11 0 188 KB
MODUL 5 SKENARIO 5 : SALAH POSISI Ny. Carisa umur 21 tahun, P1A0H1, datang bersama suami ke PMB Sejahtera. Ny. Carisa, melahirkan bayi laki-laki 6 hari yang lalu di PMB Sejahtera. Hasil anamnesis : Ny. Carisa mengeluhkan demam dan menggigil sejak 2 hari yang lalu, nyeri pada seluruh tubuh terutama pada payudara, payudara terasa tegang dan bengkak sehingga sakit pada saat menyusui bayinya, puting susu Ny. Carisa sampai mengeluarkan darah. Bayi Ny. Carisa rewel dan menolak untuk disusui, kemudian Ny Carisa berinisiatif untuk memberikan susu formula kepada bayinya. Ny. Carisa juga mengeluhkan daerah bekas jahitan terasa nyeri dan panas sehingga susah untuk beraktifitas. Ny. Carisa merasa sangat bingung dan cemas dengan kondisi yang dialaminya dan bayinya apalagi ini merupakan pengalaman yang pertama kali dan hanya tinggal bersama suaminya saja. Suami Ny. Carisa seorang supir Expedisi yang pulang kerumah 1x dalam seminggu. Jadi, semua pekerjaan rumah dilakukan oleh Ny. Carisa sendiri selama suaminya bekerja. Terkadang Ny. Carisa menangis sendiri pada saat bayinya rewel ditambah dengan kondisi Ny. Carisa saat ini yaitu nyeri pada payudara dan nyeri pda bekas luka jahitan. Hasil pemeriksaan diperoleh TD 120/80 mmHg, Nadi 80x/menit, frekuensi napas 22x/menit, Suhu 38,5°C, papilla mammae lecet, payudara mengalami engorgement, kemerahan, panas dan nyeri tekan serta terdapat garis-garis merah ke arah axilla. Pemeriksaan pada luka perineum : infeksi perineum (+). Bidan menginformasikan kepada Ny. Carisa dan suami tentang hasil pemeriksaan dan segera dilakukan rujukan ke rumah sakit untuk mendapatkan tindakan yang komprehensif oleh Obgyn. Kemudian bidan memberikan asuhan kepada Ny. Carisa sesuai dengan kebutuhannya seperti menganjurkan Ny. Carisa mengosongkan payudara dengan tetap memberikan ASI kepada bayinya secara on demand dengan perlekatan puting susu yang benar, istirahat yang cukup, memperhatikan kebutuhan cairan dengan banyak minum air putih dan pemenuhan nutrisi. Bidan menganjurkan kepada suami memberikan support emosional kepada ibu pada masa laktasi. Bidan mendampingi Ny. Carisa sampai ke tempat rujukan sambil selalu memantau kondisi ibu dan bayi. Bagaimanakah saudara menjelaskan tentang kondisi Ny. Carisa pada kasus diatas?
STEP I TERMINOLOGI 1. engogment : pembengkakan 2. on demand : sesuai permintaan
STEP II RUMUSAN MASALAH 1. Apa yang menyebabkan Ny.Carisa demam dan mengigil,nyeri pada payudara, payudara terasa tegang dan bengkak sehingga sakit saat menyusui bayinya dan putting susu Ny.Carisa sambil mengeluarkan darah? 2. Apa yang menyebabkan bayai Ny.Carisa menolak untuk disusui? 3. Apa yang menyebabkan daerah bekas luka jahitan episiotomi Ny.Carisa terasa nyeri dan panas? 4. Bagaimana interpretasi suhu 38,50C pada Ny.Carisa? 5. Bagaimana interpretasi hasil pemeriksaan payudara Ny.Carisa? 6. Apa dasar bidan mengatakan Ny.Carisa mengalami infeksi perineum? 7. Apa informasi tentang hasil pemeriksaan yang diberikan bidan kepada Ny.Carisa dan suami? 8. Apa tujuan budan menganjurkan Ny.Carisa mengosongkan payudara dengan tetap memberi ASI secara on demand dengan perlekatan putting susu yang benar? 9. Bagaimana bidan menjelaskan istirahat yang cukup pada Ny.Carisa? 10. Bagaimana bidan menjelaskan tentang kebutuhan cairan dan pemenuhan nutrisi pada Ny.Carisa pada masa laktasi setelah pulang dari Rumah Sakit? 11. Bagaimana bidan mengajarkan kepada suami untuk memberi support emosional kepada Ny.Carisa? 12. Apa kondisi yang harus diperhatikan bidan untuk kondisi Ny.Carisa dan bayinya sebelum dirujuk?
