Laporan Ukgs [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KEGIATAN UKGS DI SDN JEMBERLOR 1, KECAMATAN PATRANG Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Makalah Pendidikan Kesehatan Oleh Kelompok A2 Ericko Ichi



(211611101011)



Rezza dwi ardhita



(211611101012)



Dhea Ayu Dewanti



(211611101013)



Marita Dian Pitaloka



(211611101014)



Maria Evata Krismawati Surya



(211611101015)



Silviana Indah Mantika



(211611101016)



Safira Annisa Yasmin Pambudi



(211611101017)



Roslian Ayu Mantika



(211611101018)



Annisa Ayah Esa Salwa



(211611101019)



Ananda Nabilla Noor Selina Djuanda



(211611101020)



Pembimbing: Dr.drg. Ari Tri Wanodyo Handayani, M.Kes BAGIAN ILMU KESEHATAN GIGI MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2021



KATA PENGANTAR



Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala bimbingan dan petunjukNya, serta berkat rahmat, nikmat, dan karuniaNya sehingga penulis masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas makalah Pendidikan Kesehatan. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr.drg. Ari Tri Wanodyo Handayani, M.Kes selaku pembimbing 2. Teman-teman kelompok pendidikan kesehatan A2 Penulis sadar bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, sehingga penulis berharap kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.



Jember, 27 Agustus 2021



Penulis



BAB I. PENDAHULUAN



1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan bagian terpenting bagi kehidupan manusia, sehat secara jasmani dan rohani. Salah satu upaya kesehatan yang harus dilakukan dalam rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal adalah usaha kesehatan gigi dan mulut (Depkes RI, 2009). Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan tubuh secara menyeluruh. Pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut sangat penting untuk terbentuknya tindakan dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut. Kebersihan gigi dan mulut dilakukan untuk mencegah penyakit gigi dan mulut, meningkatkan daya tahan tubuh, dan memperbaiki fungsi mulut untuk meningkatkan nafsu makan. Menjaga kebersihan gigi dan mulut pada usia sekolah merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan pada usia dini (Sriyono, 2009). Sebanyak 89% anak Indonesia di bawah 12 tahun menderita penyakit gigi dan mulut (Zatnika, 2009). Kondisi itu akan berpengaruh pada derajat kesehatan mereka, proses tumbuh kembang bahkan masa depan mereka. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyatakan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak/berlubang/sakit (45,3%). Status kesehatan gigi dan mulut umumnya dinyatakan dalam prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal, karena kondisi ini hampir dialami seluruh masyarakat di dunia. Cara menilai karies gigi di dalam status kesehatan gigi dan mulut menggunakan indeks DMF-T (Decay Missing Filled Teeth) dan indeks OHI-S (Simplified Oral Hygiene Index) yang i digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut (Riyanti, 2018). Pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak sekolah selain dilaksanakan melalui kegiatan pokok kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas juga diselenggarakan secara terpadu dengan kegiatan pokok UKS dalam bentuk



program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang juga dilaksanakan oleh swasta (Kemenkes RI, 2021). Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan masyarakat yang ditujukan untuk memelihara, meningkatkan kesehatan gigi dan mulut seluruh peserta didik di sekolah binaan yang ditunjang dengan upaya kesehatan perorangan berupa upaya kuratif bagi individu (peserta didik) yang memerlukan perawatan kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012). 1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana gambaran tingkat kebersihan gigi dan mulut serta karies siswa-siswi pada sekolah dengan adanya pelaksanaan program UKGS melalui pemeriksaan OHI-S dan DMF-T ? 1.3. Tujuan 1. Mengetahui tingkat kebersihan gigi dan mulut serta karies siswa-siswi pada sekolah dengan adanya pelaksanaan program UKGS melalui pemeriksaan OHI-S dan DMF-T 1.4. Manfaat 1. Diharapkan dengan pelaksanaan program UKGS dapat mewujudkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu, merata dan terjangkau dan meningkatnya kebersihan gigi dan mulut serta karies siswa-siswi pada sekolah dengan adanya pelaksanaan program UKGS melalui pemeriksaan OHI-S dan DMF-T.



BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kesehatan Gigi dan Mulut (UKGS) a. Pengertian UKGS Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) merupakan bagian integral dari Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara terencana pada para siswa terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam suatu kurun waktu tertentu dan diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal. UKGS merupakan sarana utama dalam rangka meningkatkan kesehatan gigi dan mulut anak-anak sekolah. Melalui UKGS dapat ditanamkan sikap yang baik terhadapkesehatan gigi dan mulut lewat kegiatan penyuluhan dan pendidikan kesehatanyang dilakukan serta tindakan dan perawatan yang ada (Pratiwi, et al 2016). Tujuan UKGS tercapainya derajat kesehatan gigi dan mulut siswa yang optimal. Indikator derajat kesehatan gigi dan mulut yang optimal adalah 100% murid SD/MI telah mendapat pemeriksaan gigi dan mulut . Indikator lain sesuai dengan ketentuan WHO adalah anak umur 12 tahun mempunyai tingkat keparahan kerusakan gigi (indeks DMF-T) sebesar 1 (satu) gigi ((Kemenkes, 2012)). b.



Sasaran UKGS



Sasaran pelaksanaan dan pembinaan UKGS meliputi (Pratiwi, et al 2016): 1. Sasaran primer: peserta didik (murid sekolah) TK–SD-SMP-SMA dan sederajat 2. Sasaran sekunder: guru, petugas kesehatan, pengelola pendidikan, orang tua murid serta TP UKS disetiap jenjang. 3. Sasaran tersier:



a) Lembaga pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah sampai pada sekolah lanjutan tingkat atas, termasuk perguruan agama serta pondok pesantren beserta lingkungannya. b) Sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan. c) Lingkungan, yang meliputi lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat c. Kegiatan UKGS UKGS TAHAP I (SATU)/ PAKET MINIMAL UKGS Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI yang belum terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi. Tim Pelaksana UKS di SD dan MI melaksanakan kegiatan yaitu: 1. Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh dinas pendidikan dengan narasumber tenaga kesehatan gigi. 2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes/guru pembina UKS/dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Buku Pendidikan Olahraga dan Kesehatan) untuk semua murid kelas 1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan 3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas I, II, dan III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor. UKGS TAHAP II (DUA)/PAKET STANDAR UKGS Pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI sudah terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas, kegiatannya adalah:



1. Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh dinas pendidikan dengan narasumber tenaga kesehatan gigi. 2. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes / guru pembina UKS/ dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang berlaku (Buku Pendidikan Olahraga dan Kesehatan) untuk semua murid kelas 1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan 3. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi bersama setiap hari minimal untuk kelas I, II, dan III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor. 4. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru. 5. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran diikuƟ dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, dengan persetujuan tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi. 6. Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh (dilakukan di sekolah atau dirujuk sesuai kemampuan), bila pada penjaringan murid kelas I dijumpai murid dengan gigi tetap ada yang karies atau bila gigi susu karies lebih dari 8 gigi dilakukan fi ssure sealant pada gigi molar yang sedang tumbuh. 7. Rujukan bagi yang memerlukann. UKGS TAHAP III / PAKET OPTIMAL UKGS Pelatihan kepada guru Pembina UKS dan dokter kecil tentang pengetahuan kesehatan gigi dan mulut secara terintegrasi. Pelatihan dilaksanakan oleh dinas pendidikan dengan narasumber tenaga kesehatan gigi. 1. Pendidikan dan penyuluhan kesehatan gigi dilaksanakan oleh guru penjaskes/guru pembina UKS/dokter kecil sesuai dengan kurikulum yang



berlaku (Buku Pendidikan Olahraga dan Kesehatan ) untuk semua murid kelas 1-6, dilaksanakan minimal satu kali tiap bulan. 2. Pencegahan penyakit gigi dan mulut dengan melaksanakan kegiatan sikat gigi bersama seƟ ap hari minimal untuk kelas I, II, dan III dibimbing oleh guru dengan memakai pasta gigi yang mengandung fluor. 3. Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit oleh guru. 4. Penjaringan kesehatan gigi dan mulut untuk kelas I pada awal tahun ajaran diikuti dengan pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal, dengan persetujuan tertulis (informed consent) dari orang tua dan tindakan dilakukan oleh tenaga kesehatan gigi. 5. Surface protection pada gigi molar tetap yang sedang tumbuh pada murid kelas 1 dan 2 atau dilakukan fissure sealant pada gigi molar yang sedang tumbuh. 6. Pelayanan medik gigi dasar atas permintaan pada murid kelas I sampai dengan kelas VI (care on demand). 7. Rujukan bagi yang memerlukan 2.2 Pemeriksaan Gigi dan Mulut 2.2.1



