Laporan Tetap Uv-Vis [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM KIMIA ANALITIK INSTRUMENT



Disusun Oleh : 1. Rizka Elvira Husni ( 061440410807 ) 2. Rizka Rahmawati



( 061440410808 )



3. Salma Isnaini



( 061440410809 )



4. Septiani Wulandari ( 061440410810 ) 5. Tri Lestari



( 061440410811 )



6. Yulinda



( 061440410812 )



7. Nyimas Jannatu A ( 061440411738 )



Instruktur



: Ida Febriana S.Si.,M.T.



Judul percobaan : SPEKTROFOTOMETRI UV-Vis 1 Kelas



: 2EGB



JURUSAN TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ENERGI POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA 2014/2015



SPEKTROFOTOMETRI UV-VIS I.



TUJUAN PERCOBAAN Setelah melakukan percobaan ini diharapkan mahasiswa dapat : 1. Menggunakan alat spektrofotometer sinar tampak ( Vis ) dan Ultraviolet; 2. Menganalisis cuplikan secara spektrofotometri.



II.



DASAR TEORI Spektrofotometri UV-Vis adalah anggota teknik analisis spektroskopik yang memakai sumber REM (radiasi elektromagnetik) ultraviolet dekat (190-380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer.Spektrofotometri UV-Vis melibatkan energi elektronik yang cukup besar pada molekul yang dianalisis, sehingga spektrofotometri UV-Vis lebih banyak dipakai untuk analisis kuantitatif dibandingkan kualitatif. Spektrofotometri merupakan salah satu metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya.Peralatan yang digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer.Cahaya yang dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron valensi. 2 Sinar atau cahaya yang berasal dari sumber tertentu disebut juga sebagai radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik yang dijumpai dalam kehidupan sehari-hari adalah cahaya matahari. Dalam interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik



kemungkinan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektoskopi absorbsi ataupun spektroskopi emisi. Pengertian spektroskopi dan spektrofotometri pada dasarnya sama yaitu



di



dasarkan



pada



interaksi



antara



materi



dengan



radiasi



elektromagnetik.Namun pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun tidak terlihat). Sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan magnet termasuk gelombang elektromagnetik. Cahaya yang dapat dilihat oleh manusia disebut cahaya terlihat/ tampak. Biasanya cahaya yang terlihat merupakan campuran dari cahaya yang mempunyai berbagai panjang gelombang, mulai dari 400 nm , seperti pelangi di langit. Hubungan antara warna pada sinar tampak dengan panjang gelombang terlihat seperti tabel dibawah. Dalam tabel berikut ini tercantum warna dan warna komplementernya merupakan pasangan dari setiap dua warna dari spektrum yang menghasilkan warna putih jika dicampurkan. Tabel Warna dan warna komplementer Panjang



Warna



Warna Komplementer



Ungu Biru Biru Kehijauan Hijau Kebiruan Hijau Hijau Kekuningan Jingga Merah Ungu Kemerahan



Hijau Kekuningan Kuning Jingga Merah Ungu Kemarahan Ungu Biru Kehijauan Hijau Kebiruan Hijau



gelombang (nm) 400 – 435 435 – 480 480 – 490 490 – 500 500 – 560 560 – 580 592 – 610 610 – 680 680 – 700



Saat sinar mengenai larutan bening , maka akan terjadi 2 hal : 1. Transmisi Transmitan larutan adalah bagian dari sinar yang diteruskan melalui larutan. 2. Absorpsi Cahaya akan diserap jika energi cahaya tersebut sesuai dengan energi yang dibutuhkan untuk mengalami perubahan dalam molekul. Absorbansi larutan bertambah dengan pengurangan kekuatan sinar. Bila seberkas sinar radiasi dengan intensitas I ˳ dilewatkan melalui medium yang panjang b dan mengandung molekul pada tingkat energi elektronik dasar dengan konsentrasi C, Maka radiasi akan diserap sebagian dan intensitas radiasi akan berkurang menjadi I , sehingga berlaku persamaan : I



= I ˳ . exp (- kbc)



(1)



atau Log I ˳/¿



I



= a.b.c atau A = a.b.c



(2)



dengan, k a ¿ 2,303 =koefisienserapan( serapanmolar)



A



¿



log I ˳/¿



I



¿



absorban



k ¿ tetapan perbandingan I ˳/ I



¿



transmitansi (T)



Persamaan dua dikenal sebagai hukum Lambert – Berr , yang digunakan sebagai dasar analisa kuantitatif dalam spektrofotometri sinar tampak.