STEP III HIPOTESA 1.
Demam dan menggigil pada Ny.Carisa bisa disebabkan oleh pengaruh infeksi yang dialaminya,payudara yang terasa bengkak disebebkan karena bendungan ASI yang dialaminya yaitu ASI nya yang menumpuk karena anaknya tidak mau menyusui, sedangkan putting susu lecet disebabkan karena cara menyusui yang salah. 2. Karena putting Ny.Carisa lecet sehingga luka dan berdarah yang menyebabkan rasa ASI menjadi berubah sehingga bayi menjadi tidak mau menyusui. 3. Daerah bekas luka jahitan episiotomy Ny.Carisa terasa nyeri dan panas bisa disebabkan karena dia kurang memperhatikan perawatan luka episiotomi terebut. 4. Suhu 38,50C berarti demam 5. Payudara Ny.Carisa yang engogement berarti payudara penuh karena ASI tidak dikeluarkan sehingga payudaranya menjadi tegang,bengkak dan nyeri. 6. Karena pasienj mengatakan nyeri dan panas pada perineum serta pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya tanda radang(bengkak,panas dan nyeri tekan). 7. Menginformasikan hasil pemeriksaan bahwa Ny.Carisa mengalami infeksi pada luka bekas jahitan episiotomy yaitu antara kemaluan dan anus. 8. Tujuan bidan menganjurkan mengosongkan payudaraa adalah agar ASI tidak menumpuk dan lancar,tujuan dianjurkan menyusui on demand adalah agar produksi ASI dapat berlangsung terus menerus karena produksi ASI akan sesuai dengan kebutuhan bayi, dan tujuan bidan menganjurkan untuk menyusui dengan perlekatan yang benar adalah untuk menghindari lecet putting susu. 9. Bidan dapat menjelaskan kepada ibu saat bayi tidur sebaiknya ibu juga tidur dan jangan terlalu banyak mengerjakan pekerjaan rumah . 10. Kebutuhan cairan yaitu banyak mminum air putih sekitar 8 gelas perhari dan selalu makan makanan bergizi seimbang. 11. Menyarankan suami untuk membantu pekerjaan rumah agar Ny.Carisa dapat focus pada bayinya, menjelaskan kepada suami kalau Ny.Carisa tidak boleh terlalu banyak melakukan pekerjaan rumah dan menyuruh suami untuk selalu memperhatikan bahwa Ny.Carisa selalu memberi ASI pada bayinya. 12. Kondisi yang harus dipantau bidan adalah memantau suhu pada ibu, memastikan ibu ada memberi asi pada bayinya dan memperhatikan cara menyusui atau apakah ibu menyusui bayi dengan perlekatan putting susu yang benar.
