Laporan Udang Vannamei [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

1



PENDAHULUAN



Latar Belakang Ilmu mengenai perikanan di Indonesia relatif masih baru. Akhir-akhir ini ilmu tentang perikanan banyak dipelajari mengingat ikan merupakan salah satu sumberdaya yang penting. Ikan merupakan salah satu jenis hewan vertebrata yang bersifat poikilotermis, memiliki ciri khas pada tulang belakang, insang dan siripnya serta tergantung pada air sebagai medium untuk kehidupannya. Ikan memiliki kemampuan di dalam air untuk bergerak dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah angin. Biologi perikanan merupakan matakuliah pilihan yang membahas tentang sejarah kehidupan ikan dan dinamika populasi ikan. Sejarah kehidupan ikan yang dibahas antara lain proses fisiologi (morfologi, meristik dan morfometrik), reproduksi dan seksualitas, pertumbuhan, kebiasaan makan, tingkah laku ikan dan pengantar dinamika populasi ikan. Indonesia memiliki banyak sektor usaha yang sangat potensial untuk dikembangkan, salah satunya adalah usaha budidaya udang. Jenis udang yang cukup populer di Indonesia adalah udang vannamei karena metode pemeliharaan yang relatif mudah dan dapat disesuaikan dengan kondisi serta karakteristik lahan masing-masing. Udang ini resmi diizinkan masuk ke Indonesia melalui Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan RI No. 41/2001. Hal ini mendorong masyarakat pembudidaya untuk beralih produksidari udang windu ke udang vannamei. Udang merupakan salah satu komoditas utama dalam program industrialisasi perikanan budidaya dan merupakan andalan ekspor produk perikanan budidaya disamping ikan tuna, tongkol, cakalang dan rumput laut. ASEAN Free Trade Zone (AFTA) yang akan diterapkan pada tahun 2015, mendorong peningkatan kualitas produk dalam negeri. Salah satu komoditas unggulan yang saat ini menjadi pilihan pembudidaya udang adalah udang vaname. Rata-rata pertumbuhan produksi udang vaname di Indonesia sekitar 25 persen/tahun antara tahun 2005 hingga 2010. Presentase peningkatan produksi



2



tahun 2012 mencapai 32,87%, dari 400.385 ton pada tahun 2011 menjadi 457.600 ton pada tahun 2012 dan pada tahun 2014, ditargetkan adanya peningkatan produksi sebesar 200 ribu ton. Udang



vaname



(Litopenaeus



vannamei)



merupakan



salah



satu



pengembangan budidaya yang sangat cocok untuk dilakukan. Beberapa keunggulan dalam budidaya udang vaname yaitu: pertumbuhan cepat, hidup pada kolom perairan sehingga dapat ditebar dengan densitas tinggi, lebih resisten terhadap kondisi lingkungan dan penyakit, dan paling digemari di pasar internasional . Selain itu udang vaname memiliki sifat eurihalin yaitu mampu hidup di lingkungan perairan salinitas rendah dengan kisaran salinitas 0,5 ppt hingga 40 ppt. Tujuan Praktikum Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah sebagai berikut : 1.



Untuk mengetahui morfologi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)



2.



Untuk



mengetahui



distribusi



dan



kondisi



Udang



Vaname



(Litopenaeus vannamei) 3.



Untuk mengetahui hubungan panjang bobot Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)



Manfaat Praktikum Manfaat dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu memahami tentang distribusi dan kondisi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei)serta mengetahui hubuhngan panjang bobot Udang Vaname (Litopenaeus vannamei). Laporan ini juga disajikan sebagai sumber ilmu bagi mahasiswa/i yang membutuhkan.



3



TINJAUAN PUSTAKA



Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Udang



adalah



komoditas



perikanan



andalan



Indonesia



yang



menjadikomoditas ekspor. Terdapat beberapa jenis udang yang banyak dipelihara petambak di Indonesia, yaitu udang windu, udang vaname, udang api-api, udang putih, dan udang galah. Udang budidaya yang dikaitkan dengan pasar eksporIndonesia adalah udang windu dan udang vaname, sedangkan jenis udang lainnya digunakan untuk keperluan pasar dalam negeri. Program revitalisasi udang tahun 2005 menyatakan bahwa luas tambak udang windu air payau dengan luas 140 ha (40% dari luas tambak air payau) dialihkan ke udang vaname dengan target 600 - 1500 kg/tahun, dan tambak udang windu dengan luas 8.000 ha dialihkan ke udang vaname dengan target 20-30 to/tahun (Anggraeni, 2017). Udang air tawar yang meliputi tiga family, yaitu Atyidae, Palaemonidae dan Alpheidae. Udang air tawar di Indonesia yang sering dijumpai yaitu family Atyidae



dan



Palaemonidae.



