Makalah Pinjal [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

DOSEN PENGAMPUH MATA KULIAH



: SULASMI, SKM., M.Kes : Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu



MAKALAH PINJAL



KELOMPOK 8 :  ANAUVIA HASDIN DUA LEMBANG  FERANITA TODING RONGKO  SUKMAWATI



PO.71.4.221.13.2.004 PO.71.4.221.13.2.016 PO.71.4.221.13.2.047



KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI D.IV 2015



KATA PENGANTAR Syukur alhamdulillah, merupakan satu kata yang pantas penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang karena bimbingan-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul "Pinjal” Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak terkait yang telah membantu penulis dalam menghadapi berbagai tantangan dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa masih sangat banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu penulis mengundang pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan ilmu pengetahuan ini. Terima kasih dan semoga makalah ini dapat memberikan sumbangsih positif bagi kita semua.



Makassar, 16 Maret 2015



Penyusun



1



DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ...........................................................................



i



DAFTAR ISI .........................................................................................



ii



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ........................................................................... B. Tujuan ......................................................................................... C. Manfaat .......................................................................................



1 2 2



BAB II PEMBAHASAN A. B. C. D. E. F. G.



Pengertian Pinjal ........................................................................ Morfologi Pinjal......................................................................... Jenis-Jenis Pinjal........................................................................ Siklus Hidup Pinjal..................................................................... Habitat Pinjal .............................................................................. Pengaruh Pinjal terhadap Kesehatan........................................... Pencegahan dan Pengendalian Pinjal .........................................



3 4 5 9 10 10 13



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ........................................................................................... DAFTAR PUSTAKA



2



14 14



BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara empat musim dikenal waktu musim panas. Dalam musim ini lingkungan menjadi panas, lembab dan tibalah masalah-masalah kulit pada hewan kesayangan, anjing dan kucing, yang disebabkan terutama oleh ektoparasit khususnya pinjal (fleas). Karena itu sering kali musim seperti itu disebut sebagai musim-pinjal (flea-season). Di Indonesia, musim seperti itu tidak ada karena dapat dikatakan sepanjang tahun panas dengan kelembaban memadai, sehingga seakan pinjal ada sepanjang tahun. Pada umumnya orang mengira bahwa pinjal datang begitu saja bersamaan dengan musim panas. Banyak orang yang tidak berpikir bahwa lingkungan kita perlu flea-control, padahal justru flea-control inilah yang menyebabkan investasi pinjal khususnya dan ektoparasit pada umumnya datang atau tidak, jadi bukanlah semata-mata karena musim. Dengan demikian melakukan flea-control merupakan kegiatan yang strategik. Penanggulangan ektoparasit telah lebih banyak diketahui dengan adanya produk parasit control, obat-obatan misalnya ivermectine, yang dapat digunakan sebagai penanggulangan penyakit kulit yang dapat digunakan sebagai penanggulangan penyakit kulit yang disebabkan ektoparasit. Penyakit kulit yang disebabkan ektoparasit, misalnya oleh pinjal atau demodex, sering kali begitu hebatnya, sehingga sangat menyiksa baik hewan kesayangannya maupun pemiliknya. Pinjal bisa menjadi vektor penyakit-penyakit manusia, misalnya adalah penyakit pes (sampar = plague) dan murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan tikus, yang kadangkadang juga bisa menginfeksi manusia. Pinjal bisa juga menjadi vektor untuk penyakit pes (kira-kira 60 species). Beberapa species pinjal menggigit dan menghisap darah manusia. Vektor terpenting untuk penyakit pes dan murine