STEP IV SKEMA
Ny.Carisa usia 21 tahun P1A0H1
Mengeluh: Payudara bengkak Demam dan mengigil sejah 2 hari yang lalu Putting susu berdarah Bayi tidak mau menyusui dan rewel
Menganjurkan ibu untuk mengosongkan payudara Pemberian ASI on demand Mengajarkan cara menyusui yang benar
Pemeriksaan suhu : 38,50C Pemeriksaan payudara : papilla mammae lecet,payudara mengalami engorgement, kemerahan,panas dan nyeri Pemeriksaan perineum : adanya peradangan
Menginformasikan kepada Ny.Carisa dan suami tentang hasil pemeriksaan
Bidan melakukan pemantauan suhu pada ibu,pemberian ASI dan cara perlekatan puting susu dengan mulut bayi selama proses menuju tempat rujukan
Rujuk ke Rumah STEP Sakit V
Disebabkan oleh: Bendungan ASI Infeksi karena tidak memperhatikan kebersihan luka episiotomi Cara menyusui yang tidak tepat Puting susu lecet dan berdarah sehingga rasa ASI berubah
Demam Bayi tidak mau menyusui Infeksi perineum
LEARNING OBJECTIVE
1. Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi gangguan pada masa nifas 2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi terjadinya gangguan pada maa nifas 3. Mahasiswa mampu menjelaskan pathogenesis gangguan pada masa nifas 4. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala pada gangguan masa nifas 5. Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip diagnosis pada gangguan masa nifas 6. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan awal pada gangguan masa nifas 7. Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi dan prognosis gangguan masa nifas 8. Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan pada gangguan masa nifas 9. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada gangguan masa nifas
STEP VII
SHARING INFORMATION 1. a)
Mahasiswa mampu menjelaskan klasifikasi gangguan pada masa nifas Infeksi nifas adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, terjadi sesudah melahirkan, ditandai dengan kenaikan suhu sampai 38⁰C atau lebih selama 2 hari berturut-turut dalam 10 hari pertama pasca persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama atau semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat genetalia pada waktu persalinan dan perawatan masa post partum. Infeksi nifas ini terdiri dari: Infeksi terbatas pada perineum, vulva, vagina, serviks, dan endometrium a.Vulvitis merupakan infeksi pada vulva. Vulvitis pada ibu pasca persalinan terjadi dibekas sayatan episiotomi atau luka perineum. Tepi luka berwarna merah dan bengkak, jahitan sudah lepas, luka yang terbuka menjadi ulkus dan mengeluarkan nanah. b. Vaginitis merupakan infeksi pada daerah vagina. Vaginitis pada ibu pasca persalinan terjadi secara langsung pada luka vagina ataupun luka perineum. Permukaan mukosa bengkak dan kemerahan, terjadi ulkus dan getah mengandung nanah yang keluar dari daerah ulkus. c.Servisitis merupakan infeksi yang sering terjadi pada daerah serviks, tapi tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang dalam dan meluas, dan langsung ke dasar ligamentum latum dan dapat menyebabkan infeksi yang menjalar ke parametrium. d.Endometritis merupakan infeksi yang biasanya demam dimulai dalam 48 jam postpartum dan bersifat naik turun. Kuman-kuman memasuki endometrium (biasanya pada insersio plasenta) dalam waktu singkat dan menyebar ke seluruh endometrium. e. Mastitis merupakan infeksi pada payudara. infeksi terjadi karena adanya luka pada puting susu dan bendungan ASI. Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh darah a.Septikemia : bakteri atau toksinnya langsung masuk ke dalam peredaran darah dan menyebabkan infeksi. b.Piemia : infeksi dan abses pada organ-organ yang diserang yang didahului oleh terjadinya tromboflebitis. c.Tromboflebitis : perluasan invasi mikroorganisme pathogen yang mengikuti aliran darah vena disepanjang vena dan cabang-cabangnya Infeksi yang penyebarannya melalui pembuluh limfe a.Parametritis : infeksi yang terjadi di parametrium atau jaringan ikat sekitar uterus. b.Peritonitis : inflamasi pada peritoneum yang merupakan lapisan membran serosa rongga abdomen Infeksi yang penyebarannya melalui permukaan endometrium a.Salpingitis : reaksi inflamasi dan infeksi pada saluran tuba. b.Ooforitis : infeksi pada ovarium
