LAPORAN TIKUS DAN PINJAL Baru [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN VI Judul



: Identifikasi Tikus dan Pinjal



Hari/tanggal : Senin , 10 Februari 2020 Waktu



: Pukul 14.30 s/d selesai



Tempat



: Workshop Jurusan Sanitasi Lingkungan



Tujuan



: 1. Mengidentifikasi tikus 2. mengidentifikasi pinjal pada tikus



I. TINJAUAN PUSTAKA Keberadaan vektor dan binatang pengganggu di lingkungan kehidupan manusia sudah dimulapi sejak pertama kali manusia menciptakan tempat untuk bermukim.  Bangunan tempat tinggal manusia memberikan tempat pula bagi berbagai vektor dan binatang pengganggu untuk berlindung, memperoleh makanan dan berkembang biak. Dengan kondisi lingkungan yang relatif tidak ekstrim dan bebas dari musuh-musuh alaminya serta tercukupinya kebutuhan makanan, maka populasi vektor dan binatang pengganggu itu dapat terus meningkat sedemikian rupa sehingga menimbulkan masalah kesehatan manusia. Vektor dan binatang pengganggu dapat merugikan manusia, merusak lingkungan



hidup



manusia



dan



pada



gilirannya



akan



mengganggu



kesejahteraan hidup manusia, oleh karena itu keberadaan vektor dan binatang pengganggu tersebut harus dikendlikan. Pengendalian vektor dan binatang pengganggu adalah suatu upaya untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dan binatang pengganggu tersebut ke suatu tingkat yang tidak mengganggu ataupun membahayakan kehidupan manusia.      Binatang pengganggu adalah binatang yang dapat mengganggu, menyerang, ataupun menimbulkan kerusakan dan hidup disekitar kehidupan manusia seperti tikus, rayap, anjing, kucing, babi, kera, atau binatang lainnya.



Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan manusia. Asosiasi tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus mendapatkan keuntungan sedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering menimbulkan



gangguan



bagi



manusia



dibidang kesehatan;



pertanian;



peternakan; rumah tangga. Dalam pengendalian tikus dibutuhkan pengetahuan dasar  untuk 4 pengendalian tikus dan metode pengendalian. Pengetahuan dasar untuk pengendalian tikus meliputi Identifikasi, Biologi dan perilaku tikus, Tanda keberadaan tikus, Rodentisida, Resistensi tikus terhadap rodentisida, Bahaya rodentisida bagi manusia Tikus adalah satwa liar yang seringkali berasosiasi dengan kehidupan manusia. Asosiasi tikus dengan manusia seringkali bersifat parasitisme, tikus mendapatkan keuntungan sedangkan manusia sebaliknya. Tikus sering menimbulkan gangguan bagi manusia dibidang : kesehatan; pertanian; peternakan; rumah tangga. Menurut G. Serereg (1972, h. 2), pengertian tikus adalah binatang



menyusui



kecil,



termasuk



dalam



familia  Muridae dari



ordo rodentia yang mempunyai sifat pemakan segala. Ordo Rodentia merupakan ordo dari kelas Mammalia yang terbesar karena memiliki jumlah spesies terbanyak yaitu 2.000 spesies (40 %) dari 5.000 spesies untuk seluruh kelas Mammalia. Dari 2.000 spesies Rodentia, hanya kurang lebih 150 spesies tikus yang ada di Indonesia dan hanya 8 spesies yang paling berperan sebagai host (vektor) dari agent patogen terhadap manusia dan hama pertanian.  Delapan spesies tsb : Rattus norvegicus (tikus riol/got/selokan/kota), Rattus-rattus diardii (tikus rumah/atap), Mus musculus (mencit rumah), Rattus



exulans (tikus



ladang), Bandicota



indica (tikus



wirok), Rattus



tiomanicus (tikus pohon), Rattus argentiventer (tikus sawah), Mus caroli (mencit ladang).