1



typhus ialah pinjal tikus Xenopsylla cheopis. Kuman pes, Pasteurella pesis, berkembang biak dalam tubuh penyakit tikus sehingga akhirnya menyumbat tenggorokkan pinjal itu. Kalau pinjal mau mengisap darah maka ia harus terlebih dulu muntah untuk mengeluarkan kuman-kuman pes yang menyumbat tenggorokkannya. Muntah ini masuk dalam luka gigitan dan terjadi infeksi dengan Pasteurella Pesis. Pinjal-pinjal yang tersumbat tenggorokannya akan lekas mati. B. Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian pinjal dan jenis-jenisnya 2. Untuk mengetahui morfologi pinjal 3. Untuk mengetahui siklus hidup dan habitatnya pinjal 4. Untuk mengetahui pengaruh pinjal terhadap kesehatan 5. Untuk mengetahui pencegahan dan pengendalian pinjal C. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Menambah wawasan penulis mengenai dampak positif dan negatif air, untuk selanjutnya dijadikan sebagai acuan dalam belajar serta mengaplikasikannya di Masyarakat. b. Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi terhadap penulisan yang sejenis.



2



BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Pinjal Pinjal adalah adalah jenis serangga yang masuk dalam ordo Siphonaptera yang secara morfologis berbentuk pipih lateral dibanding dengan kutu manusia (Anoplura) yang berbentuk pipih, tetapi rata atau horizontal khas, yakni berbentuk pipih horizontal, tidak bersayap, tanpa mata majemuk, memiliki dua oseli, antena pendek tetapi kuat, alat-alat mulut dimodifikasi dalam bentuk menusuk dan menghisap, bagian ekstrnal tubuh memiliki struktur seperti sisir dan duri-duri, bersifat ektoparasit pada hewan-hewan berdarah panas. Pinjal mempunyai panjang 1,5 – 4,0 mm, yang jantan biasanya lebih kecil dari yang betina. Pinjal merupakan salah satu parasit yang paling sering ditemui pada hewan kesayangan baik anjing maupun kucing. Meskipun ukurannya yang kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu. Pinjal termasuk ordo Siphonaptera yang mulanya dikenal sebagai ordo Aphniptera. Terdapat sekitar 3000 spesies pinjal yang masuk ke dalam 200 genus. Sekarang ini baru 200 spesies pinjal yang telah diidentifikasi (Zentko, 1997). Seringkali orang tidak dapat membedakan antara kutu dan pinjal. Pinjal juga merupakan serangga ektoparasit yang hidup pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya terutama hewan peliharaan seperti kucing, dan anjing, juga hewan lainnya seperti tikus, unggas bahkan kelelawar dan hewan berkantung (Soviana dkk, 2003). Gigitan pinjal ini dapat menimbulkan rasa gatal yang hebat kemudian berlanjut hingga menjadi radang kulit yang disebut flea bites dermatitis. Selain akibat gigitannya, kotoran dan saliva pinjal pun dapat berbahaya karena dapat menyebabkan radang kulit (Zentko, 1997).



3



Pinjal masuk ke dalam ordo Siphonaptera yang pada mulanya dikenal sebagai ordo Aphniptera. Ordo Siphonaptera terdiri atas tiga super famili yaitu Pulicoidea, Copysyllodea dan Ceratophylloidea. Ketiga super famili



ini



terbagi



menjadi



Sembilan



famili



yaitu



Pulicidae,



Rophalopsyllidae, Hystrichopsyllidae, Pyglopsyllidae, Stephanocircidae, Macropsyllidae, Ischnopsyllidae dan Ceratophillidae. Dari semua famili dalam ordo Siphonaptera paling penting dalam bidang kesehatan hewan adalah famili Pulicidae (Susanti,2001). Pinjal diklasifikasikan ke dalam: Kingdom



: Animalia



Filum : Arthropoda Klasis : Insecta Ordo : Siphonoptera B. Morfologi Pinjal Pinjal berukuran kecil dengan panjang 1,5-3,3 mm dan bergerak cepat. Biasanya berwarna gelap (misalnya, cokelat kemerahan untuk kutu kucing). Pinjal merupakan serangga bersayap dengan bagian-bagian mulut seperti tabung yang digunakan untuk menghisap darah host mereka. Kaki pinjal berukuran panjang, sepasang kaki belakangnya digunakan untuk melompat (secara vertikal sampai 7 inch (18 cm); horizontal 13 inch (33 cm)). Pinjal merupakan kutu pelompat terbaik diantara kelompoknya. Tubuh pinjal bersifat lateral dikompresi yang memudahkan mereka untuk bergerak di antara rambut-rambut atau bulu di tubuh inang. Kulit tubuhnya keras, ditutupi oleh banyak bulu dan duri pendek yang mengarah ke belakang, dimana bulu dan duri ini memudahkan pergerakan mereka pada hostnya.