Dari persamaan tersebut diatas menunjukan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi larutan. Besarnya konsentrasi ini sebanding dengan konsentrasi larutan sehingga dengan meletakkan besarnya absorbansi sebagai titik ordinat dengan konsentrasi larutan standar sebagai absis akan diperoleh kurva garis lurus. Kurva ini disebut dengan kurva kalibrasi ( kurva standar ). Dengan memasukkan absorbansi larutan cuplikan pada kurva kalibrasi tersebut, maka dapat ditentukan konsentrasi larutan di dalam cuplikan. Pada analisis kualitatif, ada tiga metode yang sesuai dan secara umum sering digunakan pada penentuan unsur di dalam suatu bahan, seperti diuraikan dibawah ini. 1. Metode Relatif, yaitu dengan mengukur absorbansi atau transmitan dari larutan blanko, larutan standar dan larutan cuplikan. Ab− Ao Cb = As−Ao Cs



atau



Cs=Cb



As−Ao Ab−Ao



dengan, Ab = absorbansi larutan baku Ac = absorbansi larutan blanko As = absorbansi larutan cuplikan Cb = konsentrasi larutan baku Cs = konsentrasi larutan cuplikan 2. Metode kurva kalibrasi, yaitu dengan membuat kurva antara konsentrasi standar terhadap absorbansi, dengan kurva tersebut berupa garis lurus, kemudian dengan cara menginterpolasikan dari larutan cuplikan ke dalam kurva standar tersebut diatas, akan diperoleh konsentrasi larutan cuplikan.



3. Metode penambahan standar Untuk kondisi tertentu, metode kalibrasi kurang baik, karen adanya matrik yang mengganggu pengukuran absorbansi atau transmitannya. Pada metode kurva penambahan standar ini dibuat sederetan larutan cuplikan dengan konsentrasi yang sama. Masing- masing larutan ditambah dengan larutan standar dari unsur yang dilakukan analisis dengan konsentrasi mulai dari 0 sampai konsentrasi tertentu. Absorbansi masing- masing larutan diukur dan dibuat kurva absorbansi terhadap konsentrasi unsur standar yang ditambahkan. Dari ekstrapolasi kurva ke sumbu konsentrasi akan diperoleh intersept pada sumbu konsentrasi yang merupakan konsentrasi unsur di dalam cuplikan yang diukur. Selain dengan cara ekstrapolasi, konsentrasi unsur didalam cuplikan dapat dihitung dengan persamaan : Cs= X



Ao Aadd−Ao



dengan, Cs



= konsentrasi unsur di dalam cuplikan



Ao



= absorbansi larutan cuplikan tanpa penambahan larutan standar



Aadd



= absorbansi larutan cuplikan dengan penambahan larutan standar



X



= konsentrasi unsur standar yang ditambahkan. Pada spektrofotometer UV-Vis dapat melakukan penentuan terhadap sampel



yang berupa larutan, gas atau uap. Untuk sampel yang berupa larutan perlu diperhatikan pelarut yang dipakai antara lain :



1. Pelarut yang dipakai tidak mengandung sistem ikatan rangkap terkonjugasi pada struktur molekulnya yang tidak bewarna 2. Tidak terjadi interaksi dengan molekul senyawa yang dianalisis 3. Kemurniannya harus tinggi atau derajat untuk analisis.



Bagian-bagian Spektrofotometer UV-Vis 1.



Sumber cahaya



Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki pemancaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber cayaha pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam : a.



Lampu Tungsten (Wolfram)



Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengan bola lampu pijar biasa, memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasinya berupa garis lengkung , Umumnya memiliki waktu 1000jam pemakaian b. b.



Lampu Deuterium



Lampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah UV. Memiliki waktu 500 jam pemakaian. 2.



Monokromator



Monokromator adalah alat yang memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagianbagian monokromator, yaitu:



a.



Prisma



Prisma mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis. b.



Grating (kisi difraksi)



Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum. c.



Celah optis



Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan. d.



Filter



Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih. 3.



