14 0 679 KB
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV hlm 17). Dibuat sediaan suspensi karena suspensi mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet dan kapsul, terutama anak-anak, memiliki homogenitas tinggi, lebih mudah diabsorpsi daripada tablet dan kapsul karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat, dapat menutupi rasa tidak enak dan pahit obat, dan mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air (RPS ed. 15 Vol. 3 hlm 1538-1539). Sedangkan penggunaan sediaan yang dibuat yaitu untuk oral. Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral (FI IV hlm 17).Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan , sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti ini disebut “ Untuk Suspensi oral” Kloramfenikol diisolasi pertama kali pada tahun 1974 dari streptomycesvenezuelae. Merupakan antibiotik spectrum luas dan mempunyai daya antimikroba yang kuat maka penggunaan obat ini meluas dengan cepat sampai tahun 1950 ketika diketahui bahwa obat ini dapat menimbulkan anemia aplastik yang fatal. Karena toksisitasnya , penggunaan sistemik sebaiknya dicadangkan untuk infeksi berat akibat haemophilus, influenzae, demam tifoid, meningitis, abses obat dan infeksi berat lainnya. Bentuk tetes mata sangat bermanfaat untuk konjungtifitas antibakterial. Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sangat sukar larut dalam air (1 : 400) dan rasanya sangat pahit, maka untuk anak – anak digunakan bentuk esternya yaitu K-Palmitat
1
dan K-Stearat/Suksinant yang tidak pahit rasanya dan dibuat dalam bentuk susupensi. Dalam tubuh bentuk ester akan diubah menjadi kloramfenikol aktif. Pada praktikum ini kami akan membuat sediaan suspensi kloramfenikol. Diharapkan pada praktikum ini kami dapat mengenal dan memahami cara pembuatan dan komposisi bahan dalam sediaan suspensi kloramfenikol dan cara evaluasi sediaan suspensi kloramfenikol.
1.2 Tujuan Praktikum Adapun tujuan dari praktikum ini adalah : 1. Mengenal dan memahami komposisi bahan dan cara pembuatan dalam sediaan suspensi kloramfenikol. 2. Mengenal dan memahami cara evaluasi sediaan suspensi kloramfenikol.
2
3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori Suspensi 2.1.1 Pengertian Suspensi Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair. Suspensi terdiri dari beberapa jenis yaitu : Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai dan ditujukan untuk penggunaan oral. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai susu atau magma termasuk dalam kategori ini. Beberapa suspensi dapat langsung digunakan , sedangkan yang lain berupa campuran padat yang harus dikonstitusikan terlebih dahulu dengan pembawa yang sesuai segera sebelum digunakan. Sediaan seperti ini disebut “ Untuk Suspensi oral”. Suspensi topical adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair yang ditujukan untuk penggunaan pada kulit. Beberapa suspensi yang diberi etiket sebagai “lotio” termasuk dalam kategori ini. Suspensi tetes telinga adalah sediaan cair mengandung partikel-partikel halus yang ditujukan untuk diteteskan telinga bagian luar. Suspensi optalmik adalah sediaan cair steril yang mengandung partikel-partikel yang terdispersi dalam cairan pembawa untuk pemakaian pada mata. Obat dalam suspensi harus dalam bentuk termikronisasi agar tidak menimbulkan iritasi atau goresan pada kornea. Suspensi obat mata tidak boleh digunakan bila terjadi massa yang mengeras atau penggumpalan. Suspensi untuk injeksi adalah sediaan berupa suspensi serbuk dalam medium cair yang sesuai dan tidak disuntikkan secara intravena atau kedalam larutan spinal . Suspensi untuk injeksi terkonstitusi adalah sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai untuk membentuk larutan yang memenuhi semua persyaratan untuk suspensi steril setelah penambahan bahan pembawa yang sesuai.
4
2.1.2 Stabilitas Suspensi Salah satu problem yang dihadapi dalam proses pembuatan suspensi adalah cara memperlambat penimbunan partikel serta menjaga homogenitas dari partikel. Cara tersebut merupakan salah satu tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi. Beberapa faktor yang mempengaruhi stabilitas suspensi ialah : 1. Ukuran partikel. Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel tersebut serta daya tekan keatas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan antara luas penampang dengan daya tekan keatas merupakan hubungan linier. Artinya semakin besar ukuran partikel semakin kecil luas penampangnya. (dalam volume yang sama) .Sedangkan semakin besar luas penampang partikel daya tekan keatas cairan akan semakin memperlambat gerakan partikel untuk mengendap, sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel.
2. Kekentalan (viscositas) Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran dari cairan tersebut, makin kental suatu cairan kecepatan alirannya makin turun (kecil). Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula gerakan turunnya partikel yang terdapat didalamnya. Dengan demikian dengan menambah viskositas cairan, gerakan turun dari partikel yang dikandungnya akan diperlambat. Tetapi perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang. Hal ini dapat dibuktikan dengan hukum “ STOKES “.
d2 ( -0) g V = ------------------------
5
Keterangan :
V
=
kecepatan aliran
d
= diameter dari partikel
= berat jenis dari partikel 0 = berat jenis cairan g
= gravitasi
= viskositas cairan
3. Jumlah partikel (konsentrasi) Apabila didalam suatu ruangan berisi partikel dalam jumlah besar , maka partikel tersebut akan susah melakukan gerakan yang bebas karena sering terjadi benturan antara partikel tersebut. Benturan itu akan menyebabkan terbentuknya endapan dari zat tersebut, oleh karena itu makin besar konsentrasi partikel, makin besar kemungkinan terjadinya endapan partikel dalam waktu yang singkat.
4. Sifat/muatan partikel Dalam suatu suspensi kemungkinan besar terdiri dari beberapa macam campuran bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian ada kemungkinan terjadi interaksi antar bahan tersebut yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, maka kita tidak dapat mempe-ngaruhinya. Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai kondisi
suspensi
dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi merata. Bila partikel mengendap mereka akan mudah tersuspensi kembali dengan pengocokan yang ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregat dan selanjutnya membentuk compacted cake dan peristiwa ini disebut caking . Kalau dilihat dari faktor-faktor tersebut diatas, faktor konsentrasi dan sifat dari partikel merupakan faktor yang tetap, artinya tidak dapat diubah lagi karena konsentrasi merupakan jumlah obat yang tertulis dalam resep dan sifat partikel merupakan sifat alam. Yang dapat diubah atau disesuaikan adalah ukuran partikel dan viskositas. 6
Ukuran partikel dapat diperkecil dengan menggunakan pertolongan mixer, homogeniser, colloid mill dan mortir. Sedangkan viskositas fase eksternal dapat dinaikkan dengan penambahan zat pengental yang dapat larut kedalam cairan tersebut. Bahan-bahan pengental ini sering disebut sebagai
suspending agent
(bahan pensuspensi), umumnya bersifat mudah berkembang dalam air (hidrokoloid).