4



C. Jenis-Jenis Pinjal 1. Pinjal Kucing (Ctenocephalides Felis) a. Klasifikasi 1) Domain : Eukaryota 2) Kingdom : Animalia 3) Phylum : Arthropoda 4) Class : Insecta 5) Ordo : Siphonaptera 6) Family : Pulicidae 7) Genus : Ctenocephalides 8) Species : C. Felis b. Ciri-Ciri Pinjal Kucing 1) Tidak bersayap, memiliki tungkai panjang, dan koksa-koksa sangat besar. 2) Tubuh gepeng di sebelah lateral dilengkapi banyak duri yang 3) 4) 5) 6) 7) 8)



mengarah ke belakang dan rambut keras. Sungut pendek dan terletak dalam lekuk-lekuk di dalam kepala. Bagian mulut tipe penghisap dengan 3 stilet penusuk. Metamorfosis sempurna (telur-larva-pupa-imago). Telur tidak berperekat, abdomen terdiri dari 10 ruas. Larva tidak bertungkai kecil, dan keputihan. Memiliki 2 ktinidia baik genal maupun pronatal.



c. Perbedaan Jantan Dan Betina 1) Jantan : tubuh punya ujung posterior seperti tombak yang mengarah ke atas, antena lebih panjang dari betina.



5



2) Betina : tubuh berakhir bulat, antena lebih pendek dari jantan.



2. Pinjal Anjing (Ctenocephalides Canis) Klasifikasi : a. b. c. d. e. f. g. h.



Domain Kingdom Phylum Class Ordo Family Genus Species Pinjal



: Eukaryota : Animalia : Arthropoda : Insecta : Siphonaptera : Pulicidae : Ctenocephalides : C. Canis pada



anjing



bersifat



mengganggu



karena



dapat



menyebarkan Dipylidium caninum. Mereka biasanya ditemukan di Eropa. Meskipun mereka memakan darah anjing dan kucing, mereka kadang-kadang menggigit manusia. Mereka dapat hidup tanpa makanan selama beberapa bulan, tetapi spesies betina harus memakan darah terlebih dahulu sebelum menghasilkan telur. 3. Pinjal Manusia (Pulex Irritans) Klasifikasi : a. Kingdom : Animalia b. Phylum : Arthropoda c. Class : Insecta d. Ordo : Siphonaptera e. Family : Pulicidae f. Subfamily : Pulicinae g. Genus : Pulex h. Species : P. Irritans Spesies ini banyak menggigit spesies mamalia dan burung, termasuk yang jinak. Ini telah ditemukan pada anjing liar, monyet di



