Laporan Ziaroh (Euis) [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr.Wb Puji sukur kami panjatkan kepada Allah SWT, yang selalu melimpahkan segala rahmat dan kasih sayangnya kepada kita makhluk yang telah di ciptakannya, dan karna rahmat serta kasih sayangNya lah yang mengantarkan Kami, hingga penulisan laporan ini selesai, Tanpa suatu kendala yang berarti. Sholawat beserta salam semoga terlimpahkan kepada beliau Nabi Muhammad SAW, yang Mulia Panutan Umat, yang telah membawa dan mengajarkan islam sebagai pedoman perjalanan hidup kita untuk menuju kebahagiaan dunia dan akhirat, Semoga beliau memberikan Syafaatnya kepada kita kelak di Yaumul Kiamah, Amin, Amin Ya Robbal ‘Alamin. Dan tak lupa pula kami panjatkan do’a sebagai ungkapan terima kasih untuk para Wali Wali yang membawa agama Islam ke Tanah Nusantara ini, sehingga Alhamdulillah dengan apa yang di ajarkan oleh Beliau, menjadikan Kita Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang ber agama sesuai dengan tuntutan yang Maha Pencipta, dan Dengan Ilmu yang di Bawa Para Waliulloh lah kita mengamalkan ajaran ajaran agama Islam sesuai dengan ketentuan yang di tetapkan di dalam Al Qur’an dan Hadits. Semoga Allah SWT menerima segala amal kebaikan dan



menempatkan Beliau Para



Waliulloh di dalam Surga. Amin Amin Ya Robbal Alamin. Laporan ini Kami Susun sebagai Syarat untuk pengambilan ijazah dan sebagai rekaman atau Dokumen tertulis perjalanan religi Ziarah Wali Songo yang telah kami laksanakan pada tanggal (



) dan semoga laporan ini dapat berguna untuk menambah



pengetahuan tentang Sejarah Waliulloh di Indonesia, Khususnya Waliulloh yang ada di daerah cirebon. Dan akhirnya Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan, itu semua bukan unsur kesengajaan, Namun sebagai kebodohan dan ketidak tahuan kami. Kami menyadari bahwa banyak ketidak sempurnaan yang terdapat dalam penyusunan Laporan ziaroh dan tour ini. Maka dari itu Kami membuka saran dan kritik yang mampu membangun kesempurnaan dalam penulisan berikutnya. Terima kasih. cirebon,



Penulis



Juli 2016



BAB I PENDAHULUAN



1.1 Latar Belakang Proses balajar bagi siswa sekolah tidak melulu perpatokan pada buku dan segudang rumus-rumus yang begitu rumit. Akan tetapi, ada banyak hal yang perlu diterapkan setiap sekolah dalam mendidik siswa-siswinya. Salah satu cara yang bisa dijadikan pilihan adalah dengan mengadakan program Study Tour dan Ziarah Wali. Kegiatan ini jika dibandingkan dengan kegiatan yang lain tentu saja jauh berbeda. Study Tour bisa menambah wawasan siswa sekolah dalam belajar sejarah maupun mengenal lingkungan dengan lebih dekat. Selain itu, study tour juga bisa menjadi salah satu sarana rekreasi yang cukup menyenangkan bagi siswa sekolah. Selain bisa mengetahui banyak hal, siswa juga bisa menenangkan pikirannya setelah berhari-hari duduk berdiam di bangku sekolah. Istilah lainnya adalah belajar sambil bermain.Selain study tour, ziarah wali juga memiliki beberapa menfaat untuk proses belajar siswa. Kegiatan ini lebih mengacu pada pendidikan karakter bagi siswa sekolah. Mereka bisa mengetahui sejarah perjuangan para wali dalam menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.Atas dasar inilah SMK SAHIDA LEMAHABANG mengadakan Study Tour dan Ziarah Wali 8 yang di ikuti oleh siswa XII. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal (



).



1.2 Tujuan Beberapa banyak tujuan, diantaranya :  Menambah dan meningkatkan pengetahuan serta wawasan siswa tentang nilai-nilai sejarah, religius, tekhnologi dan rekreasi.  Meningkatkan apresiasi dan kreasi siswa.  Meningkatkan rasa cinta tanah air dan budaya bangsa.  Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman baru yang bersifat langsung.  Kegiatan ini memiliki beberapa tujuan  Sebagai bahan ujian praktek mata pelajaran Bahasa Indonesia.



1.3 Waktu Pelaksanaan Kegiatan Study Tour dan Ziarah Wali 8 ini dilaksanakan setelah Ujian Nasional, yaitu pada tanggal (



). Berikut jadwal Sudy Tour dan Ziarah Wali 8 yang dilaksanakan



oleh siswa/siswi SMK SAHIDA LEMAHABANG.



1.4 Peserta Jumlah total dari siswa yang mengikuti Study Tour dan Ziarah Wali ada 251, ditambah dengan 24 guru pendamping dan 2 kru dari Rosanda Blitar. Berikut data siswa MAN Wlingi yang mengikuti kegiatan Study Tour dan Ziarah Wali 8. Bus 1 : Terdiri dari 50 siswa (36 siswa XII IPA 2, 1 dari XII IPA 3, dan 13 siswa dari XII IPA 1) Bus 2 : Terdiri dari 50 siswa (30 siswa XII IPA 3, 3 dari XII IPS 3, dan 17 siswa dari XII IPA 1) Bus 3 : Terdiri dari 50 siswa (35 siswa XII Agama, 2 dari XII IPS 2, 2 dari XII IPS 3, dan 10 dari kelas XII IPS 1) Bus 4 : Terdiri dari 51 siswa (16 siswa XII IPS 3, 17 dari XII IPS 2, 18 dari kelas XII IPS 1) Bus 5 : Terdiri dari 50 siswa (9 siswa XII IPS 3, 11 dari XII IPS 2, 1 dari XII IPS 1, dan 29 dari XII IPS 4)



