapat dimanfaatkan sesuai dengan fungsinya, sehingga tidak dikenakan biaya lagi.



3. Persyaratan Penerbitan SLF Bangunan Gedung SLF bangunan gedung diberikan dengan persyaratan meliputi: a. Pemenuhan Persyaratan Administratif



1.



Pemeriksaan pada proses penerbitan SLF bangunan gedung untuk menilai pemenuhan persyaratan administratif meliputi: a)



Kesesuaian data aktual (terakhir) dengan data dalam dokumen status hak atas tanah;



b)



Kesesuaian data aktual (terakhir) dengan data dalam IMB, dan/atau dokumen status kepemilikan bangunan gedung yang semula telah ada/dimiliki; dan



c) 2.



Kepemilikan dokumen IMB.



Pemeriksaan Pada Proses Perpanjangan SLF Bangunan Gedung Untuk Menilai Pemenuhan Persyaratan Administratif Meliputi: a) Kesesuaian data aktual dan/atau adanya perubahan dalam dokumen status kepemilikan bangunan gedung berdasarkan pada perubahan kepemilikan; b) Kesesuaian data aktual (terakhir) dan/atau adanya perubahan dalam dokumen status kepemilikan tanah; dan c)



Kesesuaian data aktual (terakhir) dan/atau adanya perubahan data dalam dokumen IMB berdasarkan antara lain adanya pemecahan IMB atas permohonan pemilik.



b. Pemenuhan Persyaratan Teknis 1.



Pemeriksaan dan Pengujian Pada Proses Penerbitan SLF Bangunan Gedung Untuk Menilai Pemenuhan Persyaratan Teknis Meliputi: a) Kesesuaian data aktual (terakhir) dengan data dalam dokumen pelaksanaan konstruksi bangunan gedung termasuk as built drawings, pedoman pengoperasian dan pemeliharaan/perawatan bangunan gedung, peralatan serta perlengkapan mekanikal dan elektrikal bangunan gedung (manual), dan dokumen ikatan kerja; b) Pengujian/test di lapangan (on site) dan/atau di laboratorium untuk aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, pada struktur, peralatan, dan perlengkapan bangunan gedung, serta prasarana bangunan gedung pada komponen konstruksi atau peralatan yang memerlukan data teknis yang akurat; dan c)



Pengujian/test sebagaimana dimaksud pada butir b.1) b) dan b.1) c) dilakukan sesuai dengan pedoman teknis dan tata cara pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung.



2.



Pemeriksaan Dan Pengujian Pada Proses Perpanjangan SLF Bangunan Gedung Untuk Menilai Pemenuhan Persyaratan Teknis Meliputi: a.



Kesesuaian data aktual (terakhir) dengan data dalam dokumen laporan hasil pemeriksaan berkala, laporan pengujian struktur, peralatan, dan perlengkapan bangunan gedung, serta prasarana bangunan gedung, laporan hasil perbaikan dan/atau penggantian pada kegiatan perawatan, termasuk adanya perubahan fungsi bangunan gedung, intensitas, arsitektur bangunan gedung, dan dampak lingkungan yang ditimbulkan;



b.



Pengujian/test di lapangan (on site) dan/atau di laboratorium untuk aspek keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kemudahan, pada struktur, peralatan dan perlengkapan bangunan gedung, prasarana bangunan gedung pada struktur, komponen konstruksi bangunan gedung dan peralatan yang memerlukan data yang akurat, termasuk adanya perubahan fungsi bangunan gedung, peruntukan dan intensitas, arsitektur bangunan gedung, serta dampak lingkungan yang ditimbulkan;dan



c.



Pengujian/test sebagaimana dimaksud dalam butir b) dilakukan sesuai dengan pedoman teknis dan tata cara pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung.



d.



Lingkup dan metode pemeriksaan kelaikan fungsi bangunan gedung a) Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung Meliputi: 1.



Pemeriksaan dimaksud



pemenuhan



pada



kelengkapan,



butir



persyaratan A.3.a.



keabsahan,



dan



administratif



Pemeriksaan



sebagaimana



mengidentifikasikan



kebenaran/kesesuaian



data



dalam



dokumen. 2.



Pemeriksaan pemenuhan persyaratan teknis sebagai mana dimaksud pada butir A.3.b. Pemeriksaan meliputi pemenuhan persyaratan tata bangunan, dan persyaratan keandalan bangunan gedung. Tata cara pemeriksaan pemenuhan persyaratan tata bangunan, dan persyaratan keandalan



bangunan



gedung



meliputi



persyaratan



keselamatan,



kesehatan, kenyamanan, dan kemudahan, lebih rinci diatur dalam pedoman teknis kelaika.