Family



Palaemonidae



khususnya



genus



Macrobrachium merupakan salah satu genera dengan tingkat keragaman tinggi dari crustacea air tawar dengan sekitar 240 spesies yang telah dideskripsi. Macrobrachium scabriculum tersebar di bagian timur Afrika dan, serta kawasan Indo-West Pasifik meliputi Sri Lanka, India Selatan, Semenanjung Malaysia, Pulau tioman, Singapura dan wilayah pesisir Samudera Hindia dari Sumatera hingga Serawak di perbatasan Kalimantan. Jenis ini juga pernah dilaporkan di Pulau Mindanao dan Bohol yang ada (Dwiyanto et al., 2017). Udang vaname merupakan salah satu jenis udang penaeid yang tubuhnya terdiri dari 19 segmen. Lima segmen membentuk kepala, delapan segmen terletak di dada dan enam segmen di perut. Kepala dan dada yang menyatu disebut cephalothorax, atau dikenal sebagai pereon. Pada ruas kepala terdapat mata majemuk yang bertangkai dan memiliki dua buah antena (antena dan antennulae) yang memeiliki fungsi sensorik. Pada bagian kepala terdapat mandibula yang berfungsi untuk menghancurkan makanan yang keras dan dua pasang maxilla yang berfungsi membawa makanan ke mandibula (Prayugi, 2014).



4



Udang Vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodic. Pergantian kulit atau moulting adalah bagian tubuh udang Vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan makan, bergerak, dan membenamkan diri kedalam lumpur atau burrowing, dan memiliki organ sensor, seperti pada antenna dan antenula. Kepala udang Vannamei terdiri dari antena, antenula, dan 3 pasang maxilliped . Kepala udang Vannamei juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan periopoda. Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit atau dactylus. Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas.Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang atau disebut pleopoda kaki renang dan sepasang uropods ekor yang membentuk kipas bersama-sama telson(Fariyanto, 2012). Ciri khas dari udang vaname adalah pada rostrum terdapat dua gigi di sisi ventral, dan sembilan gigi di sisi dorsal. Badan udang vaname tidak terdapat rambut-rambut halus (setae). Pada jantan, petasma memiliki panjang 12 mm yang tumbuh dari ruas pertama dari kaki jalan dan kaki renang (coxae). Pada betina thelycum terbuka berupa cekungan yang ditepinya banyak ditumbuhi oleh bulubulu halus, terletak dibagian ventral dada, antara ruas kaki jalan ketiga dan keempat (Prayugi, 2014). Daur Hidup Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Udang Vannamei adalah udang asli dari perairan amerika latin yang kondisi iklimnya subtropis. Di habitat alaminya dia suka hidup pada kedalaman kurang lebih 70 meter. Udang Vannamei bersifat nocturnal, yaitu aktif mencari makan pada malam hari. Proses perkainan pada udang Vannamei ditandai dengan loncatan betina secara tiba-tiba. Pada saat meloncat tersebut, betina mengeluarkan sel-sel telur. Pada saat yang bersamaan, udang jantan mengeluarkan sperma sehingga sel telur dan sperma bertemu. Proses perkawinan berlangsung kira-kira satu menit. Sepasang udang Vannamei berukuran 30 - 45 gram dapat menghasilkan telur sebanyak 100.000-250.000 butir (Fariyanto, 2012). Udang vannamei hidup pada kisaran salinitas yang luas (euryhaline) yaitu antara 2 - 40 ppt dan bersifat nokturnal atau aktif pada malam hari. Udang