2.1.3 Bahan Pensuspensi Bahan pensuspensi atau suspending agent dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu : 1. Bahan pensuspensi dari alam Bahan pensuspensi alam dari jenis gom sering disebut gom/hidrokoloid. Gom dapat larut atau mengembang atau mengikat air sehingga campuran tersebut membentuk mucilago atau lendir. Dengan terbentuknya mucilago maka viskositas cairan tersebut bertambah dan akan menambah stabilitas suspensi. Kekentalan mucilago sangat dipengaruhi oleh panas, pH dan proses fermentasi bakteri . Hal ini dapat dibuktikan dengan suatu percobaan : - Simpan 2 botol yang berisi mucilago sejenis . - Satu botol ditambah dengan asam dan dipanaskan, kemudian keduanya disimpan ditempat yang sama. - Setelah beberapa hari diamati ternyata botol yang ditambah dengan asam dan dipanaskan mengalami penurunan viskositas yang lebih cepat dibanding dengan botol tanpa pemanasan.
Termasuk golongan gom adalah : Acasia ( pulvis gummi arabici) Didapat sebagai eksudat tanaman akasia sp, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkohol, bersifat asam. Viskositas optimum dari mucilagonya antara pH 5 – 9. Dengan penambahan suatu zat yang menyebabkan pH tersebut menjadi diluar 5 – 9 akan menyebabkan penurunan viskositas yang nyata. Mucilago gom arab dengan kadar 35 % kekentalannya kira-kira sama dengan gliserin. Gom ini mudah dirusak oleh bakteri sehingga dalam suspensi harus ditambahkan zat pengawet ( preservative). 7
Chondrus Diperoleh dari tanaman chondrus crispus atau gigartina mamilosa, dapat larut dalam air, tidak larut dalam alkihol, bersifat alkali. Ekstrak dari chondrus disebut caragen, yang banyak dipakai oleh industri makanan. Caragen merupakan derivat dari saccharida, jadi mudah dirusak oleh bakteri, jadi perlu penambahan bahan pengawet untuk suspensi tersebut. Tragacanth Merupakan eksudat dari tanaman astragalus gumnifera. Tragacanth sangat lambat mengalami hidrasi, untuk mempercepat hidrasi biasanya dilakukan pemanasan, Mucilago tragacanth lebih kental dari mucilago dari gom arab. Mucilago tragacanth baik sebagai stabilisator suspensi saja, tetapi bukan sebagai emulgator. Algin Diperoleh dari beberapa species ganggang laut. Dalam perdagangan terdapat dalam bentuk garamnya yakni Natrium Alginat. Algin merupakan senyawa organik yang mudah mengalami fermentasi bakteri sehingga suspensi dengan algin memerlukan bahan pengawet. Kadar yang dipakai sebagai suspending agent umumnya 1-2 %.
Golongan bukan gom Suspending agent dari alam bukan gom adalah tanah liat.Tanah liat yang sering dipergunakan untuk tujuan menambah stabilitas suspensi ada 3 macam yaitu bentonite, hectorite dan veegum. Apabila tanah liat dimasukkan ke dalam air mereka akan mengembang dan mudah bergerak jika dilakukan penggojokan. Peristiwa ini disebut tiksotrofi. Karena peristiwa tersebut, kekentalan cairan akan bertambah sehingga stabilitas dari suspensi menjadi lebih baik. Sifat ketiga tanah liat tersebut tidak larut dalam air, sehingga penambahan bahan tersebut kedalam suspensi adalah dengan menaburkannya pada campuran suspensi. Kebaikan bahan suspensi dari tanah liat adalah tidak dipengaruhi oleh suhu/panas dan fermentasi dari bakteri,
8
karena bahan-bahan tersebut merupakan senyawa anorganik, bukan golongan karbohidrat.
2. Bahan pensuspensi sintetis Derivat selulosa Termasuk dalam golongan ini adalah metil selulosa (methosol, tylose), karboksi metil selulosa (CMC), hidroksi metil selulosa. Dibelakang dari nama tersebut biasanya terdapat angka/nomor, misalnya methosol 1500. Angka ini menunjukkan kemampuan menambah viskositas dari cairan yang dipergunakan untuk melarutkannya. Semakin besar angkanya berarti kemampuannya semakin tinggi. Golongan ini tidak diabsorbsi oleh usus halus dan tidak beracun , sehingga banyak dipakai dalam produksi makanan. Dalam farmasi selain untuk bahan
pensuspensi
juga
digunakan
sebagai
laksansia
dan
bahan
penghancur/disintregator dalam pembuatan tablet. Golongan organik polimer Yang paling terkenal dalam kelompok ini adalah Carbophol 934 (nama dagang suatu pabrik) .Merupakan serbuk putih bereaksi asam, sedikit larut dalam air,tidak
beracun
dan
tidak
mengiritasi
kulit,
serta
sedikit
pemakaiannya.Sehingga bahan tersebut banyak digunakan sebagai bahan pensuspensi. Untuk memper-oleh viskositas yang baik diperlukan kadar 1 %. Carbophol sangat peka terhadap panas dan elektrolit.
Hal tersebut akan
mengakibatkan penurunan viskositas dari larutannya.