Bagan 2.3 Tata Cara Penertiban SLF untuk Bangunan Gedung Baru



Bagan 2.4 Tata Cara Penertiban SLF Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Eksisting) dan Memiliki IMB



Bagan 2.5 Bagan Tata Cara Penertiban SLF Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Eksisting) dan Belum Memiliki IMB



Bagan 2.6 Bagan Tata Cara Perpanjang SLF Bangunan Gedung



Bagan 2.7 Tata Cara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung Baru berupa Rumah Tinggal Tunggal dan Rumah Tinggal Deret yang Dilakukan Oleh Tim Teknis Perangkat Daerah Penyelenggara SLF



Bagan 2.8 Tata Cara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Existing) berupa Rumah Tinggal Tunggal dan Rumah Tinggal Deret yang Telah Memiliki IMB Untuk Penerbitan SLF



Bagan 2.9 Tata Cara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Existing) berupa Rumah Tinggal Tunggal dan Rumah Tinggal Deret yang Belum Memiliki IMB Untuk Penerbitan SLF



Bagan 2.10 Tata Cara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Existing) berupa Rumah Tinggal Tunggal dan Rumah Tinggal Deret untuk Perpanjangan SLF



Bagan 2.11 Tata Cara Pemeriksaan Kelaikan Fungsi Bangunan Gedung yang Sudah Ada (Existing) berupa Rumah Tinggal Tunggal dan Rumah Tinggal Deret Pascabencana



3 HASIL PEMERIKSAAN DAN ANALISIS KELAIKAN BANGUNAN Pada bagian ini akan dipaparkan hasil pemeriksaan kelaiakan Bangunan Usaha dan analisisnya berdasarkan pengamatan langsung, pengujian dan wawancara. Pemeriksaan pemenuhan Standar Administrasi dan Teknis kelaikan fungsi gedung sebagaimana tercantum pada PP No. 16 Tahun 2021 pasal 215 terbagi menjadi 2 bagian yaitu persyaratan tata bangunan serta keandalan bangunan.



3.1. Pemeriksaan Tata Bangunan Pemeriksaan ketentuan tata bangunan meliputi:



3.1.1. Peruntukan Bangungan Gedung Pengamatan



peruntukan



bangunan



meliputi



fungsi



bangunan



pemanfaatan ruang dalam, dan pemanfaatan ruang luar.



NO 1



Tabel 3.1 Peruntukan Bangunan Gedung Sesuai Kondisi Faktual Variabel yang Dokumentasi Diamati Fungsi Bangunan Tampak Depan Bangunan Gedung : Fungsi bangunan eksisting adalah bangunan usaha ( SPBU Pertamina )



gedung,



Tampak Samping Bangunan



2



Pemanfaatan ruang dalam : 1. Pulau Pompa 2. Area Pengisian BBM



Pulau Pompa (Dispenser BBM)



Area Pengisian BBM



3.1.2.



Intensitas Bangunan Gedung Aspek yang diamati berkaitan dengan intensitas bangunan gedung meliputi luas



lantai dasar bangunan, jumlah lantai bangunan, tinggi bangunan, daerah hijau dalam persil, sempadan bangunan, jarak antar bangunan. Untuk data intensitas bangunan secara mendetail akan diuraikan pada tabel berikut :



No



Tabel 3.2 Intensitas Bangunan Gedung Variabel Penilaian Keterangan



1



Luas total bangunan gedung



Berdasarkan



hasil



pengukuran



dilapangan luas total bangunan Gedung 346,66 M2 2



Ketinggian bangunan gedung



Bangunan ini mempunyai tinggi 6,6 meter sampai Rangka ACP



3



Jarak bebas bangunan



Jarak sempadan bangunan dari as jalan



a) Jarak sempadan jalan



sampai badan bangunan terluar kurang lebih 10 meter. status jalan ini adalah jalan Nasional



Sempadan bangunan terhadap jalan adalah sesuai, 4



Jarak antar bangunan gedung



- jarak dengan bangunan sebelah kanan berbatasan dengan rumah warga



- Untuk bangunan sebelah kiri berbatasan dengan rumah warga



3.2. Arsitektur Bangunan Gedung No



Tabel 3.3 Arsitektur Bangunan Gedung Variabel Penilaian Keterangan



1



Persyaratan penampilan bangunan gedung



Dokumentasi



Tampak penampilan bangunan ini dari arah depan dan samping lumayan cukup baik 2



Persyaratan tata ruang dalam bangunan gedung



3



Persyaratan keseimbangan, keserasian dan keselarasan bangunan gedung dengan lingkungannya



Secara pengamatan visual tata ruang dalam bangunan gedung secara kenyamanan ruang gerak manusia dan ruang gerak kendaraan untuk bermanuver.



Dokumentasi



Kondisi bangunan yang tidak terlalu tinggi tidak mengahalangi bangunan gedung lainnya, tidak adanya pagar pada bangunan yang dapat menghalangi, menghasilkan bangunan terlihat masih bisa menjaga dengan lingkungan sekitarnya



1.