Kompartemen sampel



Kompartemen ini digunakan sebagai tempat diletakkannya kuvet. kuvet merupakan wadah yang digunakan untuk menaruh sampel yang akan dianalisis. Pada spektrofotometer double beam, terdapat dua tempat kuvet. Satu kuvet digunakan sebagai tempat untuk menaruh sampel, sementara kuvet lain digunakan untuk menaruh blanko. Sementara pada spektrofotometer single beam, hanya terdapat satu kuvet.



Kuvet yang baik harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut : a.



Permukaannya harus sejajar secara optis



b.



Tidak berwarna sehingga semua cahaya dapat di transmisikan



c.



Tidak ikut bereaksi terhadap bahan-bahan kimia



d.



Tidak rapuh



e.



Bentuknya sederhana



Terdapat berbagai jenis dan bentuk kuvet pada spektrofotometer. Umumnya pada pengukuran di daerah UV, digunakan kuvet yang terbuat dari bahan kuarsa atau plexiglass. Kuvet kaca tidak dapat mengabsorbsi sinar uv, sehingga tidak digunakan pada saat pengukuran di daerah UV. Oleh karena itu, bahan kuvet dipilih berdasarkan daerah panjang gelombang yang digunakan. Gunanya agar dapat melewatkan daerah panjang gelombang yang digunakan. • UV : fused silika, kuarsa • Visible : gelas biasa, silika atau plastik • IR : KBr, NaCl, IRTRAN atau kristal dari senyawa ion



4.



Detektor



Bahan



Panjang gelombang



Silika



150-3000



Gelas



375-2000



Plastik



380-800



Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Terdapat beberapa jenis detector pada spektrofotometer : Jenis detector



λ range (nm)



Sifat pengukuran Penggunaan



Phototube



150 – 1000



arus listrik UV



Photomultiplie



150 – 1000



arus listrik UV/Vis



r Solid state



350 – 3000



Thermocouple



600 – 20.000



arus listrik IR



Thermistor



600 – 20.000



hambatan listrik IR



Tabel 3 Jenis-jenis detektor berdasarkan panjang gelombang Syarat-syarat ideal sebuah detector adalah : -



Mempunyai kepekaan tinggi



-



Respon konstan pada berbagai panjang gelombang



-



Waktu respon cepat dan sinyal minimum tanpa radiasi



-



Sinyal listrik ayng dihasilkan harus sebanding dengan tenaga radiasi



5.



Visual display



Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi. III. IV.



GAMBAR ALAT ( TERLAMPIR ) ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN ∎ Alat yang digunakan ;



1. Spektrofotometer Agilent



2. Kuvet / sel 3. Labu takar 250 mL 4. Labu takar 100 mL 5. Labu takar 50 mL 6. Gelas kimia 100 7. Pipet ukur 10 8. Batang pengaduk & spatula 9. Corong gelas 10. Pipet tetes 11. Bola hisap 12. Bola semprot ∎ Bahan yang digunakan ;



1.



Kristal CuSO 4. 5 H 2 O H SO



2 4 2. Larutan pekat 3. Larutan Amonia pekat 4. Sampel



V. PROSEDUR KERJA A. Pembuatan larutan standar ( Larutan kalibrasi ) CuSO 4. 5 H 2 O - Melarutkan 3,927 gr dalam labu takar 250 ml, menambahkan 5ml



H 2 SO 4



pekat, mengencerkan sampai tanda batas



dengan menambahkan air aquadest 1ml = 2mg



2+¿ Cu¿



- Memindahkan larutan diatas sejumlah masing – masing : 0, 5, 10, 15, 20, 25, dan 30 ml ke dalam masing – masing labu takar



