Laporan Studytour [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DISUSUN OLEH Rahmadia Safitri Korompot Putry Zaenab Al-Idrus Siti Fadilah Paputungan Ridho Ridio Mokodompit Taufik Rasyid



KATA PENGANTAR



1. 2. 3. 4. 5. 6.



Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan tugas Laporan Study Tour ini. solawat dan salam semoga selamanya tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Adapun tugas laporan study tour ini merupakan tugas praktek semester sebagai persyaratan untuk mendapatkan nilai praktek semster ganjil dan semester genap dalam matapelajaran yang telah ditentukan. Laporan ini berisi tentang pembahasan penelitian studi lapangan di Kota Bitung. Laporan ini disajikan secara sistimatis dan disertai dengan pembahasan dan dokumentasi visualisasi. Dalam mengerjakan tugas ini kami banyak mengalami kesulitan baik dalam hal tenaga, kemampuan ataupun waktu untuk mengerjakan tugas ini, dan juga sulitnya untuk berkomunikasi dengan anggota kelompok. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Kami tidak lupa juga mengucapkan terimakasih kepada : Kepala Sekolah SMA NEGERI 2 KOTAMOBAGU yang selalu memberi nasihat- nasihatnya. Guru mata pelajaran yang telah membimbing kami untuk bisa menyelesaikan tugas ini. Wali kelas kami yang selalu memberi semangat dan motivasi. Guru pembimbing kami yang selalu membimbing kami dalam melaksanakan study tour ini serta membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini. Rekan rekan yang selalu membantu dan memberi motivasi dalam mengerjakan tugas ini. Kepada kedua orang tua kami yang selalu memberikan Do’a dan restunya sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini. Kami menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki, maka dari pada itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat memotivasi kami agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang, Kotamobagu, 12 November 2018 Penyusun



DAFTAR ISI Kata Pengantar …………………………………………………………….. i Daftar Isi …………………………………………………………………… ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………….……



1



B. Tujuan Pelaksanaan ……………………………………………..



1



C. Metode Pelaksanaan …………………………………………….



1



D. Waktu dan Tempat Pelaksanaan……………… ………………..



2



BAB II LANDASAN TEORI Sejarah Singkat Kota Bitung …………………………………. 6 BAB III PEMBAHASAN 1. Monument Benteng Moraya Roong Minahasa Tondano………. 7 2. PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air) Tonsealama ……………….…... 8 3. Waruga Sawangan Minahasa …………………………… 14 4. PT. INDOFOOD ICBP Sukses Makmur Tbk……………………...… 24 5. Trikora ”Pulau Lembeh” ………………………………………..



29



6. Taman Marga Satwa Tandurusa Kebun Binatang Mini Bitung …….... 37 7. UPTD Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara……………………. Bab III PENUTUP A. Kesimpulan ………………………………………………………



40



B. Saran ……………………………………………………………..



40



DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………… …... 41 PROFIL ANGGOTA KELOMPOK …………………………………….... 42 DOKUMENTASI …………………………………………………………. 45



BAB I PENDAHULUAN A.



Latar Belakang Seiring dengan pendidikan yang semakin modern dan berkembang,yang tidak hanya mengandalkan teori/materi serta terpacu pada buku yang ada di sekolah, tapi perlunya praktek dengan cara terjun langsung mengamati objek yang selalu di pelajari, sehingga pelajaran lebih efektif dan efesien. Berdasarkan tuntutan kurikulum berbasis KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), kegiatan Study Tour dilaksanakan pada semester ganjil kelas XII. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui dua cara, yaitu suatu kegiatan di luar kelas dalam bentuk studi lapangan Kota Bitung atau siswa-siswi terjun langsung di lapangan guna menambah pengetahuan dan pengalaman langsung di lapangan.



B.  1.



Tujuan Pelaksanaan Menambah wawasan berupa Ilmu Pengetahuan Melalui studi lapangan di PT. INDOFOOD, siswa dapat melihat secara langsung proses pembuatan sampai pengemasan mie instan serta mengetahui manfaat dan kerugian dalam mengonsumsi mie instan. Siswa dapat mengenal sejarah Minahasa di Benteng Moraya Tondano Siswa dapat menambah pengetahuan mengenai satwa-satwa langka yang jarang ditemui disekitar kita, di Taman Marga Satwa kebun Binatang Mini Bitung Sulawesi Utara Siswa dapat menambah pengetahuan sejarah tentang Trikora yang berada di pulau lembeh Kota Bitung. Siswa dapat mengetahui dan melihat lansung bagaimana proses-proses pembangkitan Listrik dari air di PLTA tonsealama Siswa dapat mengetahui sejarah-sejarah yang ada di Sulawesi Utara dalam Museum Provinsi Sulawesi Utara Siswa dapat mengetahui tentang sejarah Pekamanan Tradisional Kuno Masyarakat Minahasa di Waruga Sawangan Melihat secara langsung praktek segala Teori yang sudah di dapat di sekolah. Melihat secara langsung perindustrian yang ada di Kota Bitung. Menerapkan ilmu pengetahuan dan dapat menarik kesimpulan sebagai bekal pengetahuan dimasa yang akan datang.



2. 3. 4. 5. 6. 7.   



C.



Metode Penulisan Metode yang digunakan dalam pengerjaan laporan ini adalah:  Metode Observasi Yaitu dengan melihat langsung objek yang dikunjungi atau diteliti dan mencatat kesimpulan dari hasil penelitian  Metode Literatur Yaitu dengan menggunakan media internet. D.



Waktu dan Tempat Pelaksanaan 1. Benteng Moraya Roong Minahasa Tondano Pukul 13.00-14.00 pm ; 06 November 2018 2. PLTA ( Pusat Listrik Tenaga Air) Tonsealama Pukul 14.30-16.00 pm ; 06 November 2018 3. Waruga Sawangan Pukul 16.30-17.45 : 06 November 2018 4. PT.Indofood ICBP Sukses Makmur Tbk Pukul 11.00-14.00 pm ; 07 November 2018 5. Monumen Trikora Pulau Lembeh Pukul 15.00-17.15 pm ; 07 November 2018 6. Taman Marga Satwa Tandurusa Kebun Binatang Mini Bitung Pukul 08.00-11.00 am ; 08 November 2018 7. UPTD Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Pukul 13.00- 14.15 pm ; 08 November 2018



BAB II LANDASAN TEORI A. Sejarah Singkat Kota Bitung Kota Bitung adalah salah satu kota di provinsi Sulawesi Utara. Kota ini memiliki perkembangan yang cepat karena terdapat pelabuhan laut yang mendorong percepatan pembangunan. Kota Bitung terletak di timur laut Tanah Minahasa. Wilayah Kota Bitung terdiri dari wilayah daratan yang berada di kaki gunung Duasudara dan sebuah pulau yang bernama Lembeh. Banyak penduduk Kota Bitung yang berasal dari suku Sangir, sehingga kebudayaan yang ada di Bitung tidak terlepas dari kebudayaan yang ada di wilayah Nusa Utara tersebut. Kota Bitung merupakan kota industri, khususnya industri perikanan. Menurut cerita sejarah, nama Bitung diambil dari nama sebuah pohon yang banyak tumbuh di daerah utara Jazirah Pulau Sulawesi. Penduduk yang pertama yang memberikan nama Bitung adalah Dotu Hermanus Sompotan yang dalam bahasa daerah disebut dengan Tundu'an atau pemimpin. Dotu Hermanus Sompotan tidak sendirian tetapi pada saat itu dia datang bersama dengan Dotu Rotti, Dotu Wullur, Dotu Ganda, Dotu Katuuk, Dotu Lengkong. Pengertian kata Dotu adalah orang yang dituakan atau juga bisa disebut sebagai gelar kepemimpinan pada saat itu, sama seperti penggunaan kata Datuk bagi orang-orang yang ada di Sumatera. Mereka semua dikenal dengan sebutan 6 Dotu Tumani Bitung, mereka membuka serta menggarap daerah tersebut agar menjadi daerah yang layak untuk ditempati, mereka semua berasal dari Suku Minahasa, etnis Tonsea. Daerah pantai yang baru ini ternyata banyak menarik minat orang untuk datang dan tinggal menetap sehingga lama kelamaan penduduk Bitung mulai bertambah. Sebelum menjadi kota, Bitung hanyalah sebuah desa yang dipimpin oleh Arklaus Sompotan sebagai Hukum Tua (Lurah) pertama desa Bitung dan memimpin selama kurang lebih 25 tahun, yang pada saat itu Desa Bitung adalah termasuk dalam Kecamatan Kauditan. Dari Sekitar tahun 1940-an, para pengusaha perikanan yang mengusahakan Laut Sulawesi tertarik dengan keberadaan Bitung dibandingkan Kema (di wilayah Kabupaten Minahasa Utara sekarang) yang dulunya merupakan pelabuhan perdagangan, karena menurut pandangan mereka Bitung lebih strategis dan bisa dijadikan pelabuhan pengganti Kema. Seiring dengan perkembangan Bitung sebagai suatu kawasan yang strategis serta jumlah penduduk yang semakin bertambah dengan pesatnya maka Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1975 tanggal 10 April 1975 Bitung diresmikan sebagai Kota Administratif pertama di Indonesia.



BAB III PEMBAHASAN 1. Monument Benteng Moraya Roong Minahasa Tondano Bangunan serupa menara pengintai dengan 4 lantai ini, menjulang tinggi seolah mengingatkan era kejayaan Tou Minahasa di zaman dahulu. Tempat wisata ini belum lama dibangun oleh pemerintah kabupaten Minahasa, setelah penemuan beragam kayu pondasi rumah orang Minahasa jaman dulu, serta waruga-waruga di tempat ini. Di sekeliling dinding luar monumen ini, terukir relief yang menceritakan bagaimana awalnya suku Minahasa terbentuk. Pada beberapa bagian juga tampak ukiran yang menggambarkan perang Tondano, serta tulisan doa ‘Bapa Kami’ dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Perang Tondano Pertama (1661-1664), terjadi pada tanggal 1 Juni 1661. Perang ini merupakan perang rakyat di sekitar danau Tondano, sebelah selatan Kota Tondano (dahulu disebut Minawanua), melawan pasukan kolonial Belanda. Belanda sedikit kewalahan karena kurang lebih 1.400 laskar (termasuk kaum perempuannya) terlibat dalam pertempuran di atas air dan rawa. Perang Tondano Kedua (1681-1682) ini disebabkan oleh perlakuan semena-mena Belanda (VOC) yang menyalahi Perjanjian 10 Januari 1679 tentang persekutuan-persahabatan antara Minahasa dan Belanda, (ditandatangani oleh Robertus Padttbrugge dari pihak Belanda, dan dari pihak Minahasa ditandatangani oleh Maondi (Mandey), Capitaine Pacat (Paat), Soepit (Supit), dan Pedro Rantij (Ranti). Karena Walak Tondano tidak mau kompromi dengan kompeni Belanda, maka kawasan Tondano tepatnya di Minawanua diserang oleh pasukan Belanda dan antekanteknya. Bagi kompani Belanda kawasan Minawanua itu Boven Tondano (tempat tinggal orang Tondano), merupakan kawasan yang dijadikan tempat berkumpul para ekstrimis (Pangalila). Perang Tondano Ketiga (1707-1711) akibat dari seluruh Walak di Minahasa pada umumnya, dan khususnya Walak Tondano tidak tahan atas penderitaan akibat kekejaman bangsa Belanda tersebut. Verdrag 10 September 1699, dianggap merupakan politik tipu daya terhadap walak-walak Minahasa. “Lebih baik menghadapi perompak-perompak Mingindanou daripada dikunjungi kompeni Belanda dan antek-anteknya yang harus dengan terpaksa menyerahkan hasilhasil pertanian (padi) kepada mereka” demikian semboyan perang orang Tondano terhadap Belanda dengan menggunakan taktik gerilya. Perang Tondano Keempat (1807-1809), lebih seru karena berlandaskan semangat Mapalus (tolong-menolong), Maesa (bersatu), dan Matuari (turunan Toar-Lumimu’ut), “menyatakan apabila, pihak kompeni Belanda tidak menghentikan pelanggaran terhadap Verbond 10 Januari 1679, dan pemaksaan-pemaksaan yang bertentangan dengan adat, maka seluruh Walak Minahasa yang hadir akan melawan kompeni Belanda dengan cara, penghentian pemasokan dan perdagangan beras; tidak membayar



hutang sandang; tidak mengizinkan seorang pemuda untuk menjadi serdadu kompeni; tuntutan pemulangan serdadu-serdadu dari luar Minahasa. Ke-12 tonggak yang ditancapkan di halaman depan Benteng Moraya membuka pikiran saya tentang gigihnya para Tonaas dalam perang Tondano abad 16 dan 18. Kata “Moraya” berarti di seluruh kawasan Tondano (pada perang 5 Agustus 1809) telah digenangi darah dan bau anyir dari para korban perang



