Laporan Titrimetri [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

HALAMAN PENGESAHAN Laporan Lengkap Praktikum Kimia Analitik I dengan judul “Titrimetri” disusun oleh : Nama



: Muh. Bisri



NIM



: 1613042006



Kelompok



: I (satu)



Kelas



: Pendidikan Kimia B



telah diperiksa dengan seksama oleh Asisten dan Koordinator Asisten dan dinyatakan diterima. Makassar, November 2017 Koordinator Asisten



Asisten



Nurul Wisna Afianti, S.Pd



Miratun Aini



Mengetahui Dosen Penanggung Jawab



Drs. H. Alimin, M.S NIP. 19600815 1986001 1 002



A. JUDUL PERCOBAAN Titrimetri



B. TUJUAN PERCOBAAN Pada akhir percobaan mahasiswa diharapkan memahami dan mahir dalam : 1.



Mengetahui dan memahami cara pembuatan larutan standar HCl dan penentuan karbonat



2.



Mengetahui dan memahami cara standarisasi larutan HCl



3.



Menentukan campuran karbonat dan bikarbonat



C. LANDASAN TEORI Kimia analitik merupakan cabang ilmu kimia yang mempelajari dasardasar analisis kimia. Secara garis besar pekerjaan analisis kimia dapat digongkan dalam dua kategori besar yaitu analisis kualitatif dan analisis kuantitatif. Melalui analisis kualitatif dan kuantitatif kita dapat mendeteksi dan mengidentifikasi jenis dan jumlah dari komponen penyusun bahan yang dianalisis atau lebih dikenal sebagai analit. Komposisi analit yang dipelajari dalam tiap proses analisis meliputi berbagai spesies, dapat berupa unsur, ion, molekul, radikal maupun isotop. Perkembangan instrumen sebagai hasil perkembangan teknologi, memungkinkan kita melakukan analisis dalam berbagai bentuk komposisi analit. Tujuan utama analisis kualitatif adalah mengidentifikasi komponen dalam zat kimia. Analisis kualitatif menghasilkan data kualitatif, seperti terbentuknya endapan, warna, gas maupun data non numerik lainnya. Umumnya dari analisis kualitatif hanya dapat diperoleh indikasi kasar dari komponen penyususn suatu analit. Analisis kualitatif biasanya digunakan sebagai langkah awal untuk analisis kuantitatif (Ibnu, 2004). Metode titrimetrik melibatkan reaksi terkontrol dari pereaksi standar dalam jumlah yang diketahui dengan larutan analit, agar titik stoikiometri atau kesetaraan untuk reaksi antara pereaksi dan analit dapat ditemukan. Jika



rincian reaksi diketahui dan titik stoikiometri terletak secara akurat dan tepat, jumlah analit yang ada dapat dihitung dari jumlah reagen standar yang diketahui yang dikonsumsi dalam reaksi. Dalam kebanyakan kasus, larutan pereaksi standar disiapkan dan ditambahkan secara manual atau otomatis dari buret; Prosedur alternatif adalah perputaran koulometrik dari reagen di situ. Titik stoikiometri dapat dideteksi dengan menggunakan indikator visual atau dengan metode elektrokimia (Kealey, 2000). Istilah titrasi untuk penambahan titran kedalam analit didasarkan pada proses pengukuran volume titran untuk mencapai titik ekuivalen. Istileh metode titrimetri lebih cocok diterapkan untuk analisis kuantitatif dibandingkan metode volumetri, sebab pengukuran volume tidak selalu berkaitan dengan titrasi. Jenis metode titrimetri didasarkan pada jenis reaksi kimia yang terlibat dalam proses titrasi. Berdasarkan jenis reaksinya, maka metode titrimetri dapat dibagi menjadi 4 golongan, yaitu: asidi-alkalimetri, oksidimetri, kompleksometri dan titrasi pengendapan (Ibnu, 2004). Umunya titrasi digunakan untuk menganalisis jumlah asam atau basa didalam larutan. Proses ini melibatkan larutan dengan konsentrasi yang diketahui (titran) yang diteteskan dari buret ke dalam larutan yang akan ditentukan konsentrasinya sampai pada titik stoikiometri atau titik ekivalen, yang biasa ditandai dengan perubahan warna indicator. Perubahan pH yang terjadi selama titrasi asam basa digunakan untuk memilih indicator yang tepat untuk titrasi tertentu. Suatu titrasi asam-basa sering dimonitor dnegan memplot pH larutan yang dianalisis sebagai fungsi jumlah titran yang ditambahkan (Sunarya, 2012). Asidi-alkalimetri didasarkan pada reaksi asam basa atau prinsip netral analit yang beruapa larutan asam dititrasi dengan titran yang berupa larutan sebaliknya. Metode ini cukup luas penggunaanya untuk penetapan kurva asam atau basa. Kompleksometri didasarkan pada pembentukan kompleks stabil hasil reaksi analit dengan titran. Oksidimetri didasarkan pada reaksi oksidasi-reduksi anatar analit dan titasi yang mengandung spesi reduktor dititrasi dengan titran yang berupa larutan dari oksidator atau sebaliknya.