Pinjal termasuk ordo Siphonaptera yang mulanya dikenal sebagai ordo Aphniptera. Terdapat sekitar 3000 spesies pinjal yang masuk ke dalam 200 genus. Sekarang ini baru 200spesies pinjal yang telah diidentifikasi (Zentko, 1997). Seringkali orang tidak dapat membedakan antara kutu dan pinjal. Pinjal juga merupakan serangga ektoparasit yang hidup pada permukaan tubuh



inangnya. Inangnya terutama hewan peliharaan seperti kucing, dan anjing, juga hewan lainnya seperti tikus, unggas bahkan kelelawar dan hewan berkantung(Soviana dkk, 2003). Secara morfologi perbedaan yang jelas anatara kutu dan pinjal yang sama-sama tidak bersayap adalah bahwa tubuh pinjal dewasa yang pipih bilateral., sedangkan kutu tubuhnya pipih dorsoventral. Dengan demikian bentuk pinjal secara utuh dapat dilihat dari pandangan samping. Bentuk tubuhnya yang unik ini ternyata amat sesuai dengan habitatnya diantara bulu atau rambut inangnya. Pengenalan pinjal secara mudah adalah apabila kita mengelus kucing, dan tiba-tiba secara sekelebat kita menemukan makhluk kecil yang melintas diantara bulu-bulu kucing dan kemudian menghilang (Soviana dkk, 2003) C.    Morfologi Tikus No Morfologi



Tikus roil



1.



Tekstur



Kasar



rambut



agak panjang



2.



Tikus  atap danAgak kasar



Bentuk hidungKerucut



Mencit rumah Tikus ladang Lembut



danLembut dan halus



halus Kerucut



Kerucut



Kerucut



Silindris



Silindris



Silindris



Coklat  hitam



Coklat  kelabu



terpotong 3.



Bentuk badan Silindris, membesar kebelakang



4.



Warna badanCoklat bagian



kelabu



hitamCoklat  hitam kelabu



kelabu



punggung 5.



6.



Warna badanCoklat kelabuCoklat  hitam



Coklat  hitam



bagian perut



kelabu



Warna



(pucat)



kelabu



ekorCokelat hitam Cokelat hitam



Cokelat hitam



Putih kelabu



Cokelat hitam



bagian atas 7.



Habitat



Gudang,



Rumah, gudang Rumah gudang Sawah, ladang 



selokan, rumah 8.



Bobot tubuh150-600



60-300



8-30



30-85



100-210



55-100



80-150



120-250



70-110



110-180



19-23



9-12



16-20



30-37



12-18



22-28



3



1.5



2



5 (2+3) =10



5 (3+2) =10



(gr) 9.



Pjg kepala +150-250 badan (mm)



10. Panjang



160-210



ekor (mm) 11. Lebar daun18-24 telinga



(berambut)



(mm) 12. Pjg kaki



tlpk40-47 blkg



(mm) 13. Lebar



gigi3.5



pengerat (mm) 14. Jlh



puting6 (3+3) =12



susu (pasang)



4  (2+2)=8



D.    Manfaat Keberadaan Tikus Disamping



kerusakan-kerusakan



atau



penyakit-penyakit



yang



ditularkan oleh tikus maupun binatang serupa tikus, dilain pihak diantara binatang-binatang tersebut ada juga yang bermanfaat bagi manusia antara lain : 1.



Binatang-binatang yang tergolong dalam Ordo Rodentia ada yang digunakan sebagai sumber protein bagi orang-orang tersebut atau dapat merupakan campuran makanan bagi ternak.



2.



Binatang-binatang dalam Ordo Rodentia dan terutama dalam Family Muridae ada yang dapat dipakai sebagai binatang percobaan di labolatorium ( Khuang ,1966 ).



3.



Binatang yang tergolong dalam Ordo Insectivora adalah binatangbinatang yang gemar makan serangga. Bila dihubungkan dengan lingkungan hidupnya, misalnya Suncus murinus yang senang hidup di sekitar rumah, sedikit banyak binatang ini akan membantu menurunkan kepadatan serangga, misalnnya kecoa di sekitar rumah.



4.