2. PLTA (Pusat Listrik Tenaga Air) Tonsealama PLTA Tonsea lama adalah PLTA tertua di Sulawesi Utara, peninggalan dari bangsa Belanda dan bangsa Jepang dan diteruskan oleh bangsa indonesia teruma masyarakat di Tonsealama kecamatan Tondano Utara Kabupaten Minahasa Sulawesi Utara, PLTA Tonselama ini mempunyai masing-masing 3 unit alat pembangkit Listrik Yaitu, 3 unit Turbin, 3 unit Generator, dan 3 unit Travo Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Tonsea Lama dirintis oleh bangsa Belanda, selama bangsa Belanda masi mengusai Indonesia, namun setelah bangsa Jepang merebut kekuasaan Belanda di Indonesia maka proyek pembangunan PLTA tonsealama diteruskan oleh Jepang sekitar tahun 1942 sampai dengan tahun 1945 yang diantara lainnya adalah membuat bendungan,terowongan, pemasangan pipa pesat,dan mendatangkan turbin dan generator. PLTA tonsealama juga masi sempat jatuh kembali ke tangan bangsa Belanda sebelum benar-benar akhirnya jatuh ditangan Indonesia dan dijalankan oleh bangsa Indonesia yaitu pada tahun 1950. Selain sebagai salah satu sumber listrik bagi kebutuhan masyarakat, di PLTA ini juga bisa ditelusuri jejak peninggalan sejarah dari era penjajahan Belanda, pendudukan Jepang, hingga setelah Indonesia Merdeka. Mulai dari bendungan air, terowongan, turbin, hingga generator telah berusia nyaris seabad.Bentuk bangunan asli pun masih dipertahankan. Pada 1958, PLTA ini pernah jadi arena pertempuran antara TNI dengan Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta). Permesta berupaya menduduki PLTA Tonsea Lama, bahkan ada bekas tembakan-tembakan peluru ya ng jadi bukti bisu atas betul terjadinya peristiwa tersebut. Meski telah lama berdiri serta melewati berbagai masa pemerintahan, PLTA berkapasitas 40 MW ini masih terus beroperasi dan menerangi ribuan rumah di Sulawesi Utara. Didalam PLTA tersebut terbagi atas 3 ruangan yaitu ruangan bawah tanah yang terdapat 3 unit turbin, di ruangan tengah yaitu yang terdapat 2 unit generator, dan diruangan atas yaitu yang terdapat ruangan travo dan juga alat alarm yang menyala dan berbunyi ketika terjadi kesalahan dalam teknis, museum PLTA tonsea lama, dan terdapat 1 generator yaitu generator yang tertua. Tetapi 2 dari 3 unit turbin dan generator diberhentikan dalam proses tugasnya untuk menghasilkan tenaga listrik dikarenakan kondisi air di pintu air Daerah Aliran Sungai Tondano (DAS) terus menurun dan memengaruhi produksi listrik Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Tonsea Lama, dan untuk kondisi normal, tinggi air mencapai 330 meter, dan untuk saat ini tinggi air sudah turun mencapai 280 meter. Maka dari itu unit 2 generator,turbin,dan travo dan unit 3 generator, turbin, dan travo diberhentikan, unit 2 sudah selama 2tahun terakhir dikarenakan system yang sudah tidak berjalan dengan baik sedangkan, unit 3 baru 3bulan terakhir standbye dikarenakan travo yang sudah tidak beroprasi dengan baik lagi. dan hanya 1 unit turbin, generator, dan travo yang masi beroperasi yaitu unit 1. a. Cara Kerja dari Pembangkit Listrik Tenaga Air



Air dialirkan dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang renda menuju turbin, air akan memutar turbin agar bisa memutar generator sehingga generator bisa menghasilkan Listrik yang diukur oleh travo. Cara kerja ini menggunakan Energi Potensial, Energi Mekanik, dan Energi Listrik yang dimana dari proses Turbin menghasilkan Enegi Potensial, lalu Turbin menuju Generator menghasilkan Energi Mekanik, dan dari generator berubah menjadi Energi Listrik. b. Tegangan,beban arus yang dihasilkan Tegangan yang dihasilkan adalah 5.8 kv atau sekita sekitar 5800 volt,sedangkan beban aru yang dihasilkan adalah 2700 mw, dan untuk debit air yang dipakai adalah sekitar 8.5 mpa.



3. Waruga Sawangan a. Sejarah waruga Waruga adalah merupakan wadah kubur yang digunakan oleh masyarakat Sawangan sebagai tempat penguburan mayat dari anggota keluarga yang meninggal pada zaman dahulu kala. Menurut informasi waruga Sawangan ini semula tersebar di kebun maupun rumah-rumah penduduk desa, namun kemudian dikumpulkan pada satu lokasi di tempat yang sekarang ini. Walaupun begitu sampai tahun 1976 waruga di Situs Sawangan ini masih dalam keadaan yang tidak teratur seperti sekarang ini dan tidak memiliki pagar keliling. Kemudian pada tahun 1977 kompleks waruga ini mengalami pemugaran oleh Kantor Suaka Sejarah dan Purbakala Ujung Pandang bersama dengan Bidang Muskala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Utara. Setelah pemugaran itu maka waruga di Situs Sawangan ini menjadi teratur rapi dan memiliki jalan setapak di dalam kompleks waruga serta diberi pagar keliling dari kawat berduri. Pada tahun 2006 dibuatkan pagar tembok batako mengelilingi kompleks oleh Kantor Dinas Pariwisata Provinsi. Sebelum memasuki kompleks waruga terlebih dahulu harus dilalui kompleks pekuburan umum. Pekuburan umum ini sebenarnya juga merupakan pekuburan yang cukup tua, dibuktikan dengan adanya kubur-kubur yang berasal dari tahun seribu delapan ratusan. Namun oleh masyarakat desa ini pekuburan tersebut masih digunakan sampai sekarang. Yang menarik pekuburan ini tidak hanya menjadi kuburan umat Kristiani, tetapi juga menjadi kuburan umat lain selain Kristiani. Pada waktu pemugaran di dalam waruga banyak ditemukan benda-benda sebagai isinya, yaitu berupa piring-piring keramik, manik, tulang-tulang manusia dan benda-benda logam serta gelang-gelang perunggu. Luas lahan yang berisi konsentrasi waruga berukuran 60 x 137 meter, dengan luas zona penyangga 10 x 137 meter. Jadi luas situs secara keseluruhan adalah 274 x 70 meter termasuk lahan kosong di belakang kompleks waruga dan jalan masuk ke kompleks waruga. Ditinjau dari jumlah yang cukup banyak dan bentuk-bentuk maupun hiasan waruga yang indah, diperkirakan jumlah penduduk di lokasi ini pada masa yang lalu juga memang cukup banyak dan juga memiliki ekonomi yang cukup baik. Kemungkinan Desa Sawangan pada masa lalu merupakan desa yang cukup besar dan ramai, dengan masyarakat yang berpenghasilan cukup tinggi. Kehidupan masyarakat cukup makmur dengan lingkungan alam yang mendukung. Bahan untuk membuat waruga sudah tersedia atau disediakan oleh alam, yang banyak terdapat di daerah Minahasa Utara. Waruga di dalam situs itu berjumlah 144. Sedangkan, versi yang lain menyebutkan bahwa “waruga” berasal dari dua kata, yaitu “waru” yang berarti “rumah” dan “ruga” yang berarti “badan”. Jadi, waruga dapat diartikan sebagai “rumah tempat badan yang akan kembali ke surga”. Konon, makam yang terbuat dari batu yang dipahat dan dibentuk seperti rumah khas orang Minahasa ini adalah



salah satu warisan tradisi zaman megalitikum yang terus dipertahankan hingga kira-kira pertengahan abad ke-19. Hal ini dapat dibuktikan dari pahatan angka tahun pada beberapa waruga seperti: 1769, 1839, 1850 dan lain sebagainya. Waruga dahulu digunakan sebagai sarana pemakaman keluarga yang ditaruh di pekarangan atau di kolong rumah. Namun, tidak semua orang Minahasa Utara memiliki waruga. Hanya orangorang yang mempunyai status sosial yang cukup tinggi saja yang memilikinya. Itu pun jumlahnya tidak terlalu banyak. Menurut catatan, di seluruh daerah Minahasa bagian utara, termasuk Kodya Manado, hanya terdapat sekitar 2.000 buah waruga yang tersebar di beberapa tempat seperti: Sawangan 144 buah, Airmadidi Bawah 155 buah, Kema 14 buah, Kaima 9 buah, Tanggari 14 buah, Woloan 19 buah, Tondano 40 buah dan lain sebagainya. Taman Waruga dapat dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu: tempat pemakaman, museum, dan bangunan tambahan. Berikut ini adalah uraian tentang bagian-bagian tersebut. Tempat pemakaman yang berisi ratusan buah waruga berada di bagian belakang taman. Warugawaruga yang ada di tempat ini bahannya terbuat dari batu dengan lebar rata-rata 1 meter dan tinggi 1-2 meter, terdiri atas dua bagian yang berfungsi sebagai wadah dan tutup. Bagian tutup waruga bentuknya menyerupai atap rumah yang menjulang tinggi. Di bagian tutup ini banyak dipahatkan berbagai macam hiasan berupa: manusia dalam berbagai posisi, binatang, benda alam, tumbuh-tumbuhan, matahari, tumpal, untaian permata, rumbai-rumbai, ragam hias geometris dan lainlain. Ada yang mengatakan bahwa hiasan-hiasan tersebut merupakan gambaran situasi surgawi atau gambaran situasi saat orang yang ada di dalamnya mati. Misalnya, ada yang meninggal waktu melahirkan, digambarkan dalam posisi mengangkang. Namun, ada pula yang mengatakan bahwa hiasan-hiasan itu merupakan gambaran profesi saat orang itu masih hidup. Misalnya, apabila di waruga tersebut ada gambar binatang, maka orang yang dikubur di dalamnya, dahulunya adalah seorang pemburu. Atau hiasan orang yang sedang bermusyawarah, maka dahulu orang yang dikuburkan di waruga itu adalah seorang Dotu Tangkudu (hakim). Pada bagian depan kompleks kubur Waruga terdapat sebuah museum yang bentuknya berupa rumah panggung khas Minahasa. Di dalam museum itu terdapat beberapa lemari kaca yang menyimpan berbagai macam cincin, gelang, kalung, keramik Cina dari Dinasti Ming dan Ching, tulang belulang manusia dan lain sebagainya. Barang-barang tersebut adalah isi dari waruga yang telah dibongkar dan dipindahkan ke dalam museum. Sebagai catatan, mayat yang akan diletakkan di dalam waruga biasanya disertai dengan barangbarang perhiasan miliknya. Di sebelah museum, ada sebuah bangunan pendukung yang berbentuk rumah “modern”. Bangunan ini pada bagian depannya tidak berdinding dan di dalamnya terdapat sebuah kereta yang tampak seperti kereta pengangkut jenazah. Dan terdapat juga 1 waruga yang sudah hancur kita bisa melihat bagaimana dalam dari waruga tersebut, dan konon ceritanya jangan



bercanda di depan waruga yang terdapat pahatan bergambar orang karna percaya tidak percaya maka candaan itu akan betul terjadi dalam kehidupan nyata.



4. PT. INDOFOOD ICBP Sukses Makmur Tbk Fasilitas produksi untuk produk mi instan terdiri dari 14 pabrik yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi, sedangkan untuk bumbu mi instan terdiri dari 3 pabrik di Pulau Jawa dan untuk pengolahan gandum terdiri dari 2 pabrik di Jakarta dan Surabaya yang dìdukung oleh 1 pabrik kemasan karung tepung di Citereup. 1.