BAB II ZIARAH WALI SONGO



2.1 Muqodimah Ziarah Wali songo adalah perjalanan ziarah atau berkunjung dan berdoa di makam sembilan wali yang menyebarkan agama Islam di Nusantara. Lima makam wali berada di wilayah Jawa Timur, tiga makam di antaranya berada di Jawa Tengah, dan satu makam di Jawa Barat. 1. Sunan Maulana Malik Ibrahim. Makam ini terletak di kampung Gapura di dalam kota Gresik di Jawa Timur, tidak jauh dari pusat kota. 2. Sunan Ampel. Makam Sunan Ampel terletak di kampung Ampel di kota Surabaya. 3. Sunan Bonang. Sunan Bonang dimakamkan di komplek pemakaman Desa Kutorejo, Kecamatan Tuban di kota Tuban. 4. Sunan Giri. Tokoh Walisongo yang bergelar Prabu Satmata ini makamnya terletak di sebuah bukit di Dusun Kedhaton, Desa Giri Gajah Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. 5. Sunan Drajat. Makam Sunan Drajat berada di daerah Drajat Lamongan. 6. Sunan Muria. Makam Sunan Muria di Desa Colo, Kecamatan Dawe. Ziarah ke makam Sunan Muria yang berjarak sekitar 30 kilometer arah utara dari KMMK (Kompleks Masjid Menara Kudus). 7. Sunan Kudus. Ja'far Shadiq atau Sunan Kudus dimakamkan di Masjid Menara Kudus yang terletak di Desa Kauman, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah. 8. Sunan Kalijaga. Makam Sunan Kalijaga terletak di tengah kompleks pemakaman Desa Ngadilangu yang dilingkari dinding dengan pintu gerbang makam. Area makam Sunan Kalijaga di dalam Kota Demak berjarak sekitar 3 KM dari Masjid Agung Demak. 9. Sunan Gunung Jati. Kawasan makam Sunan Gunung Jati terletak di desa Astana,kecamatan Cirebon Utara, sekitar 6 km dari Kota Cirebon yang dilintasi jalur Cirebon-Indramayu.



2.2 Tujuan Ziarah Wali Songo adalah suatu perjalanan Wisata Rohani yang biasa di lakukan oleh umat muslim di Indonesia. Ziarah adalah mengunjungi makam dengan suatu tujuan yaitu mendo’akan arwah untuk meringankan siksa mereka di alam kubur, fungsi awal



ziarah yaitu sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW. Ialah mengingatkan manusia akan datangnya kematian. Sedangkan Ziarah yang kami lakukan selain untuk tujuan utama ziarah, yaitu mendo’akan Waliulloh dan untuk mengingat akan datangnya kematian, juga untuk mengenang kembali perjalanan Wali Songo dalam menyebarkan agama islam di Tanah Nusantara, serta untuk mengenal lebih dekat Para Kekasih Allah SWT yang telah berjuang mensyi’arkan Agama Allah SWT ke Tanah Nusantara ini dengan penuh keyakinan dan tekad untuk berjuang fi sabilillah. Dengan mengenal lebih dekat para WALI SONGO ini di harapkan kita mampu mengambil pelajaran dari Sejarah Perjalanan Para Wali yang kita kunjungi serta terinspirasi dan termotivikasi untuk lebih giat dalam beribadah dan berjuang dalam menegakkan Ajaran Islam dengan lebih Ikhlas mengharapkan Ridho dari Allah SWT. 2.3 Peserta Perjalanan Tour Religi Ziarah Wali Songo ini di Selenggarakan oleh Kampus STAI AN NUR Lampung sebagai syarat untuk mengikuti Wisuda Strata 1 (S1) Fakultas Tarbiyah. Yang di ikuti Mahasiswa semester VII dengan mengendarai angkutan BUS PARIWISATA sejumlah 7 (tujuh) unit. di antaranya yaitu. Bus Kramat Djati yang mana kami berada dalam urutan nomor bus 6. Selain Para Mahasiswa STAI AN NUR, juga bersama dengan Siswa kelas XII MA Hidayatul Mubtadi’in yang masih satu yayasan dengan STAI ANNUR. Kami berangkat pada tanggal 26 Desember 2014, dan kembali pada tanggal 1 Januari 2015, Seluruh Mahasiswa STAI AN NUR LAMPUNG Semester 7 di wajibkan untuk mengikuti kegiatan ziarah Wali Songo + Madura Ini. 2.4 Rute Ziarah Kampus STAI AN NUR merencanakan Rute perjalanan Ziarah Wali Songo kali ini sebagai berikut No



Nama Tempat



Lokasi



1.



Sultan Hasanuddin



Banten



2.



Syeh Yusuf



Banten



3.



Sunan Gunung Jati



Cirebon



4.



Raden Fatah



Demak



5.



Masjid Demak



Demak



6.



Sunan Kali Jaga



Demak



7.



Sunan Kudus



Kudus



8.



Sunan Muria



Gunung Muria



9.



Sunan Bonang



Tuban



10.



Makam Asmorokondi



Tuban



11.



Sunan Drajat



Pacitan



12.



Sunan Gresik



Gresik



13.



Sunan Giri



Gresik



14.



Sunan Ampel



Surabaya



15.



Syeikh Kholil Bangkalan



Madura



16.



Sunan Bayat



Klaten



17.



Kiai Raden Santri



Gunung Pring



18.



Mbah Dahar



Watu Congol



19.



Syeh Abdul Muhyi



Tasik Malaya



20.



Goa Pamijahan



Tasik Malaya



Namun Rute dan rencana tersebut tidak berjalan sesuai dengan jadwal karena ada suatu kendala, namun semua tetap tidak menyurutkan semangat perjalanan Ziarah Kami. Rute perjalanan menjadi seperti berikut. No Waktu



Nama Tempat



Lokasi



Ke t



1.



27 Desember 2014 Pukul Makam Sunan Gunung Jati



Cirebon



05:00 2.



27 Desember 2014 Pukul Masjid Agung Demak



Demak



16:00 3.