100 ml, kemudian menambahkan masing – masing dengan 5 ml



NH 3



pekat dan mengencerkan dengan air aquadest sampai tanda batas - Menghitung konsentrasi dari tiap – tiap larutan di atas. B. Penentuan Panjang gelombang maksimum ( λ maks ) 1. Menghidupkan alat spektrofotometer UV-Vis 2. Menekan F1 ( Tasks ) memilih Single WL (λ tunggal ) , menekan enter 3. Memasukkan λ minimum ( 450nm ), menekan F6 4. Memasukkan kuvet1 ( larutan blanko ) pada tempat kuvet pada alat spektrofotometer, menekan F8 ( blank ) 5. Mengganti kuvet1 dengan kuvet2 ( larutan standar, misal Cs = 100 ppm ), menekan F7 ( sampel ). Mencatat absorbansi pada 450 nm tersebut. 6. Menekan F2 ( setting ), memilih 1wavelength, menekan enter 7. Memasukkan λ berikutnya ( misal 460 nm, dengan interval 10 nm ) menekan F6 ( done ) 8. Mengulangi langkah (d) hingga langkah (g) hingga λ = 750 nm. C. Pembuatan Kurva Kalibrasi 1. Menekan Task atau menekan F1 2. Memilih Quantification, menekan enter 3. Memasukkan Larutan Blanko pada kuvet, menekan enter 4. Menjadikan larutan blanko sebagai standar Nol ( konsentrasi nol) dengan menekan F7 5. Mengganti kuvet yang berisikan larutan standar ( mulai dari larutan standar dengan konsentrasi terkecil ) lalu menekan F7



6. Mengulangi langkah (4) dan (5) sampai semua larutan standar selesai diukur 7. Membawa Cursor keSTDI dan menekan enter 8. Memasukkan nilai 0 ( pada concentration ) dan memberi nama analyte, menekan next atau F7 9. Untuk larutan standar 2, memasukkan nilai konsentrasinya 10. Mengulangi langkah (9) sampai semua larutan standar dimasukkan nilai konsentrasinya 11. Menekan done 12. Menekan File / print, pilih print Calibration 13. Memilih Set Up, Menekan enter 14. Memilih Serial/F7 15. Memilih banrate 38400; bits 8, perify even 16. Menekan F6/ Done 2X 17. Menekan F6 / print. D. Menganalisa Sampel 1. Menekan F4 / Sampel 2. Memasukkan kuvet 1 ( larutan blanko ), menekan F8 ( blank ) 3. Mengganti dengan kuvet 2 ( larutan sampel 1 ), menekan F7 (sampel) 4. Mengulangi langkah (2) dan (3) untuk keseluruhan sampel 5. Menekan F6 ( done ) 6.Menekan Graphic / F6 7. Menekan Mark / F6, memilih Peaks, menekan enter 8. Menekan Print / F6, memilih Set Up, menekan enter



9. Menekan serial, memilih bandrate 38400, bits 8 dan parity even 10. Menekan F6 / Done 2X 11. Menekan F6 E. Cara Mematikan Alat 1. Menekan System (F5) 2. Menekan tombol m 3. Memilih restart, Menekan Enter 4. Memilih Yes 5. Menunggu proses inisialisasi selesai 6. Menekan tombol power ke off



VI.



DATA PENGAMATAN A. Mencari panjang gelombang maksimum No. Panjang gelombang (nm) 1. 450 2. 460



Absorbansi 0,0177 0,0230



3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.



470 480 490 500 510 520 530 540 550 560 570 580 590 600 610 620 630 640 650



λ Maks



0,0315 0,0433 0,0581 0,0771 0,0992 0,1238 0,1495 0,1752 0,1993 0,2201 0,2372 0,2497 0,2572 0,2611 0,2603 0,2578 0,2496 0,2403 0,2299



B. Pembutan Kurva Kalibrasi No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.



Volume Larutan 0 ml 5 ml 10 ml 15 ml 20 ml 25 ml 30 ml



Konsentrasi Larutan (ppm) 392,7 ppm 785,4 ppm 1178,1 ppm 1570,8 ppm 1963,5 ppm 2356,2 ppm



Absorbansi 0,0032 0,0687 0,1406 0,2234 0,2875 0,3567 0,4031



C. Analisa Sampel ( y = ax + b → y = 0,0002x + 0,0059 ) No. 1. 2. 3.. 4.



Nama Sampel Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Sampel 4



Absorbansi 0,2220 0,2461 0,2769 0,2973



x ( Konsentrasi ) 1080,5 ppm 1201 ppm 1355 ppm 1457 ppm



VII.