2.1.4 Cara Mengerjakan Obat Dalam Suspensi 1. Metode pembuatan suspensi. Suspensi dapat dibuat secara : Metode dispersi Dengan cara menambahkan serbuk bahan obat kedalam mucilago yang telah terbentuk kemudian baru diencerkan. Perlu diketahui bahwa kadang-kadang terjadi kesuka-ran pada saat mendispersi serbuk dalam vehicle, hal tersebut karena adanya udara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah kemasukan udara sehingga sukar dibasahi. Mudah dan sukarnya 9
serbuk terbasahi tergantung besarnya sudut kontak antara zat terdispers dengan medium. Bila sudut kontak 90o serbuk akan mengambang diatas cairan. Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurunkan tegangan antar muka antara partikel zat padat dengan cairan tersebut perlu ditambahkan zat pembasah atau wetting agent. Metode praesipitasi. Zat yang hendak didispersi dilarutkan dahulu dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik diencer- kan dengan larutan pensuspensi
dalam air. Akan terjadi endapan halus
dan
tersuspensi dengan bahan pensuspensi. Cairan organik tersebut adalah : etanol, propilenglikol, dan polietilenglikol
2. Sistem pembentukan suspensi Sistem flokulasi Dalam sistem flokulasi, partikel terflokulasi terikat lemah,cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali Sistem deflokulasi Dalam sistem deflokulasi partikel deflokulasi mengendap perlahan dan akhirnya membentuk sedimen, dimana terjadi agregasi akhirnya terbentuk cake yang keras dan sukar tersuspensi kembali.
Secara umum sifat-sifat dari partikel flokulasi dan deflokulasi adalah : Deflokulasi : 1. Partikel suspensi dalam keadaan terpisah satu dengan yang lain. 2. Sedimentasi yang terjadi lambat masing - masing partikel mengendap terpisah dan ukuran partikel adalah minimal 3. Sedimen terbentuk lambat 4. Akhirnya sedimen akan membentuk cake yang keras dan sukar terdispersi lagi 5. Wujud suspensi menyenangkan karena zat tersuspensi dalam waktu relatif lama. Terlihat bahwa ada endapan dan cairan atas berkabut.
10
Flokulasi : 1. Partikel merupakan agregat yang bebas. 2. Sedimentasi terjadi cepat. 3. Sedimen terbentuk cepat. 4. Sedimen tidak membentuk cake yang keras dan padat dan mudah terdispersi kembali seperti semula 5. Wujud suspensi kurang menyenangkan sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jernih dan nyata.
2.1.5 Formulasi Suspensi Membuat suspensi stabil secara fisis ada 2 kategori : Penggunaan “structured vehicle” untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi structured vehicle, adalah larutan hidrokoloid seperti tilose, gom, bentonit, dan lainlain. Penggunaan prinsip-prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun terjadi cepat pengendapan, tetapi dengan penggojokan ringan mudah disuspensikan kembali.
Pembuatan suspensi sistem flokulasi ialah : 1.Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium 2. Lalu ditambah zat pemflokulasi, biasanya berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. 3.Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir. 4. Apabila dikehendaki agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap, maka ditambah structured vehicle 5.Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam structured vehicle
Bahan pemflokulasi yang digunakan dapat berupa larutan elektrolit, surfaktan atau polimer. Untuk partikel yang bermuatan positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya. Contohnya suspensi bismuthi subnitras yang bermuatan positif digunakan zat pemflokkulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat monobase. Suspensi sulfamerazin yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu AlCl3 (Aluminium trichlorida) 11
Penambahan bahan lain dapat pula dilakukan untuk menambah stabilitas suspensi, antara lain penambahan bahan pengawet. Bahan ini sangat diperlukan terutama untuk suspensi yang menggunakan hidrokoloid alam, karena bahan ini sangat mudah dirusak oleh bakteri. Sebagai bahan pengawet dapat digunakan butil p. benzoate (1 : 1250), etil p. benzoat (1 : 500 ), propil p. benzoat (1 : 4000), nipasol, nipagin 1 %. Disamping itu banyak pula digunakan garam komplek dari mercuri untuk pengawet, karena memerlukan jumlah yang kecil, tidak toksik dan tidak iritasi. Misalnya fenil mercuri nitrat, fenil mercuri chlorida, fenil mercuri asetat.
2.1.6 Penilaian Stabilitas Suspensi 1. Volume sedimentasi Adalah suatu rasio dari volume sedimentasi akhir (Vu) terhadap volume mulamula dari suspensi (Vo) sebelum mengendap.
F=
Vu Vo
2. Derajat flokulasi Adalah suatu rasio volume sedimen akhir dari suspensi flokulasi (Vu) terhadap volume sedimen akhir suspensi deflokulasi ( Voc)
Derajat Flokulasi =
Vu Voc
3. Metode reologi Berhubungan dengan faktor sedimentasi dan redispersibilitas, membantu menentukan perilaku pengendapan, mengatur vehicle dan susunan partikel untuk tujuan perbandingan.
4. Perubahan ukuran partikel Digunakan cara Freeze – thaw cycling yaitu temperatur diturunkan sampai titik beku, lalu dinaikkan sampai mencair kembali. Dengan cara ini dapat dilihat 12
pertumbuhan kristal, yang pokok menjaga tidak terjadi perubahan ukuran partikel dan sifat kristal.
2.2 Syarat Sediaan Jadi Suspensi Kloramfenikol Spesifikasi sediaan
Syarat
Syarat
yang akan dibuat
Farmakope:
Lain:
-
Putih / putih kekuningan
Tidak berwarna
-
Rasa
-
Manis
Manis
-
Bau
-
Beraroma jeruk
Beraroma jeruk
-
No.
Parameter:
Satuan
1.
Warna
2. 3.
Sediaan yang 4.
pH
-
Netral / sedikit basa (4,5
mengandung CMC
– 7)
NA stabil pada pH
-
2 – 10 5.
Bentuk
-
Suspensi
Suspensi
-
6.
Homogenitas
-
Homogen
Homogen
-
-
Efektif
Efektif
-
7.
8.
Kemampuan pengawet Kadar Bahan Aktif
Sesuai dengan -
keseragaman
-
kandungan Tiksotropik ; Harus mudah di tuang dan
9.
Sifat Aliran
-
mudah terdispesi
Plastik,
kembali
pseudoplastik, dan
Plastis/pseudoplastis :
tiksotropik
-
kekentalan tidak boleh terlalu tinggi Viskositas suspensi 10.
Viskositas
Cps
yang diinginkan 80 mPa
80 Cps -
s (Cps)
11. 12.
Cara pemakaian Volume
Ml
Harus di kocok sebelum digunakan 100 ml/60 ml
13
-
13.
Wadah
-
Wadah tertutup
Botol kaca coklat
Nama sediaan
Kadar bahan aktif dalam
rapat
-
volume
tertentu
14.