Pengendalian Dampak Lingkungan



Pengendalian dampak lingkungan meliputi: Tabel 3.4 Pengendafian Dampak Lingkungan



No 1



Variabel Penilaian



Keterangan



Elevasi Bangunan dari Jalan Raya



Dokumentasi



Untuk elevasi bangunan SPBU dibuat lebih tinggi dari jalan , kemudian pada jalan masuk dibuatkan inlet untuk aliran air agar langsung masuk ke drainase kota, tanpa melimpah ke jalan raya terlebih dahulu.



3.2.2. Pemeriksaan Keandalan Bangunan Pemeriksaan ketentuan keandalan bangunan gedung meliputi: Keselamatan bangunan gedung; Persyaratan keselamatan suatu bangunan gedung harus memenuhi beberapa macam persyaratan, yaitu sebagai berikut : No



Tabel 3.5 Pengamatan Persyaratan Aspek Keselamataan Bangunan Gedung Variabel Penilaian Keterangan



1



Struktur bangunan gedung



Untuk struktur bangunan ini memakai pondasi borepile namun tidak nampak terlihat karena tertutup oleh tanah,kolom menggunakan baja WF. Untuk dari Kekuatan Struktur bangunan Di uji dengan perhitungan struktur dengan bantuan tenaga ahli.



2



Proteksi bahaya



Terdapat pemadam api (C0) di 2 titik dan APAR di setiap pulau pompa.



3



Sistem Penangkal petir



Tidak terdapat sistem penangkal petir pada bangunan gedung Disarankan untuk menyediakan penangkal petir pada bangunan gedung



4



Sumber Listrik



Dokumentasi



5



Panel Listrik



Dokumentasi



6



Oil Catcher



Dokumentasi



7



Jalur Evakuasi



8



Rambu Peringatan



Rambu jalur evakuasi tidak ditemukan



Terdapat rambu peringatan



Dokumentasi Sumber : Hasil Pengamatan Langsung Dilapangan



1.



Kesehatan bangunan gedung;



Persyaratan kesehatan suatu bangunan gedung harus memenuhi macam - macam persyaratan, yaitu persyaratan dibawah ini.



No 1



Tabel 3.6 Pengamatan Persyaratan Aspek Kesehatan Bangunan Gedung Variabel Penilaian Keterangan Sistem pencahayaan dan penghawaan Bangunan



Sistem pencahayaan dan penghawaan cukup baik Dokumentasi



2



3 4



Air Hujan



Untuk pembuangan air hujan Dokumentasi



Sistem persampahan



Sudah Tersedia



Material Bangunan



Tidak terdapat material khusus pada bangunan yang dapat membahayakan bagi kesehatan



Sumber : Hasil Pengamatan Langsung Dilapangan



2. Kenyamanan bangunan gedung; Persyaratan kenyamanan suatu bangunan gedung harus memenuhi 4 persyaratan, yaitu persyaratan jumlah pengguna atau batas okupansi, kenyamanan kondisi udara dalam ruang, kenyamanan pandangan, dan kenyamanan getaran dan kebisingan.



Tabel 3.7 Kenyamanan bangunan gedung Variabel Penilaian Keterangan



No 1



Jumlah pengguna/Batas okupansi



3



Kenyamanan pandangan



Dokumentasi



4



Getaran dan kebisingan



Tidak di temukan adanya getaran dan kebisingan pada bangunan gedung



3.



Lahan untuk manuver kendaraan dinilai lebih dari cukup



Kemudahan bangunan gedung.



1. Fasilitas dan aksesibilitas hubungan ke, dari, dan di dalam bangunan gedung, Pemeriksaan bukaan pintu sebagai fasilitas asksesibiltas, dimaksudkan untuk memeriksa ada tidaknya bukaan pintu yang dapat mengganggu lalu lintas operasional antar ruang. Hasil pemeriksaan menunjukan bukaan pintu sudah sesuai dan tidak menyebabkan hambatan sehingga sesuai dengan spesifikasi teknik. 2. Kelengkapan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung. Prasarana dan sarana bangunan Usaha saat ini terdiri dari Pulau pompa dan Area pengisian BBM.



4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pada bagian ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisis beserta rekomendasi yang perlu dilakukan untuk menciptakan kondisi bangunan gedung yang lebih baik.



4.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis pada Bagian 3, maka dapat disimpulkan berbagai hal yang disajikan pada tabel berikut: Tabel 4.1 Kesimpulan hasil analisis kondisi bangunan gedung Jenis Pemeriksaan Bidang