5



termasuk golongan omnivora atau pemakan segalanya. Proses moulting (pergantian kulit) tergantung pada umur udang. Sebelum proses moulting, nafsu makan udang akan menurun. Umumnya moulting berlangsung pada saat malam hari. Adapun faktor yang memengaruhi moulting yaitu kondisi lingkungan (Megawati, 2017). Siklus hidup udang Vannamei sebelum ditebar di tambak yaitu stadia naupli, stadia zoea, stadia mysis, dan stadia post larva. Pada stadia naupli larva berukuran 0,32 - 0,59 mm, sistim pencernaanya belum sempurna dan masih memiliki cadangan makanan berupa kuning telur. Stadia zoea terjadi setelah larva ditebar pada bak pemeliharaan sekitar 15 - 24 jam. Larva sudah berukuran 1,05 3,30 mm dan pada stadia ini benih mengalami 3 kali moulting. Pada stadia ini pula benih sudah bisa diberi makan yang berupa artemia. Pada stadia mysis, benih udang sudah menyerupai bentuk udang (Fariyanto, 2012). Distribusi Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) Udang vaname atau disebut udang putih ini berasal dari pantai Timur Laut PasifIk Sonora, Mexico Utara dan Amerika Selatan dan Tengah, suatu area dimanatemperatur air laut secara umum berada di atas 20oC sepanjang tahun. Populasi vaname dikenal juga populasi yang domestikasi yaitu populasi yang dapat dibudidayakan sepanjang tahun di wilayah tersebut. Ini dikarenakan jenis udang ini relatif lebih mudah dibudidayakan dan persediaannya juga telah tersebar di seluruh penjuru dunia (Panjaitan, 2012). Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan di Amerika Latin. Udang ini masuk ke Indonesia pada tahun 2000 untuk menggantikan udang windu yang pada saat itu mengalami penurunan hasil produksi. Udang vaname adalahsalah satu dari lima komoditas unggulan marikultur di Indonesia. Pertumbuhan produksi udang Asia antara tahun 2010 2014 mengalami pasang surut. Dibandingkan beberapa negara Asia seperti China, Thailand, Vietnam, dan India, Sebenarnya Indonesia berada pada posisi tingkat produksi udang yang stabil. Tetapi pertumbuhannya masih rendah yaitu sebesar 2,80% pertahun (Sumadikarta, 2015). Udang di alam memiliki dua fase kehidupan, yaitu kehidupan di kawasan estuary dan laut lepas sampai kedalaman 1000 m untuk udang Penaeidae atau



6



kehidupan di estuari dan sungai/air tawar untuk udang Palaemonidae . Oleh karena itu udang dikenal sebagai spesies amphibiotic/amphidromy. Untuk mencapai stadia dewasa dan melengkapi siklus hidupnya, udang mengalami beberapa kali proses pergantian kulit (moulting) dan perkembangan stadia. Siklus hidup udang dimulai dari telur yang dihasilkan oleh indukinduk udang dewasa yang matang telur di daerah pemijahan (spawning ground). Daerah pemijahan udang Penaeidae berada di laut lepas dengan kadar salinitas yang tinggi. Telurtelur



akan



menetas



menjadi



larva



yang



bersifat



planktonik.



Proses



perkembanganlarva ini dimulai dari stadia nauplius dan pasca larva. Sementara itu, udang Palaemonidae umumnya memijah di daerah sungai. Telur menetas dan terhanyut dibawa arus sungai menuju estuari. Di daerah estuari terjadi perkembangan larva sampai menjadi yuwana dan selanjutnya melakukan migrasi kembali ke daerah sungai (Kembaren dan Suprapto, 2011). Sebaran Frekuensi Panjang dan Hubungan Panjang Berat Udang Vaname (Litopenaeus vanammei) Sebaran frekuensi panjang karapas diperoleh dengan mentabulasikan data panjang karapas dalam table distribusi frekuensi dengan selang kelas 5mm. Pendugaan ukuran matang gonad (length at maturity/Lm) dan ukuran tertangkap (length at capture/Lc) dilakukan dengan pendekatan fungsi logistik. Ukuran matang gonad dinyatakan dengan ukuran pada saat 50% lobster betina membawa telur (size at 50% ovigerous) dan ukuran pertama kali tertangkap dalam ukuran pada saat 50% lobster tertangkap (Lc 50%). Keseimbangan nisbah kelamin dilakukan dengan uji chi-kuadrat (Kembaren dan Nurdin, 2014). Frekuensi panjang karapas udang putih yang didapat sebagian besar udang yang tertangkap di Kotabaru berukuran lebih kecil yang dapat disebabkan oleh perbedaan alat tangkap dan perbedaan karakteristik biologi udang.Ukuran ratarata pertama kali matang gonad (Lm) udang putih di daerah penelitian sebesar 35,3 mmCL atau memiliki berat sebesar 37 gram yang berarti terdapat 27 ekor udang dalam 1 kg. Ukuran rata-rata pertama kali matang gonad tersebut dapat digunakan



sebagai



(Tritadanu et al., 2017).