Penandaan
-
Komposisi
Indikasi
Kontraindikasi
Efek samping
Aturan pakai
Pada etiket tertera
Tanggal kadaluarsa
sesuai monografi
Nama pabrik
Cara penyimpanan
No. batch
No. reg
Logo :
-
2.3 Data Praformulasi Bahan Aktif Zat Aktif : Cloramphenicol Palmitas (FI III Halaman 145) No.
Parameter
Data
1
Struktur kimia
C27H42Cl2N2O6
2
Pemerian
Serbuk hablur, licin; putih, bau lemah, rasa tawar
3
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam air, larut dalam 45 bagian etanol 95% (p), dalam 6 bagian kloroform (p) dan dalam 14 bagian eter (p)
4
Suhu lebur
86 - 92 derajat
5
pH larutan
6
Stabilitas
7
Susut Pengeringan
Antara 4,5 - 7,5 stabil pada suhu ruangan dan suhu tinggi dalam sediaan suspensi Cahaya : harus terlindung dari cahaya ( Martindale 36 hlm 239) tidak kurang dari 0,5 %
8
Susut Pemijaran
tidak lebih dari 0,1 %
9
Penyimpanan
Dalam wadah tertutup baik, terlindung dari cahaya 14
Antibiotikum ( untuk menghambat dan membunuh pertumbuhan mikroorganisme Dosis lazim 4dd 500 – 750 mg p.c ( Obat – Obat penting edisi 6 hlm 86) Tidak kurang dari 95 % dan tidak lebih dari jumlah yang teretera di Sediaan Lazim dan kadar etiket Wadah dan penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat dan terlindung dari cahaya
10
Penggunaan
11 12 13
2.4 Data Praformulasi Bahan Tambahan 1.
CMC Na ( FI IV Halaman 175 ) No.
Parameter
Data
1.
Pemerian
Serbuk putih, tidak berbau, seperti granul bedak, tidak berasa.
2.
Kelarutan
Praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95%, eter dan toluene, mudah terdispersi dalam air pada semua temperature membentuk jelas solusi koloid.
3.
pH
Larutan stabil pada pH 2-10, pengendapan terjadi pada pH dibawah 2. Viskositas larutan berkurang dengan cepat jika pH diatas 10. Menunjukan viskositas dan stabilitas maksimum pada pH 7-9. Bisa disterilisasi dalam kondisi kering pada suhu 160 selama 1 jam, tapi terjadi pengurangan viskositas
4.
OTT
Larutan asam, garam, besi, logam dan xantan gum.
5.
Cara Sterilisasi
Na-CMC dapat di sterilisasi dalam keadaan kering dengan mempertahankan suhu pada suhu 1600 C selam 1 jam, tetapi akan terjadi penurunan viskositas secara perlahan-lahan dan sifat-sifat larutan yang dibuat dari bahan yang telah disterilkan memburuk
6.
Dosis
7.
Indikasi
Agen pensuspensi, pengisi tablet, pelapis, penghancur.
8.
Cara Pemakaian
-
9.
Sediaan lazim dan kadar
0,5 – 2%
10.
Penyimpanan
Wadah tertutup rapat, dingin, dan kering.
15
2. Sirupus Simplex (FI III Halaman 557) No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 5.
Parameter Nama sinonim Nama Kimia Berat molekul Pemerian Stabilitas Indikasi Sediaan lazim dan kadar Penyimpanan
Data Sirop gula Cairan jernih, tidak berwarna Lebih mudah terurai dengan adanya udara dari luar Sebagai pemanis 20 – 60 % Dalam wadah tertutup rapat, di tempat sejuk
3. Propylenglycolum ( FI III Halaman 534) No. 1. 2. 3. 4. 5.
Parameter Nama sinonim Rumus molekul Berat molekul Kegunaan Pemerian
Data Propilenglikol C3H8O2 76,10 Zat tambahan, pelarut Cairan kental, jernih, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis, higroskopis
6.
Dosis lazim
Larutan oral= 10-25% (HOPE 6thed halaman 592)
7. 8. 9
Penyimpanan OTT
Dalam wadah tertutup baik -
Stabilitas
Pada suhu dingin, propilen glikol stabil dalam tertutup kontainer, tetapi pada suhu tinggi, di tempat terbuka, ia
cenderung
untuk
mengoksidasi,sehingga
menimbulkan produk seperti propionaldehida, asam laktat, piruvatasam, dan asam asetat. Propylene glycol stabil secara kimiawi saatdicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air; larutan airdapat disterilkan dengan autoklaf.(HOPE 6thed halaman 593) Sediaan lazim dan kadar
Humektan topika= l15% Solusi pengawet, semisolids= 15-30% Solvent atau cosolvent solusi Aerosol= 10-30% Larutan oral= 10-25%
16
Parenteral= 10-60% Topikal= 5-80% (HOPE 6thed halaman 592)
4. Methyl Parabenum (FI III Halaman 378) No. 1. 2. 3. 4.
Parameter Nama sinonim Nama Kimia Rumus molekul Pemerian
Data
5. 6.
Sisa Pemijaran Kelarutan
7. 8.
Kegunaan Suhu lebur
Nipagin Metil-p-hidroksibenzoat C8H8O3 Serbuk hablur halus, putih, hampir tidak berbau, tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal Tidak lebih dari 0,1% Larut dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian etanol 95%, dan dalam 3 bagian aseton, mudah larut dalam eter, larut dalam 60 bagian gliserol Zat tambahan, zat pengawet 125° - 128°
9.
Sisa pemijaran
Tidak lebih dari 0,1%
10. 11. 12
Penyimpanan OTT Kadar penggunaan
Dalam wadah tertutup baik -
Larutan oral dan suspensi= 0.01%–0.02% (HOPE 6th Edition page 596)
13.
Stabilitas
Larutan Propyl paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan dengan autoklaf pada suhu 1200C selama 20 menit, tanpa dekomposisi. pH aktivitas antimikroba= 4-8 (HOPE 6thEdition page 597)
5.
Oleum Aurantii (FI III Halaman 452) No. 1. 2.
Nama lain Pemerian
Parameter
3.
Kelarutan
Data Minyak jeruk manis Cairan, warna kuning muda sampai coklat kekuningan, bau khas Larut dalam 7 bagian etanol 90% 17
4. 5. 6. 7.
6.
Susut pengeringan Penyimpanan Pengunaan OTT
Tidak kurang dari 1% dan tidak lebih dari 5% Dalam wadah tertutup rapat Zat tambahan -
Aqua Destilatta (FI III Halaman 96) No. 1. 2. 3. 4.. 5.. 6. 7.