Dalam bidang ilmu pengetahuan dengan adanya binatang yang garis evaluasinya



dekat



dengan primata yang



bentuknya



manyerupai



tikus/bajing yaitu Tupai glis, hal ini dapat menggugah para ahli untuk melakukan penelitian dan melindungi kepunahan binatang tersebut. E.     Kerugian Yang Ditimbulkan Tikus Dengan telah dapatnya kita mengenal tikus maka belum cukuplah pengetahuan kita kalau tidak dilengkapi dengan bahaya ataupun pengaruhpengaruh



yang



dapat



ditimbulkannya.



Tikus



dapat



manimbulkan



permasalahan dalam kehidupan manusia baik langsung maupun tidak langsung. Tikus dapat manimbulakn berbagai gangguan dan kerugian, antara lain dalah : 1.



Menimbulkan karugian ekonomi karena tikus memakan bahan-bahan makanan yang dihasilkan manusia.



2.



Menimbulkan kerusakan pada perabot rumah tangga dan juga kerusakan pada bangunan atau gudang penyimpanan bahan makanan.



3.



Dibidang kesehatan tikus-tikus tersebut berperan sebagai tuan rumah perantara untuk beberapa jenis penyakit yang dikenal sebagai Rodent – borne diseases.



Penyakit-penyakit yang tergolong rodent borne diseases, adalah : a. Penyakit Pes (Plague) b. Leptospirosis c. Scrub typhus d. Murine typhus e. Rat bite fever



F.     Faktor Biologis Tikus 1.  Siklus Hidup Tikus muda akan mencapai kematangan seksual setelah empat bulan. Kegiatan seksual dan potensi reproduksi akan berlanjut sampai akal tiba. Untuk semua jenis tikus rumah rata-rata seekor tikus betina dapat beranak 3 sampai 6 kali atau lebih dalam satu tahun.Rata-rata satu kali beranak dirampungkan selama 60 hari.Jumlah anak yang dilahirkan setiap kali berkisar antara tiga sampai 12 ekor atau lebih.Kegiatan tikus akan meningkat mulai berumur dua bulan sampai Sembilan bulan.Ratarata tikus tidak mampu hidup lebih dari 12 bulan ,bahkan beberapa ahli mengatakan bahwa lama hidupnya sekitar enam bulan. 2.  Perilaku Pengetahuan tentang perilaku tikus sangat berguna dalam rangkaian usaha pengendalian secara berdaya –guna.Perilaku tikus pada umumnya didorong oleh beberapa keadaan, yaitu rasa haus, rasa lapar, kebutuhan seksual,dan sebagainya. Untuk mengendalikan tikus penting diketahui bahwa bangsa tikus dapat pergi jauh dari air lebih dari 48 jam,dan pergi jauh tanpa makan dari



empat hari.Tikus yang lapar atau haus menjadi ceroboh sehingga mudah diberantas. Penggunaan perangkap dan racun (umpan) dan cara pengendalian lainnya menjadi semakin berhasil. 3.  Kebiasaan Tikus mempunyai pola perilaku yang membentuk kebiasaan.Tikus mempunyai kecenderungan untuk menempuh jalur yang sama untuk mencari makanan dan air, tempatbersarang di kawasan persembunyian yang aman,mempelajari adanya bahaya, cara-cara keluar dari sarang dam sebagainya. Tikus pada dasarnya adalah binatang malam hari. Pengetahuan tentang kebiasaan-kebiasaan



tikus



ini



sangat



bermanfaat



dalam



usaha



pengendalian tikus. Tikus juga mempunyai kemampuan mengubah pola perilakunya, mempunyai kebiasaan-kebiasaaan baru,guna memulihkan gangguangangguan dan mencari sumber makanan yang baru  atau tempat berlindung. 4.  Indera Tikus



memiliki



perkembangan



indera



pendengar



yang



cermat.