6



penangkaran, kucing rumah, ayam hitam dan tikus Norwegia, tikus liar, babi, kelelawar, dan spesies lainnya. Pinjal spesies in ini juga dapat menjadi inang antara untuk cestode, Dipylidium caninum. 4. Pinjal Tikus Utara (Nosopsyllus Fasciatus) Klasifikasi : a. Domain : Eukaryota b. Kingdom : Animalia c. Phylum : Arthropoda d. Class : Insecta e. Ordo : Siphonaptera f. Family : Ceratophyllidae g. Genus : Nosopsyllus h. Species : N. Fasciatus Fasciatus Nosopsyllus memiliki tubuh memanjang, panjangnya 3 hingga 4 mm. Memiliki pronotal ctenidium dengan 18-20 duri tapi tidak memiliki ctenidium genal. Pinjal tikus utara memiliki mata dan sederet tiga setae di bawah kepala. Kedua jenis kelamin memiliki tuberkulum menonjol di bagian depan kepala. Tulang paha belakang memiliki 3-4 bulu pada permukaan bagian dalam. 5. Pinjal Tikus Oriental (Xenopsylla Cheopis) Klasifikasi : a. Domain : Eukaryota b. Kingdom : Animalia c. Phylum : Arthropoda d. Class : Insecta e. Ordo : Siphonaptera f. Family : Pulicidae g. Genus : Xenopsylla h. Species : X. Cheopis Xenopsylla cheopis adalah parasit dari hewan pengerat, terutama dari genus Rattus, dan merupakan dasar vektor untuk penyakit pes dan murine tifus. Hal ini terjadi ketika pinjal menggigit hewan pengerat yang terinfeksi, dan kemudian menggigit manusia. Pinjal tikus oriental terkenal memberikan kontribusi bagi Black Death.



7



D. Siklus Hidup Siklus hidup pinjal terdiri dari 4 tahapan, yaitu : 1. Tahap Telur Seekor kutu betina dapat bertelur 50 telur per hari di hewan peliharaan. Telurnya tidak lengket, mereka mudah jatuh dari hewan peliharaan dan menetas dalam dua atau lima hari. Seekor betina dapat bertelur sekitar 1.500 telur di dalam hidupnya. 2. Tahap Larva Setelah menetas, larva akan menghindar dari sinar ke daerah yang gelap sekitar rumah dan makan dari kotoran kutu loncat (darah kering yang dikeluarkan dari kutu loncat). Larva akan tumbuh, ganti kulit dua kali dan membuat kepompong dimana mereka tumbuh menjadi pupa. 3. Tahap Pupa Lama tahap ini rata-rata 8 sampai 9 hari. Tergantung dari kondisi cuaca, ledakan populasi biasanya terjadi 5 sampai 6 minggu setelah cuaca mulai hangat. Pupa tahap yang paling tahan dalam lingkungan dan dapat terus tidak aktif sampai satu tahun. 4. Tahap Dewasa Kutu loncat dewasa keluar dari kepompong nya waktu mereka merasa hangat, getaran dan karbon dioksida yang menandakan ada host di sekitarnya. Setelah mereka loncat ke host, kutu dewasa akan kawin



8



dan memulai siklus baru.



Umur rata-rata pinjal sekitar 6 minggu, tetapi pada kondisi tertentu dapat berumur hingga 1 tahun. Pinjal betina bertelur 20-28 buah/hari. Selama hidupnya seekor pinjal bisa menghasilkan telur hingga 800 buah. Telur bisa saja jatuh dari tubuh kucing dan menetas menjadi larva di retakan lantai atau celah kandang. Pertumbuhan larva menjadi pupa kemudian berkembang jadi pinjal dewasa bervariasi antara 20-120 hari. E. Habitat Pinjal Adapun tempat atau habitat yang biasa terdapat hewan yang disebut Flea (pinjal) adalah sebagai berikut: 1. Tumbuhan Flea biasa tinggal di sekitar area yang dipenuhi oleh tumbuhan atau tanaman kecil karena Flea memenuhi kebutuhan hidupnya di tempat itu yakni memakan cairan tumbuhan. 2. Hewan (anjing atau kucing) Selain hidup di tumbuhan, biasanya Flea juga hidup di tempat yang berbulu atau berambut seperti pada bulu anjing maupun bulu kucing. 3. Benda / perabot rumah yang berbulu atau berambut Flea juga biasa berkembang biak pada benda atau perabotan rumah yang berbulu atau berambul seperti kasur, selimut atau karpet. 9