b) Kelainan payudara saat nifas diantaranya adalah : Bendungan ASI adalah pembendungan ASI karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjer air susu yang tidak dikosongkan dengan sempurna dan dapat terjadi pada hari ke2 atau ke3 ketika payudara telah memproduksi ais susu. Bendungan ASI disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar karena bayi tidak sering menyusu,produksi ASI yang meningkat, bounding dengan bayi kurang dank arena pembatasan waktu untuk menyusui. Mastitis adalah infeksi dan peradangan parenkim kelenjer payudara . yang dapat disebabkan oleh kuman terutama staphylococcus auerus melalui luka pada putting susu. Mastitis bernanah dapat terjadi setelah minggu pertama post partum tetapi biasanya tidak sampai melewati minggu ke 3 dan minggu ke 4. Putting susu lecet adalah keadaan luka pada putting susu yang disebabkan karena cara menyusui yang salah, seperti perlekatan puting susu ibu dan mulut bayi yang kurang tepat sehingga bayi tidak mengisap dengan baik,ini dapat juga disebabkan oleh infeksi jamur yang terjadi di putting. 2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi terjadinya gangguan pada masa nifas a) Etiologi Infeksi masa nifas Bermacam-macam jalan masuk bakteri seperti eksogen ( bakteri datang dari luar), autogen (bakteri masuk dari tempat lain dalam tubuh), dan endogen (bakteri berasal dari njalan lahir sendiri). Bakteri-bakteri yang sering menyebabkan infeksi antara lain : a. Streptococcus haemoliticus anerobicadalah masuknya bakteri secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak steril, tangan penolong. b. b.Staphylococcus aureus adalah masuknya secara eksogen, infeksinya dalam tingkat sedang. Banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit. c. c.Escherichia coli, ini sering berasal dari kandung kemih dan rectum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva dan endometrium. Bakteri ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius. d. d.Clostridium welchii : bakteri ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit. b) Etiologi puting susu lecet Bayi tidak menyusu sampai ke kaleng payudara karena salah teknik menyusui Putting susu terpapar atau ada sisa bahan seperti sabun atau krim Penyakit moniliasi pada putting susu yang berasal dari moniliasis pada 3mulut bayi yang menular ke putting susu ibu. Frenulum lidah bayi yang pendek sehingga bayi susah mengisap dan hanya bisa mengisap sampai ke putting susu Teknik ibu dalam menghentikan bayi saat menyusu yang kurang tepat c) Etiologi bendungan ASI
3.
Pengosongan mamae yang tidak sempurna Factor hisapan bayi yang tidak efektif Cara menyusui yang salah Putting susu yang tebenam ASI yang diberikan tidak secara on demand Mahasiswa mampu menjelaskan patoogenesis gangguan pada masa nifas a) Pathogenesis Endometritis Terjadinya infeksi endometrium saat persalinan dimana bekas implantasi plasenta masih terbuka, terutama pada persalina terlantar atau persalinan dengan terjadinya tindakan kegugursn saat pemasangan alat rahim yang kurang legeartis.Kadangkadang lochea tertahan oleh darah , sisa plasenta dan selaput ketuban . keadaan ini dinamakan “lokeametra” dan dapat menyebabkan kenaikan suhu pada tubuh. Uterus pada endometritis akan terlihat membesar serta perabaan akan terasa lembek. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala pada gangguan masa nifas b) Patogenesis metritis Infeksi uterus pada persalinan pervaginam terutama terjadi pada tempat implantasi plasenta, desidua dan myometrium yang berdekatan. Bakteri yang berkoloni di serviks dan vagina mendapatkan akses ke cairan ketuban pada waktu persalinan dan pada saat post partum akan menginvasi tempat implantasi plasenta yang saat itu akan biasanya merupakan sebuah luka dengan diameter lebih kurang 4cm dengan permukaan luka yang bertempat benjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi thrombus. Daerah ini merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman-kuman pathogen.
4.
Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala pada gangguan masa nifas a)Endometritis
Tergantung dari asal infeksinya
Sedikit demam, nyeri yang samar-samar pada perut bagian bawah,kadang keluar nanah dari vagina dengan berbau khas yang tidak enak
Terdapat nyeri tekan pada daerah yang luka, kadang berbau busuk,nyeri pada perut dan susah BAK
Nyeri abdomen bagian bawah
Kadang terdapat pendarahan
Adanya abses pada tuba atau indung telur
c) Miometritis : demam,nyeri tekan pada uterus,pendarahan pada vagina dan nyeri perut bagian bawah d) Metritis Suhu tubuh >380C sampai 390C Mengigil, yang harus diwaspadai sebagai tanda adanya bacteremia Penderita mengeluhkan adanya nyeri abdomen yang pada pemeriksaan bimanual akan teraba agak besar, nyeri dan lembek Loke yang berbau menyengat e) Putting susu lecet : puting susu terlihat ada yang luka atau terkelupaa dan perih f) Bendungan ASI Mammae panas serta keras pada perabaan dan nyeri Putting susu sering datar sehingga sulit untuk menyusui Suhu meningkat 5.Mahasiswa mampu menjelaskan prinsip diagnosis pada gangguan masa nifas a) Diagnosa infeksi nifas 1. Temuan klinis melalui Anamnesa 2. Temuan klinis melalui pemeriksaan fisik Infeksi nifas dibagi atas 2 golongan yaitu : 1.
Infeksi
yang
terbatas
pada
perineum,
vulva,
vagina
dan
endometrium
Infeksi perineum, vulva, vagina dan serviks Temuan klinis melalui anamnesa dan pemeriksan fisik secara umum adalah : Rasa nyeri dan panas pada tempat infeksi, disuria dengan atau tanpa distensi urin Jahitan luka mudah lepas, merah dan bengkak Bila sekret atau cairan akibat peradangan bisa keluar, biasanya keadaan tidak berat. Suhu sekitar 38 C, nadi kurang dari 100 X / menit Bila luka terinfeksi, tertutup jahitan dan sekret atau cairan akibat peradangan tidak dapat keluar, demam bisa meningkat antara 39 – 40 C, kadang – kadang disertai menggigil 2.Penyebaran dari tempat-tempat infeksi melalui vena-vena, jalan limfe dan permukaan endometrium. Infeksi nifas yang penyebarannya melalui pembuluh darah yaitu :
1. Septikemia ◦
kelihatan sudah sakit dan lemah sejak awal
◦
keadaan umum jelek
◦
Menggigil
◦
nadi cepat 140 – 160 x per menit atau lebih
◦
suhu meningkat antara 39-40°C
◦
sesak nafas
◦
kesadaran turun
◦
gelisah.
2. Piemia ◦
Tidak lama post partum pasien sudah merasa sakit
◦
perut nyeri
◦
suhu tinggi, menggigil setelah kuman dengan emboli memasuki peredaran darah umum. Ciri khas: Berulang – ulang suhu meningkat disertai menggigil, diikuti oleh turunnya suhu lambat akan timbul gejala abses paru, pneumonia dan pleuritis
Infeksi nifas yang penyebarannya melalui jalan limfe antara lain : 1. Peritonitis ◦
Suhu badan tinggi
◦
nadi cepat dan kecil
◦
perut nyeri tekan (defence muskulare)
◦
pucat
◦
mata cekung yang disebut dengan muka hipokrates (facies hipocratica),
◦
kulit dingin Peritonitis yang terdapat dipelvis :
◦
Pasien demam,
◦
nyeri perut bawah,
◦
nyeri periksa dalam kavum douglasi menonjol karena adanya abses 2. Selvitis pelvika (parametrisis)
◦
Bila suhu tinggi menetap lebih dari satu minggu disertai rasa nyeri dikiri / di kanan dan nyeri pada periksa dalam
◦
Pemeriksaan dalam dapat diraba tahanan padat dan nyeri disebelah uterus
◦
Ditengah jaringan yang mengandung bisa timbul abses.