Sub-bidang



Hasil Pemeriksaan



Anak Sub-bidang



A. Pemeriksaan ketentuan tata bangunan A



.1.Keseuaian pemanfaatan bangunan gedung terhadap fungsi bangunan gedung



A.2.Kesesuaian intensitas bangunan gedung



FungsiBangunan gedung



-



Laik/sesuai ketentuan teknis



Pemanfaatan setiap ruang dalam bangunan gedung



-



Laik/sesuai ketentuan teknis



Pemanfaatan ruang luar pada persil bangunan gedung



Laik/sesuai ketentuan teknis



Luas lantai dasar bangunan gedung



-



Laik/sesuai ketentuan teknis



Luas dasar basemen



-



-



Luas total lantai bangunan gedung



-



Laik/sesuai ketentuan teknis



Jumlah lantai bangunan gedung



-



Laik/sesuai ketentuan



Jumlah lantai basemen



-



-



-



Laik/sesuai ketentuan teknis



-



Laik/sesuai ketentuan teknis



Ketinggian bangunan gedung Luas daerah dalam persil



hijau



Jarak sempadan bangunan gedung terhadap jalan, sungai, relkereta api, dan/atau jalur tegangan tinggi



teknis



Laik/sesuai ketentuan teknis



A. Pemeriksaan ketentuan tata bangunan Jenis Pemeriksaan Bidang



A.3.Pemenuhan persyaratan arsitektur



Sub-bidang



Hasil Pemeriksaan



Anak Sub-bidang



Jarak bangunan gedung dengan batas persil



-



Laik/sesuai ketentuan teknis



Jarak antar bangunan gedung



-



Laik/sesuai ketentuan teknis



Penampilan bangunan Bentuk bangunan gedung gedung



Laik/sesuai ketentuan teknis



Bentuk denah bangunan Laik/sesuai ketentuan gedung teknis



bangunan gedung,



Tampak bangunan



Laik/sesuai ketentuan teknis



Bentuk dan penutup atap bangunan gedung



Laik/sesuai ketentuan teknis



Profil, detail, material, Laik/sesuai dan warna bangunan ketentuan teknis Batas fisik atau pagar pekarangan



Laik/sesuai ketentuan teknis



Kulit atau selubung bangunan



Laik/sesuai ketentuan teknis



Tata ruang dalam Kebutuhan ruang utama bangunan gedung



Keseimbangan, keserasian, dan keselarasan dengantingkungan bangunan gedung



Laik



Bidang-bidang dinding



-



Dinding-dinding penyekat



-



Pintu atau jendela



-



Tinggi ruang



Laik



Tinggi lantai dasar



Laik



Ruang rongga atap



Laik



Penutup lantai Penutup langit- Iangit



Laik Laik



Tinggi (peil) pekarangan



Laik/sesuai dengan ketentuan teknis



Ruang terbuka hijau pekarangan



Laik



Pemanfaatan ruang Laik sempadan bangunan



Daerah hijau bangunan



Laik



Tata tanaman



Laik



Jenis Pemeriksaan Bidang



A.4. Pemenuhan Persyaratan pengendalian dampak lingkungan



Sub-bidang



-



Anak Sub-bidang



Hasil Pemeriksaan



Tata perkerasan pekarangan



Laik



Sirkulasi manusia dan kendaraan



Laik



Jalur utama pedestrian



Laik



Perabot lanskap (lansecape furniture)



Laik



Pertandaan (signage)



Laik



Pencahayaan ruang Juar bangunan gedung



Laik,sudah mencukupi untuk pencahayaan luar Bangunan padamalam hari



-



Laik,



B. Pemeriksaan Keandalan Bangunan Gedung B.1.Keselamatan bangunan gedung



B.2.Kesehatan bangunan gedung



System struktur bangunan gedung



-



Laik



System proteksi kebakaran



-



Laik



System proteksi petir



-



Direkomendasikah agar disediakan system proteksi petir,



System instalasi lisfrik



-



Laik,



Jalur evakuasi (mean of gress)



Laik



Sistem penghawaan



Ventilasi alami dan/atau mekanis



Laik/sesuai dengan ketentuan teknis



System pengkondisian udara Kadar polutan udara dalam ruangan System



Pencahayaan alami



Jenis Pemeriksaan Bidang



Sub-bidang pencahayaan



System utilitas



Anak Sub-bidang



Hasil Pemeriksaan



Pencahayaan buatan atau artifisial



Laik



Tingkat luminansi



Laik



Air bersih



Laik



Pembuangan air kotor dan/atau air limbah



Laik



Pembuangan dan sampah



kotoran Laik



Pengelolaan air hujan Penggunaan bahan Kandunganbahan bangunan gedung berbahaya atau beracun



B.3 Kenyamanan Bangunan Gedung



Laik



Laik Laik



Efek silau dan pantulan



Laik



Efek peningkatan suhu



Laik



Ruang Gerak dalam Jumlah pengguna dan bangunan gedung batas penghunian ( occupancy ) bangunan gedung



Laik



Kondisi udara dalam ruang



Kapasitas rata – rata letak prabot



Laik



-



Laik



B.3 Kemudahan Bangunan Gedung



Bidang



Pandangan dari dank e dalam bangunan gedung



-



Laik



Kondisi getaran dan kebisingan dalam bangunan gedung



-



Laik



Fasilitas aksebilitas hubungan ke, dari dan di dalam bangunan gedung



-



Laik



Jenis Pemeriksaan Sub-bidang



Hasil Pemeriksaan Anak Sub-bidang



Sistem sirkulasi vertikal



-



-



Kelengkapan dan prasarana dan sarana dalam pemanfaatan bangunan gedung



-



Laik



4.2. Rekomendasi Untuk



mengatasi



berbagai



hal yang



pertu



dilakukan perbaikan,



rekomendasi seperti berikut ini. Rekomendasi 1: Jenis Pemasalahan Lokasi



Tidak ada penanda jalur evakuasi Area SPBU



Dokumentasi



Rekomendasi



1.