Parameter
Data
Nama lain Pemerian Penyimpanan Struktur Kimia Berat Molekul OTT
Air suling Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak mempunyai rasa Dalam wadah tertutup baik H2O 18,02 -
Kadar penggunaan
Nilai khusus air yang digunakan untuk aplikasi tertentu dalam konsentrasi hingga 100% (HOPE 6th Edition page 766 )
8.
Stabilitas
Secara kimia air stabil di semua bentuk fisikanya yaitu (uap, air, cairan) (HOPE 6th Edition page 766 )
2.5
Formulir Pemecahan Masalah Alternatif
No
Rumusan Masalah
1.
Bentuk sediaan apa yang
Bentuk sediaan :
cocok untuk zat aktif
Larutan
bahan aktif tidak
cloramfenicol yang
Suspensi
larut dalam air
digunakan secara oral?
Emulsi
Bahan aktif dalam bentuk
Aquadest
2.
Formula
Proses Persiapan
Pencampuran
Uji Mutu -
Keputusan Suspensi, karena
Menggunakan bahan
padatan ( hablur halus)
pembawa yakni air.
sehingga pembawa tidak
Karena kelarutan
dapat melarutkan bahan
cloramfenikol dalam
aktif ?
air, praktis tidak larut. 18
4.
5.
Bahan pengawet apa yang
Bahan pengawet
sesuai untuk sediaan ini?
:
Bahan aktif tidak dapat
Pencampuran
Uji
Nipagin , karena
homogenitas
sediaan mengandung
Asam sorbit
zat yang rentan.
Natrium
Terhadap
benzoat
ragi,cendawan dan
Nipagin
jasadrenik lainya.
Nipasol
Wettieng agent:
Pencampuran
Dengan tambahan
terdispersi dalam pembawa
1. Gliserin
bahan pembasah
( air) ?
2. Propilengli
untuk tegangan antar
kol
muka agar bahan aktif dapat terdispersi dengan baik. Yakni dengan menggunakan propilengkol (kelarutan baik dalam air)
6.
Sedian suspense dalam
Memperkecil
Pencampuran
Memeperkecil
kurung waktu dalam
ukuran partikel
partikel agar
penyimpanan tertentu akan
dan meningkatan
memperoleh serbuk
mengalami pengendapan
viskositas
halus dan
(penamabahan
menurunlkan
suspending
viskositas agar laju
egent)
pengendapan menurun, dengan menggunakan CMC Na karena CMC Na mudah terdispersi didalam air dan dapat membentuk suspense
19
7.
Bagaimana menutupi rasa
Ditambahkan zat
yang tidak enak dari zat
pemanis :
aktif?
sirupus simplex
Pencampuran
Uji
Digunakan sirupus
organoleptis
simplex karena dapat menutupi rasa yang tidak enak dari sediaan dan juga dapat meningkatkan viskositas dari sediaan tersebut
8.
Apa wadah yang sesuai
Wadah :
Pengemasan
Botol coklat, karena
untuk zat aktif yang mudah
Botol coklat
menghindari zat
teroksidasi?
Botol bening
aktif yang mudah teroksidasi oleh panas dan cahaya
9.
Sedian tidak memiliki aroma ?
Flavouring agent 1. Oleum Aurantii 2. Strawbe rry
Menambahakan
sedikit demi
bahan pewangi yaitu
sedkit dalam
oleum aurantii agara
sediaan
memberi aroma jeruk pada sedian
essence 3. Vanillin
2.6
Ditambahakan
Kemasan, Etiket dan Brosur (Terlampir)
20
BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 1.1 Formula R/ SUSPENSI ORAL CHLORAMPENICOL 60 ml NO. III Komposisi :
Tiap 5 ml mengandung : Chloramphenicol
125 mg
Carboxymethylcellulosum Natricum
50 mg
Propylenglycol
1g
Sirup
1,5 g
Aqua dest
ad 5 ml
1.2 Perhitungan
1.3
NO
Nama Bahan
Jumlah Yang Ditimbang
1.
Cloramphenicol Palmitas ( 12 mg / 5 ml )
125 mg X 60 ml = 1,5 gram 5 ml
2.
CMC ( 2 % )
2 x 60 ml = 1,2 gram 100
3.
Aqua CMC ( 20 X CMC )
20 x 1,2 gram = 24 ml
4.
Sirupus Simplex ( 60 %)
60 x 60 ml = 6,25 ml 100
5.
Propylenglycolum ( 5 % )
10 x 60ml = 6 ml 100
6.
Methyl Paraben ( 0,1 % )
0,1 x 60ml = 0,06 gram 100
7.
Oleum Aurantii ( 0,3 % )
8.
Aqua dest
0,3 100
Ad 60 ml
Penimbangan 1. 2.
Cloramphenicol Palmitas CMC
x 60 ml = 0,18 ml
6 gram 4,8 gram 21
3. 4. 5. 6. 7. 8.
Aqua CMC Sirupus Simplex Propylenglycolum Methyl Paraben Oleum Aurantii Aqua Dest
96 ml 25 ml 24 ml 0,24 gram 0,72 ml ad 60 ml
1.4 Komponen Umum Sediaan No.
Nama Bahan
1.
Cloramphenicol Palmitas CMC Aqua CMC Sirupus Simplex Propylenglycolum Methyl Paraben Oleum Aurantii Aqua Dest
2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Fungsi (Untuk Farmakologis) Antibiotik / Zat Aktif Suspending Agent Pengembang CMC Sweetening Agent Wetting Agent Pengawet Flavouring Agent Pelarut
% Lazim 125 mg / 5 ml 0,5 – 2% 20 x CMC 20 – 60% 10 – 25% 0,01 – 0,2% -
1.5 Alat dan bahan a. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Alat Timbangan neraca dan analitik Perkamen Spatel Sendok Corong Gelas ukur Beaker glass Botol Mortar + stamper Cawan porcelain
b. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bahan Kloramfenikol palmitat CMC Na Sirupus simplex Propylenglycolum Methyl paraben Oleum Aurantii Aquades
22
% Pakai 125 mg / 5 ml 2% 20 x CMC 25% 10 % 0,1 % 0,3 %
Penimbangan Bahan Per botol Per batch (60 ml) (4 botol) 1500 mg = 6 gram 1,5 gram 1,2 gram 4,8 gram 24 ml 96 ml 6,25 ml 25 ml 6 ml 24 ml 0,06 gram 0,24 gram 0,18 ml 0,72 ml ad 60 ml ad 240 ml