Titrsasi pengendapan didasarkan reaksi pengendapan analit oleh larutan titran yang mampu secara spesifik mengedapkan analit (Ibnu, 2004). Jelas bahwa reaksi yang sesuai untuk digunakan dalam prosedur titrimetri harus bersifat stoikiometrik dan harus cepat jika titrasi dilakukan dengan lancar dan cepat. Secara umum, reaksi ionik berjalan dengan cepat dan menimbulkan beberapa masalah. Di sisi lain, reaksi yang melibatkan pembentukan ikatan kovalen atau ruptur seringkali jauh lebih lambat dan berbagai prosedur praktis digunakan untuk mengatasi kesulitan ini. Cara yang paling jelas dalam mendorong reaksi terhadap penyelesaian dengan cepat adalah memanaskan larutan, menggunakan katalis, atau menambahkan kelebihan reagen. Dalam kasus titrasi balik dari pereaksi berlebih akan digunakan untuk menemukan titik stoikiometri untuk reaksi primer. Reaksi yang digunakan dalam titrimetri dapat diklasifikasikan sebagai asam basa pengurangan oksidasi, kompleksasi, pengganti, pengendapan. Penggunaan perubahan warna untuk menunjukkan titik akhir umum terjadi pada berbagai metode titrimetrik (Kealey, 2000). Normalitas dari suatu larutan adalah banyaknya ekuivalen zat terlarut perliter larutan. Konsentrasi larutan yang dinyatakan dalam normalitas digunakan dalam reaksi oksidasi-reduksi dan dalam reaksi asam-basa. Untuk menyatakan konsentrasi larutan dalam normalitas, haruslah pertama-tama diterangkan apa yang dimaksud dengan ekuivalen atau bobot ekuivalen. Bobot ekuivalen adalah bobot zat ekuivalen satu sama lain dalam reaksi kimia yang diperoleh dengan merujuk kepada reaksi-reaksi (Keenan, 1980). Menurut Sunarya (2012), terdapat dua metode umum untuk menentukan titik ekuivalen suatu titrasi asam-basa, yaitu : 1.



Membuat kurva titrasi menggunakan pH meter untuk memantau pH. Daerah vertikal dari kurva pH menunjukkan titik ekuivalen.



2.



Menggunakan indikator asam-basa yang menandai titik kahir titrasi berdasarkan perubahan warna. Walaupun titik ekuivalen didefinisikan secara stoikiometri, tetapi tidak perlu sama dengan titik akhir titrasi (titik dimana indikator berubah warna). Kita dapat memilih salah satu