Pemeriksaan OHI-S



a. Pengertian OHI-s Mengukur kebersihan gigi dan mulut merupakan upaya untuk menentukan keadaan kebersihan gigi dan mulut seseorang. Pada umumnya untuk mengukur kebersihan gigi dan mulut digunakan indeks. Indeks adalah suatu angka yang menunjukan keadaan klinis yang didapat pada waktu dilakukan pemeriksaan dengan cara mengukur luas dari permukaan gigi yang ditutupi oleh plak maupun calculus (Agusta, et al 2014). Pengukuran kebersihan gigi dan mulut menurut Green dan Vermilion, dapat menggunakan indeks yang dikenal dengan OHI-s. Indeks ini hanya



digunakan untuk mengukur tingkat kebersihan gigi dan mulut dan menilai efektivitas dari menyikat gigi. Debris index merupakan nilai (skor) yang diperoleh dari hasil pemeriksaan terhadap endapan lunak di permukaan gigi yang dapat berupa plak, material alba, dan food debris, sedangkan calculus index merupakan nilai (skor) dari endapan keras yang terjadi akibat pengendapan garam-garam anorganik yang komposisi utamanya adalah kalsium karbonat dan kalsium posfat yang bercampur dengan debris, mikroorganisme, dan sel-sel ephitel deskuamasi (Narulita, et al, 2016). b. Gigi Indeks OHI-s Menurut Green dan Vermillion, mengukur kebersihan gigi dan mulut seseorang dengan memilih enam permukaan gigi indeks tertentu yang cukup dapat mewakili segmen depan maupun belakang dari seluruh permukaan gigi yang ada dalam rongga mulut. Gigi-gigi yang dipilih sebagai gigi indeks beserta permukaan gigi indeks yang dianggap mewakili tiap gigi segmen adalah (Narulita, et al, 2016): 1) Gigi 16 pada permukaan bukal 2) Gigi 11 pada permukaan labial 3) Gigi 26 pada permukaan bukal 4) Gigi 36 pada permukaan lingual 5) Gigi 31 pada permukaan labial 6) Gigi 46 pada permukaan lingual Permukaan yang diperiksa adalah permukaan gigi yang jelas terlihat dalam mulut. Gigi indeks yang tidak ada pada suatu segmen akan dilakukan penggantian gigi tersebut dengan ketentuan sebagai berikut :



1) Jika gigi molar pertama tidak ada, penilaian dilakukan pada molar kedua, jika gigi molar pertama dan kedua tidak ada, penilaian dilakukan pada molar ketiga akan tetapi jika molar pertama, kedua, dan ketiga tidak ada maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut. 2) Jika gigi insisif pertama kanan atas tidak ada, dapat diganti dengan gigi insisif kiri dan jika gigi insisif kiri bawah tidak ada, dapat diganti dengan gigi insisif pertama kanan bawah, akan tetapi jika gigi insisif pertama kiri atau kanan tidak ada, maka tidak ada penilaian untuk segmen tersebut. 3) Gigi index dianggap tidak ada pada keadaan-keadaan seperti: gigi hilang karena dicabut, gigi yang merupakan sisa akar, gigi yang merupakan mahkota jaket, baik yang terbuat dari akrilik maupun logam, mahkota gigi sudah hilang atau rusak lebih dari ½ bagiannya pada permukaan index akibat karies maupun fraktur, gigi yang erupsinya belum mencapai ½ tinggi mahkota klinis.



4)



Penilaian dapat dilakukan jika minimal dua gigi index yang diperiksa (Anwar, et al 2017).



c.