salah



satu



indikator



tekanan



penangkapan



7



Hubungan panjang-bobot (HPB) adalah faktor penting dalam studi biologi ikan dan pendugaan stok. Persamaan ini membantu dalam menduga bobot ikan dari panjangnya. Biomassa ikan sering dihitung dari kelimpahan melalui panjang dengan menggunakan HPB. Telah banyak peneliti yang mengemukakan tentang HPB ikan-ikan di suatu kawasan/perairan(Rahardjo dan Simanjuntak 2012). Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan berat dan panjang hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda beda. Nilai eksponen dari 398 populasi ikan berkisar antara 1,2 sampai 4,0. Namun kebanyakan dari harga b berkisar dari 2,4 sampai 3,5. Bilamana nilai b sama dengan 3 menunjukkan bahwa pertumbuhan ikan tidak berubah ikan. Pertambahan panjang ikan seimbang dengan pertambahan beratnya, pertumbuhan demikian disebut pertumbuhan isometrik. Sedangkan bila b lebih besar atau lebih kecil dari 3 maka dinamakan pertumbuhan alometrik. Bila n lebih kecil dari 3 menunjukkan keadaan ikan yang kurus, dimana pertambahan panjangnya lebih cepat dari pertambahan beratnya. Kalau harga b lebih besar dari 3 menunjukkan ikan tersebut montik atau gemuk, yaitu pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjangnya (Tamsil, 2000). Panjang karapas diukur dengan menggunakan mistar sorong yang berketelitian 0,02 mm. Pengukuran panjang karapaks dimulai dari anterior sampai dengan ujung posterior karapaks setelah itu dilakukan penimbangan bobot. Pengambilan sampel dilakukan sekali dalam seminggu. Hasil tangkapan yang diambil adalah secara acak bertingkat (random sampling). Parameter a dan b diperoleh melalui analisis regresi linear dengan input log L sebagai variabel bebas (x) dan log W sebagai variabel tak bebas (y) sehingga didapatkan persamaan regresi y = a + bx. Koefisien determinasi dan korelasi juga dapat ditentukan melalui persamaan. Selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dimana thitung akan dibandingkan dengan ttabel dengan menggunakan selang kepercayaan 95%. Pengambilan keputusannya adalah tolak H0 jika thitung > ttabel, atau gagal tolak H0 jika t hitung < t tabel (Kantun, 2011).



8



Faktor Kondisi Udang Putih (Litopenaeus vanammei) Faktor kondisi adalah suatu angka yang menunjukkan kegemukan ikan. Dari sudut pandang nutrisional, faktor kondisi merupakan akumulasi lemak dan perkembangan gonad. Faktor kondisi secara tidak langsung menunjukkan kondisi fisiologis ikan yang menerima pengaruh dari faktor intrinsik (perkembangan gonad dan cadangan lemak) dan faktor ekstrinsik (ketersediaan sumberdaya makanan dan tekanan lingkungan. Selain menunjukkan kondisi ikan, faktor kondisi memberikan informasi kapan ikan memijah. Faktor kondisi berguna dalam mengevaluasi nilai penting berbagai area tempat pemijahan ikan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa faktor kondisi memperlihatkan sebagai suatu instrumen yang efisien dan menunjukkan perubahan kondisi ikan sepanjang tahun. Oleh karena itu studi tentang faktor kondisi penting bagi pemahaman siklus hidup ikan dan memberikan kontribusi pada pengelolaan ikan, dan dengan demikian memberikan kontribusi pada pengelolaan keseimbangan ekosistem yang ada (Rahardjo dan Simanjuntak, 2012). Salah satu derivat terpenting dari pertumbuhan ialah faktor kondisi atau faktor ponderal atau sering disebut juga faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segoi kapasitas fisik untuk survival dan reproduksi. Selanjutnya dikemukakan bahwa selama dalam pertumbuhan, tiap pertambahan berat material ikan akan bertambah panjang dimana perbandingan liniernya akan tetap. Dimana dalm hal ini dianggap bahwa berat ikan yang ideal sama dengan pangkat tiga dari panjangnya dan ini berlaku untuk ikan besar maupun ikan kecil (Tamsil, 2000). Nilai faktor kondisi sering bervariasi dan hal ini dipengaruhi oleh jenis kelamin. Selain itu nilai faktor kondisi juga tergantung kepada jumlah organisme yang ada didalam suatu perairan, ketersediaan makanan didalam perairan tersebut, dan kondisi lingkungan perairan itu sendiri. nilai faktor kondisi akan meningkat pada saat gonad ikan terisi oleh sel-sel kelamin dan akan mencapai nilai terbesar sesaat sebelum terjadi pemijahan (Sangadji, 2016). Kondisi Perairan Udang Putih (Litopenaeus vanammei) Kondisi perairan sangat menentukan kelimpahan dan penyebaran organisme di dalamnya, akan tetapi setiap organisme memiliki kebutuhan dan