27 Desember 2014 Pukul Makam Raden Fatah



Demak



17:05 4.



27 Desember 2014 Pukul Makam Sunan Kali Jaga



Demak



19:10 5.



27 Desember 2014 Pukul Makam Sunan Kudus



Kudus



22:10 6.



7.



28 Desember 2014 Pukul Makam Sunan Muria



Gunung



01:00



Muria



28 Desember 2014 Pukul Makam Sunan Bonang



Tuban



15:01 8.



28 Desember 2014 Pukul Makam Sunan Drajat 21:00



Pacitan



9.



29 Desember 2014 Pukul Makam Sunan Gresik



Gresik



02:00 10



29 Desember 2014 Pukul



Makam Sunan Giri



Gresik



. 11



29 Desember 2014 Pukul Makam Syeih Kholil



.



04:15



12



29 Desember 2014 Pukul Makam Sunan Ampel



.



09:51



13



29 Desember 2014 Pukul Makam



.



16:30



14



29 Desember 2014 Pukul Pon Pes Lirboyo



.



21:40



15



30 Desember 2014 Pukul Malioboro



.



13:49



16



30 Desember 2014 Pukul Makam Kiai Raden Santri



.



17:41



KH



Bangkalan



Surabaya



Abdurrohman Jombang



Wahid Lirboyo



Djogja



Gunung Pring



Pemberangkatan Rombongan Ziarah Wali Songo + Madura ini Mundur Dari dari Jadwal Awal yang seharusnya Pukul 08:00. Di karnakan keterlambatan salah Satu Bus yang akan membawa Rombongan Ziarah. Sehingga rombongan berangkat pada pukul 10:00 WIB dengan menbaca Do’a untuk kelancaran dan keselamatan selama perjalanan dan kegiatan Ziarah Wali Songo + Madura yang kami laksanakan ini.



2.5



Kegiatan Ziaroh Wali Songo



1.



Makam Sunan Gunung Jati Sunan Gunung Jati adalah salah satu dari sembilan orang penyebar agama Islam



terkenal di Pulau Jawa yang dikenal dengan sebutan Wali Sanga. Kehidupannya selain sebagai pemimpin spriritual, sufi, mubaligh dan dai pada jamannya juga sebagai pemimpin rakyat karena beliau menjadi raja di Kasultanan Cirebon, bahkan sebagai sultan pertama Kasultanan



Cirebon



yang



semula



bernama



Keraton



Pakungwati.



Rombongan Sampai di Makam Sunan Gunung Jati pada tanggal 27 Desember 2014. Pukul 05:00. Di Makam Sunan Gunung Jati ini banyak yang meminta donasi tidak resmi kepada pengunjung atau peziarah yang datang ke makam. datang bersama dengan rombongan peziarah, Kami menghadapi puluhan peminta sumbangan yang sudah berbaris



panjang



dari



parkiran



masuk



sampai



ke



pintu



gerbang



peziarah.



Sangat mengesalkan sebetulnya. Pemandu memberitahu agar kami ‘jangan memulai’



memberikan donasi setiap kali diminta karena hanya akan membuat peminta donasi lain akan memburu. Walaupun kami sudah berusaha membatasi jumlah donasi yang kami keluarkan dengan terus menerus mengatakan “tidak” tetap saja kami harus merogoh kantong beberapa kali. Upaya menertibkan konon sudah pernah ada. Sultan pernah memerintahkan mereka untuk berhenti meminta donasi tidak resmi tersebut, namun seminggu-dua minggu kemudian timbul kembali. Alangkah baiknya apabila pihak Kraton yang berwenang atau pemerintah daerah mulai memikirkan cara untuk menertibkan mereka karena bisa jadi akan merusak citra tempat pemakaman Sunan Gunung Jati ini dan umat muslim pada umumnya. Aktivitas meminta-minta dengan paksa yang dilakukan kaum dewasa dan orang tua akan memberikan contoh tidak baik bagi anak kecil warga sekitar. Tak heran apabila mereka nantinya juga menjadi peminta-minta. Walaupun Sunan Gunung Jati pernah bertutur “Ingsun titip tajug lan fakir-miskin” yang artinya “Aku titipkan masjid/musholla dan fakir miskin” tetapi Kami yakin bukan seperti inilah perwujudannya.



Ketika Memasuki kompleks pemakaman kami melihat Balemangu Majapahit yang berbentuk bale-bale berundak yang merupakan hadiah dari Demak sewaktu perkawinan Sunan Gunung Djati dengan Nyi Mas Tepasari, putri dari Ki Ageng Tepasan, salah seorang



pembesar



Majapahit.



Masuk lebih kedalam kami melihat Balemangu Padjadjaran, sebuah bale-bale besar hadiah dari Prabu Siliwangi sebagai tanda penghargaan pada waktu penobatan Syarif Hidayatullah sebagai Sultan Kasultanan Pakungwati (cikal bakal kraton di Cirebon). Makam Sunan Gunung Jati yang terletak di bukit Gunung Sembung hanya boleh dimasuki oleh keluarga Kraton sebagai keturunannya selain petugas harian yang merawat sebagai Juru Kunci-nya. Selain dari orang-orang yang disebutkan itu tidak ada yang diperkenankan untuk memasuki makam Sunan Gunung Jati. Alasannya antara lain adalah begitu banyaknya benda-benda berharga yang perlu dijaga seperti keramik-keramik atau benda-benda porselen lainnya yang menempel ditemboktembok dan guci-guci yang dipajang sepanjang jalan makam. Keramik-keramik yang menempel ditembok bangunan makam konon dibawa oleh istri Sunan Gunung Djati yang berasal



dari



Cina,



yaitu



Putri



Ong



Tien.