indikator yang dapat berubah warna diantara dua titik yang sangat dekat dengan titik ekuivalen, dengan kesalahan yang dapat diabaikan. Larutan standar yang digunakan sebagai titran harus diketahui dengan tepat konsentrasinya. Biasanya, larutan standar dibuat dengan cara melarutkan sejumlah berat tertentu bahan kimia pada sejumlah tertentu pelarut yang sesuai. Cara ini mudah dilakukan, tetapi hasilnya seringkali kurang tepat, karena hanya sedikit jenis zat kimia bahan titran yang diketahui dalam keadaan murni. Zat kimia yang benar-benar murni bila ditimbang dengan tepat dan dilarutkan dalam sejumlah tertentu pelarut yang sesuai menghasilkan larutan standar primer. Larutan standar lain yang ditetapkan konsentrasinya melalui titrasi dengan menggunakan larutan standar primer dikenal sebagai larutan standar sekunder (Ibnu, 2004). Untuk menyiapkan suatu larutan yang molaritasnya diketahui adalah zat terlarut ditimbang secara akurat dan kemudian dimasukkan kedalam labu volumetrik melalui corong. Kemudian ditambahkan air kedalam labu lalu digoyangkan kembali secara perlahan sampai ketinggian larutan tepat mencapai tanda volume. Dengan mengetahui volume larutan (yaitu volume labu yang digunakan) dan kuantitas senyawa (jumlah mol) yang terlarut (Chang, 2004). Efek boraks pada makanan dapat memperbaiki struktur dan tekstur makanan seperti contohnya bila boraks diberikan pada bakso akan membuat bakso tersebut sangat kenyal dan tahan lama, tetapi makanan yang telah diberi boraks dengan yang tidak atau masih alami, sulit untuk dibedakan jika hanya dengan panca indera, namun harus dilakukan uji khusus boraks di laboratorium. Seseorang yang mengkomsumsi makanan yang mengandung boraks tidakakan langsung mengalami dampak buruk bagi kesehatan, tetapi senyawa tersebut diserap dalam tubuh secara kumulatif. Selain melalui saluran pencernaan, boraks dapat diserap melalui kulit. Dosis yang cukup tinggi dalam tubuh akan menyebabkan munculnya gejala pusingpusing, muntah dan kram perut (Tubagus, 2013).



Titrasi asam-basa, jumlah relatif asam dan basa yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen ditentukan oleh perbandingan mol asam (H+) dan basa (OH-) yan bereaksi. Untuk reaksi antara HCl dengan NaOH titik ekivalen tercapai pada perbandingan mol 1:1 tetapi untuk reaksi antara H2SO4 dengan NaOH diperlukan perbandingan mol 1:2 untuk mencapai titik ekivalen. H2SO4(aq) + 2NaOH(aq)



Na2SO4(aq) +2H2O(l)



Dalam titrasi asam-basa perubahan pH sangat kecil hingga hampir tercapai titik ekivalen. Pada saat tercapai titik ekivalen penambahan sedikit asam atau basa akan menyebabkan perubahan pH yang sangat besar. Perubahan pH yang besar ini seringkali dideteksi dengan zat yang dikenal sebagai indikator dalam suatu senyawa (organik) yang akan berubah warnanya dalam rentang pH tertentu. Titik atau kondisi penambahan asam atau basa dimana terjadi perubahan warna indikator dalam suatu itrasi dikenal sebagai titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi sering disamakan dengan titik ekivalen, walaupun diantara keduanya masih ada selisih yang relatif kecil. Semua masalah yang berkaitan dengan titrasi asam-bas dapat dipecahkan dengan konsep stoikiometri dan konsentrasi larutan yang dinyatakan dengan mol, perbandingan mol, molaritas atau normalitas (Ibnu, 2004). Dengan demikian, disimpulkan bahwa metode yang diusulkan masih baru, sederhana, ramah lingkungan, akurat dan dapat direproduksi. Keuntungan yang diputuskan adalah bahwa pelarut organik diabaikan namun tidak dengan mengorbankan akurasi. Metode yang diusulkan dapat berhasil digunakan dalam analisis theroutine ketoprofen dalam sampel obat massal. Berikut adalah cakupan yang baik untuk obat-obatan terlarut air lainnya yang kurang baik yang mungkin bisa dicoba untuk dimetabolisasi oleh agen hidrotropik yang sesuai untuk melakukan analisis titrimetrik mereka yang menghalangi penggunaan pelarut organik yang lebih mahal dan tidak aman. Seperti



metode



ini,



hidrotrop



lainnya



juga



dapat



dicoba



dengan



menggabungkannya untuk memberikan efek sinergis pada kelarutan obatobatan terlarut dalam air yang dapat diterapkan di berbagai bidang analisis.