Perkembangan indera penglihat yang memadai sehingga mampu melihat dalam kegelapan.Bangsa tikus dikenal buta warna . Perkembangan indera pembau telah sangat baik, sehingga tertarik pada bau tertentu dan menolak bau yang lainnya. Perkembangan indera pengecap tidak terlalu baik,walau ia mampu mengecap perbedaan berbagai jenis makanan. Sebagaimana diuraikan diatas,kebanyakan tikus-tikus itu makan dan berkeliaraan di waktu malam hari  sehingga jarang nampak di siang hari . Penting sekali untuk diketahui kapan dan dimana tikus itu berada agar program pengendalian tikus dapat direncanakan dan dilaksanakan dengan hasil yang sebaik-baiknya . G.    Tanda-Tanda Keberadaan Tikus



Tanda-tanda yang dapat dijadikan petunjuk tentang kemungkinan adanya tikus di suatu tempat antara lain : 1.      Bekas gigitan (Gnawing) Bekas gigitan yang ditinggalkan tikus pada benda yang terbuat dari kayu atau kain.Biasanya dapat dilihat pada pintu,jendela, bekas-bekas kain. 2.      Alur jalan (Run ways) Salah satu kebiasaan tikus adalah selalu senang memakai jalan yang sama (jalan antara sarang dan tempat mencari mkan ) dan biasanya berjalan searah dengan dinding (baik vertical maupun horizontal) Jarang tikus menyeberang ruangan. 3.      Bekas jalan (run ways) Tikus ini pada umumnya kotor dan berminyak. 4.      Bekas gesekan (Rub marks) Segala benda-benda yang tersentuh tikus selalu kotor dan berminyak. 5.       Lubang Terowongan (Burrows) Tikus tidak biasa membuata lubang.Ia hanya kadang-kadang membuat lubang di tanah.Lubang-lubang tersebut merupakan jalan masuk ke dalam system terowong di dalam tanah, baik di dalam tanah yang terbuka ,dekat timbunan sampah,ditepi landsan , dekat gudang-gudang yang langsung didirikan diatas tanah maupun disepanjang tepi selokan.Salah



satu



contoh



tikus



yaitu Norway



rat (Rattus



norvegicus) senang membuat terowongan atau membuat lubang diberbagai tempat terutama di bawah pondasi bangunan. 6.      Kotoran (Droppings) Biasanya kotoran tikus dapat dikenal karena mempunyai tanda-tanda sebagai berikut : -   Untuk kotoran yang baru bentuknya lembek,mengkilap dan pada umumnya berwarna gelap. -    Untuk kotoran yang sudah lama,bersifat keras,kering, dan pada umumnya berwarna abu-abu.



7.      Bekas telapak (Tracks/Paths) Bekas kaki tikus dapat dilihat dengan jelas.Jejak kaki yang lama selalu tertutup debu .Kaki belakang tikus mempunyai 5 jari kaki, sedangkan kaki muka 4 jari kaki.Jejak kaki belakang lebih Nampak dari pada kaki depan sedangkan ibu jari tidak nampak. 8.      Suara (Voice) Jika terdapat banyak tikus mereka sering terdengar berlari-lari dan mencicit diatas rumah ,setelah hari menjadi gelap atau dikala mereka sedang mencari makan di dalam rumah. 9.      Tikus hidup dan tikus mati .( Life and death rats). Di dalam rumah kadang kala ditemukan tikus yang telah mati ,disamping tikus yang sedang berlari-lari di dalam rumah. Dengan ditemukannya tikus yang telah mati atau yang masih hidup menunjukkan bahwa di dalam rumah di daerah tersebut terdapat tikus. 10.    Sarang tikus (Nests) Sarang tikus terletak di dalam lubang ,pad dinding,pada pohonpohonan,dan tanam-tanaman yang lain. H.    Teknik Pengendalian Tikus 1.



Secara Fisik Penegndalian tikus secara fisik untuk mempertahankan populasi tikus pada tingkat serendah-rendahnya, yaitu meliputi : perbaikan sanitasi lingkungan seperti ; penyimpanan sampah, pengumpulan sampah pembuangan sampah yang saniter, membuat bangunan kedap tikus, penyimpanan barang yang masih layak pada tempat terang, menukar posisi meubeler secara berkala dan membuat bangunan selalu dalam keadaan bersih dan memesang perangkap tikus.