1.6 Cara Kerja 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12.
Dipersiapkan alat dan bahan Kalibrasi botol 60 ml Timbang semua bahan Timbang 1,5 gram kloramfenikol palmitat, 1,2 gram CMC Na, 0,06 gram methyl paraben. Dimasukkan air panas sebanyak 24 ml kedalam mortar lalu masukkan CMC Na kedalamnya gerus halus sampai homogen. Ditambahkan kloramfenicol palmitat yang sudah ditimbang, aduk hingga rata dan homogen Ditambahkan methyl paraben dan propylenglitkol gerus hingga rata dan homogen. Ditambahkan sirupus simplex gerus homogen Ditambahkan oleum aurantii gerus homogeny Ditambahkan air sedikit demi sedikit Dimasukan kedalam botol lalu ditambahkan sisa aquadest hingga 60 ml Diberi etiket
23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak larut yang terdispersi dalam fase cair (FI IV hlm 17). Dibuat sediaan suspensi karena suspensi mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya baik digunakan untuk pasien yang sukar menerima tablet dan kapsul, terutama anak-anak, memiliki homogenitas tinggi, lebih mudah diabsorpsi daripada tablet dan kapsul karena luas permukaan kontak antara zat aktif dan saluran cerna meningkat, dapat menutupi rasa tidak enak dan pahit obat, dan mengurangi penguraian zat aktif yang tidak stabil dalam air (RPS ed. 15 Vol. 3 hlm 1538-1539). Sedangkan penggunaan sediaan yang dibuat yaitu untuk oral. Suspensi oral adalah sediaan cair mengandung partikel padat yang terdispersi dalam pembawa cair dengan bahan pengaroma yang sesuai, dan ditujukan untuk penggunaan oral (FI IV hlm 17). Zat aktif yang digunakan pada prakttikum ini adalah kloramfenikol palmitas. Kloramfenikol memiliki sifat hidrofob oleh karena sifatnya yang tidak larut dalam air, kloramfenikol dibuat dalam bentuk suspensi. Pada praktikum kali ini dibuat sediaan suspensi dengan bahan aktif Kloramfenikol palmitat. Formula yang digunakan yaitu Kloramfenikol palmitat sebanyak 10% b/v, Sirupus simplex sebanyak 25%
b
/v, Methyl paraben sebanyak 0,015% b/v, Propyl paraben sebanyak
0,01% b/v, Propilen Glikol sebanyak 10% b/v, HPMC sebanyak 2,5% b/v, Na-sakarin sebanyak 0,2% b/v, KH2 PO4 sebanyak 0,2408% b/v, Na2 HPO4 sebanyak 0,75% b/v, HCl 0,4 N sebanyak 2 tetes, Pasta Jeruk sebanyak 10 tetes, Oleum aurantii sebanyak 2 tetes, dan Aquadest sebanyak 100% v/v. Sediaan yang akan dibuat berupa suspensi dengan bahan aktif Kloramfenikol palmitat dengan dosis untuk dewasa yaitu 4 x 1 sendok takar @5-7,5 ml. Sedangkan khasiat dari Kloramfenikol palmitat yaitu untuk mengobati demam tifoidoleh H. influenza. Kloramfenikol palmitat dikontraindikasikan kepada bayi, anak kecil di bawah 2 bulan, pasien dengan gangguan hati, gangguan darah dan pasien yang hipersensitif. Efek samping dari Kloramfenikol palmitat yaitu reaksi saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare, anemia aplastic. (Farmakologi dan Terapi ed. V hlm701-702). 24
Kloramfenikol bekerja dengan menghambat sintesis protein kuman. Obat ini terikat pada ribosom subunit 50s dan menghambat enzim peptidil transferase sehingga ikatan peptide tidak terbentuk pada proses sintesis kuman. Efek toksik kloramfenikol pada system hemopoetik sel mamalia diduga berhubungan dengan mekanisme kerja obat ini. Kloramfenikol umumnya bersifat bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri). Pada konsentrasi tinggi kloramfenikol kadang-kadang bersifat bakterisid (membunuh) terhadap kuman-kuman tertentu. Setelah pemberian oral, kloramfenikol diserap dengan cepat.kadar puncak dalam darah tercapai dalam 2 jam. Masa paruh eliminasinya pada orang dewasa kurang lebih 3 jam. Kira-kira 50% kloramfenikol dalam darah terikat dengan albumin. Obat ini didistribusikan secara baik ke berbagai jaringan tubuh, termasuk jaringan otak, cairan serebro spinal dan mata. Kloramfenikol yang diberikan oral telah diekskresi melalui ginjal. Dari seluruh kloramfenikol yang diekskresi melalui urin, hanya 5-10% dalam bentuk aktif. Sisanya terdapat dalam bentuk glukuronat taau hidrolisat lain yang tidak aktif. Banyak pendapat mengenai indikasi penggunaan kloramfenikol, tetapi sebaiknya obat ini hanya digunakan unruk mengobati demam tifois tau meningitis oleh H.influenzae. infeksi lain sebaiknya tidak diobati dengan kloramfenikol bila masih ada atimikroba lain yang lebih aman dan efektif. Kloramfenikol dikontraindikasikan untuk bayi, anak kecil di bawah 2 bulan, pasien dengan gangguan hati, gangguan darah dan pasien yang hipersensitif. Kloramfenikol tidak lagi menjadi pilihan utama untuk mengobati penyakit tersebut karena telah tersedia obta-obat yang lebih aman. Walaupun demikian, pemakaiannya sebagai lini pertama dapat dibenarkan bila resistensi belum merupakan masalah. Efek samping dari Kloramfenikol palmitat yaitu reaksi saluran pencernaan seperti mual, muntah, diare, anemia aplastic. (Farmakologi dan Terapi ed. V hlm701-702). Bahan aktif tidak larut dalam air (Farmakope Indonesia edisi V hlm 690), maka dibuat sediaan berupa suspensi. Kloramfenikol digunakan untuk pemakaian luar dan rasanya sangat pahit (Farmakope Indonesia edisi IV hlm 189), maka dari itu bahan aktif Kloramfenikol diganti menjadi Kloramfenikol palmitat. Bahan aktif hampir tidak berasa (Farmakope Indonesia edisi V hlm 690) sehingga akan menurukan akseptabilitas terhadap pasien, maka dari itu dalam sediaan ditambahkan pemanis (sweetening agent) yaitu sirupus simplex (HOPE 6th Edition page 703) dan Na-sakarin (HOPE 6th Edition page 608) untuk menambah rasa manis pada sediaan dan meningkatkan akseptabilitas terhadap pasien. Sirupus simplex dibuat dari sukrosa 65g+aquadest ad 100ml yang dipanaskan hingga sukrosa melarut 25