Banyak keramik yang masih sangat baik kondisinya, warna dan design-nya sangat menarik. Sehingga dikhawatirkan apabila pengunjung bebas keluar-masuk seperti pada makam-makam wali lainnya maka barang-barang itu ada kemungkinan hilang atau rusak. Ada 9 pintu yang terdapat dalam Makam Sunan Gunung Jati, yaitu 1)Pintu Gapura, 2)Pintu Krapyak, 3)Pintu Pasujudan, 4)Pintu Ratnakomala, 5)Pintu Jinem, 6)Pintu



Rararoga,



7)Pintu



Kaca,



8)Pintu



Bacem



dan



9)Pintu



Teratai.



Uniknya didalam kompleks makam Sunan Gunung Jati terdapat kompleks makam warga Tionghoa dibagian barat serambi muka yang dibatasi oleh pintu yang bernama Pintu Mergu. Lokasinya disendirikan dengan alasan agar peziarah yang memiliki ritual ziarah tersendiri seperti warga Tionghoa tidak akan terganggu dengan ritual ziarah pengunjung makam.



Tak jauh dari bangunan makam terdapat masjid yang diberi nama Masjid Sang Saka Ratu atau Dok Jumeneng yang konon dulunya digunakan oleh orang-orang Keling yang pernah memberontak pada Sunan Gunung Djati. Didalam masjid kita bisa melihat Al-Quran yang berusia ratusan tahun dan dibuat dengan tulisan tangan (bukan cetakan mesin). Ada beberapa sumur disekitar bangunan masjid, yaitu Sumur Kemulyaan, Sumur Djati, Sumur



Kanoman



dan



Sumur



Kasepuhan.



Ada lagi legenda para wali yang berhubungan dengan Sumur Jalatunda yang berasal dari jala yang ditinggalkan Sunan Kalijaga saat dirinya diperintahkan mencari sumber mata air untuk berwudhu-nya para wali yang pada saat itu sedang mengadakan pertemuan. Sumur Jalatunda ini dikenal dengan Zam-zam-nya Cirebon. 2. Masjid Agung Demak Salah satu peninggalan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah masjid Agung Demak. Masjid yang terletak di Desa kauman, Demak, Jawa Tengah, itu hingga kini masih berdiri megah dan menjadi tujuan wisata religi umat muslim di nusantara. Rombongan STAI AN NUR Lampung Sampai di Masjid Agung Demak pada tanggal 27 Desember 2014 Pukul 16:00, kami di sambut dengan gerimis yang mengundang, keadaan di masjid Agung demak berbeda dengan makam sunan Gunung Jati, di sini tidak terlihat para pengemis, namun ada banyak ojek paying yang menawarkan jasa kepada kami. Masjid Agung Demak dibangun oleh Raden Patah, Sultan Demak pertama, beserta para wali yang menyebarkan Islam di tanah Jawa pada abad ke-15. Masyarakat setempat yakin masjid ini dulunya menjadi tempat berkumpul para wali. Arsitektur masjid ini sangat kental dengan nuansa Jawa. Tak ada kubah, bagian atapnya berbentuk limas bersusun tiga. Konon, tiga sap atap ini bermakna tingkatan manusia dalam Islam, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan. Masjid ini memiliki lima buah pintu yang bermakna rukun Islam yaitu syahadat, salat, puasa, zakat, dan haji. Sementara rukun iman tercermin dari jendela masjid yang berjumlah enam. Masjid Agung Demak mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi.



Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru dengan tinggi sekitar 17 meter. Salah satu tiang utama itu disebut soko tatal. Soko tatal itulah yang memiliki cerita menarik. Soko alias tiang ini terbuat dari serpihanserpihan kayu atau tatal yang direkatkan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk tiang. Menurut cerita, tiang ini dibuat oleh Sunan Kalijaga. Masyarakat menyebut tiang ini sebagai wujud karamah Sunan Kalijaga. Banyak yang percaya Sunan Kalijaga membuat saka ini dengan kekuatan yang tidak biasa. Namun soal saka tatal ini banyak versi yang berkembang. Yang jelas, tiang penyangga yang berdiri di bagian timur laut itu terbuat dari pecahan-pecahan kayu. Meski terbuat dari serpihan kayu, satu tiang ini masih sekokoh tiang-tiang lainnya. Di dalam kompleks masjid juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.



3. Makam Raden Fatah Raden Patah di makamkan di sebelah kiri masjid Demak,Jawa Tengah. Di situ juga terdapat makam Raden Patah, Sultan Demak I (1478-1518), makam Raden Patiunus, Sultan Demak II (1518-1521), makam Raden Trenggana, Sultan Demak III (1521-1546) dan anggota keluara kerajaan lannya. Disamping itu, terdapat juga museum yang mencatat perjalanan Masjid Agung Demak, seperti 4 sakaguru Asli, dan terpadat juga situs sumur air keramat. Masjid yang konon didirikan oleh Raden Patah pada abad ke 15 Masehi, tepatnya 1477 itu hingga kini masih berdiri kokoh, meskipun sudah dilakukan berbagai perbaikan disanasini, mengingat usianya yang sudah 5 abad. Apalagi jika diingat semua hal masih berfungsi normal, termasuk sholat lima waktu yang masih terus di lakukan di Masjid Agung Demak ini.



Bangunan Masjid Agung Demak yang berjarak 26 km dari kota Semarang, dan 26 km dari kota Kudus ini, terdiri dari serambi Masjid dan Bangunan induk Masjid. Bangunan Serambi yang terletak pada bagian depan, atapnya berbentuk limas, tanpa dinding, atau bangunan terbuka, dan ditopang dengan delapan buah tiang yang disebut dengan saka majapahit. Pada bagian serambi, juga terdapat bedug besar, pada bagian Serambi inilah para jamaah lebih banyak untuk duduk, istighfar dan istirahat menunggu sholat wajib dilaksanakan.