9



preferensi lingkungan yang berbeda untuk hidup yang terkait dengan karakteristik lingkungannya. Setidaknya ada tiga alasan utama bagi ikan untuk memilih tempat hidup yaitu 1) yang sesuai dengan kondisi tubuhnya, 2) sumber makanan yang banyak, 3) cocok untuk perkembangbiakan dan pemijahan. Pemahaman tentang biologi ikan sangatlah penting dimulai dengan pengetahuan yang baik tentang perkembangan awal daur hidup ikan, baik ekologi maupun kehidupannya. Pentingnya aspek ini karena mempunyai keterkaitan dengan fluktuasi ikan, bahkan kelangsungan hidup dari spesies itu sendiri (Anwar, 2008). Kualitas lingkungan berpengaruh terhadap aspek biologi reproduksi ikan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Beberapa faktor lingkungan yang penting antara lain adalah ruang, aliran air dan kualitas air baik fisik maupun kimia. Kisaran kualitas air yang optimal bervariasi antara suhu spesies dengan spesies yang lain., Bahkan akan berbeda meskipun masih pada spesies yang sama, apabila ikan berada pada tempat dan kondisi yang berbeda. Beberapa peubah kualitas air yang penting antara lain adalah suhu, oksigen terlarut, keasaman (pH), salinitas, nitrit, amoniak, kekeruhan dan kecerahan. Kandungan oksigen dalam air sangat penting bagian kehidupan dan pertumbuhan ikan terutama dalam proses metabolisme (Tamsil, 2000). Keanekaragaman udang dalam suatu perairan menunjukkan kondisi lingkungan tersebut, apakah dapat mendukung atau tidaknya kelangsungan hidup suatu populasi jenis udang. Sifat fisik dan kimia perairan yang khas menunjukkan kondisi lingkungan yang bervariasi sehingga menyebabkan organisme yang hidup di perairan tersebut memiliki kekhasan pula (Rahmi et al., 2016). Udang putih merupakan udang yang mampu bertahan hidup dalam lingkungan air payau dan air tawar, tetapi budidaya udang galah masih memiliki masalah, udang putih menggunakan energi



yang cukup tinggi



untuk



mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuhnya agar seimbang dengan media hidupnya. Sebagian besar udang putih mempunyai kemampuan yang kuat dalam mengatur osmoregulasi pada lingkungan air tawar maupun pada lingkungan dengan salinitas yang berbeda, namun akan kehilangan kemampuannya pada salinitas tinggi (Ipandri, 2017).



10



METODOLOGI



Tempat dan Waktu Praktikum Praktikum ini dilakukan pada hari Rabu, 28 November 2018 pukul 11.0012.00 WIB dan praktikum ini dilakukan di Laboratorium Lingkungan Perairan.Program studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Alat dan Bahan Praktikum Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain nampan yang digunakan sebagai wadah untuk meletakkan udang, millimeter blok yang digunakan untuk mengukur panjang dan tinggi udang, timbangan analytic digunakan untuk mengukur berat udang, serbet digunakan untuk membersihkan meja praktikum, alat tulis untuk mencatat hasil praktikum, dan terakhir adalah kamera yang digunakan untuk mendokumentasikan setiap kegiatan praktikum. Bahan



yang digunakan pada praktikum ini yaitu udang putih



(Litopenaeus Vanammei) sebagai bahan utama objek penelitian, handwash yang digunakan untuk mencuci tangan serta mencuci alat-alat praktikum, dan tisu yang digunakan untuk mengeringkan alat praktikum setelah dicuci. Prosedur Praktikum Prosedur dari praktikum ini adalah sebagai berikut: 1.



Diambil udang air tawar dari kolam perpustakaan Universitas Sumatera Utara menggunakan jaring kecil sebanyak 100 ekor.



2.



Disiapkan alat dan bahan yang telah tersedia



3.



Di ukur panjang karapas udang putih dengan menggunakan millimeter blok



4.



Di ukur berat udang putih dengan menggunakan timbangan analitik



5.



Dicatat hasilnya dan didokumentasikan gambar nya sampai udang putih yang ke-100.



11



Prosedur Pengolahan Data Prosedur pengolahan data panjang dan bobot udang air tawar adalah sebagai berikut: 1. Dibuka tampilan dekstop



2. Dibuka Ms. Excel pada tampilan desktop



3. Dimasukkan data panjang dan bobot udang yang telah diberi nama Mhd Rizky Ramadhan (170302048)



12



4. Di klik data dan pilih data analysis, maka akan mucul kotak dialog seperti dibawah ini dan pilih “regression” pada kotak dialog kemudian klik “OK”.