Penambahan Tanda untuk jalur evakuasi dan assembly point



maka



diajukan



Jenis Pemasalahan Lokasi Dokumentasi



Penangkal Petir Di atas bangunan



Rekomendasi



1. Harus di lakukan pemasangan Penangkal Petir



BANGUNAN GEDUNG INI DINYATAKAN LAIK FUNGSI Sesuai hasil pemeriksaan kelaikan fungsi yang dilakukan oleh pengkaji teknis / unit teknis pengelola bangunan gedung yang bersertifikat sebagaimana termuat dalam laporan pemerikasaan kelaikan fungsi bangunan gedung terlampir.



PENYEDIA JASA TEKNIK TENAGA AHLI



ADE TRI SATRIO RUDIANTORO, S.T



DAFTAR SIMAK PEMERIKSAAN KELAIKAN BANGUNAN GEDUNG NAMA BANGUNAN ALAMAT



: Bangunan SPBU Utama : Jln Raya Nasional III, Desa Sukasetia Kec. Cihaurbeuti, Kab Ciamis Provinsi Jawa Barat



FUNGSI BANGUNAN I.



: Bangunan Usaha



PEMERIKSAAN PERSYARATAN TATA BANGUNAN GEDUNG



A. Pemeriksaan Persyaratan Peruntukan Bangunan Gedung



• Fungsi Bangunan Gedung Sampel Ruang Dalam ke …



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun 1. Hasil Bangunan Usaha



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



2. Pemanfaatan Setiap Ruang Dalam Bangunan Gedung Sampel Ruang Dalam ke … 1. Area SPBU



Pengamatan Visual



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



Hasil 346,6 m2



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



3. Pemanfaatan Ruang Luar Pada Persil Bangunan Gedung Sampel Ruang Dalam ke … 1. Ruang Manuver Kendaraan



Pengamatan Visual Hasil …



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



B. Pemeriksaan Persyaratan Intensitas Bangunan Gedung 1.



Luas Dasar Lantai Bangunan Pengukuran Kondisi Faktual



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun 1. Hasil 346,6 m2



2.



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Luas Total Lantai Bangunan Pengukuran Kondisi Faktual



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun 1. Hasil 346,6 m2



3.



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Jumlah Lantai Bangunan Pengukuran Kondisi Faktual



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



1. Hasil 1 Lantai



4.



Ketinggian Bangunan



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



Pengukuran Kondisi Faktual



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



1. Hasil 6,6 Meter



5.



□ Tidak Sesuai yaitu …



Luas Daerah Hijau Pengukuran Kondisi Faktual



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



1. Hasil ………… m2



6.



□ Tidak Sesuai yaitu …



Jarak Sempadan Jalan/Sungai/Pantai/Danau/Rel Kereta Api/Jalur Tegangan Tinggi Komponen



Pengukuran



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun Jarak Sempadan Jalan Jarak Sempadan Sungai Jarak Sempadan Rel Kereta Api Jarak Sempadan Jalur Tegangan Tinggi



7.



Hasil 10,57 m Hasil … m



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil … m



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil … m



□ Sesuai yaitu…



□ Tidak Sesuai



Jarak Bangunan Gedung dengan Batas Persil Komponen



Pengukuran



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai yaitu…



□ Tidak Sesuai



Hasil 17 m



□ Sesuai yaitu…



□ Tidak Sesuai



Berbatasan dengan rumah warga



Hasil 34 m



□ Sesuai yaitu…



□ Tidak Sesuai



Berbatasan dengan



Jarak Bangunan dengan Batas Kiri



Hasil 5 m



Jarak Bangunan dengan Batas Kanan Jarak Bangunan dengan Batas Belakang



8.



Berbatasan dengan Rumah Warga



Lahan Kosong



Jarak Antar Bangunan Komponen



Pengukuran



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun Jarak dengan Bangunan 1



Hasil m



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Jarak dengan Bangunan 2



Hasil … m



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Jarak dengan Bangunan 3



Hasil … m



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



dst



Hasil … m



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



C. 1.



Pemeriksaan Penampilann Bangunan Gedung Bentuk dan Penutup Atap Bangunan



Pengamatan Visual terhadap Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Kerusakan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Tidak Rusak □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu … □ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



Keterangan



2.



Profil, Detail, dan Material Bangunan Sampel Ke…



3.



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



1



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



2



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



3



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



Batas Fisik atau Pagar Pekarangan Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



1



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



2



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



3



4.