Sedangkan pada bangunan induk Masjid, terpadat empat buah tiang utama yang disebut dengan saka guru, yang diberi nama sesuai dengan nama para wali yang membuatnya, sakaguru Sunan Ampel (surabaya), sakaguru Sunan Bonang (Tuban), sakaguru sunan Gunung Jati (Cirebon) dan sakaguru Sunan Kalijaga (Demak).Untuk sakaguru Sunan Kalijaga diberi nama khusus dengan nama sakatatal, karena terdiri dari serpih-serpihan kayu yang diketam, yang konon dibuat hanya dalam waktu satu malam. Disamping Masjid, terdapat juga museum yang mencatat perjalanan Masjid Agung Demak, seperti 4 sakaguru Asli, dan terpadat juga situs sumur air keramat. 4.



Makam Sunan Kalijaga Yang kami datangi setelah Masjid Agung Demak adalah Makam Sunan Kalijaga di Kadilangu. Tepatnya pada pukul 19:10 Waktu Jam Di Handphone Kami. Daerah Kadilangu ini tidak seberapa jauh lokasinya dari Masjid Agung Demak, waktu yang ditempuh tidak sampai sekitar setengah jam, kira-kira 2 km. Dari yang pernah Kami baca, Sunan Kalijaga diberi hadiah tanah desa bernama Kadilangu, tanah paling jelek, sehingga tidak dimanfaatkan oleh Baginda Raja. pintu masuk ke arah Makam Sunan Kalijaga berupa jalan lorong panjang menuju, disepanjang lorong ini, dikanan kirinya banyak pedagang menjual barang-barang semacam sejadah, mukena, peci, tasbih, dll. Menurut Kami Lorong Masuk makam sunan gunung jati begitu mewah, Banyak sekali barang dagangan baik dari hasil kreasi masyarakat setempat maupun souvenir buatan pabrik, pas untuk oleh oleh di perjalanan. .Pada saat kami datang, saat itu makam Sunan Kalijaga sedang ramai dengan orangorang yang berziarah. Sunan Kalijaga adalah walisongo yang memiliki tempat tersendiri di hati orang Jawa, mungkin karena caranya mengenalkan Islam lewat budaya, sehingga rasanya dibandingkan Sunan yang lain, kisah-kisah Sunan Kalijaga lebih banyak kita kenal lewat falsafah Jawa, tembang dolanan, terutama wayang. Kadang Kami masih terhipnotis, bagaimana cerita wayang yang bernuansa Hindu tiba-tiba menjelma menjadi Islam. Terutama kisah tentang “pertemuan Kalijogo dengan Yudistira” ataupun kisah tentang “klambi antakusuma”. Makam Sunan Kalijaga berada di dalam “rumah” kokoh dengan ukiran Jepara terbaik di pintu, jendela, maupun tiang-tiangnya. Pada malam-malam tertentu, “rumah” tersebut dibuka, dibersihkan dan didoakan. Begitu beberapa orang bercerita. Di samping makam juga ada gentong air yang dipercaya peninggalan Sunan Kalijaga. Airnya bisa diminum, atau jika anda menginginkan, bisa juga membawa botol kosong untuk membawa air tersebut pulang.



5. Makam Sunan Kudus Kami sampai di makam Sunan Kudus pada tanggal 27 desember 2014 pada pukul 22 30 menit, untuk sampai ke sana, kami menggunakan jasa Ojek yang per motor di tarif 4000. Seperti makam Wali yang lain di sekeliling jalan menuju makam sunan kudus di penuhi oleh pedagang kaki lima yang menjual berbagai macam dagangan yang bias di beli oleh para pengunjung. Kami menuju Ja’far Shodiq adalah nama asli Sunan Kudus. Raden Ngudung merupakan nama panggilannya sewaktu masih kecil. Sunan Kudus juga di juluki Raden Amir Haji sebab ia pernah bertindak sebagai pemimpin jama’ah haji. Sunan Kudus adalah putra Raden Usman Haji yang menyiarkan Islam di daerah Jipang Panolan, Blora Jawa Tengah. Menurut silsilahnya, Sunan Kudus masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Jika di tarik secara lengkap silsilahnya sebagai berikut : Ja’far Shodiq bin Raden Usman Haji bin Raja Pendeta bin Ibrahim Al-Samarkandi bin Maulana Muhammad Jumadal Kubra bin Zaini AlHusain bin Zaini Al-Kubra bin Zainul Alim bin Zainul Abidin bin Sayyidina Husain bin Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Sunan Kudus mendapat julukan “ Waliyul Ilmi”. Sunan Kudus pernah belajar kepada ayahnya sendiri yaitu Raden Usman Haji namun menurut cerita yang berkembang di masyarakat Sunan Kudus adalah murid dari Kyai Telingsing dan juga dikisahkan Raden Ja’far Shodiq berguru kepada Sunan Ampel. Sunan Kudus pernah menjadi qodli (hakim agung) pada masa pemerintahan Kerajaan Demak selain seorang qodli ia mengemban amanah sebagai senopati (panglima perang) yang gagah berani dengan kemampuan strategi dan taktik yang tinggi. Menara Kudus adalah bangunan paling monumental peninggalan Sunan Kudus yang menjadi identitas khas kota. Pemerintah Kabupaten Kudus membuat replika menara Kudus yang dikenal dengan sebutan “ Tugu Identitas”. Selain menara Kudus peninggalan Sunan Kudus adalah masjid Al Aqsha Kudus. Di serambi depan masjid terdapat sebuah pintu gapura yang biasa disebut oleh masyarakat Kudus sebagai "Lawang kembar". Masjid menara dibangun oleh Sunan Kudus pada tahun 956 H. Strategi da’wah Sunan Kudus antara lain: -