5. Di input nilai Y range dengan memblok data panjang udang, sehingga akan muncul tampilan seperti dibawah ini:



6. Di input nilai X range dengan memblok data bobot udang, sehingga akan muncul tampilan seperti dibawah ini:



13



7. Di klik output range pada output optios dan pilih disembarang kolom untuk meletakkan hasil data analysis kemudian klik “OK”.



8. Ditampilkan hasil data analysis sebagai berikut:



9. Dibuat grafik dengan mengeklik insert, kemudian scatter dan grafik 1 kemudian akan tampil grafik seperti dibawah ini:



14



10. Di klik kanan kemudian klik kanan select data klik add dan isi kolom X dengan memblok kolom panjang karapas udang dan kolom Y dengan memblok kolom berat udang. Maka akan tampil grafik seperti dibawah ini:



11. Di klik garis dan klik kanan kemudian pilih opsi “Delete” untuk menghapus garis pada grafik. Kemudian klik kanan pada grafik dan pilih “Add trendline”. Pada “Trend type” pilih power dan ceklis “display equations on chart” dan “Display R-Squared value on chart”, kemudian klik close maka akan tampil grafik seperti dibawah ini:



15



12. Di klik nilai Y dan R kemudian klik kanan dan pilih “Format Trendline Label”. Setelah itu pilih “Number” dan ketik angka 5 pada kolom “Decimal places”. Kemudian close dan akan muncul grafik seperti dibawah ini:



13. Pada sheet 2 buat kembali data panjang dan bobot udang air tawar, kemudian masukkan nilai a dan b pada grafik yang telah didapat dan buat juga kolom FK untuk mencari nilai FK.



16



14. Dicari nilai FK dengan menggunakan rumus FK= W/aLb. Maka akan didapat hasil FK dan diurutkan dari yang terkecil sampai ke nilai terbesar dengan mengeklik “Short and Filter” dan pilih “Short A to Z” dan cari rata-ratanya, maka akan tampil sebagai berikut:



17



HASIL DAN PEMBAHASAN



Hasil Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut:



Gambar. 1. Hubungan Panjang dan Bobot Udang Air Tawar Tabel 1.Faktor Kondisi Udang Air Tawar Nilai FK 1.222435147



Nilai FK 1-3 menunjukkan bahwa udang air tawar atau udang putih ini memiliki tubuh yang kurang pipih. Berarti nilai FK=1.222435147 menunjukkan bahwa udang memiliki tubuh yang kurang pipih.



Tabel 2.Koefisien Relasi Udang Air Tawar Nilai Koefisien Relasi 0.049759117



Keterangan



Keterangan



Koefisien relasi 0-0,19 menyatakan bahwa hubungan antara lingkungan dengan udang air tawar sangatlah lemah.



Tabel 3.Nilai Uji T. Hitung dan T. Tabel Nilai Uji T. Hitung dan T. Tabel T. Hitung = -1.798641442 T. Tabel = 1.983971466



Keterangan T. Hitung lebih kecil dari T. Tabel yang berarti pola pertumbuhan dari udang putih tersebut adalah isometrik dengan tingkat kepercayaan 95%.



18



Pembahhasan Udang Vannamei yang berasal dari kolam perpus memiliki tubuh berbukubuku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodic.Hal ini sesuai dengan Fariyanto (2012) yang menyatakan bahwaUdang Vannamei memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar atau eksoskeleton secara periodic. Pergantian kulit atau moulting adalah bagian tubuh udang Vannamei sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan makan, bergerak, dan membenamkan diri kedalam lumpur atau burrowing, dan memiliki organ sensor, seperti pada antenna dan antenula. Kepala udang Vannamei terdiri dari antena, antenula, dan 3 pasang maxilliped . Kepala udang Vannamei juga dilengkapi dengan 3 pasang maxilliped dan 5 pasang kaki berjalan periopoda. Maxilliped sudah mengalami modifikasi dan berfungsi sebagai organ untuk makan. Pada ujung peripoda beruas-ruas yang berbentuk capit atau dactylus. Dactylus ada pada kaki ke-1, ke-2, dan ke-3. Abdomen terdiri dari 6 ruas.Pada bagian abdomen terdapat 5 pasang atau disebut pleopoda kaki renang dan sepasang uropods ekor yang membentuk kipas bersama-sama telson. Nilai koefisien relasi dari udang putih yang berasal dari kolam perpus adalah 0.049759117 yang memiliki arti bahwa lingkungan tempat udang putih hidup memiliki pengaruh yang sangat lemah terhadap pertumbuhan ikan. Hal ini sama dengan kemampuan adaptasi dari udang putih yaitu tidak terpengaruh oleh kondisi perairan yang tercemar sehingga udang dapat bertumbuh dengan baik. Hal ini sesuai dengan Rahmi (2016) yang menyatakan bahwa Nilai faktor kondisi ikan di suatu perairan bervariasi.Variasi nilai faktor kondisi tergantung pada makanan, umur, jenis kelamin dan kema-tangan gonad, dan kondisi lingkungan perairan.Kondisi lingkungan perairan kolam perpus yang tercemar memiliki pengaruh yang sangat lemah terhadap pertumbuhan panjang dan bobot udang putih yang ada di perairan tersebut.Faktor kondisi menunjukkan keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk sintasan dan reproduksi.Faktor kondisi dihitung dengan menggunakan sistem metrik berdasarkan hubungan panjang bobot ikan sampel. Dari hasil praktikum ini didapat nilai T. hitung dan T. tabel yaitu T. Hitung = -1.798641442 dan T. Tabel