◦
Dalam keadaan ini suhu yang mula – mula tinggi menetap menjadi naik turun disertai menggigil. Infeksi nifas yang penyebaran melalui permukaan endometrium adalah salfingitis dan ooforitis
◦
nyeri tekan pada salah satu atau kedua sisi abdomen
◦
demam disertai menggigil
◦
pengeluaran sekret yang banyak dan kadang disertai pus.
c) Diagnosa masalah laktasi
Pada putting susu lecet akan ditemukan keluhan ibu berupa nyeri pada puting susu bahkan mengeluarkan darah, pada inspeksi akan ditemukan lecet pada putting susu dan bewarna kemerahan
Pada bendungan ASI akan ditemukan ibu mengeluh payudara terasa nyeri dan bengkak serta saan palpasi akan adanya nyeri tekan
6..Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pada gangguan masa nifas a) penatalaksanaan infeksi nifas 1. Metritis a. Tata Laksana Umum Berikan antibiotika sampai dengan 48 jam bebas demam: o Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam o Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam o Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam o Jika masih demam 72 jam setelah terapi, kaji ulang diagnosis dan o tatalaksana
Cegah dehidrasi. Berikan minum atau infus cairan kristaloid.
Pertimbangkan pemberian vaksin tetanus toksoid (TT) bila ibu dicurigai terpapar
tetanus
dalamvaginanya).
(misalnya
ibu
memasukkan
jamu-jamuan
ke
Jika diduga ada sisa plasenta, lakukan eksplorasi digital dan keluarkan bekuan serta sisa kotiledon. Gunakan forsep ovum atau kuret tumpul besar bila perlu
o Jika tidak ada kemajuan dan ada peritonitis (demam, nyeri lepas dan nyeri abdomen), lakukan laparotomi dan drainaseabdomen bila terdapat pus. o Jika uterus terinfeksi dan nekrotik, lakukan histerektomi subtotal. o Lakukan pemeriksaan penunjang: o Pemeriksaan darah perifer lengkap termasuk hitung jenis leukosit o Golongan darah ABO dan jenis Rh o Gula Darah Sewaktu (GDS) o Analisis urin o Kultur (cairan vagina, darah, dan urin sesuai indikasi) o Ultrasonografi (USG) untuk menyingkirkan kemungkinan adanya sisa plasenta dalam rongga uterus atau massa intra abdomen-pelvik o Periksa suhu pada grafik (pengukuran suhu setiap 4 jam) yang digantungkan pada tempat tidur pasien. o Periksa kondisi umum: tanda vital, malaise, nyeri perut dan cairan per vaginam setiap 4 jam. o Lakukan tindak lanjut jumlah leukosit dan hitung jenis leukosit per 48 jam. o Terima, catat dan tindak lanjuti hasil kultur. o Perbolehkan pasien pulang jika suhu < 37,50 C selama minimal 48 jam dan hasil pemeriksaan leukosit < 11.000/mm3. b. Tata Laksana Khusus : 2. Abses Pelvis a. Tatalaksana umum : b. Tatalaksana Khusus ◦
Berikan antibiotika kombinasi sebelum pungsi dan drain abses sampai 48 jam bebas demam:
• Ampisilin 2 g IV setiap 6 jam • Ditambah gentamisin 5 mg/kgBB IV tiap 24 jam • Ditambah metronidazol 500 mg IV tiap 8 jam ◦
Jika kavum Douglas menonjol, lakukan drain abses, jika demam tetap tinggi, lakukan laparotomi.
3. Infeksi luka perineum dan luka abdominal A. Abses, seroma dan hematoma pada luka a. Tatalaksana umum Kompres luka dengan kasa lembab dan minta pasien mengganti
kompres sendiri setiap 24 jam. Jaga kebersihan ibu, minta ibu untuk selalu mengenakan baju dan
pembalut yang bersih. b. Tatalaksana khusus
Jika terdapat pus atau cairan, bukalah luka dan lakukan drainase.