Kriteria Debris Index (DI) SKOR



KRITERIA



0



Tidak ada stain atau debris



1



Plak menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal atau terdapat stain ekstrinsik di permukaan gigi



2



Plak menutupi lebih dari 1/3 permukaan servikal tetapi kurang dari 2/3 permukaan yang diperiksa



3



Plak menutup lebih dari 2/3 permukaan gigi yang diperiksa



Untuk menghitung DI, digunakan rumus sebagai berikut: Debris Index =



Jumlah skor debris Jumlah gigi yang diperiksa (Carranza, 2015)



d.       Kriteria Calculus Index (CI)  SKOR



KRITERIA



0



Tidak ada kalkulus



1



Kalkulus supragingival menutupi tidak lebih dari 1/3 permukaan servikal gigi yang diperiksa



2



Kalkulus supragingival menutupi lebih dari 1/3 permukaan servikal tetapi kurang dari 2/3 permukaan yang diperiksa atau terdapat bercak – bercak kalukulus subgingival di daerah servikal



3



Kalkulus supragingival menutup lebih dari 2/3 permukaan gigi yang diperiksa atau ada kalkulus subgingival



Untuk menghitung CI, digunakan rumus sebagai berikut: Calculus =



Index Jumlah skor kalkulus



Jumlah gigi yang diperiksa e. Cara Melakukan penilaian OHI-s Menurut Green dan Vermilion, kriteria penilaian debris dan calculus yaitu mengikuti ketentuan sebagai berikut :



1)



Baik : jika nilainya antara 0-0,6



2)



Sedang : jika nilainya antara 0,7-1,8



3)



Buruk : jika nilainya antara 1,9-3,0



Penilaian terhadap OHI-s adalah penjumlahan dari DI dan CI. OHI-s mempunyai kriteria tersendiri, yaitu mengikuti ketentuan sebagai berikut: 1) Baik : jika nilainya antara 0-1,2 2) Sedang : jika nilainya antara 1,3-3,0 3) Buruk : jika nilainya antara 3,1-6,0 (Carranza, 2015). 2.2.2 Pemeriksaan DMF-T Penilaian status kesehatan gigi dan mulut dalam hal ini karies gigi digunakan nilai DMF-T (Decay Missing Filled Teeth). Angka D (decay) adalah jumlah gigi berlubang karena karies gigi, angka M (missing) adalah gigi yang dicabut karena karies gigi, angka F (filled) adalah gigi yang ditumpat karena karies baik pada seseorang atau sekelompok orang (WHO, 2013). Indeks DMF yang diperkenalkan oleh Klein H, Plamer CE, Knutson JW pada tahun 1938 untuk mengukur pengalaman seseorang terhadap karies gigi. Pemeriksaan meliputi pemeriksaan pada gigi (DMF-T) dan permukaan gigi (DMF-S). Semua gigi diperiksa kecuali molar ketiga karena gigi molar tiga biasanya tidak tumbuh, sudah dicabut, atau tidak berfungsi. Untuk gigi permanen dan gigi desidui hanya dibedakan dengan pemberian kode DMF-T ( decay missing filled tooth) def-t (decay exfoliation filled tooth). Rerata DMF-T adalah jumlah seluruh nilai D, M,



dan F dibagi atas jumlah orang yang diperiksa



(Hiremath, 2011). Rumus menghitung Indeks DMF-T = D + M + F Rumus rata – rata DMF-T = (Jumlah DMF-T)/(Jumlah orang yang diperiksa)



Pada gigi sulung digunakan indeks def-t, dengan kriteria meliputi: d (decay), e (exfoliation) yaitu jumlah gigi susu yang telah’harus dicabut karena karies, dan f (filling). Kadang pe\ada gigi sulung terjadi exfoliation secara fisiologis dan anak biasanya tidak dapat meneangkan apakah hilang karena exfoliation fisiologis atau karies sehingga untuk mencegah kekeliruan maka perhitungan berupa d + f saja (Soeprapto, 2017). Hal-hal yang perlu diperhatikan saat menghitung indeks karies DMF-T adalah : 1) Gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D 2) Gigi dengan karies sekunder pada gigi tumpatan gigi permanen dimasukkan dalam kategori D. 3) Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D. 4)



Semua gigi yang hilang dan dicabut karena karies dimasukkan dalam katergori M. Gigi dengan kondisi D yang parah dan diindikasikan pencabutan juga dimasukkan dalam kategori M.