Merangkul tanpa menyakiti



-



Raih simpati dengan toleransi



-



Melalui budaya



-



Jalur perdagangan



Sunan Kudus mempunyai sikap dan rasa toleran yang tinggi terhadap lingkungan dan terhadap agama lain di sekitarnya contohnya antara lain larangan menyembelih sapi bagi orang islam karena pada masa itu Sunan Kudus sangat menghormati masyarakat hindu yang selalu memulyakan hewan lembu atau sapi. Sunan Kudus sebagai sosok



pujangga menciptakan lagu dan cerita keagamaan. Karyanya yang paling terkenal adalah “Gending Maskumambang dan Mijil”. Setiap tanggal 10 Muharram di Sunan Kudus mengadakan tradisi yang disebut dengan “Buka Luwur”, merupakan upacara pergantian kain mori yang digunakan membungkus cungkup dan nisan Sunan Kudus. Buka Luwur di iringi dengan pembagian berkat dan diakhiri dengan pemasangan luwur baru. Sunan Kudus wafat di Kudus pada Tahun 1550M dan dimakamkan di kompleks masjid menara Kudus. Buka luwur merupakan upacara pergantian luwur (kain mori) yang digunakan membungkus cungkup nisan Sunan Kudus serta bangunan-bangunan lain disekitarnya. Kegiatan ini di iringi beberapa ritual, diawali dengan penjamasan Keris Kyai Cinthaka, doa rasul, terbang papat, pembuatan dan pembagian bubur as-syura, khatmil qur’an bil ghaib, pengajian malam 10 Muharrom, pembagian berkat dan di akhiri dengan pemasangan luwur baru. Tradisi yang berkembang hingga sekarang ini merupakan refleksi masyarakat Kudus untuk mengenang jasa Sunan Kudus dalam menyebarkan agama islam. Para tokoh masyarakat sepakat menamani “tradisi tahunan” tersebut sebagai buka luwur, bukan haul. Penyebabnya, tidak ada bukti yang jelas mengenai wafatnya Sunan Kudus,sehingga buka luwur digelar bukan dalam rangka memperingati wafatnya sang Sunan. 6. Makam Sunan Muria Makam Sunan Muria terletak di puncak gunung Muria, Rombongan Ziarah STAI AN NUR lampung tiba di tempat ini tanggal 28 Desember 2014 pukul 01:00 Waktu setempat. Walaupun waktu masih tengah malam, namun di Makam Sunan Muria tetap ramai di kunjungi oleh peziarah dari berbagai daerah di sana kami bertemu rombonga lain dari Lampung, lebih dari 30 bus telah tertata di parkiran Sunan Muria, bahkan di belakang rombongan kami masih ada rombongan lain yang siap berziarah di Makam Wali yang masih sekitar 3KM di atas tempat parkir tersebut. Untuk mencapai tempat peristirahatan terakhir Sunan Muria, Kami harus naik ke puncak gunung muria melewati tangga berundak yang di pinggir tangga tersebut berderet para pedagang yang menjajakan Souvenir dan aneka kerajinan tangan. Ada 2 cara untuk mencapai makam Sunan Muria, yang pertama dengan berjalan kaki menelusuri undakan demi undakan yang saat itu kami telusuri, dan tentu memerlukan keikhlasan dan tekad yang kuat serta kekuatan fisik, karna jalan berundak tersebut sangat tinggi dan panjang. Jalan yang ke dua yaitu dengan mengeluarkan uang 15 sampai 20 ribu rupiah untuk mengendarai ojek yang tersedia di parkiran Makam Sunan Muria.



Untuk Memasuki Areal Makam Sunan Muria, Kami harus masuk melalui depan masjid sunan muria, karna makam sunan muria terletak di belakang masjid tersebut, sedangkan makam sunan muria berada di sebuah cungkup yang di lindungi oleh kelambu. 7. Makam Sunan Bonang Makam Sunan Bonang terletak di belakang Masjid Agung Tuban, untuk mencapai tempat tersebut Kami menyelusuri gang bang kecil yang berada di samping Masjid Agung Tuban. Atau bisa juga melewati jalan yang tersedia di sebelah kanan Masjid, yang di sepanjang jalan tersebut selayak seperti pasar, banyak pedagang kaki lima dan toko assesoris



dan



alat



alat



ibadah.



Gerbang makam terlihat begitu tua dengan bentuk seperti pura, namun di dinding gerbang tersebut tertempel piring piring keramik bertuliskan arab, semua terlihat sederhana, di balik gerbang tersebutlah bersemayam makam Sunan Bonang. Kami Berziarah di Sana Pada tanggal 28 Desember 2014 Puku 15:01. Makam Sunan Bonang terlihat sederhana dengan satu Buah bangunan pendopo terbuka yang di bawahnya di buat sebuah cungkup besar. 8.



Makam Asmoro Kondi



9.



Makam Sunan Drajat



10. Makam Sunan Gresik 11. Makam Sunan Giri 12. Makam Syeih Kholil Bangkalan 13. Makam Sunan Ampel Makam Sunan Ampel terletak di kampung Ampel di kota Surabaya. Di depan makam ada dua



pintu



gerbang



besar



bergaya



Eropa.



Makamnya



terpisah



dengan



dari makam lainnya dan diberi pagar teralis dari besi setinggi 110 cm. 14. Makam KH Abdurrohman Wahid 15. Pon Pes Lirboyo 16. Makam Raden Santri Makam



Kyai



Santri



sangatlah



Magelang Raden



Raden



dan



ini



Santri dikenal



sekitarnya.



memiliki



Brawijaya.



ulama



awal



Andong,



putra



Kyai



penyebar



Sumbing,



dan



Gunungpring oleh



Kyai



nama



Raden Santri adalah Prabu



di



masyarakat,



Raden



asli



Magelang.



Santri



Kanjeng



Ki Ageng Pamanahan



Raden agama



Santri Islam



deretan



adalah di



pegunungan



akrab



pangeran



Raden



masyarakat



dipanggil



Mbah



Singasari.



Kyai



yang masih memiliki trah



seorang



sekitar



Kyai



khususnya



yang



Gusti



Nama



ulama



gunung



Menoreh



di



yang



tergolong



Merapi,



Merbabu,



sepanjang



Kali



Progo.



Menjelang



kerajaan



sebagai



Senopati



prajurit.