2.



Secara kimia Upaya pengedalian tikus secara kimia dilakukan dengan peracuanan yang menggunakan umpan, peracunan biasanya secar lambat peracunan secara cepat dengan cara seperti; red squill, privel fumarin, dan diphacinone. Sedangkan untuk pemberantasan tikus pada



bangunan ruang tertutup, menggunakan bahan kimia khusus yaitu fumigan. 3.



Secara bilogis Pengendalian tikus secara biologis dengan memelihara hewan sebagai predator seperti kucing, cerpelai, ular. Di Indonesia pada umumnya memelihara kucing sebagai pengendalian secara biologis, tetapi dalam hal ini, kucing tidak dapat mengatasi populasi tikus, karena kucing dapat membawa penyakit setetlah memangsa tikus.



II. ALAT DAN BAHAN A. Alat : 1. Alat tulis



2. Perangkap tikus



3.



4. Jangka



Mistar



5. Kantong plastik



6. Sisir kutu



7. Lup



\ 8. Objek glass



9. Deck glass



10. Masker



11. Handscoon



12. Timbangan



13. Mikroskop



14. Jarum pentul



15. Steroform



16. Spuit



B. Bahan : 1.



3 ekor tikus hidup



2.



Chloroform



III. PROSEDUR KERJA 1.



Pre Bitting a. Pasanglah berbagai makanan di tempat-tempat yang akan dipasang perangkap tikus (sesuai dengan kaidah sampling). Hindarkan kemungkinan termakan oleh binatang. b. Biarkan selama sehari-semalam



2.



Trapping a. Semua perangkap yang akan dipakai, dicuci terlebih dahulu, dengan memasukanya pada air panas, untuk menghilangkan lemak/bau khas tikus yang sudah pernah masuk kedalam perangkap. Gunakan perangkap tikus hidup (Cage Trap) b. Pasanglah perangkap dibeberapa tempat (sesuai dengan kaidah sampling), dengan menggunakan umpan. c. Pada pagi hari berikutnya, semua perangkap diambil. Pisahkan antara perangkap yang kosong dan perangkap yang ada tikusnya. d. Perangkap yang ada tikusnya dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi tikusnya dan ektoparasitnya.



3.



Identificating a. Perangkap yang ada tikusnya dimasukan pada kantong plastik, kemudian kantong diikat rapat. b. Ambil chloroform dengan spuit, kemudian disuntikan kedalam kantong tersebut. c. Diamkan beberapa saat hingga tikus mati, kemudian kantong dibuka. d. Bila perlu, semprotkan insectisida aerosol ke dalam kantong untuk membunuh ektoparasit yang tidak mati oleh chloroform. e. Perangkap dikeluarkan dari kantong, dan tikus yang mati dikeluarkan dari perangkap. f. Lakukan penyisiran (dengan serit atau sikat sepatu) terhadap tikus tersebut untuk mendapatkan ektoparasit.



g. Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan dan pengukuran terhadap tikus tersebut dengan kunci identifikasi.dapat pula dilakukan pengukuran terutama terhadap berat badan (BB), Panjang kepala ditambah badan (H&B), ekor (T), Cakar (HF), telinga (E), tengkorak (SK), dan susunan susu (M). h. Interpretasi data diatas, sesuai dengan kunci identifikasi, atau mencocokkan pada tabel deskripsi tikus.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.    Hasil Berdasarkan praktikum yang dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Jenis pemeriksaan



Tikus 1



Tikus 2



Tikus 3



Jenis kelamin



Betina



Jantan



Betina



Berat Badan (BB) Panjang Keseluruhan



100 gr 26,7 cm



100 gr 25,7 cm



90 gr



(TL) Ekor (T) Tengkorak (SK)



16,1 cm 5,3 cm



16,4 cm 5 cm



14,6 cm 4 cm



Badan (L)