Angkat kulit yang nekrotik, jahitan subkutis dan buat jahitan situasi. Jika terdapat abses tanpa selulitis, tidak perlu diberikan
antibiotika. Bila infeksi relatif superfisial, berikan ampisilin 500 mg per oral
selama 6 jam dan metronidazol 500 mg per oral 3 kali/hari selama 5 hari. 4. Mastitis a. Tatalaksana Umum ◦
Ibu sebaiknya tirah baring dan mendapat asupan cairan yang lebih banyak.
◦
Sampel ASI sebaiknya dikultur dan diuji sensitivitas.
b. Tatalaksana Khusus ◦
Berikan antibiotika :
Kloksasilin 500 mg per oral per 6 jam selama 10-14 hari ATAU eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10-14 hari
◦
Dorong ibu untuk tetap menyusui, dimulai dengan payudara yang tidak sakit. Bila payudara yang sakit belum kosong setelah menyusui, pompa payudara untuk mengeluarkan isinya.
◦
Kompres dingin pada payudara untuk mengurangi bengkak dan nyeri.
◦
Berikan parasetamol 3 x 500 mg per oral.
◦
Sangga payudara ibu dengan bebat atau bra yang pas.
◦
Lakukan evaluasi setelah 3 hari.
7.Mahasiswa mampu menjelaskan komplikasi gangguan masa nifas a) Komplikasi infeksi masa nifas ◦
Peritonitis adalah peradangan selaput rongga perut
◦
Trombofeblitis pelvika adalah bekuan darah dalam vena panggul dengan resiko terjadinya emboli pulmoner
◦
Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri didalam darah. Syok toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat bahkan menyebabkan kematian.
b) Komplikasi masalah laktasi ◦
Bendungan ASI
: Abses,penghentian menyusui dini,mastitis berulang dan
infeksi jamur ◦
Mastitis : Berlanjut ke abses payudara
◦
Abses Payudara : cacat payudara,sulit memberikan ASI,beresiko sepsis, nyeri kronis payudara dan pembentukan jaringan parut pada payudara
8.Mahasiswa mampu menjelaskan pencegahan pada gangguan masa nifas 1. Masa kehamilan a) Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu. b) Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu. Koitus pada hamil tua hendaknya dihindari atau dikurangi dan dilakukan
hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir. 2. Selama persalinan Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman-
kuman dalam jalan lahir : a) Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut. b) Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin. c) Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun perabdominam dibersihkan, dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas. d) Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah. e) Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin. f) Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama. g) Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
b) Selama nifas a) Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril. b) Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat. c) Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.
9.Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan kebidanan pada gangguan masa nifas a) ASKEB bendungan ASI
Cari penyebab putting lecet
Putting susu yang sakit diistirahatkan untuk sementara waktu
Selama putting susu diistirahatkan anjurkan ibu tetap mengeluarkan ASI dengan tangan dan tidak dianjurkan dengan alat pompa karena nyeri
Berikan KIE tentang perawatan payudara dan cara menyusui yang benar
Menjelaskan ibu tentang nutrisi yang diperlukan selama masa nifas
b)ASKEB pada infeksi nifas Membangun hubungan saling percaya antara ibu dan bidan Memberitau ibu mengenai hasil pemeriksaan Menjelaskan ibu tentang kondisi yang dialaminya saat ini Beri KIE tentang keluhan yang dialaminya Menganjurkan ibu banyak istirahat Berikan cairan atau penuhi kebutuhan dasar ibu Ajarkan ibu tentang kebersihan dirinya terutama pada vulva untuk menghindarimasuknya kuman
DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo, Sarwono dkk. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan dan Neonatal. Jakarta:YBBPS. Ambarwati,E.2008. Asuhan Kebidanan Nifas.Yogyakarta:MitraCendekia. Khaidir, M. 2009. Asuhan Keperawatan Dengan Infeksi Nifas. Cunningham, Gary F., dkk. (2005).Obstetri Williams. Ed 21. Jakarta : EGC Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba Medika
Maternal