Hidrotropi campuran dapat digunakan secara luas dalam pengembangan formulasi air obat larut dalam air di masa depan (Maheswari, 2013). Asam sulfat encer yaitu endapan putih barium sulfat BaSO4, yang berbutir halus, berat, dan praktis tak larut dalam air, hampir taak larut dalam asam encer dan dalam larutan amonium sulfat, dan larut cukup baik dalam asam sulfat pekat mendidih. Dengan mengendapkan dalam larutan yang mendidih, atau lebih baik lagi dengan menambahkan pula amonium asetat, diperoleh bentuk yang lebih mudah disaring. Ba2+ + SO42BaSO4 + H2SO4(pekat)



BaSO4 Ba2+ + 2HSO4(Svehla, 1985).



Larutan standar HCl biasanya dibuat dengan mengencerkan larutan HCl pekat. Standarisasi larutan HCl karena larutan standar HCl bukan merupakan larutan standar primer, maka perlu distandarisasi. Standarisasi biasanya menggunakan natrium boraks. Menurut reaksi: Na2B4O7. 10H2O + 2HCl



2NaCl + H3BO3 + 5H2O



Penentuan campuran karbonat dan bikarbonat selain dengan cara titrasi dua indikator pp dan MO, dapat juga ditentukan lebih akurat dengan cara mengambil dua bagian sampel. Bagian pertama dititrasi dengan larutan standar HCl pada indikator MO langsung, untuk menentukan total basa dalam sampel. Bagian kedua, ditambahkan BaCl2 berlebih untuk mengendapkan karbonat, kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl 0,1 N dengan indikator



MO



juga,



untuk



menentukan



bikarbonat



dalam



sampel



(Tim Dosen Kimia Analitik, 2017). Secara umum, alat analisis titrimetrik sederhana dalam konstruksi dan operasi. Prosedur analisis yang khas akan melibatkan pengukuran jumlah sampel baik dengan massa atau volume. Kemudian penambahan titran dari buret atau jarum suntik mikro. Faktor tambahan yang terlibat dalam menentukan tingkat perubahan ini akan dibahas kemudian dalam pembahasan metode titrasi tertentu. Dengan demikian warna yang dipamerkan oleh indikator harus memiliki intensitas tinggi (Kealey, 2000).



D. ALAT DAN BAHAN 1.



Alat



b.



Neraca analitik digital



1 buah



c.



Labu Takar 100 ml



1 buah



d.



Pipet Ukur 25 ml



2 buah



e.



Erlenmeyer 250 ml



10 buah



f.



Buret 50 ml



2 buah



g.



Statif dan Klem



@1 buah



h.



Gelas Kimia 50 ml



1 buah



i.



Gelas ukur 25 ml



1 buah



j.



Pipet tetes



2 buah



k.



Corong Biasa



1 buah



l.



Batang pengaduk



1 buah



m. Ball Pipet



1buah



n.



Spatula



1 buah



o.



Botol Semprot



1 buah



p.



Lap kasar



1 buah



q.



Lap halus



1 buah



2.



Bahan



a.



Larutan Asam Klorida (HCl) pekat 0,1 N



b.



Borak (Na2B4O7)



c.



Indikator Metil Orange (MO)



d.



Larutan Asam Klorida (HCl) standar



e.



Larutan Barium Klorida (BaCl2) 10%



f.



Larutan Sampel



g.



Aquades (H2O)



h.



Tissue



i.



Kertas Saring



E. PROSEDUR KERJA 1.



Standarisasi Larutan HCl



a.



0,4 gram boraks ditimbang.



b.



Dilarutkan sedikit dengan aquades dalam gelas kimia lalu diencerkan menjadi 100 ml dengan aquades didalam labu takar.



c.



25 ml larutas boraks diambil dengan pipet gondok dan dimasukkan kedalam Erlenmeyer serta ditambahkan 2-3 tetes indikator Metil Orange (MO).



d.



Larutan dititrasi dengan larutan standar yang dibuat dari cara kerja 1 sampai terjadi perubahan warna.



e.



Volume titran dicatat.



f.



Konsentasi HCl standar dihitung dengan rumus : N HCl =



V1 (ml) 100



×2 ×



w(mg) MW



V2



2.



Penentuan Campuran Karbonat dan Bikarbonat



a.



25 ml campuran larutan sampel diambil lalu ditambahkan 2-3 tetes indicator MO, kemudia dititrasi dengan larutan HCl standar 0,1 N.



b.



Cara kerja (1) diulang sebanyak 3 kali, dan volume titran rata-rata dicatat sebagai V1 (ml).



c.