= 1.983971466. hal ini menunjukkan



19



bahwa pertumbuhan pada udang putih yang berasal dari perairan kolam perpus adalah



isometric.



Pertumbuhan



isometric



adalah



pertumbuhan



dimana



pertumbuhan panjang dan bobot sama. Hal ini sesuai dengan Kantun (2011) yang menyatakan bahwa pengujian hipotesis dimana thitung akan dibandingkan dengan ttabel dengan menggunakan selang kepercayaan 95%. Pengambilan keputusannya adalah tolak H0 jika thitung > ttabel, atau gagal tolak H0.Artinya jika H0 ditolak artinya



pertumbuhan



yang dimaksud



adalah pertumbuhan isomeric.Jika



pertambahan bobot seimbang dengan pertambahan panjang maka pertum-buhan ikan bersifat isometric. Ciri khas dari udang vaname adalah pada rostrum terdapat dua gigi di sisi ventral, dan sembilan gigi di sisi dorsal. Hal ini sesuai dengan Prayugi (2014) yang menyatakan bahwaCiri khas dari udang vaname adalah pada rostrum terdapat dua gigi di sisi ventral, dan sembilan gigi di sisi dorsal. Badan udang vaname tidak terdapat rambut-rambut halus (setae). Pada jantan, petasma memiliki panjang 12 mm yang tumbuh dari ruas pertama dari kaki jalan dan kaki renang (coxae). Pada betina thelycum terbuka berupa cekungan yang ditepinya banyak ditumbuhi oleh bulu-bulu halus, terletak dibagian ventral dada, antara ruas kaki jalan ketiga dan keempat (Prayugi, 2014). Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah faktor kondisi. Pada hasil dari pengolahan data yang dilakukan didapati bahwa tidak terdapat selisih atau jarak yang jauh dari angka antara udang air tawar terebut. Hal ini sesuai dengan Rahardjo dan Simanjuntak (2012) yang menyatakan bahwa faktor kondisi adalah suatu angka yangmenunjukkan kegemukan ikan.Dari sudut pandangnutrisional, faktor kondisi merupakan akumulasilemak dan perkembangan gonad.Faktor kondisi secara tidak langsungmenunjukkan kondisi fisiologis ikan yangmenerima pengaruh dari faktor intrinsik (perkembangangonad dan cadangan lemak) danfaktor



ekstrinsik



(ketersediaan



sumberdaya



makanandan



tekanan



lingkungan.Selainmenunjukkan kondisi ikan, faktor kondisi memberikaninformasi kapan ikan memijah. Faktor kondisiberguna dalam mengevaluasi nilai pentingberbagai area tempat pemijahan ikan.