Saat



itu



Kyai



Kyai Raden



tak



akan



pernah



sekalipun.



yang



Santri



tidak



berdo;a



membuat



itupun



berdiri,



Sendang



air



Allah



air,



terletak



di



Disebutkan



pula,



saat



Kyai



suka



berkhalwat



atau



menyepi



ketia



Kyai



Raden



Santri



kepada di



berwudlu'.



diberikan dan



Santri



di



air.



dengan



hendak



pulang



Lalu



Kyai



izin



Allah,



kini



sendang



tersebut



bahkan



di



musim



kemarau



desa



Ngawen,



Kolosendang,



Magelang.



menetap



puncak



dusun



Kemudian



kabupaten



Raden



para



hingga



dusun



Mantilan,



menjabat



prajurit,



untuk



tongkatnya,



air,



pernah



shalat



para



agar



bahkan



memancarkan



itu



kecamatan



menemukan



dengan



Santri



mengajarkan kepada



kepada



memancarkan



Raden



shalat



sendang



berhenti



Kyai



bertugas



mengajarkan



Santri



Santri



sendang



Perang



Raden



Raden



Mataram



bukit dari



di



desa



Santren,



Gunungpring. bukit



Suatu



Gunungpring



Ia hari,



menuju



desa Santren, ia mendapati sungai yang harus ia seberang sedang meluap dan



dilanda



berhentilah, batu-batu



banjir. aku



sungai



sebabnya,



Kyai



mau



Raden



menyeberang",



bermunculan



tempat



tersebut



Santri



berkata



maka



luapan



kembali



diberi



karena



nama



kepada air



air



itupun



"Air,



berhenti,



banjir



telah



reda.



Itulah



Watucongol



yang



berarti



batu



bermunculan.



Keturunan Krapyak



Kyai II,



Raden



Kyai



Santri



Krapyak



berturutan



III,



Kyai



adalah



Harun,



Kyai



Kyai



Krapyak



Abdullah



I,



Kyai



Sajad,



Kyai



Gus Jogorekso, Raden Moch Anwar AS, Raden Qowaid Abdul Sajak, hingga Kyai



Dalhar,



dan



termasuk



Raden



Santri



inilah



yang



tokoh



agama



Islam



di



kini



dilanjutkan



melalui



Kyai



Ahmad



kemudian



wilayah



menjadi



Gunung



Pondok



Abdulhaq. ulama



Pring



Pesantren



Anak



keturunan



penyebar



hingga



dan



saat



Darussalam



ini. di



Kyai



menjadi



peran



ini



Watucongol.



Komplek Makam Kyai Raden Santri dan anak cucunya kebanyakan berada di kawasan dikunjungi Kyai



atas



Gunung



ummat



Raden



Islam



Santri



Pring dari



terletak



dan



kini



menjadi



berbagai



penjuru



di



barat



sisi



tempat tanah



kota



air.



ziarah



yang



Kompleks



Muntilan,



tepat



ramai makam



di



atas



sebuah



bukit



Secara



administratif,



anak



cucunya



Kecamatan sejarah dan



di



Komplek



Gunung



Muntilan,



kepemilikan



wilayah



Santri



parkir



dengan



maupun



bukit,



oleh



para



menit.



kaki di



Raden



Santri



di



wilayah



Desa



Magelang.



makam



ada



Namun



kompleks



bukit



hasil dua



Kyai



melewati pendek



Pring,



ruko



akses



bawah



akan



masyarakat



akses



satu



melalui



Raden



Santri,



dapat



ke



menjajakan



pilihan



Mushola



masuk



peziarah



yang



kerajinan



yang



di



ini



jalan



dan



berdasarkan



merupakan Reh



Raden didaki



kompleks dapat



berbagai



berundak timur satu



Santri. dalam



Pring,



milik



Kawedanan Puroloyo.



melihat



Untuk



yang bukit



lagi



ibadah



naik



tidak



ke



dilalui



yaitu



Pring



Kyai



terminal



dapat



melalui



Gunung waktu



makam



peralatan



setempat.



sisi



para



Gunung



demikian,



makam



Hadiningrat



beserta



bagian



sebagai



Gunung



peziarah,



Masjid yaitu



bukit



asri.



Kyai



berada



Ngayogyakarta



deretan



souvenir



atas



sebuah



sangat



Sriwandowo



Raden



bukit



Pring



wilayah,



Keraton



memasuki



sebelah



Makam



Kabupaten



Hageng



Saat



yang



melalui



sisi



utara



merupakan



lebih



dari



20



BAB III PEMBAHASAN 3.1



Rute Perjalanan Pada tanggal 09 Januari 2010 pukul 19.30 WIB, dengan niat dan do’a kami mulai



berangkat menuju tempat yang pertama yaitu makam Gus Dur (KH. Abdurrahman Wachid) yang bertempat di Pondok Tebu Ireng – Jombang. Gus Dur wafat pada tanggal 30 Desember 2009 dan dimakamkan pada tanggal 31 Desember 2009 di Ponpes Tebu Ireng – Jombang. Beliau adalah presiden RI yang ke-4 yaitu tahun 1999 – 2001. Selanjutnya pukul 22.00 WIB, kami meneruskan perjalanan menuju makam syekh Jumadil Kubro yang bertempat di Troloyo Jawa Timur. Dan pada pukul 23.00 WIB kami sampai di Mojokerto. Dari makam Syekh Jumadil Kubro kami melanjutkan perjalanan menuju makam sunan ampel pukul 01.11 WIB s/d 02.50 WIB. Sunan Ampel mempunyai nama asli Raden Rahmatullah yang berasal dari daerah Bukhara, (disamarkan). Beliaulah yang telah menyebarkan agama islam di Jawa khusunya di Ampel Surabaya. Setelah dari sunan Ampel tepat pukul 03.45 WIB kami meneruskan perjalanan menuju makam Sunan Giri. Sunan Giri memiliki nama kecil Raden Paku, alias Muhammad Ainul Yakin. Sunan Giri lahir di Blambangan (kini Banyuwangi) pada 1442 M. Ada juga yang menyebutnya Jaka Samudra. Sebuah nama yang dikaitkan dengan masa kecilnya yang pernah dibuang oleh keluarga ibunya–seorang putri raja Blambangan bernama Dewi Sekardadu ke laut. Raden Paku kemudian dipungut anak oleh Nyai Semboja (Babad Tanah Jawi versi Meinsma). Beliau kecil menuntut ilmu di pesantren misannya, Sunan Ampel, tempat dimana Raden Patah juga belajar. Ia sempat berkelana ke Malaka dan Pasai. Setelah merasa cukup ilmu, ia membuka pesantren di daerah perbukitan Desa Sidomukti, Selatan Gresik. Dalam bahasa Jawa, bukit adalah “giri”. Maka ia dijuluki Sunan Giri. Pukul 07.05 kami menuju makam Sunan Drajad, dan pukul 08.05 WIB, kami sampai di makam sunan Drajad. Nama kecilnya Raden Qosim. Ia anak Sunan Ampel. Dengan demikian ia bersaudara dengan Sunan Bonang. Diperkirakan Sunan Drajat yang bergelar Raden Syaifuddin ini lahir pada tahun 1470 M. Dalam pengajaran tauhid dan akidah, Sunan Drajat mengambil cara ayahnya: langsung dan tidak banyak mendekati budaya lokal. Meskipun demikian, cara penyampaiannya mengadaptasi cara berkesenian yang dilakukan Sunan Muria. Terutama seni suluk. Kemudian pukul 10.03 WIB, kami menuju makam Syekh Ibrahim Asmoro kondi (Lamongan). Syekh Asmorokondi merupakan ayah dari Sunan Giri. Beliau merupakan salah satu wali yang menyebarkan agama islam di daerah Paciran.