25 ml campuran larutan sampel diambil dan ditambahkan tetes demi tetes larutan BaCl2 10% sampai tidak terbentuk endapan. Endapan dibiarkan turun, kemudia disaring.



d.



Filtrat dititrasi dengan larutan HCl standar 0,1 N dengan indikator MO.



e.



Cara kerja (3) diulang sebanyak 3 kali dan volume rata-rata titran dicatat sebagai V2 (ml).



f.



Kadar karbonat dan bikarbonat dihitng dengan rumus : Kadar HCO3-



=



Kadar CO3-



=



V2 (ml)×NHCl 25 mL (V1 –v2) ×NHCl 2 ×25 ml



F. HASIL PENGAMATAN



mmol/ml (M) mmol/ml (M)



No. 1.



Perlakuan



Hasil



Standarisasi Larutan HCl a. Borak ditimbang sebanyak 0,4 Larutan menjadi keruh gram



kemudian



dilarutkan



dengan 100 ml air b. Larutan diambil



boraks



kemudian Larutan menjadi berwarna kuning



25



ml



dan



ditambahkan indikator Metil Orange Titrasi I



Larutan



berwarna



orange



kemerahan, volume = 3,30 ml Titrasi II



Larutan



berwarna



orange



kemerahan, volume = 3,40 ml Titrasi III



Larutan



berwarna



orange



kemerahan, volume = 3,50 ml 2.



Campuran



Karbonat



dan



Bikarbonat a. Diambil



25



ml



campuran



sampel Larutan berwarna kuning kemudian



ditambahkan indikator Metil Orange. Setelah ditambahkan indikator Metil Orange larutan kemudian dititrasi. Titrasi I



Larutan



berwarna



orange



kemerahan, volume = 93,60 ml Titrasi II



Larutan



berwarna



orange



kemerahan, volume = 93,70 ml Titrasi III



Larutan



berwarna



orange



kemerahan, volume = 91,60 ml b. Diambil



25



ml



sampel



campuran



kemudian



ditambahkan BaCl2 beberapa tetes, endapan turun, larutan disaring



sebelum



dititrasi



ditambahkan MO Titrasi I



Larutan



berwarna



orange



kemerahan, volume = 63,20 ml Titrasi II



Larutan



berwarna



orange



kemerahan, volume = 68,40 ml



G. ANALISIS DATA 1.



Standarisasi Larutan HCl Diketahui : W



= 0,400 gram = 400 mg



BM Boraks



= 381 mg/mmol



V1



= 3,30 ml



V2



= 3,40 ml



V3



= 3,50 ml



̅ V



= 3,40 ml



Ditanyakan :



N HCl = …..?



Penyelesaian : WBoraks (mg) VBoraks 100 ×2 × 𝐵𝑀𝐵𝑜𝑟𝑎𝑘𝑠 N HCl= ̅ V 25 ml 100



=



×2 ×



400 mg mg mmol



381



3,4 ml



= 0,1543 N = 0,1543 mmol/ml 2.



Penentuan campuran karbonat dan bikarbonat



Diketahui :



N HCl



= 0,1543 N



V1



= 92,90 mL



V2



= 65,80 mL



Ditanyakan : a. Kadar HCO3b. Kadar CO3-



=….? =……?



Penyelesaian : a.



Kadar HCO3- = =



V2 (ml)×N HCl 25 mL 65,80 ml × 0,1543 N 25 ml



= 0,4061 N = 0,4061 mmol/ml b. Kadar CO3



= = =



V1 – V2 ×N HCl 2 ×25 ml (92,90-65,80)ml × 0,1543 N 2 x 25 mL



27,10 mL ×0,1543 N 50 mL



= 0,0836 N = 0,0836 mmol/ml Grafik :



pH



Standarisasi HCl 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 3.25



3.3



3.35



3.4 Volume (mL)



3.45



3.5



3.55



Penentuan kadar karbonat volume HCl (mL)



94 93.5 93



92.5 92 91.5 91 0



5



10



15



20



25



30



Volume Larutan sampel (mL)



Penentuan kadar Bikarbonat 69 68



Volume HCl (mL)



67 66 65 64 63 62 0



5



10



15



20



25



30



Volume larutan sampel (mL)