Sejarah indofood Indofood at a Glance Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk (“Indofood” atau “Perseroan”) telah bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan, mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang tersedia di pasar. Kini, Indofood dikenal sebagai perusahaan yang mapan dan terkemuka di setiap kategori bisnisnya. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, Indofood memperoleh manfaat dari ketangguhan model bisnisnya yang terdiri dari empat Kelompok Usaha Strategis (“Grup”) yang saling melengkapi sebagai berikut:  Produk Konsumen Bermerek (“CBP”). Kegiatan usahanya dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (“ICBP”), yang sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (“BEI”) sejak tanggal 7 Oktober 2010. ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan terkemuka di Indonesia yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam kemasan. Berbagai merek produk ICBP merupakan merek–merek yang terkemuka dan dikenal di Indonesia untuk makanan dalam kemasan. 2. Proses Pembuatan Mie Pt. Indofood Alur Produksi a) PENGAYAAN TEPUNG berfungsi untuk memisahkan tepung yang akan dipakai dari kotoran yang ada di dalam tepung b).PENUANGAN TERIGU (SCREW) Proses Screw adalah proses awal yaitu menuangkan bahan-bahan baku kedalam satu tempat untuk dijadikan adonan. Bahan-bahan tersebut adalah tepung terigu, minyak, dan air. c) PENCAMPURAN (MIXING) Mixing adalah proses pencampuran bahan yang digunakan dalam pembuatan mie instan Bahan – bahan yang dicampur :  Tepung terigu  Tepung gaplek  Tepung tapioka atau pati,  Alkali (maksimal 35%) dan  Air 1. Tahap awal ( pencampuran alkali dengan kadar air) 2. Tahap akhir (pengadukan secara cepat sehingga dihasilkan campuran yang homogen).



c) PENGEPRESAN (PRESSING) DAN PEMBENTUKAN GELOMBANG Laminate Roller Pressing merupakan proses pembentukan lembaran adonan dengan ketebalan tertentu Adonan mie dari mixer ditampung oleh feeder DCM. Dipress oleh dough presser menjadi dua lembar adonan. ditangkap oleh roll press untuk dipress menjadi selembar adonan dengan ketebalan yang lebih rendah dari sebelumnya. hal yang harus diperhatikan : Ketepatan pemasangan mangkok pemisah mie, Kebersihan slitter, Fungsi sisir mie harus baik. d) PEMBENTUKAN UNTAIAN MIE (SLITTING) Proses slitting adalah proses penyisiran adonan sehingga bentuknya halus dan kriting. e) PENGUKUSAN (STEAMING) Proses pemanasan yang dilakukan dengan uap air panas (98oC) sebagai media penghantarnya Fungsi : untuk mendukung proses terjadinya gelatinisasi gluten. Dengan beberapa tahap proses gelatinisasi yaitu pembasahan, tahap gelatinisasi dan tahap solidifikasi Prinsip kerja : Untaian mie yang telah ditangkap oleh Waving Net Conveyor selanjutnya dilewatkan melalui steam box dengan menggunakan mesin Boiler Stremer. f) PEMOTONGAN (CUTTING) Cutting merupakan proses pemotongan untaian mie menjadi blog mie yang mempunyai ukuran tertentu dengan standar berat dan ukuran mie instan tergantung dari jenis mie Cutter. g) PENGGORENGAN (FRYING) Merupakan salah satu metode pengawetan bahan pangan Metode : Metode frying digunakan adalah deep fat frying dimana seluruh bagian terendam oleh minyak selama dilakukan proses frying dengan temperature 150 oC selama 3 menit Kematangan mie instan dipengaruhi oleh 3 faktor : 1. Level minyak 2. Lama waktu frying 3. Suhu minyak goreng Fryer. h) PENDINGINAN (COOLING) Cooling merupakan proses penurunan suhu mie instan, selama 1 menit dengan cara melewatkan mie dalam cooling box yang berisi fan Suhu mie setelah cooling adalah kurang dari 45oC dan kemudian ditangkap oleh konveyor untuk selanjutnya dikemas Booler. i) PENGEMASAN (PACKING) Packing merupakan proses pembungkusan mie dan seasoningnya dengan kemasan, dengan meliputi dua tahap yaitu packing dengan etiket dan dengan karton. j) PEMASUKAN DALAM KARTON (CARTOONING) Proses cartooning adalah memasukan mie kedalam karton, lalu disimpan didalam gudang. Dalam pertemuan ini kami banyak mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang lansung di jawab oleh yang bertanggung jawab. Daftar pertanyaannya sebagai berikut 1. Mengapa bumbu-bumbu dari mie instant produksi PT Indofood bitung tidak di produksi lansung oleh PT Indofood bitung, bukankah itu lebih mempermudah dproduksi lansung dan untuk mempercepat pengemasan dan di distribusikan hingga lebih meningkatkan nilai produksi?



2. Bagaimana cara penggorengan mie tersebut, apakah terdapat bahan kimia tertentu atau tidak sehingga dapat bertahan dlam waktu yang sudah ditentukan? 3. Apakah penyakit tipes memang benar ditimbulkan oleh Mie Instant? 4. Apakah ada bahan kimia yang terdapat pada kemasan Pop Mie Cup ini karena tidak terurai ketika disriam oleh air panas, ataukah ada bahan-bahan kimia yang akan ikut dalam Cup yang digunakan dalam kemasan Pop Mie ini? 5. Menurut isu yang dikatakan masyarakat banyak bahwa Mie Instant mengandung Lilin apakah itu benar? 6. Dari menurut isu lagi yang dikatakan masyarakat bahwa Mie Instant dapat menggemukkan pengonsumsinya apakah benar? Mengapa demikian? Apakah ada bahan kimia tertentu yang mengakibatkan itu dan bahan kimia apakah itu? 7. Pada saat steaming atau pengkusan berapakah titik didih air yang diperlukan untuk menghasilkan uap pada proses tersebut? 8. Kenapa PT Indofood bitung divisi Noodle membuat beberapa brand berbeda, kenapa tidak dibuat 1 saja, bukankah dengan hanya membuat 1 brand saja dapat mempermudah proses distribusinya.? 9. Apakah dari setiap brand yang berbeda itu ditemukan lansung oleh PT Indofood atau dibeli dari perusahaan lain? 10. Bagaimana strategi PT Indofood agar produk-produknya lebih unggul dari produkproduk Mie perusahaan lain? 11. Jika menemukan bumbu pada Mie Instant terntu yang sudah mengeras, apakah itu masih bisa dikonsumsi atau tidak? 12. Apakah dibolehkan jika Mie Instant dikonsumsi secara mentah atau tidak dimasak sesuai prosedur yang terdapat dalam Mie Instant tersebut? 13. Apakah tepung yang digunakan PT Indofood itu adalah tepung terigu ada pemasok tersendiri atau dibeli dari perusahaan lainnya? 14. Kenapa kebanyakan pabrik Indofood yang dibangun diluar negeri lebih banyak dibagian timur tengah apakah PT Indofood tidak ingin membuka cabang dibagian amerika yang mempunyai pemasaran yang lebih luas?. 15. Yang sering kita dengar apakah mengonsumsi Mie Instant Goreng bersama nasi bisa membuat gemuk apakah itu benar? 16. Apa bisa Mie Instant dikonsumsi bersama nasi? 17. Apakah bisa Mie Yang sudah dipakai Airnya bisa dipakai kembali? 18. Bagaimana cara penyajian yang baik dan benar, yang tidak menyebabkan penyakit sebagaimana yang tersebar dimasyarakat luas? 19. Menurut isu, mengonsumsi Mie Instant selama 1 bulan berturut-turut dapat menyebabkan penyakit kanker dan ginjal apakah itu benar? 20. Kenapa Mie Sarimie Gelas, bukan Mie Sarimie Mangkok, apakah ada maksud daya tarik pemasaran? 21. Apakah ada perbedaan kualitas antara Indofood di luar negeri dan dari produk local? 22. Bagaimana cara BPOM mengungkapkan bahwa Mie Instant aman untuk dikonsumsi? 23. Apa visi dan misi dari PT Indofood bitung ini? 24. Apakah sumber energi lain selain energi PLN dan Gengset? 25. Apakah dengan terlalu banyak rasa itu bisa memberikan keuntungan, atau menurrut saya jika sudah terlalu bnbayk rasa maka orang akan bingung untuk menentukan rasa Mie instant yang akan dikonsumsi?



26. Apakah aman mengonsumsi Mie Instant setiap hari? 27. Siapa perintis pertama PT Indofood Indonesia dan sejak kapan PT Indofood masuk di Indonesia? 28. Dimanakah pertama kali pabrik Indofood dibangun, dan tahun berapakah Indofood ini didirikan? 29. Berapakah jumlah produksi dalam 1 hari itu yang PT Indofood keluarkan? 30. Apakah ada kelebihan dari produk yang dihasilkan oleh PT Indofood? Dari pertanyaan-pertanyaan di atas jawabannya akan dilampirkan secara rampung bersamaan. PT Indofood sudah pernah menjalin kerja sama dengan petani-petani yang ada di modoinding tetapi petani-petani di modinding tidak mampu memasok hasil tani secara continue, sedangkan PT Indofood harus memproduksi setiap harinya, beda dengan dijawa sana mereka bisa memasok hasil tani secara continue sehingga kelengkapan bahan yang di butuhkan untuk produksi terpenuhi setiap harinya dan tidak menghambat produksi bumbu-bumbu. Dalam penggorengan juga tidak terdapat bahan pengawet ataupun bahan kimia dan hanya digoreng, dalam isu masyarakat yang beredar juga bahwa mie mengandung liln itu tidaklah benar warna keruh pada air yang digunakan untuk memasak Mie Instant tersebut adalah dari tepung pembuatan Mie instant tersebut, maka dari itu Mie Instant tidaknya mengandung Lilin, dan dari isu masyarakat juga bahwa Mie instant bisa menyebabkan terjadinya penyakit dalam tubuh seseorang, dalam hal ini bahwa tidak ada kaitannya dengan mengonsumsi Mie Instant semua kembali lagi dengan diri kita masing-masing bagaiman cara kita mengonsumsi Mie Instant tersebut, seperti halnya dengan tidak menjaga pola makan maka akan muncul sakit maag, jika pola makan anda tidak teratur dan mengonsumsi Mie Instant maka yang salah adalah pola makan anda bukan dari Mie Instantnya, begitu pula dengan penyakit tipes, penyakit tipes seperti yang kita ketahui penyebabnya adalah bakteri, jika kita memakan Mie Instant dengn mangkok atau peralatan makan lainnya yang tidak dijaga kebersihannya maka itu akan menyebabkan bakteri mengendap dalam tubuh kita dan menyebabkan penyakit tipes, jadi bukan dari Mie Instantnya.membahas tentang kemasan di Pop Mie Cup, itu bukanlah plastic tetapi itu adalah sterofom yang berkualitas yang dikirim lansung dari produksi sterofom yang ada di amerika, jadi tidak sembarang sterofom yang digunakan untuk kemasan Pop Mie cup ini, membahas tentang Isu Masyarakat tentang Mie instant yang menggemukaan, mengonsumsi Mie instant tidaknlah menggemukkan asalkan dijaga porsi makan yang harus diperhatikan dikarenakan Mie Instant mengandung karbohidrat dan nasi yang juga mengandung karbohidrat maka akan menggemukan pengonsumsi yang tidak menjaga porsi makannya, Mie Instant juga aman untuk dikonsumsi setiap hari tetapi kembali lagi ke diri kita masing-masing untuk menjaga, kebersihan, pola makan dan juga porsi makan. Untuk air yang sudah dipakai untuk memasak Mie instant terus dipakai kembali tidak masalah tetapi lebih baiknya untuk diganti,dan untuk energy yang dibutuhkan dalam produksi adalah PLN dan Genngset dan belum ada energy yang lain, dan untuk varian rasa yang terlalu banyak adalah kami menyiapkannnyadaru survey yang kami lakukan dari beberapa daerah tetap setiap orang memiliki selera masing-masing maka tidak ada kerugian dari situ, dan juga cara BPOM mengungkapkan bahwa Mie Instan aman untuk dikonsumsi, khusus PT Indofood Bitung BPOM rutin secara jadwal maupun tidak, maka dari itu Mie Instant Indofood dinyatakanan aman untuk dikonsumsi, perbedaan kulaitas dari luar negeri dan local tidak ada yang berbeda adalah hanya cita



rasa untuk menyesuaikan selera dari Negara lain yang juga memproduksi Mie Instant. Dan untuk produksi yang dihasilkan Kapasitas produksi normal noodlekurang lebih 5,8 juta setiap minggunya (kurang lebih 145 ribu karton). dan untuk visi misi PT Indofood adalah VISI Menjadi Total Food Solutions Company. MISI Untuk terus meningkatkan karyawan kami, proses kami dan teknologi kami. Untuk menghasilkan kualitas tinggi, inovatif, dan terjangkau, produk yang disukai oleh pelanggan. Untuk memastikan ketersediaan produk-produk kami kepada pelanggan domestik dan internasional. Untuk memberikan kontribusi pada peningkatan kualitas hidup, masyarakat Indonesia dengan penekanan pada gizi. Untuk terus meningkatkan stakeholders ‘value’. secara berkesinambungan.