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



Kulit atau Selubung Bangunan Sampel Ke… 1



2



3



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan □ Tidak Rusak



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan □ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



□ Sesuai



Keterangan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Tidak Sesuai yaitu …



D. Pemeriksaan Tata Ruang-Dalam Bangunan Gedung 1. Kebutuhan Ruang Utama Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan Sesuai Kebutuhan Teknis



2. Bidang-Bidang Dinding Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



1



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu … □ Rusak Berat



2



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Sesuai □ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



3. Dinding-Dinding Penyekat Sampel Ke… 1



2



3



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan □ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



4. Pintu/Jendela Sampel Ke…



5



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



1



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



2



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



3



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



Tinggi Ruang Pengukuran



Sampel Ke…



6



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



1



Hasil 6,6 meter



□ Sesuai yaitu…



□ Tidak Sesuai



2



Hasil … meter



□ Sesuai yaitu…



□ Tidak Sesuai



3



Hasil … meter



□ Sesuai yaitu…



□ Tidak Sesuai



Tinggi Lantai Dasar Pengukuran



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu…



Hasil 30cm



7



Ruang Rongga Atap Pengamatan Visual terhadap Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Kerusakan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Tidak Rusak □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu … □ Rusak Sedang



8



Ketinggian sampai lantai keramik



Keterangan



□ Rusak Berat



Penutup Lantai Sampel Ke… 1



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan □ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu … □ Rusak Berat



Keterangan



Beton



9



Penutup Langit – langit Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



1



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu … □ Rusak Berat



2



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Sesuai □ Rusak Berat



Keterangan



□ Tidak Sesuai yaitu …



E. Pemeriksaan Keseimbangan, Keserasian dan Keselarasan Dengan Lingkungan 1. Tinggi (Pell) Pekarangan Pengukuran



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu…



Hasil meter



2. Ruang Terbuka Hijau Pekarangan Pengukuran



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun Hasil … meter



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu…



3. Pemanfaatan Ruang Sempadan Bangunan Pengukuran



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun Hasil … meter



□ Sesuai yaitu…



□ Tidak Sesuai



4. Daerah Hijau Bangunan Pengukuran



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan



Keterangan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun Hasil … meter



□ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu…



5. Tata Tanaman Pengamatan Visual terhadap Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Kerusakan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Tidak Rusak □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu … □ Rusak Sedang



Keterangan



□ Rusak Berat



6. Tata Perkerasan Pekarangan Pengamatan Visual terhadap Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Kerusakan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Tidak Rusak □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu … □ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



7. Sirkulasi Manusia dan Kendaraan



Keterangan



Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



Sirkulasi Manusia



□ Tidak Rusak



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



Sirkulasi Kendaraan



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan □ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



Keterangan



□ Tidak Sesuai yaitu …



8. Perabot Landscape ( Landscape Furniture ) Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



1



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu … □ Rusak Berat



2



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan □ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



Keterangan



□ Tidak Sesuai yaitu …



9. Pertandaan ( Signage ) Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



1



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu … □ Rusak Berat



2



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Sesuai □ Rusak Berat



Keterangan



□ Tidak Sesuai yaitu …



10. Pencahayaan Ruang Luar Pencahayaan Gedung Sampel Ke… 1



2



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan □ Tidak Rusak



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Rusak Ringan □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan □ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



Keterangan



□ Tidak Sesuai yaitu …



PEMERIKSAAN PERSYARATAN KEANDALAN GEDUNG



II.



PEMER1KSAAN PERSYARATAN KESELAMATAN A. Pemeriksaan Sistem Struktur Bangunan Gedung 1. Pondasi ( Apabila Dapat Diamati ) Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



Pengukuran



1



□ Tidak Rusak



Dimensi …



□ Rusak Ringan □ Rusak Sedang □ Rusak Berat



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



Penggunaan Peralatan NonDistruktif Hasil : …



Pengujian Kekuatan dan Material (Apabila Diperlukan) Hasil : …



Keterangan



Tidak dapat diamati



2



□ Tidak Rusak



Dimensi …



□ Rusak Ringan



□ Sesuai



Hasil : …



Hasil : …



Penggunaan Peralatan NonDistruktif



Pengujian Kekuatan dan Material (Apabila Diperlukan) Hasil : …



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



2. Kolom Pengukuran



Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



1



□ Tidak Rusak



Dimensi



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



□ Rusak Ringan



30X30



□ Tidak Sesuai yaitu …



Dimensi …



□ Sesuai



Hasil : …



Keterangan



Kolom Utama



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak □ Rusak Ringan



Hasil : …



Hasil : …



Penggunaan Peralatan NonDistruktif Hasil : …



Pengujian Kekuatan dan Material (Apabila Diperlukan) Hasil : …



Hasil : …



Hasil : …



Penggunaan Peralatan NonDistruktif Hasil : …



Pengujian Kekuatan dan Material (Apabila Diperlukan) Hasil : …



Hasil : …



Hasil : …



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



3. Balok Lantai Pengukuran



Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



1



□ Tidak Rusak



Dimensi



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



20x40 cm



□ Tidak Sesuai yaitu …



Dimensi …



□ Sesuai



Keterangan



Tidak Dapat diamati



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak □ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