10,6 cm



9,3 cm



10,4 cm



Cakar (HF) Telinga (E) Mamae



2,6 cm 1,4 cm 3 pasang atas



2,4 cm 1,2 cm -



2,5 cm 1,5 cm 3 pasang atas



3 pasang bawah



3 pasang bawah



Dari hasil pengamatan yang dilakukan, didapat hasil bahwa jenis pinjal tersebut yaitu dari genus Xenopsylla cheopis, dengan jenis kelamin jantan



B.     Pembahasan Dari praktikum indentifikasi tikus yang telah kami dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : Pada tikus 1, memperoleh hasil jenis kelamin betina dengan BB 100 gr, panjang keseluruhan 26,7 cm, panjang ekor 16,1 cm, tengkorak 5,3 cm, badan 10,6, cakar 2,6 cm, telinga 1,4 cm, dan dengan kelenjar mamae sejumlah 3 pasang pada bagian atas dan 3 pasang pada bagian bawah,pada tikus betina yang positif ektoparasit (pinjal) . Pada tikus 2, memperoleh hasil jenis kelamin jantan dengan BB 100 gr, panjang keseluruhan 25,7 cm, panjang ekor 16,4 cm, tengkorak 5 cm, badan 9,3, cakar 2,4 cm, telinga 1,2 cm.Pada tikus 3, memperoleh hasil jenis kelamin betina dengan BB 100 gr, panjang keseluruhan 33 cm, panjang ekor 14,6 cm, tengkorak 4 cm, badan 10,4, cakar 2,5 cm, telinga 1,5 cm, dan dengan kelenjar mamae sejumlah 3 pasang pada bagian atas dan 3 pasang pada bagian bawah. Dari hasil identifikasi dapat diketahui bahwa tikus tersebut merupakan jenis tikus rumah karena ciri fisik tikus yang telah kami amati sesuai dengan kriteria tikus rumah yang kami dapatkan sebagai berikut :



Tikus rumah mempunyai panjang ujung kepala



sampai ujung ekor 220-370 mm, ekor 101-180 mm, kaki belakang 20-39 mm, ukuran telinga 13-23 mm, sedangkan rumus mamae 2+3=10. Warna rambut badan atas coklat tua dan rambut badan bawah (perut) coklat tua kelabu. Yang



terrnasuk dalam jenis tikus rumah (rattus rattus) yaitu tikus atap (roof rat), tikus kapal (ship rat), dan black rat. Jika dilihat dari jarak kedekatan hubungan antara aktifitas tikus dengan manusia, tikus rumah merupakan jenis domestik, yaitu aktifitas dilakukan di dalam rumah manusia atau disebut juga tikus komensal (comensal rodent) atau synanthropic. Tikus adalah binatang yang termasuk dalam ordo rodentia, sub ordo Myormorpha, family muridae. family muridae ini merupakan family yang dominan dari ordo rodentia karena mempunyai daya reproduksi yang tinggi, pemakan segala macam makanan (omnivorous) dan mudah beradaptasi dengan lingkungan yang diciptakan manusia. Jenis tikus yang sering ditemukan dihabitat rumah dan ladang adalah jenis rattus dan mus.



Adapun klasifikasi dari tikus adalah sebagai berikut : Dunia              : Animalia Filum               : Chordata Sub Filum        : Vertebrata Kelas               : Mammalia Subklas            : Theria Ordo                : Rodentia Sub ordo         : Myomorpha Famili              : Muridae Sub family       : Muridae Genus              : Rattus dan Mus Species            : 1. Rattus tanezumi