5. Tugu Trikora “Pulau Lembeh” a. Sejarah Tugu Trikora di Pulau Lembeh Bitung Tugu Trikora terletak di Pulau Lembeh, sekitar 10 menit saja naik kapal dari Pelabuhan Bitung. Ia berdiri kokoh dengan penuh kisah heroik tentang perjuangan bangsa kita merebut Irian Barat dari penjajah Belanda, Bitung merupakan pendaratan awal oleh TNI sebelum membebaskan Irian Barat, dengan alasan itulah Tugu Trikora dibangun sekitar tahun 80an atas inisiatif pemerintah untuk mengenang peristiwa bersejarah tersebut. Monumen Trikora (kependekan dari Tri Komando Rakyat) Saat pertama menuruni perahu yang kita naiki dari pelabuhan menuju trikora itu, kita akan bertemu dengan sebuah patung tangkasi (tarsius) yang langsung menyapa di bagian depan. Tentu saja si patung Tarsius ini dibuat dalam ukuran besar, setelah itu, terdapat beberapa anak tangga yang dapat dinaiki untuk masuk ke bagian dalam tugu dan di areal Tugu Trikora ini terdapat sebuah pesawat DC-3 Dakota TNI-AU yang pernah digunakan dalam operasi Trikora. Di dinding –dinding yang mengelilingi tugu trikora juga terdapat ukiran-ukiran pahatan bung karno berdiri gagah memberikan komando kepada pasukan, diikuti gambar tank dan beragam kapal perang di sisi yang satunya. Ketika berjalan ke arah tengah dimana terdapat bagian utama Monumen Trikora, lambang Negara Garuda Pancasila, dengan sebuah prasasti di bawahnya yang berbunyi "Melalui Trikora wilayah Nusantara utuh dan sentosa" dengan tanda tangan Presiden Soeharto di bawahnya Latar belakang hadirnya Trikora ini berawal dari saat kemerdekaan bangsa kita dulu, Indonesia mengklaim seluruh wilayah Hindia Belanda, termasuk wilayah barat Pulau Papua. Namun pemerintah Belanda menganggap wilayah tersebut masih menjadi salah satu wilayah kekuasaan Kerajaan Belanda. Puncaknya Pemerintah Belanda memulai persiapan untuk menjadikan Papua sebagai negara merdeka selambat-lambatnya pada tahun 1970-an. Jelas pemerintah Indonesia menentang hal ini dan berusaha membebaskan Irian Barat dari penjajahan Belanda, melalui Operasi Trikora. Operasi Trikora yang berlangsung mulai 19 Desember 1961- 15 Agustus 1962 menggelar berbagai macam operasi penyelendupan, pertempuran hingga adu strategi unjuk kekuatan untuk penekanan psikologis pun dimainkan hingga Belanda yang bercokol di Irian Barat pun akhirnya hengkang. Dan melalui Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat), rakyat Papua menyetujui bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1969.



Isi Trikora adalah: 1) Gagalkan pembentukan negara boneka Papua buatan Belanda. 2) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat, tanah air Indonesia. 3) Bersiaplah untuk mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa



6. Taman Marga Satwa Tandurusa Kebun Binatang Mini Bitung



Taman Marga Satwa Tandurusa ini lokasinya berada di Aertembaga Kota Bitung dan memiliki dasar hukum yaitu SK Menhut no. 287 11-2007. Keunikan yang dimilikinya adalah koleksi beberapa hewan-hewan khas tipe peralihan yang sangat menarik untuk dilihat dengan segala tingkah polahnya. Salah satu hewan di tempat ini adalah Tarsius Spectrum atau sebutan lokalnya tangkasi. Binatang lucu itu juga mendapat predikat primata terkecil di dunia. Hewan itu berhabitat di ranting pepohonan dan termasuk hewan nokturnal. Sangat menggemari serangga terutama jangkrik. Selain Tarsius, terdapat pula Kus-kus Beruang yang merupakan salah satu spesies kus-kus yang berukuran lebih besar dan bentuk kepalanya mirip beruang madu. Ada pula Babi Rusa dengan taring yang menjembul keluar mulutnya. Beberapa spesies burung-burung khas Sulawesi juga turut menjadi koleksi taman marga satwa ini. Ada juga satwa besar lainnya yang termasuk hewan ganas seperti ular piton yang berukuran dua kali paha orang dewasa, buaya, dan juga beberapa jenis primata. 1. Elang Bondol Klasifikasi Elang Bondol Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Order : Falconiformes (atau Accipitriformes , qv) Keluarga : Accipitridae Genus : Haliastur Spesies : H. indus nama latin: Haliastur indus (Pieter Boddaert,1783) Deskripsi, Penyebaran global, Penyebaran local, dan Makanan, Elang Bondol, burung Elang Bondol (Haliastur indus) Berukuran sedang (45 cm), berwarna putih dan coklat pirang. Dewasa: kepala, leher, dan dda putih; sayap, punggung, ekor, dan perut coklat terang, terlihat kontras dengan bulu primer yang hitam. Seluruh tubuh renaja kecoklatan dengan coretan pada dada. Warna berubah menjadi putih keabu-abuan pada tahun kedua, dan mencapai bulu dewasa sepenuhnya pada tahun ketiga. Perbedaan antara burung muda dengan Elang Paria pada ujung ekor membulat dan bukannya menggarpu.Iris coklat, paruh dan sera abu-abu kehijauan, tungkai dan kaki kuning suram. Penyebaran global daerah sekitar pantai di Asia Tenggara, Cina, dan Australia. Sedangkan di Indonesia dan India, masih dapat ditemukan di daerah pedalaman. Penyebaran dan status, umum tersebar di seluruh Indonesia, jarang ditemui di Jawa dan Bali. Menghuni habitat sekitar pantai dan kepulauan di daerah tropis. Juga masih dapat ditemukan di lahan basah dan hutan dataran rendah sampai ketinggian 2000 m di pedalaman yang jauh dari pantai. Makanan sangat bervariasi. Di perairan diantaranya memakan kepiting, udang, dan ikan; juga memakan sampah dan ikan sisa tangkapan nelayan. Di daratan memangsa burung, anak ayam, serangga, dan mamalia kecil



2. Elang sayap Coklat Klasifikasi Elang Sayap coklat Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Order : Accipitriformes Keluarga : Accipitridae Genus : Butastur Spesies : B. Liventer nama latin: Butastu Liventer (Temminck,1872) Deskripsi, Tempat Hidup dan Kebiasaan Burung elang ini berukuran sekitar 40 cm. Sayap dan ekor berwarna coklat berangan, tubuh bagian bawah berwarna pucat, kepala dan tengkuk abu-abu kecoklatan; tubuh bagian atas coklat, berbercak, dan bercoret hitam. Dagu, tenggorokan, dan dada abu-abu; perut dan tungging putih. Sayap panjang dan agak runcing. Ekor panjang, ramping, dan berpotongan lurus. Iris kuning, paruh kuning dengan ujung hitam, sera dan kaki kuning. Burung ini terdapat di Cina, Asia Tenggara, Sulawesi, dan Jawa. Penetap yang jarang di Jawa, biasanya di hutan dataran rendah dengan ketinggian dibawah 800 m.Menghuni hutan kering yang terbuka di pinggir sungai atau rawa. Biasanya berburu dari tenggeran cabang pohon dekat perairan terbuka atau lahan pertanian terbuka. Berburu dari tempat bertengger yang terbuka, terbang dalam jarak dekat untuk menangkap mangsa. Soaring secara reguler. Memakan mamalia kecil, kadal, katak, kepiting, dan serangga. Mulai mengerami telur Februari-April di Jawa, Juni-Juli di Sulawesi. Sarang berukuran besar dan kokoh di pohon yang berukuran besar dan biasanya menonjol. Telur 2-3 butir. 3. Kukang Klasifikasi Kukang Kingdom: Animalia Filum : Chordata Kelas : Mamalia Ordo : Primata Famili : Lorisidae Genus : Nycticebus Spesies : N. coucang nama latin : Nycticebus Coucang Deskripsi Kukang (Nycticebus sp) Salah satu jenis hewan yang dilindungi karena masuk dalam kategori rentan atau hampir punah. Kukang terdiri dari 8 marga dan terbagi lagi menjadi 14 jenis yang tersebar mulai Afrika hingga negara-negara Asia, khususnya Asia Selatan dan Asia Tenggara. Di Indonesia ditemukan tiga jenis yaitu kukang jawa (Nycticebus javanicus), kukang borneo (Nycticebus menagensis), dan kukang besar (Nycticebus coucang). Kukang adalah hewan primata yang hidup di atas pohon dan bergerak di antara



ranting-ranting dengan lambat, kelihatan seperti malu-malu, memiliki penampilan yang menarik, lucu dan sangat menggemaskan dengan mata berwarnah coklat yang besar, bulu halus, lembut dan kecil mungil sehingga banyak orang yang tertarik menjadikan sebagai hewan peliharaan. Kukang memiliki gigitan beracun. Sebagai hewan yang tidak terlalu kuat dalam bertarung melawan predatornya, kukang memiliki mekanisme pertahanan diri berupa gigitan beracun. Racun itu berasal dari liur kukang yang akan ikut masuk ke tubuh lawan lewat tancapan gigi. Selain itu, racun dari liur kukang juga digunakan untuk melindungi anaknya yang masih kecil. Kukang betina akan menjilatkan liur ke seluruh rambut anak kukang untuk melindunginya. Kukang terbesar di temukan di India dengan berat antara 12 kg. Sedangkan kukang terkecil ditemukan di Kalimantan dengan berat hanya 250-500 gram. Mereka dapat hidup hingga 25 tahun. Kukang betina mengalami kehamilan hingga 6 bulan dan melahirkan anak yang memiliki berat kurang dari 50 gram.Kematangan organ reproduksi dari kukang adalah 10 bulan untuk kukang betina dan satu tahun untuk kuskus jantan. Biasanya hewan ini kawin hingga dua kali dalam setahun. Seekor kukang hanya memiliki 1 bayi setiap melahirkan.Termasuk jenis hewan omnivora. Hewan ini memakan macam-macam serangga, cacing, mamalia kecil, buah, daun, dan berbagai jenis telor. 4. Iguana Klasifikasi Iguana Kelas Ordo Famili Genus Spesies Nama Latin



: Reptilia : Squamata : Iguanidae : Iguana : Iguana : Iguana Iguana



Deskripsi Iguana ialah sejenis kadal yang hidup di daerah tropis di Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan Karibia. Pertama kali mereka disebutkan oleh seorang naturalis berkebangsaan Austria Josephus Nicolaus Laurenti pada tahun 1768. Ada 2 spesies yang berbeda dari jenis kadal ini: iguana hijau dan iguana Antilles Kecil. Kedua spesies kadal tersebut memiliki lipatan kulit di bawah rahang, sekumpulan kulit yang mengeras yang berderet di punggungnya hingga ekor, dan "mata ketiga" di kepalanya. Mata ini disebut sebagai mata parietal, yang mirip seperti tonggak di atas kepalanya. Di belakang lehernya ada sisik kecil yang menyerupai paku panjang, dan disebut tuberculate scale. Iguana juga memiliki sisik besar bundar di pipinya yang disebut sebagai selubung subtimpani. Iguana memiliki penglihatan yang baik dan bisa melihat bentuk, bayangan, warna, dan gerakan pada jarak yang jauh. Iguana menggunakan matanya untuk mengarahkannya mengarungi hutan lebat, untuk menemukan makanan. Mereka juga menggunakan matanya untuk berkomunikasi dengan anggota spesies yang sama. Mereka merespon rangsangan visual berupa warna seperti jingga, kuning, merah muda, dan biru yang terdapat pada substansi