20



KESIMPULAN DAN SARAN



Kesimpulan Kesimpulan dari praktikum ini adalah sebagai berikut : 1. Udang air tawar (Litopenaeus Vanammei) ditemukan pada sungai yang dangkal, arus cepat dengan substrat berpasir dan badan sungai ditutupi olehvegetasi. Litopenaeus Vanammeidikoleksi di antara akar tumbuhan air dan seresah tumbuhan. Jenis ini biasa ditemukan pada sungai dengan aliran air yang cepat dan kumpulan bebatuan kecil. Litopenaeus Vanammei. ditemukan pada wilayah sungai dengan tutupan vegetasi yang tinggi. 2. Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan udang asli perairan di Amerika Latin. Udang ini masuk ke Indonesia pada tahun 2000. Udang putih merupakan udang yang mampu bertahan hidup dalam lingkungan air payau dan air tawar, tetapi budidaya udang galah masih memiliki masalah, udang putih menggunakan energi yang cukup tinggi untuk mempertahankan tekanan osmotik cairan tubuhnya agar seimbang dengan media hidupnya. 3. Hubungan panjang-bobot (HPB) adalahfaktor penting dalam studi biologi ikan dan pendugaanstok. Persamaan inimembantu dalam menduga bobot ikan dari panjangnya.Biomassa ikan sering dihitung dari kelimpahanmelalui panjang dengan menggunakanHPB.



Saran Saran untuk praktikum ini adalah agar praktikan membaca materi yang akan di praktikumkan agar praktikum berlangsung dengan ancar dan lebih kondusif saat melakukan serangkaian prosedur praktikum serta melengkapi persyaratan sebelum memasuki praktikum.



21



DAFTAR PUSTAKA Anggraeni, F. 2017. Analisis Pendapatan Petani Tambak Udang Vaname (Litopenaeus vannameihvannamei) Secara Tradisional (Studi Kasus di Kecamatan Duduk Sampeyan Kabupaten Gresik). [Skripsi]. Universitas Muhammadiyah Malang, Malang. Dwiyanto, D, Fahri dan Annawaty. 2017. Laporan Pertama Udang Air Tawar Macrobrachium Scabriculum (Heller, 1862) dari Batusuya, Donggala, Sulawesi, Indonesia. Journal of Science and Technology. 6(3). Fariyanto, M. 2012. Kelayakan Budidaya Udang Vannamei di Rejotengah, Deket, Lamongan. [Skripsi]. Universitas Pembangunan Nasional “Veteran" Jatim, Surabaya. Ipandri, Y. 2017. Kelangsungan Hidup dan Perkembangan Larva Udang Galah (Macrobrachium Rosenbergii) Asahan pada Salinitas Berbeda. [Skripsi]. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Kantun, W. 2011. Biologi Reproduksi Udang Putih (Penaeus merguiensis De MAN, 1888) di Perairan Papalang, Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat. Jurnal Balik Diwa. 2 (1). Kembaren , D dan Nurdin, E. Distribusi Ukuran dan Parameter Populasi Lobster Pasir (Panulirus homarus) di Perairan Aceh Barat. Bawal. 7 (3). Kembaren, D dan Suprapto. 2011. Komposisi dan Distribusi Larva Udang di Perairan Pemangkat dan Sekitarnya. Prosiding Forum Nasional Pemacuan Sumber daya Ikan III. Megawati. 2017. Identifikasi Jamur pada Udang Vannanei (Litopenaeus vannamei) yang dibudidaya Secara Sistem Semi Intensif dan Intensif. [Skripsi]. Universitas Hasanuddin, Makassar. Panjaitan, A. S. 2012. Pemeliharaan Larva Udang Vaname (Litopenaeus vannamei, Boone 1931) dengan Pemberian Jenis Fitoplankton yang Berbeda. [TPAM]. Universitas Terbuka, Jakarta. Prayugi, I. T. 2014. Respon Pertumbuhan Kultur Sel Limfoid Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) pada Media yang Berbeda. [Skripsi]. Universitas Airlangga, Surabaya. Rahardjo, M. S dan C. P. H. Simasnjuntak. 2008. Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Tetet (Johnius belangerii) di Perairan Pantai Mayangan, Jawa Barat. Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan Indonesia. 15(2): 135140. Rahmi., Annawaty dan Fahri. 2016. Keanekaragaman Jenis Udang Air Tawar di Sungai Tinombo Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong Provinsi Sulawesi Tengah. Journal of Natural Science. 5 (2).



22



Sangadji, M. 2016. Hubungan Panjang Bobot dan Faktor Kondisi Ikan Momar Putih (Decapterus macrosoma Bleeker, 1851) di Perairan Pantai Selatan Pulau Haruku Maluku Tengah. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan. 9 (2). Sumadikarta, A., S. Rahayu dan Rahman. 2015. Korelasi Antara Panjang dan Berat Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) yang Dipelihara Secara Intensif dengan Kepadatan Berbeda. Tamsil, A. 2000. Studi Beberapa Karakteristik Reproduksi Pra Pemijahan dan Kemungkinan Pemikahan Buatan Ikan Bungo (Glossogobius aureus) di Danau Tempe dan Danau Sindereng Sulawesi Selatan. [Tesis]. Institut Pertanian Bogor.