H. PEMBAHASAN Metode titrimetri dikenal juga sebagai metode volumetri merupkan cara analisis kuantitatif yang didasarkan pada prinsip stoikiometri reaksi kimia (Ibnu, 2004). Adapun tujuan dilakukannya percobaan ini yaitu dapat memahami standarisasi larutan HCl, dan dapat memahami penentuan sampel karbonat dan bikarbonat. Stoikiometri erat hubungannya dengan perhitungan kimia baik menentukan jumlah mol, massa maupun volume. Dalam titrasi, suatu larutan yang konsentrrasinya diketahui secara pasti, ditambahkan secara



bertahap ke larutan lain yang konsentrasinya tidak diketahui, sampai reaksi kimia antara kedua larutan berlangsung sempurna (Chang, 2004). Prinsip dasar dari titrimetri yaitu pencapaian reaksi titik akhir ekivalen harus berlangsung stoikiometri. Dimana titik ekuivalen adalah titik pada saat senyawa tang ditambahkan telah tepat bereaksi dengan analit. Titik ekuivalen ini biasanya berhimpitan dengan titik akhir titrasi. Titik akhir titrasi adalah keadaan dimana analit mengalami perubahan warna (Ibnu, 2004). Adapun prinsip kerja titrimetri yaitu penambahan titran dan pengocokan atau dapat dikatakan sebagai titrasi. 1. Standarisasi Larutan HCl Larutan HCl merupakan larutan standar sekunder yang memiliki konsentrasi mudah berubah dan tidak stabil dalam penyimpanannya. Oleh karena itu, dilakukan standarisasi larutan terhadap HCl dengan menggunakan larutan boraks yang merupakan larutan standar primer. Syarat pada larutan standar primer yaitu harus stabil terhadap udara, artinya konsnetrasi tidak mudah berubah dalam penyimpanannya. Standarisasi adalah proses dimana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat Lebih umum lagi, sebuah larutan sekunder distandarisasi dengan titrasi, dimana larutan tersebut bereaksi dengan sejumlah standar primer yang telah ditimbang (Day, 1986). Larutan boraks digunakan karena memiliki konsentrasi yang tetap dan stabil dalam penyimpanannya dan juga boraks merupakan basa lemah yang mampu bereaksi dengan HCl. Kemudian larutan boraks tersebut ditambahkan dengan metil orange yang berfungsi memberikan perubahan saat titrasi berakhir yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan yang dititrasi yaitu dari kuning menjadi orange. Indikator metil orang yang digunakan trayek pH indikator metil orange (3,2 - 4,4) yang bersifat asam sesuai dengan larutan HCl yang akan distandarisasi yang bersifat asam pula (Svehla, 1979). Titik ekuivalen umumnya ditandai oleh perubahan indikator yang sengaja dimasukkan ke dalam analit, perubahan indikator terjadi bila semua analit telah bereaksi dengan titran (Ibnu, 2004).



Larutan kuning yang dihasilkan dari penambahan metil orange dititrasi dengan larutan standar HCl dan dihasilkan larutan berwarna orange kemerahan dan titrasi dihentikan karna telah mengalami perubahan warna (titik akhir titrasi). Hal ini telah sesuai dengan teori bahwa larutan akan berwarna kuning pada basa dan berwarna merah pada asam (Svehla, 1979). Titrasi ini dilakukan sebanyak 3 kali agar diperoleh hasil yang akurat, dimana volume rata-rata titran yang dihasilkan yaitu 3,4 mL sedangkan nnormalitas HCl yaitu 0,1543 N. Adapun reaksi yang terjadi yaitu: Na+O3 -S Na+O3 -S



N=N N.N



Na2B4O7.10H2O(aq) + 2 HCl(aq)



(CH3)2 + H3O+



Indikator MO



= N+ (CH3)2 + H2O(aq) 2 NaCl(aq) + 4H3BO4(aq) + 5 H2O(aq)