makanan mereka. Telinga iguana disebut timpanum, yang merupakan gendang telinga iguana dan terdapat di kanan atas selubung subtimpani dan di belakang mata. Ini adalah bagian tubuh iguana yang amat tipis dan lembut, dan amat penting untuk pendengarannya. Mereka sering kali sulit untuk diketahui keberadaannya karena kemampuan mereka untuk menyatu dengan lingkungannya. Warna hijau alaminya sangat membantu dalam menyembunyikan dirinya dari predator. 5. Elang Laut Klasifikasi Elang Laut Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Aves Order : Falconiformes Family : Accipitridae Genus : Haliaeetus Species : H. leucogaster Gmelin, 1788 Nama Latin : Haliaetus leucogaster Deskripsi Mempunyai panjang tubuh 70–85 cm, rentang sayap 178–218 cm dengan berat tubuh jantan 1,8 – 2,9 kg dan betina 2,5 – 3,9 kg. Bagian atas berwarna abu-abu kebiruan, sedangkan bagian bawah, kepala dan leher berwarna putih. Iris coklat. Kuku, paruh dan sera berwarna abu-abu. Tungkai tanpa bulu dan kaki berwarna abuabu. Saat terbang, ekornya yang pendek tampak berbentuk baji dan sayapnya terangangkat ke atas membentuk huruf V. Saat masih muda atau juvenile, berwarna coklat seperti elang bondol muda. Biasanya elang ini bertelur 1 - 2 butir Penyebaran Di Dunia : India, Asia Tenggara, Filipina, Indonesia dan tersebar luas di Australia. Di Indonesia : Karimunjawa, Simeulue, Nias, Musala, Banyak, Batu dan Kepulauan Mentawai, Sumatra, Riau dan Kepulauan Lingga, Bangka, Belitung, Kalimantan, Kepulauan Maratua, Panaitan, Laut, Tinjil, Deli, Panaitan, Jawa, Bawean, Kepulauan Seribu Kepualauan Kangean, Bali, Lombok, Moyo, Sumbawa, Komodo, Padar, Rinca, Palu, Flores, Ende, Besar, Lomblen, Alor, Sumba, Roti, Timor, Lucipara, Kisar, Romang, Leti, Sermata dan Kepulauan Tanimbar, Tanahjampea, Selayar, Kepualauan Kalaotoa, Sulawesi, Lembeh, Muna, Buton, Banggai, Sula, dan Kepulauan Talaud, Ternate, Halmahera, Rau, Muor, Morotai, Bacan, Obi, Buru, Kelang, Ambon, Seram, Manuk, Banda, Watubela, Tayandu, Kai, Kepulauan Aru, Waigeo dan Irian Jaya. Habitat ditemukan di seluruh daerah, berputar-putar sendirian atau berkelompok di atas perairan. Mengunjungi pesisir, sungai, rawa-rawa dan danau sampai ketinggian 3000 m. Musim berbiak: Musim kawin di Pulau Kalimantan dan Asia tenggara Januari – Juli. Di Jawa dan Sulawesi musim kawinnya adalah beberapa bulan (tetapi kebanyakan Mei – Oktober). Sarang: sangat besar dengan lebar 1,2-1,5 m (bila digunakan secara menerus dapat mencapai 3 m) dan kedalaman 0,5 – 1,8 m. Terdiri



dari dedaunan hijau, rerumputan dan rumput laut. Kebanyakan bertelur 2 butir, dengan masa pengeraman 40-45 hari. Makanannya cukup bervariasi, namun tidak seluruh jenis dimakan. Terutama memakan ular laut, kura-kura dan penyu kecil, burung-burung air seperti penggunting laut, petrell, camar, cikalang, pecuk dan cangak. Juga burung burung air besar seperti angsa-angsaan, bebek dan belibis. Mamalia umumnya hewan pengerat domestik. Cara berburu jenis ini hampir menyerupai Elang Bondol Haliastur indus yaitu terbang berputar sambil mengawasi permukaan air dan seketika akan meluncur ke mangsanya begitu mangsa terlihat. Menangkap mangsanya menggunakan kakinya yang kuat. Dapat membawa mangsa yang besar sambil terbang. 6. Kasuari Klasifikasi Kasuari Kerajaan : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Order : Casuariformes Keluarga : Casuaridae Genus : Casuarius Spesies : C. Causarius nama latin: Casuarius casuarius Deskripsi Semua kasuari biasanya burung pemangsa di hutan dalam, mahir menghilang jauh sebelum manusia tahu mereka ada di sana. Kasuari selatan hutan hujan utara Queensland utara tidak diteliti dengan baik, dan kasuari utara dan kurcaci pun tidak begitu. Betina lebih besar dan lebih berwarna cerah. Kasuari dewasa dewasa setinggi 1,5 sampai 1,8 m (4,9-5,9 kaki), meskipun beberapa betina mencapai 2 m (6,6 kaki), dan berat 58,5 kg (129 lb).Semua kasuari memiliki bulu yang terdiri dari poros dan barbules yang longgar. Mereka tidak memiliki retrices (bulu ekor) atau kelenjar preen. Kasuari memiliki sayap kecil dengan 5-6 porsi besar. Ini dikurangi menjadi dasi kaku, keratinous, seperti landak landak, tanpa bumbung. Cakar ada di setiap jari kedua. Furcula dan coracoid merosot, dan tulang palatal dan tulang sphenoid saling bersentuhan. Ini, bersama dengan tubuh berbentuk baji mereka, dianggap sebagai adaptasi untuk menangkal tanaman merambat, duri, dan daun bergerigi, yang memungkinkan mereka berlari dengan cepat melalui hutan hujan. Kasuari menggunakan kaki mereka sebagai senjata. Kasuari memiliki kaki tiga jari dengan cakar yang tajam. Jari kaki kedua, bagian dalam di posisi medial, olahraga seperti cakar seperti pisau yang bisa panjangnya 125 mm (5 in). Cakar ini sangat menakutkan karena kasuari terkadang menendang manusia dan hewan dengan kaki mereka yang sangat kuat. Kasuari bisa berjalan hingga 50 km / jam (31 mph) melalui hutan lebat dan



bisa meloncat hingga 1,5 m (4,9 kaki). Mereka adalah perenang yang baik, menyeberangi sungai yang luas dan berenang di laut. Ketiga spesies ini memiliki kulit kerang yang ditutupi keratin pada kepala mereka yang tumbuh seiring bertambahnya usia. Bentuk dan ukuran casque, sampai 18 cm (7,1 inci), bergantung pada spesies. Casuarius casuarius memiliki bentuk terbesar dan Casuarius bennetti yang terkecil (bentuk tricorn), dengan Casuarius unappendiculatus memiliki variasi di antaranya. Bertentangan dengan temuan sebelumnya, bagian dalam dari casque dibentang dengan serat halus yang diyakini memiliki fungsi akustik. Beberapa fungsi untuk casque telah diusulkan. Salah satunya adalah bahwa mereka adalah ciri seksual sekunder. Fungsi lain yang disarankan termasuk digunakan untuk adonan melalui semak belukar, sebagai senjata dalam perselisihan dominasi, atau untuk menyingkirkan sampah samping saat mencari makan. Suara "booming" yang dihasilkan oleh kasuari adalah seruan burung dengan frekuensi terendah yang diketahui dan berada pada batas bawah pendengaran manusia. Fungsi pendinginan untuk kantung guineafowl yang sangat mirip telah diusulkan. Umur rata-rata kasuara liar diyakini sekitar 40 sampai 50 tahun. Spesies ini diduga menurun secara cepat secara keseluruhan, berdasarkan keyakinan bahwa ia telah mengalami penurunan yang cepat di Australia selama tiga generasi terakhir . Dengan demikian, jumlah spesies setara dengan 6.667-13.333 individu dewasa, dibulatkan ke sini sampai 6.000-15.000 individu dewasa. Habitat and Ecology Ini adalah penghuni hutan hujan soliter dan tidak berpindah-pindah, kadang-kadang menggunakan hutan padang rumput, hutan mangrove dan perkebunan buah yang berdekatan. Makanannya sebagian besar terdiri dari buah yang jatuh, meski cukup membeda-bedakan. Jarak antara 0 m dan paling sedikit 500 m di Papua Nugini, dan telah tercatat sampai 1.400 m di Australia. 7. Burung Maleo Klasifikasi Burung Maleo Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Galliformes Famili: Megapodiidae Genus: Macrocephalon Spesies: M . maleo Nama Latin : Macrocephalon Maleo Deskripsi Maleo Senkawor atau Maleo, yang dalam nama ilmiahnya Macrocephalon maleo adalah sejenis burung gosong berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm, dan merupakan satu-satunya burung di dalam genus tunggal Macrocephalon. Yang unik dari maleo adalah, saat baru menetas anak burung maleo sudah bisa terbang. Ukuran telur burung maleo beratnya 240 gram hingga 270 gram per butirnya, ukuran rata-rata 11 cm, dan perbandingannya sekitar 5 hingga 8 kali lipat dari ukuran telur ayam. Namun saat ini mulai terancam punah karena habitat yang semakin sempit dan telurtelurnya yang diambil oleh manusia. Diperkirakan jumlahnya kurang dari 10.000 ekor



saat ini. Ciri-Ciri Burung ini memiliki bulu berwarna hitam, kulit sekitar mata berwarna kuning, iris mata merah kecoklatan, kaki abu-abu, paruh jingga dan bulu sisi bawah berwarna merah-muda keputihan. Di atas kepalanya terdapat tanduk atau jambul keras berwarna hitam. Jantan dan betina serupa. Biasanya betina berukuran lebih kecil dan berwarna lebih kelam dibanding burung jantan. Maleo Senkawor adalah monogami spesies. Populasi Tidak semua tempat di Sulawesi bisa ditemukan maleo. Sejauh ini, ladang peneluran hanya ditemukan di daerah yang memliki sejarah geologi yang berhubungan dengan lempeng pasifik atau Australasia.[1] Populasi burung endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan tropis dataran rendah pulau Sulawesi seperti di Gorontalo (Bone Bolango dan Pohuwato) dan Sulawesi Tengah (Sigi dan Banggai). Populasi maleo di Sulawesi mengalami penurunan sebesar 90% semenjak tahun 1950-an. Berdasarkan pantauan di Cagar Alam Panua, Gorontalo dan juga pengamatan di Tanjung Matop, Tolitoli, Sulawesi Tengah, jumlah populasi dari maleo terus berkurang dari tahun ke tahun karena dikonsumsi dan juga telur-telur yang terus diburu oleh warga. Habitat Maleo bersarang di daerah pasir yang terbuka, daerah sekitar pantai gunung berapi dan daerah-daerah yang hangat dari panas bumi untuk menetaskan telurnya yang berukuran besar, mencapai lima kali lebih besar dari telur ayam. Setelah menetas, anak Maleo menggali jalan keluar dari dalam tanah dan bersembunyi ke dalam hutan., kemampuan sayap pada anak maleo sudah seperti unggas dewasa, sehingga ia bisa terbang, hal ini dikarenakan nutrisi yang terkandung di dalam telur maleo lima kali lipat dari telur biasa, anak maleo harus mencari makan sendiri dan menghindari hewan pemangsa, seperti ular, kadal, kucing, babi hutan dan burung elang Makanan Pakan burung ini terdiri dari aneka biji-bijian, buah, semut, kumbang serta berbagai jenis hewan kecil 8. Babi Rusa Klasifikasi Babi Rusa Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Mammalia Ordo: Artiodactyla Famili: Suidae Genus: Babyrousa Spesies: Babyrousa Nama Latin : Babyrousa Babyrussa, Babyrousa bolabatuensis , Babyrousa celebensis, Babyrousa togeanensis Deskrispsi Babirusa adalah marga hewan dari beberapa jenis babi liar yang hanya terdapat di sekitar Sulawesi, Pulau Togian, Malenge, Sula, Buru dan pulau-pulau Maluku lainnya. Habitat babirusa banyak ditemukan di hutan hujan tropis. Hewan ini gemar melahap buah-buahan dan tumbuhan, seperti mangga, jamur dan dedaunan. Mereka hanya berburu makanan pada malam hari untuk menghindari beberapa binatang buas yang sering menyerang. Panjang tubuh babirusa sekitar 87 sampai 106 sentimeter. Tinggi babirusa berkisar pada 65-80 sentimeter dan berat tubuhnya bisa mencapai 90 kilogram. Jantan memiliki taring yang mencuat ke atas, sedangkan taring pada betina