4. Pelat Lantai Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



Pengukuran



1



□ Tidak Rusak



Dimensi …



□ Rusak Ringan



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak □ Rusak Ringan □ Rusak Sedang □ Rusak Berat



5. Rangka Atap



Dimensi …



□ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



Sampel Ke…



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



Pengukuran



1



□ Tidak Rusak



Dimensi …



□ Rusak Ringan



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



Penggunaan Peralatan NonDistruktif Hasil : …



Pengujian Kekuatan dan Material (Apabila Diperlukan) Hasil : …



Hasil : …



Hasil : …



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang



Keterangan



Rafter WF dan Gording besi CNP



□ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



Dimensi …



□ Rusak Ringan



□ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



B. Pemeriksaan Sistem Proteksi bahaya kebakaran 1. Alat Pemadam Api Ringan Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



2



□ Tidak Tersedia



□ Sesuai



□ Tersedia



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Tidak Tersedia



□ Sesuai



□ Tersedia



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



Hasil : …



C. Pemeriksaan Sistem Penangkal Petir 1. Sistem Kepala Penangkal Petir Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



2. Sistem Hantaran Penangkal Petir



Hasil : …



Keterangan



Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



3. Sistem Pembumian Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak □ Rusak Ringan



□ Sesuai



Hasil : …



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



D. Pemeriksaan Sistem Instalasi Listrik 1. Sumber Listrik Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



2. Panel Listrik



Hasil : …



Dari Sumber PLN



Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



3. Instalasi Listrik Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



Hasil : …



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



4. Sistem Pembumian Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



Pemeriksaan Persyaratan Kesehatan A. Pemeriksaan Sistem Penghawaan 5. Ventilasi Alami



Hasil : …



Keterangan



Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



6. Ventilasi Mekanik Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak □ Rusak Ringan



□ Sesuai



Hasil : …



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



Hasil : …



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



7. Sistem Pengkondisian Udara Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



B. Pemeriksaan Sistem Pencahayaan 1. Sistem Pencahayaan Alami Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



Keterangan



1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



2. Sistem Pencahayaan Buatan Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



Hasil : …



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



C. Pemeriksaan Sistem Penyediaan Air Bersih/Minum 1. Sumber Air Bersih/Minum Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



2.



Sistem Distribusi Air Bersih/Minum Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



Keterangan



1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



3.



Kualitas Air Bersih/Minum Sampel



Pemeriksaan Visual terhadap Kondisi Kualitas



Ke…



Pengetesan dan Pengujian



Keterangan



(Apabila Diperlukan)



1



□ Baik



□ Tidak Baik yaitu…



Hasil : …



2



□ Baik



□ Tidak Baik yaitu…



Hasil : …



3



□ Baik



□ Tidak Baik yaitu…



Hasil : …



dst



□ Baik



□ Tidak Baik yaitu…



Hasil : …



D. Pemeriksaan Sistem Pengelolaan Air Kotor dab/atau Air Limbah (Black Water) 1. Perlatan Saniter Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



2.



Sistem Instalasi Inlet/Outlet Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



Keterangan



1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



3.



Sistem Jaringan Pembuangan Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



Hasil : …



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



4.



Sistem Penampungan dan Pengolahan Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



E. Pemeriksaan Sistem Pengelolaan Kotoran dan Sampah 1. Inlet Pembuangan Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



Hasil : …



Keterangan



2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



2.



Penampungan Sementara dalam Persil Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



Hasil : …



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



3.



Pengelolaan dalam Persil Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



F. Pemeriksaan Sistem Pengelolaan Air Hujan (Grey Water) 1. Sistem Penangkapan Air Hujan, Termasuk Talang Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



Hasil : …



Keterangan



2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



2.



Sistem Penyaluran Air Hujan, Termasuk Pipa Tegak Dan Drainase dalam Persil Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



Keterangan



Terbangun 1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



Hasil : …



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



3.



Sistem Penampungan, Pengelolaan,Peresapan dan / Atau Pembuangan Air Hujan Sampel



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan Pengujian



Ke…



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



(Apabila Diperlukan)



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



1



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



G. Pemeriksaan Penggunaan Bahan Bangunan Gedung 1.



Bahan Bangunan yang Mengandung Bahan Berbahaya/Beracun Pengukuran Menggunakan Peralatan □ Tidak Ada



2.



Bahan Bangunan yang Menyebabkan Efek Silau dan Pantulan Pengukuran Menggunakan Peralatan □ Tidak Ada



3.



□ Ada, yaitu …



□ Ada, yaitu …



Bahan Bangunan yang Menyebabkan Efek Peningkatan Suhu



Keterangan



Pengukuran Menggunakan Peralatan □ Tidak Ada



□ Ada, yaitu …



PEMERIKSAAN PERSYARATAN KENYAMANAN A. 1.



Pemeriksaan Ruang Gerak dalam Bangunan Gedung Jumlah Pengguna atau Batas Okupansi Sampel Ke…



2.