5)



Gigi yang dicabut karena perawatan ortodonti ataupun penyakit periodontal tidak dimasukkan dalam kategori M.



6) Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam katergori F. 7) Gigi dengan perawatan saluran akar termasuk kategori F. 8)



Pencabutan normal selama masa pergantian gigi geligi serta kehilangan



yang tidak disebabkan karies tidak diperhitungkan dalam kategori apapun (Hiremath, 2011). Kriteria dalam perhitungan rata-rata DMF-T menurut WHO sebagai berikut: 1) Nilai rata-rata 0,0 – 1,1 termasuk dalam kategori sangat rendah 2) Nilai rata-rata 1,2 – 2,6 termasuk dalam kategori rendah



3) Nilai rata-rata 2,7 – 4,4 termasuk dalam kategori sedang 4) Nilai rata-rata 4,5 – 6,5 termasuk dalam kategori tinggi 5) Nilai rata-rata > 6,6 termasuk dalam kategori sangat tinggi Indeks DMF-T mampu memberikan informasi mengenai gigi yang mengalami karies, gigi yang telah ditumpat, dan gigi yang telah dicabut tetapi tidak dapat menggambarkan kondisi karies gigi yang sebenarnya. Namun Indeks DMF-T memiliki kekurangan, yaitu tidak menggambarkan jumlah karies sebenarnya karena 1 gigi dengan 2 karies, dihitung 1 (Soeprapto, 2017).



2.3. Kerangka Konsep



BAB 3. METODE PELAKSANAAN



3.1. Metode pelaksanaan Metode yang digunakan adalah promotif, preventif, dan kuratif. Promotif dilaksanakan dengan melakukan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut. Preventif dilaksanakan dengan program sikat gigi masal setiap sebulan sekali dan pemeriksaan OHI-S dan DMF-T kepada siswa untuk mengetahui tingkat keparahan karies dan tingkat kebersihan rongga mulut pada siswa sekolah dasar di SD Jemberlor 1, Patrang, Jember. Kegiatan pemeriksaan OHI-S dan DMF-T sebagai penjaringan. Kuratif dilakukan dari hasil penjaringna, siswa yang memerlukan tindakan diberi rujukan. Kegiatan UKGS yang dilakukan merupakan kegiatan UKGS tahap II yaitu paket standar UKGS, dimana pelayanan kesehatan gigi dan mulut untuk murid SD dan MI sudah terjangkau oleh tenaga dan fasilitas kesehatan gigi yang terbatas. 3.2. Alat dan Bahan a.



Kegiatan promotif



i. Alat peraga berupa phantom dan sikat gigi ii. Poster masalah kesehatan gigi dan mulut iii. Video cara menggosok gigi yang baik dan benar b.



Kegiatan preventif



i. Sikat gigi ii. Pasta gigi berfluoride iii. Gelas untuk berkumur iv. Tissue v. Bak untuk buang kumur vi. Kantong sampah 3.3. Kegiatan yang Dilaksanakan



a.



Kegiatan promotif



1)



Ceramah dan diskusi masalah kesehatan gigi dan mulut



2)



Pendidikan atau penyuluhan kesehatan gigi dan mulut



b.



Kegiatan preventif



1)



Sikat gigi masal kelas 1 dan kelas 2 dengan menggunakan pasta gigi yang



berfluoride minimal 1x sebulan 2)



Penjaringan kesehatan gigi dan mulut dengan cara screening



c.



Kegiatan kuratif



1)



Rujukan bagi yang memerlukan



2) Pengobatan darurat untuk menghilangkan rasa sakit 3) Pencabutan gigi sulung yang sudah waktunya tanggal 3.4. Sasaran Sasaran dari kegiatan UKGS adalah siswa/i SDN Jember Lor 1 kelas 1 dan 2. Dipilih kelas 1 dan 2 karena tujuan dari UKGS ini adalah untuk memberikan pengetahuan lebih dini sehingga diharapkan memiliki perilaku yang baik dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kemudian, dipilih SDN Jember Lor 1 karena kelas 1 memiliki beberapa kelas yang dibagi menjadi a,b,c dan d begitupun kelas 2. 3.5. Pelaksanaan UKGS a. 1) 2) 3)



Kegiatan Promotif Kelas Jumlah Siswa Tenaga pelaksana



: 1 dan 2 : 201 siswa : 10 orang



No



Kegiatan



Waktu



Tempat Pelaksanaan



1.