kecil atau tereduksi. Taring ini berasal dari gigi taring yang termodifikasi. Taringnya panjang mencuat ke atas, berguna melindungi matanya dari duri rotan. Babirusa memiliki tiga subspesies yang masih ada saat ini dan diakui. Bentuk (tiga) bentuk kehidupan digambarkan sebagai berikut: 1. B. babyrussa, babirusa 'berbulu' atau 'emas' diketahui hanya dari pulau Buru dan Taliabu, Sulabesi (tempat sekarang punah) dan, mungkin, Mangole di Kepulauan Sula. Ini adalah subspesies terkecil,dan sebaliknya ditandai dengan rambutnya yang panjang dan tebal, yaitu berwarna putih, emas krem, hitam atau emas dengan pantat hitam. Bagian atas taring jantan biasanya pendek dan ramping, dengan alveolus ke depan diputar, sehingga lower canine melintasi upper di lateral view. 2. B. togeanensis , babirusa Kepulauan Togian adalah, seperti namanya menyarankan, terbatas pada Kepulauan Togian, di antara semenanjung utara dan Sulawesi Tengah. Ini adalah subspesies terbesar. Hal ini juga ditandai dengan kepemilikan rambut, meskipun tidak lebih tebal dan panjang. Bagian atas juga lebih gelap dari pada bagian di bawah bagian dan coklat muda, coklat atau hitam. Gigi taring bagian atas jantan biasanya pendek, ramping dan agak diputar ke depan, dan selalu konvergen. 3. B. celebensis, ini tentu hanya diketahui dari utara semenanjung dan bagian timur laut daratan Sulawesi, termasuk lepas pantai pulau Lembeh. Ini adalah satusatunya subspesies yang harus dipertahankan penangkarannya pada saat ini dan karena itu yang paling akrab. Jantan dewasa Ukuran tubuh cukup besar (meski lebih kecil dari subspesies sebelumnya), mulai dari 60 dan 100 kg. Wanita sekitar 30% lebih kecil. ini Biasanya dianggap telanjang, meski pada kenyataannya rambut tubuhnya hanya pendek (0,5-1,0 cm), jarang dan berwarna coklat tua di atas kulit abu-abu. Gigi taring bagian atas dari jantan umumnya panjang dan tebal, dan alveoli ditanam secara vertikal, sehingga taring atas muncul secara vertikal dan tidak disilangkan oleh kanin bawah, dan konvergen di hampir semua kasus. 9. Musang Klasifikasi Musang Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Mammalia Ordo: Carnivora Famili: Vivirridae Genus: Paradoxurus Spesies: P. hermaphroditus Nama Latin : Paradoxurus hermaphrodites Deskripsi Musang bertubuh sedang, dengan panjang total sekitar 90 cm (termasuk ekor, sekitar 40 cm atau kurang). Abu-abu kecoklatan dengan ekor hitam-coklat mulus. Sisi atas tubuh abu-abu kecoklatan, dengan variasi dari warna tengguli (coklat merah tua) sampai kehijauan. Jalur di punggung lebih gelap, biasanya berupa tiga atau lima garis gelap yang tidak begitu jelas dan terputus-putus, atau membentuk deretan bintikbintik besar. Sisi samping dan bagian perut lebih pucat. Wajah, kaki dan ekor coklat gelap sampai hitam. Dahi dan sisi samping wajah hingga di bawah telinga berwarna keputih-putihan, seperti beruban. Satu garis hitam samar-samar lewat di tengah dahi, dari arah hidung ke atas kepala. Posisi kelamin musang betina dekat dengan anus dan



memiliki tiga pasang puting susu, sedangkan posisi kelamin musang jantan dekat dengan pusar. Musang luwak adalah salah satu jenis mamalia liar yang kerap ditemui di sekitar pemukiman dan bahkan perkotaan. Hewan ini amat pandai memanjat dan bersifat arboreal, lebih kerap berkeliaran di atas pepohonan, meskipun tidak segan pula untuk turun ke tanah. Musang juga bersifat nokturnal, aktif di malam hari untuk mencari makanan dan aktivitas lainnya. Di alam liar, musang kerap dijumpai di atas pohon aren atau pohon kawung, rumpun bambu, dan pohon kelapa, jika di perkotaan biasanya musang bersarang di atap rumah warga, karena habitat alaminya sudah terganti oleh rumah-rumah manusia. Dalam gelap malam tidak jarang musang luwak terlihat berjalan di atas atap rumah, meniti kabel listrik untuk berpindah dari satu bangunan ke lain bangunan, atau bahkan juga turun ke tanah di dekat dapur rumah. Musang luwak juga menyukai hutan-hutan sekunder. Musang ini kerap dituduh sebagai pencuri ayam, walaupun tampaknya lebih sering memakan aneka buahbuahan di kebun dan pekarangan. Termasuk di antaranya pepaya, pisang, dan buah pohon kayu afrika (Maesopsis eminii). Mangsa yang lain adalah aneka serangga, moluska, cacing tanah, kadal serta bermacam-macam hewan kecil lain yang bisa ditangkapnya, termasuk mamalia kecil seperti tikus. Jenis yang berkerabat dan penyebaran Ada empat spesies musang dari marga Paradoxurus, yalah: 1. Paradoxurus hermaphroditus, musang luwak, yang menyebar luas mulai dari India dan bagian utara Pakistan di barat, Sri Lanka, Bangladesh, Burma, Asia Tenggara, Tiongkok selatan, Semenanjung Malaya hingga ke Filipina. Di Indonesia didapati di Sumatra meliputi Aceh, Sumatra Utara, Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi bagian selatan, serta Taliabu dan Seram di Maluku. 2. Paradoxurus zeylonensis, menyebar terbatas di Sri Lanka. 3. Paradoxurus jerdoni, menyebar terbatas di negara bagian Kerala, India selatan. 4. Paradoxurus lignicolor, menyebar terbatas di Kepulauan Mentawai. 10. Monyet Hitam Klasifikasi Monyet Hitam Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Mammalia Ordo: Primata Famili: Cercoppithecidae Genus: Macaca Spesies: M. Nigra Nama Latin : Macaca Nigra Deskripsi Yaki atau Monyet wolai atau Monyet hitam sulawesi (Macaca nigra) adalah satwa endemik Indonesia yang hanya terdapat Pulau Sulawesi bagian utara dan beberapa pulau di sekitarnya. Yaki merupakan jenis monyet makaka terbesar yang ada di Pulau Sulawesi. Cirinya yang khas dari yaki adalah warna seluruh tubuhnya yang hitam dan memiliki rambut berbentuk jambul di atas kepalanya, serta memiliki pantat berwarna merah muda.



Yaki memiliki ciri tubuh yang mudah dibedakan dengan spesies lainnya. Tingginya sekitar 44-60 centimeter, dengan berat badan sekitar 7-15 kilogram, cukup besar jika dibandingkan dengan monyet Sulawesi lainnya. Kulit Yaki berwarna hitam legam dengan bulu hitam mengkilat yang menutupi seluruh tubuhnya, kecuali wajah, telapak tangan, dan pantat. Moncongnya lebih menonjol jika dibandingkan dengan jenis lainnya. Ciri khasnya adalah kepala hitam yang memiliki jambul hingga menyerupai gaya rambut model punk. Yaki hanya memiliki ekor sepanjang 20 sentimeter, berbeda dengan kerakera jenis lain yang umumnya memiliki ekor relatif panjang. Sehingga, mereka sekilas akan nampak tidak memiliki ekor. Selain itu, cirinya yang paling mencolok adalah pantatnya yang berwarna merah muda. Bantalan tunggingnya berbentuk seperti ginjal, dan berwarna kuning. Warna tubuh Yaki betina dan muda lebih pucat jika dibandingkan dengan Yaki jantan dewasa. Makanan Seperti halnya monyet-monyet lain yang hidup di hutan, yaki memakan berbagai bagian tumbuhan, seperti daun, pucuk daun, biji, bunga, umbi, dan buah. Mereka juga memakan beberapa jenis serangga, moluska, invertebrata kecil, bahkan ular. Terdapat lebih dari 145 jenis buah yang dimakan Yaki. Yaki akan pergi ke tepi laut untuk mencari moluska.Habitat Yaki dapat dijumpai di hutan primer dan sekunder, daerah pesisir maupun di dataran tinggi hingga ketinggian 2000 di atas permukaan laut. Dari beberapa habitat hidupnya, yaki lebih menyukai tinggal di hutan primer, karena cocok untuk tempat tidur dan mencari makan.Mereka juga sering turun ke perkebunan untuk mencari makan dan merusak panen, sehingga yaki sering dianggap sebagai hama tanaman.Penyebaran Tempat tinggal yaki, populasi yaki tersebar di beberapa titik di hutan primer Cagar Alam Tangkoko, Bitung, mulai Cagar Alam Tangkoko Batuangus bagian utara hingga ke sungai Onggak Dumoga Satwa ini juga tersebar di hutan lindung Sulawesi Utara, seperti Cagar Alam Dua Saudara, Pulau Bacan, Manembo Nembo, Kota Mubagu, dan Modayak. 11. Ayam Kalkun Klasifikasi Ayam Kalkun Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Aves Ordo : Galliformes Famili : Phasianidae Genus : Meleagris Spesies : M. gallopavo Nama Latin : Meleagris sp Deskripsi Kalkun atau burung kalkun adalah sebutan untuk dua spesies burung berukuran besar dari ordo Galliformes genus Meleagris. Kalkun betina lebih kecil dan warna bulu kurang berwarna-warni dibandingkan kalkun jantan. Sewaktu berada di alam bebas, kalkun mudah dikenali dari rentang sayapnya yang mencapai 1,5-1,8 meter. Spesies kalkun asal



Amerika Utara disebut M. gallopavo sedangkan kalkun asal Amerika Tengah disebut M. ocellata. Kalkun hasil domestikasi yang diternakkan untuk diambil dagingnya berasal dari spesies M. gallopavo yang juga dikenal sebagai kalkun liar (Wild Turkey). Sedangkan spesies M. ocellata kemungkinan adalah hasil domestikasi suku Maya. Ada orang yang berpendapat kalkun yang diternakkan untuk diambil dagingnya berasal dari kalkun suku Maya. Alasannya kalkun suku Maya lebih penurut dari kalkun liar asal Amerika Utara, tetapi teori ini tidak didukung bukti morfologis. Kalkun hasil domestikasi mempunyai pial (bagian bergelambir di bawah paruh) sebagai bukti bahwa kalkun negeri berasal dari kalkun liar M. gallopavo. Kalkun M. ocellata yang dipelihara orang Maya tidak memiliki pial. Kalkun liar merupakan hewan buruan di Amerika Utara, tetapi tidak seperti kalkun negeri, kalkun liar gesit dan pandai terbang. Kalkun diketahui mempunyai kemampuan unik dalam melakukan reproduksi aseksual. Walaupun tidak ada kalkun pejantan, kalkun betina bisa menghasilkan telur yang fertil. Anak kalkun yang dihasilkan sering sakitsakitan dan hampir selalu jantan. Perilaku ini bisa mengganggu proses inkubasi telur di peternakan kalkun 12. Buaya Muara Kingdom : Animalia Pilum : Chordata Kelas : Reptilia Ordo : Crocodilia Famili : Crocodylidae Genus : Crocodylus Spesies : C. Porosus Nama Latin : Chocodilus Pohosus Deskripsi Buaya muara atau buaya bekatak (Crocodylus porosus) adalah jenis buaya terbesar di dunia. Dinamai demikian karena buaya ini hidup di sungai-sungai dan di dekat laut (muara). Buaya ini juga dikenal dengan nama buaya air asin, buaya laut, dan nama-nama lokal lainnya. Dalam bahasa Inggris, dikenal dengan nama Saltwater crocodile, IndoAustralian crocodile, dan Man-eater crocodile. Nama umumnya, Man-eater"pemakan manusia", karena buaya ini terkenal pernah (dan sering) memangsa manusia yang memasuki wilayahnya. Buaya ini tersebar di seluruh perairan dataran rendah dan perairan pantai di daerah tropis Asia Selatan, Asia Tenggara, dan Australia (Indo-Australia). Panjang tubuh buaya ini (termasuk ekor) biasanya antara 2,5 sampai 3,3 meter, namun hewan dewasa bisa mencapai 12 meter seperti yang pernah ditemukan di Sangatta, Kalimantan Timur. Bobotnya bisa mencapai 200 kg. Moncong spesies ini cukup lebar dan tidak punya sisik lebar pada tengkuknya. Buaya muara dikenal sebagai buaya yang jauh lebih besar dari Buaya Nil (Crocodylus niloticus) dan Alligator Amerika (Alligator mississipiensis). Penyebarannya pun juga "terluas" di dunia. Buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari perairan Teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji dan Vanuatu). Sedangkan habitat favorit untuk mereka adalah perairan Indonesia dan Australia. Buaya ini aktif pada siang dan malam