PERHITUNGAN Dik : gr



CuSO 4. 5 H 2 O



= 3,927 gr



V



CuSO 4. 5 H 2 O



= 500 ml



ppm =



gr CuSO 4 1000 mg . 2 gr V CuSO 4 1L . 2 1000 ml



=



3,927 gr 1000 mg . 2 gr 500 ml 1L . 2 1000 ml



=



1,9635 x 1000 mg 0,25 L



=



1963,5 mg 0,25 L



= 7854



mg L



¿>¿



7854 ppm



 Pengenceran  5 ml M1.V1 = M2.V2 7854 ppm x 0,005 L = M2 x 0,1 L



M2 =  10 ml



39,27 0,1 ppm



= 392,7 ppm



M1.V1 = M2.V2 7854 ppm x 0,01 L = M2 x 0,1 L M2 =



78,54 0,1 ppm



= 785,4 ppm  15 ml M1.V1 = M2.V2 7854 ppm x 0,015 L = M2 x 0,1 L M2 =  20 ml



117,81 ppm 0,1



= 1178,1 ppm



M1.V1 = M2.V2 7854 ppm x 0,02 L = M2 x 0,1 L M2 =



157,08 ppm 0,1



= 1570,8 ppm  25 ml M1.V1 = M2.V2 7854 ppm x 0,025 L = M2 x 0,1 L M2 =  30 ml



196,35 ppm 0,1



= 1963,5 ppm



M1.V1 = M2.V2 7854 ppm x 0,03 L = M2 x 0,1 L M2 =



235,62 ppm 0,1



= 2356,2 ppm  Analisa Sampel , ( x ) konsentrasi Dik : y = 0,0002x + 0,0059 a. y = 0,2220



y = ax + b 0,2220 = 0,0002x + 0,0059 x=



0,2220−0,0059 0,0002



= 1080,5 ppm b. y = 0,2461 y = ax + b 0,2461 = 0,0002x + 0,0059 x=



0,2461−0,0059 0,0002



= 1201 ppm c. y = 0,2769 y = ax + b 0,2769 = 0,0002x + 0,0059 x=



0,2769−0,0059 0,0002



= 1355 ppm d. y = 0,2973 y = ax + b 0,2973 = 0,0002x + 0,0059



x=



0,2973−0,0059 0,0002



= 1457 ppm



VIII.



ANALISIS DATA Setelah melakukan percobaan dapat dianalisa bahwa pada saat mencari panjang gelombang maksimum, kami mengambil data dari panjang gelombang 450-650nm. Pada panjang gelombang 450nm didapatkan absorbansi sebesar 0,0177, pada panjang gelombang 460nm didapatkan absorbansinya sebesar 0,0230, panjang gelombang 470nm absorbansinya 0,0315, panjang gelombang 480nm absorbansinya 0,0433, panjang gelombang 490nm absorbansinya 0,0581, panjang gelombang 500nm absorbansinya 0,0771, panjang gelombang 510nm absorbansinya 0,0992, panjang gelombang 520nm absorbansinya 0,1238, panjang gelombang 530nm



absorbansinya



0,1495,



pada



panjang



gelombang



540nm



absorbansinya 0,1752, panjang gelombang 550nm absorbansinya 0,1993, panjang gelombang 560nm absorbansinya 0,2201, panjang gelombang 570nm absorbansinya 0,2372, panjang gelombang 580nm absorbansinya sebesar 0,2497, panjang gelombanng 590 absorbansinya sebesar 0,2572, panjang gelombang 600 absorbansinya sebesar 0,2611, pada panjang gelobang 610nm absorbansinya 0,2603, panjang gelombang 620nm absorbansinya 0,2578, panjang gelombang 630nm absorbnsinya sebesar 0,2496, panjang gelombang 640nm absorbansinya sebesar 0,2403, dan pada panjang gelombang 650 absorbansinya adalah sebesar 0,2299. Dari percobaan tersebut diketahui bahwa srmakin tinggi panjang gelombang