2. Rattus norvegicus 3. Rattus exulans 4. Rattus tiomanicus 5. Rattus argentiventer 6. Rattus niniventer 7. Bandicota 8. Mus musculus Dalam tubuh tikus, terdapat beberapa hewan lain (parasit) yang ada di dalam tubuh (endoparasit) dan diluar/menempel di tubuh (ektoparasit) yang merupakan penular atau penyebab banyak sekali jenis penyakit. Endoparasit tikus antara lain cacing, virus, jamur, protozoa, bakteri, dan rickettsia yang mempunyai tempat hidup di bati dan ginjal tikus. Sedangkan ektoparasit tikus meliputi: pinjal (fleas) : Xenopsylla cheopsis, Stivalus cognatus; kutu (lice) : Polyp/ax spinulosa, Hoplopleura pasifica; larva tungau (chigger) ; tungau (mite);dan caplak(ticks). Sedangkan pinjal yang ditemukan pada tikus 1 yaitu Pinjal tikus oriental (Xenopsylla cheopis) merupakan parasit dari hewan pengerat,terutama dari genus Rattus, dan merupakan dasar vektor untuk penyakit pes dan murine tifus.Hal ini terjadi ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi, dan kemudian menginfeksi menggigit manusia. nopsylla cheopis merupakan pinjal yang secara taksonomi termasuk dalam filum anthrpoda, kellas insekta, ordo hiphonaptera, family Pulicidae. Secara umum, ciri - ciri pinjal yang termasuk Xenopsylla cheopis adalah tiidak bersayap, kaki sangat kuat dan panjang, berguna untuk meloncat dan mempunyai mata tunggal, tipe menusuk dan mengisap dan ukuran 1,5 - 3,3 mm



V. KESIMPULAN DAN SARAN A.    Kesimpulan Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan hasil yang dapat disimpulkan sebagai berkut : 1. Dari hasil identifikasi dapat diketahui jenis tikus yang diamati yaitu tikus rumah / tikus Rattus-rattus dikarenakan pengamatan ciri fisik yang nampak sangat sesuai dengan karateristik tikus rumah. 2. Xenopsylla cheopis memiliki satu pasang antena,tiga pasang kaki,mesopleuron terbagi oleh garis tegak lurus. 3. Ctenochepalic felis memiliki morfologi sisir pronetal genal,bentuk kepala melancip,gigi satu dan dua sama besar . 4. Ctenochepalic canis memiliki morfologi sisir pronotal genal,bentuk kepala bundar,gigi satu dan dua tidak sama panjang.



B.     Saran



Sebaiknya dalam pengendalian tikus dilakukan yang alami dahulu sebelum menggunakan bahan-bahan kimia. Karena apabila keseringan menggunakan bahan kimia, akan memberi dampak pada tikus menjadi resisten (kebal) terhadap racun (rodentisida)



DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Hamsir.dkk. 2012. Buku Penuntun Praktikum PVBP-B Laboratorium



Terapan



&



Rekayasa



lingkungan. Kesehatan



Lingkungan.



Poltekkes Makassar. Ahmad, Hamsir.dkk. 2011. Pengendalian Vektor & Binatang Pengganggu. Kesehatan Lingkungan. Poltekkes Makassar. Djoko Pramono, 2004. Permasalahan Hama Tikus Dan Strategi Pengendaliannya (Contoh Kasus Periode Tanam 2003-2004) Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI) Wikipedia, 2019. Habitat dan Penyebaran Tikus. http://id.wikipedia.org/wiki/Tikus. (Diakses pada tanggal 19 Februari 2020).



Wikipedia , 19. Pengertian Tikus Rumah. http://id.wikipedia.org/wiki/Tikus_rumah. (Diakses pada tanggal 19 Februari 2020).



Hidayat Arif, 2012. JENIS – JENIS VEKTOR PENYAKIT. http://metana3.blogspot.com/2012/12/jenis-jenis-vektor-penyakit.html. (Diakses pada tanggal 19 Februari 2020).



Soviana, Susi dan Upik Kesumawati Hadi. 2003. Hama Pemukiman Indonesia. IPB unit Kajian pengendalian hama pemukiman fakultas kedokteran hewan. Bogor Fanny Oktavia, dkk. 2014. Laporan Praktikum Kesehatan Lingkungan Pemantauan dan



Identifikasi Jentik Nyamuk, Pinjal Tikus, dan Tikus di



Fakultas Kesehatan



Masyarakat Universitas Airlangga. Universitas



Airlangga.



LAMPIRAN