hari. Buaya ini memangsa siapapun yang memasuki wilayahnya. Mangsanya adalah Ikan, Amfibi, Reptilia, Burung, dan Mamalia (termasuk mamalia besar). Buaya ini adalah salah satu dari buaya-buaya yang berbahaya bagi Manusia. Buaya muara mampu melompat keluar dari air untuk menyerang mangsanya. Bahkan bilamana kedalaman air melebihi panjang tubuhnya, buaya muara mampu melompat serta menerkam secara vertikal mencapai ketinggian yang sama dengan panjang tubuhnya. Buaya muara menyukai air payau/asin, oleh sebab itu pula bangsa Australia menamakannya saltwater crocodile (buaya air asin). Selain terbesar dan terpanjang, Buaya Muara terkenal juga sebagai jenis buaya terganas di dunia 13. Ular Piton Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Reptilia Ordo : Squamata Upaordo : Serpentes Family : Pythonidae Genus : Python / Malayopython Spesies : M. reticulatus Nama Latin : Malayophyton Reticulatus Deskripsi Sanca kembang atau sanca batik adalah sejenis ular dari suku Pythonidae yang berukuran besar dan memiliki ukuran tubuh terpanjang di antara ular lain. Ukuran terbesarnya dikatakan dapat melebihi 8.5 meter dan merupakan ular terpanjang di dunia.[1] Lebih panjang dari anakonda (Eunectes), ular terbesar dan terpanjang di Amerika Selatan. Nama-nama lainnya adalah ular sanca; ular sawah; sawah-n-etem (Simeulue); ular petola (Ambon); dan dalam bahasa Inggris reticulated python atau kerap disingkat retics. Sedangkan nama ilmiahnya yang sebelumnya adalah Python reticulatus, kini diubah genusnya menjadi Malayopython reticulatus. Sanca kembang ini mudah dikenali karena umumnya bertubuh besar. Keluarga sanca (Pythonidae) relatif mudah dibedakan dari ular-ular lain dengan melihat sisik-sisik dorsalnya yang lebih dari 45 deret, dan sisik-sisik ventralnya yang lebih sempit dari lebar sisi bawah tubuhnya. Di Indonesia barat, ada tiga spesies bertubuh gendut pendek yakni kelompok ular peraca (Python curtus group: P. curtus, P. brongersmai dan P. breitensteini) di Sumatera, Kalimantan dan Semenanjung Malaya. Dua spesies yang lain bertubuh relatif panjang, pejal berotot: P. molurus (sanca bodo) dan M. reticulatus. Kedua-duanya menyebar dari Asia hingga Sunda Besar, termasuk Jawa. P. molurus memiliki pola kembangan yang berbeda dari reticulatus, terutama dengan adanya pola V besar berwarna gelap di atas kepalanya. Sanca kembang memiliki pola lingkaran-lingkaran besar berbentuk jala (reticula, jala), tersusun dari warna-warna hitam, kecoklatan, kuning dan putih di sepanjang sisi dorsal tubuhnya. Satu garis hitam tipis berjalan di atas kepala dari moncong hingga tengkuk, menyerupai garis tengah yang membagi dua kanan kiri kepala secara



simetris. Dan masing-masing satu garis hitam lain yang lebih tebal berada di tiap sisi kepala, melewati mata ke belakang. Sisik-sisik dorsal (punggung) tersusun dalam 7080 deret; sisik-sisik ventral (perut) sebanyak 297-332 buah, dari bawah leher hingga ke anus; sisik subkaudal (sisi bawah ekor) 75-102 pasang. Perisai rostral (sisik di ujung moncong) dan empat perisai supralabial (sisik-sisik di bibir atas) terdepan memiliki lekuk (celah) pendeteksi panas (heat sensor pits) (Tweedie 1983). Biologi dan persebaran, Sanca kembang terhitung ular terpanjang di dunia. Ular terpanjang yang terkonfirmasi berukuran 6.95 m di Balikpapan, Kalimantan Timur sedangkan berat maksimal yang tercatat adalah 158 kg (347.6 lbs). Ular sanca termasuk ular yang berumur panjang, hingga lebih dari 25 tahun. Ular-ular betina memiliki tubuh yang lebih besar. Jika yang jantan telah mulai kawin pada panjang tubuh sekitar 7-9 kaki, yang betina baru pada panjang sekitar 11 kaki. Dewasa kelamin tercapai pada umur antara 2-4 tahun. Musim kawin berlangsung antara September hingga Maret di Asia. Berkurangnya panjang siang hari dan menurunnya suhu udara merupakan faktor pendorong yang merangsang musim kawin. Namun, musim ini dapat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain. Shine et al. 1999 mendapatkan bahwa sanca kembang di sekitar Palembang, Sumatera Selatan, bertelur antara September-Oktober; sementara di sekitar Medan, Sumatera Utara antara bulan April-Mei. Jantan maupun betina akan berpuasa di musim kawin, sehingga ukuran tubuh menjadi hal yang penting di sini. Betina bahkan akan melanjutkan puasa hingga bertelur, dan sangat mungkin juga hingga telur menetas (McCurley 1999). Sanca kembang bertelur antara 10 hingga sekitar 100 butir. Telur-telur ini ‘dierami’ pada suhu 88-90 °F (31-32 °C) selama 80-90 hari, bahkan bisa lebih dari 100 hari. Ular betina akan melingkari telur-telur ini sambil berkontraksi. Gerakan otot ini menimbulkan panas yang akan meningkatkan suhu telur beberapa derajat di atas suhu lingkungan. Betina akan menjaga telur-telur ini dari pemangsa hingga menetas. Namun hanya sampai itu saja; begitu menetas, bayi-bayi ular itu ditinggalkan dan nasibnya diserahkan ke alam. Sanca kembang menyebar di hutan-hutan Asia Tenggara. Mulai dari Kep. Nikobar, Burma hingga ke Indochina; ke selatan melewati Semenanjung Malaya hingga ke Sumatera, Kalimantan, Jawa, Nusa Tenggara (hingga Timor), Sulawesi; dan ke utara hingga Filipina (Murphy and Henderson 1997). Sanca kembang memiliki tiga subspesies. Selain M.r. reticulatus yang hidup menyebar luas, dua lagi adalah M.r. jampeanus yang menyebar terbatas di Pulau Tanah Jampea dan M.r. saputrai yang menyebar terbatas di Kepulauan Selayar. Kedua-duanya di lepas pantai selatan Sulawesi Selatan. Ekologi, Sanca kembang hidup di hutan-hutan tropis yang lembap (Mattison, 1999). Ular ini bergantung pada ketersediaan air, sehingga kerap ditemui tidak jauh dari badan air seperti sungai, kolam dan rawa. Makanan utamanya adalah mamalia kecil, burung dan reptilia lain seperti biawak. Ular yang kecil memangsa kodok, kadal dan ikan. Ular-ular berukuran besar dilaporkan memangsa anjing, monyet, babi hutan, rusa, bahkan manusia yang ‘tersesat’ ke tempatnya menunggu mangsa (Mattison 1999, Murphy and Henderson 1997, Shine et al. 1999). Ular ini lebih senang menunggu daripada aktif berburu, barangkali karena



ukuran tubuhnya yang besar menghabiskan banyak energi. Mangsa dilumpuhkan dengan melilitnya kuat-kuat (constricting) hingga mati kehabisan napas. Beberapa tulang di lingkar dada dan panggul mungkin patah karenanya. Kemudian setelah mati mangsa ditelan bulat-bulat mulai dari kepalanya. Setelah makan, terutama setelah menelan mangsa yang besar, ular ini akan berpuasa beberapa hari hingga beberapa bulan hingga ia lapar kembali. Seekor sanca yang dipelihara di Regent’s Park pada tahun 1926 menolak untuk makan selama 23 bulan, namun setelah itu ia normal kembali (Murphy and Henderson 1997). Taksonomi Penelitian Filogenetik terbaru mendapatkan hasil yang sangat mencengangkan, bahwa Ular Sanca Kembang dan Ular Sanca Timor ternyata lebih dekat dengan Australasian Python dibanding dengan genus Sanca sejati yang lain.Sehingga Ular Sanca Kembang dan Ular Sanca Timor dimasukkan dalam genus baru, yaitu Broghammerus. Namun, pada tahun 2013-2014, para ilmuwan melakukan studi DNA lagi sampai akhirnya kedua ular ini dimasukkan dalam genus baru lagi, yakni Malayopython. 14. Monyet Kalimantan Klasifikasi Monyet Kalimantan Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Mammalia Ordo: Primata Famili: Cercopithecidae Genus: Macaca Spesies: M. fascicularis Nama Latin : Macaca fascicularis Deskripsi Monyet kra (Macaca fascicularis) adalah monyet asli Asia Tenggara namun sekarang tersebar di berbagai tempat di Asia. Nama lokalnya dalam bahasa Melayu, kra atau kera, adalah tiruan bunyi yang dikeluarkan oleh hewan ini[1]. Dalam literatur-literatur lama, spesies ini acap disebut sebagai kera ekor panjang atau monyet ekor panjang (dari bahasa Inggris, long-tailed macaque), monyet pemakan kepiting (Ingg., crab-eating monkey), atau monyet saja. Monyet ini sangat adaptif dan termasuk hewan liar yang mampu mengikuti perkembangan peradaban manusia. Selain menjadi hewan timangan atau pertunjukan, monyet ini juga digunakan dalam berbagai percobaan kedokteran. Di beberapa tempat, seperti halnya di Sangeh, Bali, monyet kra dianggap sebagai hewan yang dikeramatkan dan tidak boleh diganggu. PengenalanMonyet bertubuh kecil sedang; dengan panjang kepala dan tubuh 400-470 mm, ekor 500–600 mm, dan kaki belakang (tumit hingga ujung jari) 140 mm. Berat hewan betina 3-4 kg, jantan dewasa mencapai 5–7 kg. Warna rambut di tubuhnya cokelat abu-abu hingga tengguli; sisi bawah selalu lebih pucat. Jambang pipi sering mencolok. Bayi-bayinya berwarna kehitaman. Habitat dan kebiasaan, Monyet kra



umum ditemukan di hutan-hutan pesisir (mangrove, hutan pantai), dan hutan-hutan sepanjang sungai besar; di dekat perkampungan, kebun campuran, atau perkebunan; pada beberapa tempat hingga ketinggian 1.300 m dpl. Jenis ini sering membentuk kelompok hingga 20-30 ekor banyaknya; dengan 2-4 jantan dewasa dan selebihnya betina dan anakanak. Kra memakan aneka buah-buahan dan memangsa berbagai jenis hewan kecil seperti ketam, serangga, telur dan lain-lain. Kadang-kadang kelompok monyet ini memakan tanaman di kebun dan menjadi hama. 15. Burung Hantu Klasifikasi Burung hantu Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Strigiformes Famili: Strigidae Genus: Strix Spesies: S. Aluco Nama Latin : Strix Aluco Deskripsi Burung hantu cokelat (Strix aluco) adalah jenis burung hantu dengan ukuran sedang, yang banyak ditemukan di Eurasia. Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil. Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka namanya Burung Hantu. Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk darès yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi Utara, burung hantu dikenal dengan nama Manguni. Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan kadang-kadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang. Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun. Ekor burung hantu umumnya pendek, namun rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.