Pengamatan Visual



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu…



1



Hasil Orang



2



Hasil … Orang



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu…



3



Hasil … Orang



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu…



Kapasitas dan Tata Letak Perabot Sampel Ke…



Pengamatan Visual



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



1



Hasil Orang



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu…



2



Hasil … Orang



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu…



3



Hasil … Orang



□ Sesuai



□ Tidak Sesuai yaitu…



B. Pemeriksaan Kondisi Udara Dalam Ruangan 1.



Temperatur Ruangan Sampel Ruangan Ke



2.



Pengukuran Menggunakan Peralatan



1



Hasil 30,10C



2



Hasil ….. 0C



3



Hasil ….. 0C



Kelembapan Ruangan Sampel Ruangan Ke



Pengukuran Menggunakan Peralatan



1



Hasil 40 %



2



Hasil ….. %



3



Hasil ….. %



C. Persyaratan Pandangan Dari dan Ke Dalam Bangunan Gedung 1. Pandangan dari Dalam Ruang Ke Luar Bangunan Sampel Ruangan Ke 1



Pandangan dari Luar



Pengukuran Menggunakan Peralatan □ Tidak Mengganggu



1



□ Mengganggu yaitu…



Bangunan



Sampel Ruangan Ke



2.



Keterangan



Pengukuran Menggunakan Peralatan □ Tidak Mengganggu



□ Mengganggu yaitu…



Keterangan



PEMERIKSAAN PERSYARATAN KEMUDAHAN A. Pemeriksaan Sarana Hubungan Horisontal Antarruang/Antarbangunan 1.



Kondisi Bukaan Pintu Sampel



Pengukuran



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan



Ke…



Dimensi dan



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



Pengujian



Arah Bukaan



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



(Apabila Diperlukan)



Keterangan



Terbangun 1



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



R.Toko



Hasil : …



Toilet



Hasil : …



Kamar/gudang



Hasil : …



Balkon



□ Rusak Sedang Arah



□ Rusak Berat



Bukaan Kedalam



2



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang Arah



□ Rusak Berat



Bukaan Kedalam 3



4



2.



Dimensi



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



Arah



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Bukaan



□ Rusak Sedang



Kedalam



□ Rusak Berat



Dimensi



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



Arah



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Bukaan



□ Rusak Sedang



Kedalam



□ Rusak Berat



Kondisi Koridor Sampel



Pengukuran



Ke…



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



Pengujian



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



(Apabila Diperlukan)



Terbangun 1



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



B. Pemeriksaan Sarana Hubungan Vertikal Antarlantai



Hasil : …



Keterangan



1.



Tangga Sampel



Pengukuran



Ke…



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



Pengujian



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



(Apabila Diperlukan)



Keterangan



Terbangun 1



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



2.



Ram Sampel



Pengukuran



Ke…



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



Pengujian



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



(Apabila Diperlukan)



Keterangan



Terbangun 1



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



C. Pemeriksaan Sarana Hubungan Vertikal Antarlantai 1. Toilet Sampel



Pengukuran



Ke…



Pengamatan



Pemeriksaan Kesesuaian



Pengetesan dan



Visual terhadap



Kondisi Faktual Dengan



Pengujian



Kerusakan



Rencana Teknis dan Gambar



(Apabila Diperlukan)



Keterangan



Terbangun 1



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat 2



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Sesuai



□ Rusak Ringan



□ Tidak Sesuai yaitu …



Hasil : …



□ Rusak Sedang □ Rusak Berat



2.



Fasilitas Parkir Sampel Ke…



Pengukuran



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun



Keterangan



3.



1



Dimensi …



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



□ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



2



Dimensi …



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



□ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



Ruang Ibadah Sampel Ke…



1



Pengukuran



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



□ Rusak Ringan



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



□ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



□ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



Dimensi … □ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



2



4.



Ruang Laktasi Sampel Ke…



Pengukuran



1



Dimensi …



2



5.



Sampel Ke…



Pengukuran



1



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



□ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



Dimensi …



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



□ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



Tempat Sampah Sampel Ke…



7.



Dimensi …



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



Ruang Ganti



2



6.



Dimensi …



Keterangan



Pengukuran



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



1



Dimensi 1



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



2



Dimensi …



□ Tidak Rusak □ Rusak Sedang



□ Rusak Ringan □ Rusak Berat



□ Sesuai □ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



Taman Sampel Ke…



Pengukuran



1



Dimensi …



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan



2



8.



Dimensi …



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



□ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



Prasaran lainnya Sampel Ke…



Pengukuran



1



Dimensi …



2



Dimensi …



Pengamatan Visual terhadap Kerusakan



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



Pemeriksaan Kesesuaian Kondisi Faktual Dengan Rencana Teknis dan Gambar Terbangun □ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



□ Tidak Rusak



□ Rusak Ringan



□ Sesuai



□ Rusak Sedang



□ Rusak Berat



□ Tidak Sesuai yaitu …



Keterangan