maka absorbansinya semakin meningkat hingga adanya panjang gelombang maksimim kemudian mengalami penurunan dan dalam hal ini panjang gelombang maksimum terjadi pada 600nm dengan absorbansinya sebesar 0,261. Setelah menentukan panjang gelombanng maksimim, selanjutnya adalah mencari absorbansi dan konsentrasi larutan untuk pembuatan kurva kalibrasi dari volumelarutan kelipatan 5, yaitu 0ml sampai 30ml. Pada volume larutan 0ml dihasilkan absorbansinya 0,0032, pada volume larutan 5ml dihasilkan konsentrasinya larutan 392,7 ppm dan absorbansinya 0,0687, pada volume larutan 10ml konsentrasinya 785,4 ppm dan absorbansinya 0,1406, pada volume 15ml dihasilkan konsentrasi 1178,1 ppm dan absorbansinya 0,2234, pada volume larutan 20ml dihasilkan konsentrasi 1570,8 ppm dan absorbansinya 0,2875, pada volume 25ml dihasilkan konsentrasi 1963,5 ppm dan absorbansinya 0,3567, dan pada volume larutan 30ml dihasilkan konsentrasi sebesar2356,2 ppm dan absorbansinya 0,4031. Dari absorbansi ini didapat kurva kalibrasi yang selalu meningkat, dengan sumbu x adalah konsentrasi dan sumbu y adalah absorbansi dengan persamaan y = 0,0002x + 0,0059 dan R2 = 0,996. Selanjutnya adalah menganalisa sampel dengan rumus y = ax + b, pertama menentukan absorbansi setiap sampel kemudian dari persamaan yang didapat pada kurva kalibrasi y = 0,0002x + 0,0059 dapat digunakan untuk menghitung x ( konsentrasi ). Pada sampel 1 absorbansinya 0,2220 dan konsentrasinya 1080,5 ppm, pada sampel 2 absorbansinya 0,2461 dan konsentrasinya 1201 ppm, pada sampel 3 absorbansinya 0,2769 dan konsentrasinya 1355 ppm, dan pada sampel 4 absorbansinya 0,2973dan konsentrasinya sebesar 1457 ppm. Diketahui bahwa sampel 1 sampai 4 dari absorbansi dan konsentrasi selalu meningkat.



IX.



KESIMPULAN Setelah menganalisa data percobaan dapat disimpulkan bahwa :  Larutan standar yang digunakan adalah 7854 ppm  Pada penentuan panjang gelombanng maksimum didapat pad a 600nm dengan absorbansinya adalah 0,2611  Pada saat pengenceran 0ml sampai 30ml larutan didapatkan konsentrasi yang meningkat. Pada volume 0ml konsentrasinya 0, pada volume 5ml konsentrasinya 3927 ppm, pada volume 10ml konsentrasinya 785,4 ppm, pada volume 15ml konsentrasinya 1178,1 ppm, pada volume 20ml konsentrasinya 1570,8 ppm, pada volume 25ml konsentrasinya adalah 1963,5 ppm, dan pada volume larutan 30ml konsentrasinya adalah 2356,2 ppm.  Pada analisa sampel y= ax + b dengan y = 0,0002x + 0,0059 didapatkan konsentrasi masing-masing sampel. Pada sampel 1 dihasilkan konsentrasi 1080,5 ppm, pada sampel 2 didapat konsentrasi 1201 ppm, pada sampel 3 didapat konsentrasi 1355 ppm dan pada sampel 4 konsentrasinya 1457 ppm.



Grafik panjang gelombang



Grafik Panjang Gelombang 0.3



0.25



0.2



absorbansi 0.15



0.1



0.05



0 400



450



500



550



600



650



700



Penentuan kurva kalibrasi



Kurva Kalibrasi 0.45 f(x) = 0x + 0.01 R² = 1



0.4



0.35



0.3 Absorbansi



0.25



Linear (Absorbansi)



0.2



0.15



0.1



0.05



0 0



500



1000



1500



2000



2500



X.



DAFTAR PUSTAKA  Jobsheet Praktikum



Kimia



Analitik



Instrument.2014/2015.



Spektrofotometri UV-Vis.Palembang:Politeknik Negeri Sriwijaya.  Mukti W,Kusnanto.201.Analisis Spektrofotomeri UV-Vis. Jurusan Fisika,FMIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta : Surakarta. (diakses pada tanggal 3 Maret 2015)  Permatasari,anna.2011.Spektrofotometri serapan UV-Vis. Universitas Pendidikan Indonesia.Jakarta. (diakses pada tanggal 3 Maret 2015)  Anonim.http://aneka kimia.blogspot.com/2011/06/instrument kimia UV-Vis.html(diakses tanggal 4 maret 2014)



XI. GAMBAR ALAT



SPEKTROFOTOMETER



BOLA KARET



BOTOL AQUADEST



CORONG



LABU UKUR



KUVET



PIPET UKUR



GELAS KIMIA