16. Kakak Tua Jambul Kuning Klasifikasi Kakak Tua Jambul Kuning Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Strigiformes Famili: Strigidae Genus: Strix Spesies: S. Aluco Nama Latin : Strix Aluco Deskripsi Kakatua-kecil jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Kakatua-kecil jambul-kuning berparuh hitam, kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekornya juga berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan. Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Pakan unggas cerdas dan gemar berkawanan ini terdiri dari biji-bijian, kacang, dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga telur dalam sarangnya di lubang pohon. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, serta daerah dan populasi di mana burung ini ditemukan sangat terbatas, kakatua-kecil jambul-kuning dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I. 17. KusKus Klasifikasi KusKus Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Mammalia Infrakelas: Marsupialia Ordo: Diprotodontia Famili: Phalangeridae Upafamili: Ailuropinae Genus: Ailurops Species : Ailurops melanotis Deskripsi Kuskus merupakan mammalia berkantung (marsupial), nocturnal, memiliki ekor prehensile, masuk dalam famili Phalangeridae, yang persebarannya terbatas di Indonesia bagian timur (Sulawesi, Maluku, dan Papua), Australia dan Papua New



Guinea. Total genus kuskus di dunia ada enam genus yakni Ailurops, Phalanger, Spilocuscus, Strigocuscus, Wyulda, dan Trichosurus, empat genus terdapat di Indonesia yakni Ailurops, Phalanger, Spilocuscus, dan Strigocuscus.[1] Kuskus diketahui berkisar dalam ukuran dari hanya 15 cm sampai lebih dari 60 cm, meskipun kuskus berukuran rata-rata cenderung sekitar 45 cm (18 inci). Kuskus juga memiliki cakar yang panjang dan tajam yang membantu kuskus saat bergerak di sekitar pepohonan. Kuskusnya memiliki bulu yang tebal dan bermacam warna seperti coklat,hitam dan putih.Selain itu kuskus mempunyai ekor yang panjang dan kuat (prehensile) yang berfungsi sebagai alat untuk berpegangan saat berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Ekor kuskus juga menjadi senjata pertahanan dengan cara mengaitkan ekornya kuat-kuat pada batang atau cabang pohon. Kuskus menghabiskan hidupnya hampir secara khusus di pepohonan. Kuskus berada di pepohonan pada siang hari, tertidur di dedaunan lebat dan terbangun di malam hari untuk mulai bergerak melalui pepohonan untuk mencari makanan. Kuskus adalah hewan omnivora tetapi makanan utama kuskus adalah serangga, daun dan buah sesekali kuskus memakan anak burung dan reptil kecil. Reproduksi , kuskus diperkirakan berkembang biak sepanjang tahun. Kuskus betina melahirkan antara 2 sampai 4 anak kuskus setelah masa kehamilan yang berlangsung hanya beberapa minggu. Seperti semua marsupialia lainnya, kuskus betina memiliki kantong di perutnya dimana bayi kuskus baru lahir merangkak masuk dan bertahan sampai mereka lebih besar dan bisa mulai makan sendiri. Biasanya hanya satu dari bayi kuskus yang akan bertahan dan keluar dari kantong setelah 6 atau 7 bulan. Persebaran kuskus di Indonesia terbatas hanya berada pada bagian timur yakni di Sulawesi, Maluku dan Papua. Di Papua, ditemukan dua genus yaitu Phalanger (kuskus tidak bertotol) dan Spilocuscus (kuskus bertotol); di Maluku ditemukan dua genus yaitu Phalanger dan Spilocuscus yang dapat ditemukan di Maluku Utara, Pulau Halmahera, Pulau Bacan, dan Pulau Morotai yang terlihat pada wilayah dengan ketinggian 100 m di atas permukaan laut; dan di Sulawesi ditemukan genus Spilocuscus, Strigocuscus dan Ailurops, yang merupakan satwa endemis Sulawesi. Kuskus di Sulawesi ditemukan di daerah Sulawesi Utara, Pulau Sangihe dan Talaud. Menurut Petocz (1994), berdasar morfologi ditemukan lima spesies kuskus di Papua yaitu: Phalanger gymnotis (kuskus kelabu), Spilocuscus maculatus (kuskus bertotol biasa), P. orientalis (kuskus timur), S. rufoniger (kuskus totol hitam), dan P. vestitus (kuskus rambut sutera). Menurut Menzies (1991), ada juga S. papuensis (Waigeo cuscus, kuskus pulau Waigeo) yang merupakan spesies endemik di Pulau Waigeo, Kabupaten Raja Ampat, Propinsi Papua Barat, serta menurut Aplin dan Helgen (2008) ada S. wilsoni (kuskus totol Pulau Biak) yang merupakan kuskus endemik di Pulau Biak dan Supiori, Propinsi Papua. Menurut Fatem dan Sawen (2007), kuskus merupakan salah satu jenis satwa endemik di Papua yang secara hukum dilindungi pemerintah melalui SK. Menteri Pertanian No. 247/KPTS/UM4/1979. Perlindungan terhadap hewan langka meliputi lima jenis Kuskus yaitu P. orientalis (kuskus coklat biasa/kuskus timur), P. gymnotis (kuskus kelabu), P. rufoniger (kuskus totol hitam), P. vestitus (kuskus rambut sutra), dan S.



maculatus (kuskus bertotol biasa). Selain itu yang terancam punah juga jenis P. urinus (kuskus putih) yang banyak hidup di hutan belantara Papua. Hal ini akibat perburuan liar secara tak terkendali untuk diperjualbelikan dengan harga relatif mahal. Spesies kuskus menurut Latinis (1996) yang ada di Maluku adalah S. maculatus dan P. orientalis. Kuskus yang ada di Sulawesi adalah Strigocuscus celebensis (kuskus kerdil) dan Ailurops ursinus (kuskus beruang). Beberapa jenis kuskus di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:  Kuskus Beruang (Ailurops ursinus) merupakan salah satu jenis kuskus yang hanya dapat ditemukan di Sulawesi. Kuskus beruang memiliki berat 7 kg dan tinggi sekitar 1,2 m (untuk ukuran dewasa). Kuskus beruang adalah hewan arboreal sehingga habitat dari hewan ini berada di bagian canopy atas pohon di hutan hujan tropis. [3] Kuskus beruang memiliki yang sangat pendek, telinga berbulu. Perpaduan kenampakan itu terdiri dari kulit bawah yang halus dan licin dan rambut yang kasar. Warna rambut dari kuskus ini bervariasi berkisar dari hitam sampai abu-abu sampai coklat dengan perut berwarna lebih terang dan ujung ekstremitas, dengan variasi tergantung lokasi geografis dan umur hewan.[3] Kuskus beruang memiliki ekor prehensile yang panjangnya setengah dari total panjang tubuh yang berfungsi sebagai alat untuk berpegangan saat berpindah dari satu dahan ke dahan lainnya. Ekor kuskus juga menjadi senjata pertahanan dengan cara mengaitkan ekornya kuat-kuat pada batang atau cabang pohon.[2][3] Sistem kawin dan tingkah laku dari kuskus beruang tidak diketahui. Betina dewasa A. ursinus melahirkan satu atau dua kali dalam setahun. Bayi kuskus lahir di bagian altrisial yang ekstrem pada tubuh dan terus berkembang di kanton. Setelah delapan bulan, perkembangannya cukup untuk memungkinkan kelangsungan hidup, meski tetap dengan inuknya untuk periode tambahan. Tidak diketahui usia berapa Ailurops ursinus mencapai kematangan perkembangan.[3] Kuskus beruang cenderung hidup berpasangan atau kelompok tiga sampai empat. Mereka tipe hewan arboreal, bergerak perlahan dari pohon ke pohon menggunakan ekor prehensile mereka. Sebagian besar hidupnya setiap hari dihabiskan untuk beristirahat atau tidur, dengan sedikit waktu untuk memberi makan dan perawatan dan bahkan lebih sedikit interaksi sosial. Telah diduga bahwa aktivitas menyebar sepanjang siang dan malam, dengan periode istirahat antara makan atau aktivitas lainnya. Daun, sumber makanan utama, mengandung kadar gizi rendah dan masa istirahat mungkin diperlukan untuk mencerna selulosa. Makanan umum yang dimakan meliputi: daun pohon (Garuga floribunda, Melia azedarach, Dracontomelum dao), daun mistletoe (Cananga odorata, Palaquium amboinense), buah mentah, bunga dan kuncup.[3] Kuskus beruang terdaftar sebagai satwa rentan (Vulnerable) karena penurunan populasi yang terus berlanjut diperkirakan dan diproyeksikan melebihi 30% dalam periode sepuluh tahun (5 di masa lalu, 5 di masa depan) karena tingginya laju deforestasi dan perburuan spesies ini di Sulawesi.



 Kuskus kerdil (Strigocuscus celebensis) Strigocuscus celebensis atau kuskus kerdil hanya ditemukan di Sulawesi. Kuskus kerdil berhabitat di hutan hujan, di hutan sekunder dan kebun di sekitar tempat tinggal manusia. Kuskus kerdil memiliki warna pucat keseluruhan tubuhnya, garis dorsal yang kurang, dan ekornya sebagian telanjang. Kuskus ini berukuran kecil, beratnya 1 kg atau kurang. Panjang kepala dan badan 294 sampai 380 mm dan panjang ekor 270 sampai 373 mm. Sistem reproduksi dari kuskus kerdil ini adalah monogami. Spesies kuskus ini makanannya adalah daun, buah, bunga, kulit kayu, serbuk sari, dan jamur.[5] Kuskus kerdil bersifat nokturnal dan arboreal. Pasangan kuskus ini dikenal sering melakuan tidur di mahkota pohon kelapa. Strigocuscus celebensis terjadi pada sympatry dengan kuskus beruang di Sulawesi (Ailurops ursinus) di pulau Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya. Jantan dari spesies kuskus paling agresif satu sama lain dan tidak dapat disimpan bersama di penangkaran.[5] Kuskus kerdil terdaftar sebagai satwa rentan (Vulnerable) karena penurunan populasi yang terus berlanjut diperkirakan dan diproyeksikan melebihi 30% dalam periode sepuluh tahun (5 di masa lalu, 5 di masa depan) karena tingginya laju deforestasi dan perburuan spesies ini di Sulawesi



7. UPTD Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara merupakan media informasi tentang sejarah alam, manusia, sejarah suku-suku yang ada di Sulawesi Utara, dan budaya Sulawesi Utara. Museum ini terpilih sebagai salah satu museum yang mendapatkan program ‘Revitalisasi Museum’ pada tahun 2011 dari pemerintah pusat. Museum Sulawesi Utara dibangun untuk mengdokumentasikan segala hal yang berkaitan dengan sejarah alam, manusia, sejarah sukusuku yang ada di Sulawesi Utara dan kebudayaan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Dan juga memiliki gedung tiga lantai yang dibangun dengan arsitektur rumah adat Minahasa Museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara yang berstatus negeri ini diresmikan pada 9 Januari 1991 dan hingga kini telah mengumpulkan sekitar 2.810 koleksi. Dari total koleksi di atas, sekitar 500-an koleksi dipamerkan di gedung pameran tetap dan dapat dinikmati setiap hari kerja. Koleksi tersebut diperoleh dari daerah-daerah kabupaten atau kotamadya yang ada di Sulawesi Utara, seperti Manado, Minahasa Selatan, Sangihe, Talaud, Sitaro, Bolaang Mongondow dan lain sebagainya. Ada banyak barang-barang prasejara peninggalan nenek moyang disana, juga ada fosil dari jaman purba yaitu fosil pithecanthropus 1, 2, dan 3, pokoknya ada banyak peninggalan-peninggalan yang dipajang dalam museum Negeri Provinsi Sulawesi Utara Manado.



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Dengan mempelajari data-data yang kami peroleh dari peninjauan dan penelitian langsung terhadap objek wisata, buku panduan yang ada serta referensi dari internet maka dapat ditarik kesimpulan . Kota Bitung adalah salah satu kota objek wisata yang harus dijaga. Wilayah ini merupakan wilayah yang sangat strategis dibandingan dengan kota-kota lain dan sangat berkembang pesat dimana terjadi perkembangan perindustrian, dapat dilihat dari banyaknya bangunan-bangunan pabrik, tempat bersejarah dan tempat wisata. Wajibnya kota bitung harus dijaga dikarenakan banyak bisa kita jumpai disana mau itu wisata atau pendidikan. Agar nanti kedepannya kita bisa kembali disini lagi untuk belajar yang lebih untuk mendapatkan pengalaman dan pembelajaran yang lebih lagi. B. Kritik Dalam penulisan Laporan Ini dikiranya kritikan adalah hal yang membangun, mulai dari perjalanan banyak kritikan yang ingin di sampaikan pada beberapa tempat yaitu pada kebun binatang marga satwa tandurusa yang seperti sudah jarang diperhatikan lagi kebersihannya dan juga pada monument trikora pulau lembeh sudah jarang diperhatikan lagi kebersihannya dan sudah banyak terdapat rumput-rumput tinggi sehingga menjadikan keindahannya sedikit terhalang. Dan juga sekiranya Sekiranya hanya itu kritikan yang dapa saya paparkan dalam laporan. Selebihnya lagi kritikan kita berikan kepada pembaca mengenai penulisan laporan ini, kiranya kritikan pembaca bisa membantu memperbaiki dalam penulisan laporan berikutnya C. Saran Dari kegiatan study lapangan yang dilaksanakan di kota Bitung diharapkan siswasiswi dapat mengetahui secara langsung kegiatan industri pabrik dan sejarah-sejarah sehingga bisa menjadi pembelajaran bagi kita siswa-siswi sekalian, dan juga semoga kita bisa mengambil banyak-banyak pembelajan dari study industry atau study lapangan ini, dan digunakan sebaik-baiknya. dan semoga untuk taman marga satwa dan pulau lembeh kemudian bisa menjadi tempat wisata pendidikan yang nyaman dengan kebersihan yang diperhatikan



DAFTAR PUSTAKA