F. Pengaruh Pinjal terhadap Kesehatan Secara kasat mata pinjal agak sulit ditemui bila jumlah populasinya sedikit, namun dapat dikenali dari kotorannya yang menempel pada bulu. Kotoran kutu berwarna hitam yang sebenarnya merupakan darah kering yang dibuang kutu dewasa. Pinjal yang menghisap darah inang juga menimbulkan rasa sangat gatal karena ludah yang mengandung zat sejenis histamine dan mengiritasi kulit. Akibatnya hewan terlihat sering menggaruk maupun mengigit daerah yang gatal terutama di daerah ekor, selangkangan dan punggung. Pinjal juga dapat



menimbulkan



alergi



oleh karena reaksi



hipersensitivitas terhadap antigen ludah pinjal. Pada anjing sering ditandai dengan gigitan secara berlebihan sehingga dapat mengakibatkan bulu rontok dan peradangan pada kulit. Kasus flea allergy bervariasi tergantung kondisi cuaca terutama terjadi pada musim panas dimana populasi kutu meningkat tajam. Penyakit yang berhubungan dengan pinjal yaitu pes. Vektor pes adalah pinjal. Di Indonesia saat ini ada 4 jenis pinjal yaitu: Xenopsylla cheopis, Culex iritans, Neopsylla sondaica, dan Stivalus cognatus. Reservoir utama dari penyakit pes adalah hewan-hewan rodent (tikus, kelinci). Kucing di Amerika juga pada bajing. Secara alamiah penyakit pes dapat bertahan atau terpelihara pada rodent. Kuman-kuman pes yang terdapat di dalam darah tikus sakit,dapat ditularkan ke hewan lain atau manusia, apabila ada pinjal yang menghisap darah tikus yang mengandung kuman pes tadi, dan kuman-kuman tersebut akan dipindahkan ke hewan tikus lain atau manusia dengan cara yang sama yaitu melalui gigitan.



10



Pada no.1 s/d 5, penularan pes melalui gigitan pinjal akan mengakibatkan pes bubo. Pes bubo dapat berlanjut menjadi pes paru-paru (sekunder pes). Selain pes, pinjal bisa menjadi vektor penyakit-penyakit manusia, seperti murine typhus yang dipindahkan dari tikus ke manusia. Disamping itu pinjal bisa berfungsi sebagai penjamu perantara untuk beberapa jenis cacing pita anjing dan tikus, yang kadang-kadang juga bisa menginfeksi manusia. Selain pada manusia pinjal juga dapat mempengaruhi kesehatan hewan peliharaan seperti di bawah ini : 1. Flea Allergy Dermatitis (FAD). Penyakit kulit alergi pinjal. Waktu seekor kutu menggigit hewan peliharaan, ia memasukan ludah ke dalam kulit. Hewan peliharaan mendevelop reaksi alergi terhadap ludah/saliva (FAD) yang menyebabkan rasa gatal yang amat gatal. Tidak saja hewan peliharaan akan menggaruk atau mengigit-gigit berlebihan di daerah ekor, selangkangan atau punggung, jendolan juga akan muncul di sekitar leher dan punggung. 2. Cacing Pita; Dipylidium canium. Cacing pita (tapeworm) disalurkan oleh pinjal pada tahap larva waktu makan di lingkungan hewan peliharaan.



11



Telur-telur tumbuh di dalam kehidupan yang tidak aktif dalam perkembangan pinjal ini. Jika pinjal ini di ingested oleh hewan peliharaan waktu digrooming, cacing pita dan terus menerus berkembang menjadi cacing dewasa di usus hewan peliharaan. 3. Anemia; terjadi pada yang muda, yang tua atau pun yang sakit jika terlalu banyak kutu loncat yang menghisap darahnya. Gejala anemia termasuk, gusi pucat, lemas dan lesu pada hewan peliharaan.