dengan sempurna. Sediaan disimpan dalam jangka waktu lama sebagai multiple dose, dan sediaan terkandung sukrosa dan air sebagai nutrisi dan medium pertumbuhan mikroba, dengan demikian akan rentan terkontaminasi mikroba, maka sediaan ditambahkan pengawet, yaitu pengawet Methyl paraben dan Propyl paraben (HOPE 6thedition page 441& 596). Agar pengawet dapat bekerja dengan efektif maka dikombinasikan pengawet Methyl paraben dan Propyl paraben. Digunakan pengawet Methyl paraben dan Propyl paraben karena menyesuaikan dengan pH sediaan yang dibuat= 6,7 dengan pH aktivitas antimikroba Methyl paraben dan Propyl paraben yaitu 4-8 (HOPE 6thedition page 441& 596). Methyl paraben dan Propyl paraben sukar larut dalam air, mudah larut dalam propilen glikol (HOPE 6thedition page 441& 596), maka Methyl paraben dan Propyl paraben dilarutkan dalam propilen glikol. Bahan aktif memiliki pH sediaan= 6,7 (TPC 1994 hlm 789), maka pH sediaan yang akan dibuat= 6,7. Untuk mempertahankan pH sediaan yang diinginkan,
ditambahkan
Dapar
Phospat
untuk
mempertahankan
pH
sediaan(Farmakope Indonesia edisi V hlm 1727). Untuk mencapai pH sediaan yang di inginkan, ditambahkan adjust pH HCl 0,1 N atau NaOH 0,1 N (jika perlu). Bahan aktif harus terlindung dari cahaya (Martindale 36 hlm 239),
maka
digunakan botol kaca berwarna coklat saat penyimpanan. Untuk memperlambat pengendapan sediaan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak, ditambahkan suspending agent yaitu HPMC untuk memperlambat pengendapan sediaan, mencegah penurunan partikel, dan mencegah penggumpalan resin dan bahan berlemak (HOPE 6th Edition page 326). Untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak larut, ditambahkan wetting agent yaitu propilen glikol untuk menurunkan tegangan permukaan bahan dengan air (sudut kontak) dan meningkatkan dispersi bahan yang tidak m larut (HOPE 6thed halaman 592). Agar warna dan bau sirup lebih menarik, ditambahkan colouring agent dan flavouring agent Pasta Jeruk dan oleum aurantii (Martindale 36 hlm 2357). CO2 dapat mempengaruhi pH sediaan karena dapat terlarut ke dalam air dan membentuk ion H+ sehingga dapat mengubah pH sediaan, maka digunakanlah pelarut air bebas CO2. Pada pembuatan sediaan tiap botol dilebihkan 2% yaitu menjadi 61,2ml, ini dilakukan untuk menjamin kehilangan volume pada setiap botol sesuai yang tertera pada label dan etiket dan memenuhi syarat volume terpindahkan. Untuk volume 26
total juga dilebihkan sebanyak 10% untuk menjamin agar tidak terjadi kehilangan volume total sediaan. Eksipien yang digunakan diantaranya: Sirupus simplex 25%, Methyl paraben 0,015%, Propyl paraben 0,01%, Propilen Glikol 10%, HPMC 2,5%, Na-sakarin 0,2%, KH2 PO4 0,2408%, Na2 HPO4 0,75%, HCl 0,4 N 2tetes, Pasta Jeruk10 tetes, Oleum aurantii 2 tetes, dan Aquadest ad 100%. Sediaan dibuat secara berurutan mulai dari pembuatan air bebas CO2, kalibrasi yang terdiri dari kalibrasi botol coklat 60ml, beaker glass utama (500 ml), dan kalibrasi beaker glass untuk sirupus simplex (250ml), lalu dilanjutkan dengan penimbangan formula atau bahan-bahan yang telah dilakukan perhitungan sebelumnya, pembuatan sirupus simplex, pembuatan dapar phospat, pembuatan gel HPMC, dan pembuatan suspensi 10%. HPMC dibuat di dalam mortir karena HPMC mudah terdispersi dalam air dan membentuk larutan koloidal (Martindale 36 hlm 2144). Selama praktikum saya melakukan kalibrasi botol kaca berwarna coklat sebanyak 61 ml, kalibrasi beaker glass utama 500 ml, kalibrasi beaker glass untuk membuat sirupus simplex, dan penimbangan. Setelah sediaan dibuat dan dimasukkan ke masing-masing botol yang telah dikalibrasi sebelumnya dan ditutup rapat dilakukan evaluasi, diantaranya ada evaluasi organoleptik, yaitu meliputi evaluasi bau, rasa dan warna. Sediaan yang telah jadi memiliki bau jeruk, rasa manis, dan warna orange. Yang kedua yaitu evaluasi evaluasi pengujian pH sediaan. Sediaan diukur pHnya menggunakan pH indikator dengan cara mencelupkan indikator ke dalam sediaan yang telah dibuat 80% dari volumekeseluruhan dan disamakan warnanya dengan pH yang tersedia, pH yang didapat yaitu 9. Karena pH sediaan yang telah jadi melebihi dari pH sediaan yang dispesifikasikan yaitu 6,7, maka ditambahkan adjust pH HCl 4 N sebanyak 2 tetes dan dikur pHnya kembali dengan menggunakan indikator pH, diperoleh pH sediaan yaitu 7. Yang ketiga yaitu evaluasi volume terpindahkan (FI V halaman 1615). 1 botol dituangkan ke dalam gelas ukur 500 ml, ditutup dengan kertas perkamen, dan dibiarkan selama 30 menit. Setelah 30 menit, diukur volume dalam gelas ukur. Diperoleh volume yaitu 60ml. Pada evaluasi volume terpindahkan, syaratnya yaitu tidak ada satu wadah pun volumenya kurang dari 95% dari volume yang tertera 27