Persiapan



07.00-08.00



SDN Jemberlor 1



2.



Penyuluhan kelas 1 dan 2 08.00-09.00 (Ceramah dan diskusi) Materi: 1) Menjelaskan pentingnya memelihara kesehatan gigi dan mulut 2) Menjelaskan untuk menjaga kebersihan gigi dengan cara menyikat gigi yang baik dan benar dan rajin memeriksakan gigi ke dokter gigi tiap 6 bulan sekali. 3) Menjelaskan jenis-jenis makanan yang baik untuk kesehatan gigi dan makanan yang dapat merusak kesehatan gigi



Aula SDN Jemberlor 1



3.



Evaluasi materi 09.00-9.30 1) Tanya jawab interaktif 2) Kuis berhadiah kepada siswa yang bisa menjawab dengan benar pertanyaan yang diberikan



Aula SDN Jemberlor 1



b. Kegiatan Preventif dan Kuratif 1. Kelas : 1 dan 2 2. Jumlah Siswa : 201 siswa 3. Tenaga pelaksana : 10 orang



No



Kegiatan



Waktu



Tempat Pelaksanaan



1.



Persiapan



07.00-08.00



SDN Jemberlor 1



2.



Sikat gigi masal



08.00-09.00



Lapangan SDN Jemberlor 1



3.



Screening 1) Pemeriksaan OHI-S 2) Pemeriksaan DMF-T



09.00- selesai



UKS SDN Jemberlor 1



4.



Rujukan bagi siswa yang membutuhkan



09.00-selesai



UKS SDN Jemberlor 1



3.6. Alur Kegiatan



Daftar Pustaka Agusta, M. V., Ismail, A., Dan Firdausy, D. M. 2014. Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi Dengan Kondisi Oral Hygiene Anak Tunarungu Usia Sekolah (Studi Pada Anak Tunarungu Usia 7-12 Tahun Di Slb Kota Semarang). Medali Jurnal Volume 2 Edisi 1: 64-68. Carranza F.A., Newman M.G., dan Takei H.H. 2015. Carranza’s Clinical Periodontology 12 th Edition. Philadelphia: W. B. Saunders Company. Departeman Kesehatan (Depkes) RI., 2009, Rencana Pembangunan Jangka Panjang Bidang Kesehatan 2005-2025, Jakarta: t.p. Hiremath, S. S. 2011. Textbook of Preventive and Community Dentistry. New Delhi:Elsevier. Kemenkes Ri. 2012. Pedoman Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS). Jakarta: Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan. Narulita, L., Diansari, V., dan Sungkar, S. 2016. Journal Caninus Denstistry. Volume 1, Nomor 4 (November 2016): 6 – 8. Pratiwi, AP.,Susanto, HS.,Uiyono, A. 2016. Gambaran Pelaksanaan Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (Ukgs) Dan Skor Plak Murid (Studi pada Sekolah Dasar dan Sederajat di Wilayah Kerja Puskesmas Padangsari Kota Semarang).Jurnal Kesehatan Masyarakat UNDIP.6(4):223-230. Riyanti, E. 2018 Pengenalan dan Perawatan Kesehatan Gigi Anak Sejak Dini. (online), available: http:resource.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasidosen diakses: Soeprapto, Andrianto. 2017. Pedoman dan Tata Laksana Praktik Kedokteran Gigi. Yogyakarta: STPI Insan Bina Mulia. Sriyono, N.W., 2009, Pencegahan Penyakit Gigi Dan Mulut Guna Meningkatkan Kualitas Hidup , Yogyakarta: UGM. WHO. 2013. Oral Health Surveys Basic Methods. 5th ed. France: WHO.



Zatnika, I. (2009) 89% Anak Derita Penyakit Gigi dan Mulut [Diakses Minggu, 01 maret 2009].