G. Pencegahan dan Pengendalian Pinjal 1. Pencegahan Langkah-langkah di bawah ini dapat dilakukan untuk mencegah keberadaan pinjal yaitu : a. Menyedot Menggunakan Vaccum Seringlah menyedot di daerah dimana saja hewan peliharaan kunjungi, khususnya di mobil jika sering berpergian, daerah berkarpet, dan perabotan yang sering dikunjungi oleh hewan peliharaan supaya semua kutu termasuk telur, dan pupanya dibersihkan sebanyak mungkin. b. Pencucian Cucilah tempat tidur hewan peliharaan, kasur, selimut dan barang lainnya dengan air panas jika memungkinkan. c. Penyemprotan Lingkungan Ada beberapa macam spray/semprotan yang tersedia yang bertujuan membunuh kutu loncat di lingkungan sekitarnya. 2. Pengendalian Mengendalikan populasi tikus di daerah pedesaan dan perkotaan melalui sanitasi lingkungan, pengelolaan sampah yang baik, dan



12



memperbaiki sanitasi lingkungan yang rusak yang dapat dijadikan sebagai sarang tikus (Evy Nur Hidayah, 2012). Untuk mencegah penyebaran penyebaran penyakit yang disebabkan oleh pinjal maka perlu dilakukan tindakan pengendalian terhadap arthopoda tersebut. Upaya yang dapat dilakukan, antara lain melalui penggunaan insektisida, dalm hal ini DDT, Diazinon 2% dan Malathion 5% penggunan repllent (misalnya, diethyl toluamide dan benzyl benzoate) dan pengendalian terhadap hewan pengerat (rodent).



BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pinjal merupakan salah satu parasit berukuran kecil dan kadang tidak disadari pemilik hewan karena tidak menyebabkan gangguan kesehatan hewan yang serius, namun perlu diperhatikan bahwa dalam jumlah besar kutu dapat mengakibatkan kerusakan kulit yang parah bahkan menjadi vektor pembawa penyakit tertentu. 2. Beberapa jenis pinjal yaitu: pinjal kucing, pinjal anjing, pinjal manusia, pinjal tikus utara, dan kutu tikus oriental. 3. Penyakit yang berhubungan dengan pinjal ialah Flea Allergy Dermatitis, Cacing Pita, Anemia, dan Pes. 4. Beberapa tindakan yang dapat dilakukan dalam pencegahan pinjal adalah menyedot dengan menggunakan vaccum, pencucian, dan penyemprotan lingkungan. 5. Adapun pengendalian terhadap pinjal dapat dilakukan dengan langkah IPM, yaitu mengidentifikasi masalah hama, mencegah masalah hama, monitor atas kehadiran hama, mengatur tingkat toleransi dan tindakan untuk setiap hama populasi, mengelola hama masalah, dan Evaluasi dampak dan keberhasilan hama manajemen usaha.



13



B. Saran 1. Bagi masyarakat yang memelihara kucing dan anjing dianjurkan untuk lebih memelihara kebersihan hewan peliharaannya. 2. Bagi masyarakat yang memelihara kucing dan anjing dianjurkan pula untuk memeriksakan kesehatan hewan peliharaannya agar terhindar dari penyakit yang diakibatkan oleh pinjal. 3. Masyarakat disarankan untuk menghindari kontak langsung dengan hewan peliharaan agar terhindar dari gigitan pinjal.



DAFTAR PUSTAKA Anonim.



“Makalah Pinjal”. 2011. http://kesmasunsoed.com/2011/05/makalahpinjal-mata-kuliah-pengendalian-vektor-epidemiologi.html (diakses tanggal 15 Maret 2015)



Aslam,



Andi F. “Makalah Vektor Pinjal”. https://www.scribd.com/doc/223383949/Makalah-Vektor-PINJAL (diakses tanggal 15 Maret 2015)



Anonim.



“Pinjal”. 2011. http://kesehatanlingkungansby.blogspot.com/2011/01-/pinjal.html (diakses tanggal 15 Maret 2015)



Made,



Bakta. “Pinjal Sebagai Vektor”. 2013. https://www.scribd.com/doc-/81 890735/PINJAL-SEBAGAI-VEKTOR (diakses tanggal 15 Maret 2015)



14