pada etiket (FI V halaman 1615). Hasil volume sediaan yang diperoleh yaitu 60ml (tidak kurang dari 95%). Sediaan dapat dinyatakan memenuhi syarat evaluasi. Yang keempat yaitu evaluasi bobot jenis (FI V hal 1553). Piknometer yang bersih dan kering ditimbang di atas timbangan analitik saat kosong sebagai W 1, saat diisi aquadest sebagai W2, dan saat diisi sediaan sebagai W3. Lalu dihitung menggunakan rumus bobot jenis, diperoleh bobot jenis sediaan yaitu 1,02 g/ml. Yang kelima yaitu evaluasi viskositas (Modul Praktikum Farmasi Fisika, 2002 hlm 17-18). Pengujian dilakukan menggunakan viscometer Brookfield. Viskositas sediaan yang diperoleh yaitu 80cP. Yang keenam yaitu evaluasi homogenitas. Teteskan menggunakan pipet tetes sediaan dari dalam botol ke kaca arloji, ratakan dengan sudip, amati ukuran partikelnya. Syaratnya yaitu jika ukuran partikel yang sama semua disebut homogen dan jika ukuran partikel ada yang berbeda disebut tidak homogen. Hasil pengamatan yang didapatkan yaitu sediaan termasuk homogen karena ukuran partikelnya sama semua. Yang ketujuh yaitu evaluasi volume sedimentasi. Tuangkan sediaan 1 botol ke dalam gelas ukur, tutup dengan kertas perkamen, amati pengendapan yang terjadi tiap 0’, 1 hari, 2 hari, dan 6 hari. Setiap selang waktu sesuai dengan yang telah ditentukan, lakukan pengamatan, ukur volume sediaan (Ho) dan volume sediaan yang jernih (Hv), hitung dengan membagi volume sediaan (Ho) dan volume sediaan yang jernih (Hv). Syaratnya yaitu nilai ƒ tidak lebih dari 1. Hasil yang diperoleh yaitu pada 0’ nilai ƒ= 1, pada 1 hari nilai ƒ= 0,80, pada 2 hari nilai ƒ= 0,83, dan pada 6 hari nilai ƒ= 0,86. Berdasarkan hasil evaluasi volume sedimentasi dapat dinyatakan baik karena nilai ƒ mendekati 1. Pada awal evaluasi tidak terdapat endapan pada gelas ukur dan ketika dibiarkan selama 1 hari endapan terbentuk banyak sehingga bagian yang jernihnya dapat terlihat dengan jelas dan dapat diukur volumenya. Pengukuran bagian volume yang jernih di lihat dari bagian yang tidak terdapat partikel melayangnya atau dengan kata lain sama dengan jernih, bagian tersebut yang dapat dikatakan sebagai Hv sehingga dapat diukur bagian yang jernihnya. Semakin lama sediaan dibiarkan, endapan yang terbentuk semakin sedikit dan volume yang jernihnyapun semakin bertambah sehingga nilai ƒ semakin mendekati 1.
28
Yang kedelapan yaitu evaluasi kemampuan teredispersi. Sediaan disimpan dalam botol bening, diamkan selama 0’, 1 hari, 2 hari, dan 6 hari. Setiap selang waktu sesuai dengan yang telah ditentukan, amati dan kocok botol dengan kemiringan 900 sampai sediaan teredispersi kembali. Hitung berapa kali tiap mengkocok botol. Hasilnya pada waktu 0’ sediaan teredispersi kembali setelah dikocok sebanyak 0 kali. Pada waktu 1 hari, sediaan teredispersi kembali setelah dikocok sebanyak 10 kali. Pada waktu 2 hari, sediaan teredispersi kembali setelah dikocok sebanyak 13 kali. Dan pada wkatu 6 hari, sediaan teredispersi kembali setelah dikocok sebanyak 40 kali. Berdasarkan hasil evaluasi kemampuan redispersi sediaan dapat dinyatakan kurang baik karena dari hari ke hari persebaran partikel dari sediaan semakin lama untuk kembali. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan sediaan dinyatakan memenuhi syarat yang ditentukan walaupun terdapat hasil evaluasi yang tidak memenuhi persyaratan namun merupakan parameter kritis. Penggunaan dapar phospat berfungsi untuk mempertahankan pH sediaan larutan yang dibuat. Digunakan dapar phospat karena pKa dapar phospat (7,21) berdekatan dengan pH sediaan (6,7). Dapar phospat dibuat dari asam kuat dan basa konjugasi. Fungsi dari dapar yaitu untuk mengatur dan mempertahankan pH, memperbesar potensial pengawet, dan meningkatkan kelarutan (Pharmaceutics, The Science of Dosage Form Design, ME. Aulton, hal 277). Pada saat optimasi, pada pembuatan, saat penggerusan dengan stamper di dalam mortir terdapat busa. Ini terjadi karena menggerusnya terlalu cepat dan kuat. Seharusnya dengan perlahan sehingga busa yang timbul tidak akan banyak atau tidak timbul busa sama sekali. Ini juga timbul karena kelemahan dari HPMC yang ketika dibuat massa gel dalam pengadukan atau penggerusan akan timbul busa.
29
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan 1. Komposisi bahan dalam pembuatan suspensi kloramfenikol ini terdiri dari Chloramphenicol, Carboxymethylcellulosum Natricum, Propylenglycol, Sirup dan Aqua dest. 2. Dari hasil praktikum ini didapatkan sediaan suspensi kloramfenikol yang baik secara fisik, namun belum dilakukan evaluasi sediaan karena keterbatasan waktu.
5.2 Saran 1. Untuk mendapatkan suspensi yang baik, sebaiknya ditambahkan suspending agent dengan konsentrasi yang sesuai. 2. Sebelum dikonsumsi, seharusnya dilakukan pengocokan, agar terdispersi merata.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Ditjen POM., (1979), “Farmakope Indonesia”, Edisi III, Depkes RI, Jakarta, 474, 509. 2. Ansel, H.C., (1989), “Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi”, edisi IV, Terjemahan Farida Ibrahim, UI Press, Jakarta. 3. Anief, Moh., (2005)., ”Ilmu Meracik Obat”, cetakan XII, Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.143, 147. 4. Lachman, L dan Leibermann A, 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri . Edisi III, Jakarta :Universitas Indonesia. 5.
Martindale 28, 1982. London : The Pharmaceutical Press
31