2. Penentuan Campuran Karbonat dan Bikarbonat Larutan HCl standar yang telah distandarisasi, kemudian digunakan untuk menentukan campuran karbonat dan bikarbonat. Pada bagian pertama larutan sampel yaitu karbonat dan bikarbonat diambil lalu ditambahkan dengan indikator metil orange. Dimana fungsinya yaitu memberikan perubahan saat titrasi berahir yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna pada larutan yang dititrasi yaitu dari kuning menjadi orange. Indikator metil orang yang digunakan trayek pH indikator metil orange (3,2-4,4) yang bersifat asam sesuai dengan larutan HCl yang akan distandarisasi yang bersifat asam pula (Svehla, 1979). Sampel yang telah ditambah dengan indikator metil orange tersebut kemudian dititrasi dengan larutan standar HCl dimana menghasilkan larutan yang berwarna orange kemerahan. Titrasi ini dilakukan sebanyak 3 kali agar diperoleh hasil yang akurat, dimana volume rata-rata titran yang dihasilkan yaitu 92,90 ml dengan kadar karbonat sebesar 0,4061 mmol/ml. Bagian kedua, dimana larutan sampel campuran diambil dan ditambahkan dengan larutan BaCl2 yang berfungsi untuk mengendapkan karbonat (ion CO32-) sampai membentuk BaCO3 sehingga yang tersisa bikarbonatnya. Dimana pada saat ditambhkan BaCl2 terdapat endapan putih. Kemudian larutan tersebut disaring dengan menggunakan kertas saring biasa.



Digunakannya kertas saring biasa karena memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga dapat menyaring larutan dengan cepat, dimana pada saat disaring menghasilkan larutan yang bening. Filtrat yang dihasilkan ditambahkan indikator metil orange yang berfungsi untuk memberikan tanda perubahan saat titrasi berakhir yang ditandai dengan berubahnya larutan kuning menjadi larutan orange kemerahan. Lalu larutan tersebut dititrasi dengan larutan standar HCl. Titrasi ini dilakukan sebanyak 3 kali agar diperoleh hasil yang akurat, dimana volume rata-rata titran yang dihasilkan yaitu 65,80 ml dengan kadar karbonat sebesar 0,0836 mmol/ml. Adapun reaksi yang terjadi yaitu: CO32- (aq)+ BaCl2(aq)



BaCO3(s) + 2Cl-(aq)



(putih)



(putih)



HCO3(aq) + HCl(aq)



H2CO3(aq) + Cl-(aq) (bikarbonat)



I. KESIMPULAN DAN SARAN 1.



Kesimpulan Pada akhir percobaan, dapat disimpulkan bahwa :



a.



Normalitas larutan HCl yang diperoleh dari hasil standarisasi larutan HCl adalah 0,1543 N.



b.



Kadar karbonat dalam larutan sampel campuran yang digunakan adalah sebesar 0,4061 mmol/m sedangkan kadar bikarbonat sebesar 0,0836 mmol/mL.



2.



Saran Untuk praktikan selanjutnya diharapkan agar lebih teliti lagi pada saat melakukan percobaan. Ketelitian pada saat penimbangan sangat harus diperhatikan agar hasil yang diperoleh tidak terlalu besar kesalahannya.



DAFTAR PUSTAKA Chang, Raymond. 2004. Kimia dasar Edisi Ketiga Jilid I. Jakarta : Erlangga. Kealey, D., & F. W Fifield. 2002. Priciples and Practice of Analytical Chemistry (Fifth Edition). UK : University of Surrey. Ibnu, M Sodiq, dkk. 2003. Kimia Analitik I. Malang : Universitas Negeri Malang. Keenan, Charles W., Donald C Kleinfelter dan jesse H. Wood. 1984. Ilmu Kimia Untuk Universitas. Jakarta : Erlangga. Maheshwari, Rajesh Kumar. et al. 2013. Titrimetical analysis of katoprofen in the bulg drug sample using sodium citrate as hydrotropic agent. International Journal of Pharma and Bio Sciences. No.4(2): pp: 56-61. ISSN: 09756299. Sunarya, Yayan. 2012. Kimia Dasar 2. Bandung : CV Yrama Widya. Svehla, G. 1985. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimakro. Jakarta : Kalma Media Pustka. Tim Dosen Kimia Analitik. 2017. Penuntun Praktikum Kimia Analitik I. Makassar : Universitas Negeri Makassar. Tubagus, Indra, Gayatri Citraningtyas dan Fatimawali. 2013. Identifikasi dan penetapan kadar boraks dalam bakso jajanan dikota manado. Jurnal imiah farmasi. Vol. 2, no. 4.