Selanjutnya pukul 11.36 WIB, kami menuju makam sunan Bonang (Tuban). Ia anak Sunan Ampel, yang berarti juga cucu Maulana Malik Ibrahim. Nama kecilnya adalah Raden Makdum Ibrahim. Lahir diperkirakan 1465 M dari seorang perempuan bernama Nyi Ageng Manila, puteri seorang adipati di Tuban. Kemudian kami meneruskan perjalanan menuju Jwa Tengah yang memakan waktu sekitar 7 Jam. Di Jawa Tengah kami mendatangi 3 obyek yaitu : 1.



Sunan Muria (18.15 WIB)



Ia putra Dewi Saroh – adik kandung Sunan Giri sekaligus anak Syekh Maulana Ishak, dengan Sunan Kalijaga. Nama kecilnya adalah Raden Prawoto. Nama Muria diambil dari tempat tinggal terakhirnya di lereng Gunung Muria, 18 kilometer ke utara kota Kudus. Gaya berdakwahnya banyak mengambil cara ayahnya, Sunan Kalijaga. Namun berbeda dengan sang ayah, Sunan Muria lebih suka tinggal di daerah sangat terpencil dan jauh dari pusat kota untuk menyebarkan agama Islam. Bergaul dengan rakyat jelata, sambil mengajarkan keterampilan-keterampilan bercocok tanam, berdagang dan melaut adalah kesukaannya. 2.



Sunan Kudus (20.05 – 21.46 WIB)



Nama kecilnya Jaffar Shadiq. Ia putra pasangan Sunan Ngudung dan Syarifah (adik Sunan Bonang), anak Nyi Ageng Maloka. Disebutkan bahwa Sunan Ngudung adalah salah seorang putra Sultan di Mesir yang berkelana hingga di Jawa. Di Kesultanan Demak, ia pun diangkat menjadi Panglima Perang. Cara Sunan Kudus mendekati masyarakat Kudus adalah dengan memanfaatkan simbol-simbol Hindu dan Budha. Hal itu terlihat dari arsitektur masjid Kudus. Bentuk menara, gerbang dan pancuran/padasan wudhu yang melambangkan delapan jalan Budha. Sebuah wujud kompromi yang dilakukan Sunan Kudus. 3.



Sunan Kalijaga (24.37 – 01.15 WIB)



Nama kecil Sunan Kalijaga adalah Raden Said. Ia juga memiliki sejumlah nama panggilan seperti Lokajaya, Syekh Malaya, Pangeran Tuban atau Raden Abdurrahman.Terdapat beragam versi menyangkut asal-usul nama Kalijaga yang disandangnya. Ayahnya adalah Arya Wilatikta, Adipati Tuban -keturunan dari tokoh pemberontak Majapahit, Ronggolawe. Masa itu, Arya Wilatikta diperkirakan telah menganut Islam. Selanjutnya pukul 02.00 WIB kami meneruskan perjalanan menuju makam Sunan Kesal Taman Demak. Dan kami menginap disana. Selanjutnya kami menujum makam sunan Gunung Jati pukul 10.30 WIB. Pukul 12.30 WIB kami tiba di makam sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah satu-satunya “wali songo” yang memimpin pemerintahan. Sunan Gunung Jati memanfaatkan pengaruhnya sebagai putra



Raja Pajajaran untuk menyebarkan Islam dari pesisir Cirebon ke pedalaman Pasundan atau Priangan. Syarif Hidayatullah mendalami ilmu agama sejak berusia 14 tahun dari para ulama Mesir. Ia sempat berkelana ke berbagai negara. Menyusul berdirinya Kesultanan Bintoro Demak, dan atas restu kalangan ulama lain, ia mendirikan Kasultanan Cirebon yang juga dikenal sebagai Kasultanan Pakungwati. Selanjutnya pukul kami menuju makam Sultan Hasanuddin, Syekh Yusuf, dan bermalam disana. Selanjutnya kami melanjutkan perjalanan menuju ibukota RI yang memakan waktu sekitar 5 Jam. Dan pukul 05.00 WIB kami tiba di Masjid Istiqlal, yaitu merupakan masjid terbesar di Indonesia. Pukul 07.05 WIB menuju Musium Nasional dan pukul 08.30 WIB tiba di Monumen Nasional (Monas). Dan dilanjutkan menuju Lubang buaya, Monument Pancasila Sakti. Dari ibukopta Negara kami menuju tempat yang terkenal dengan udara sejuknya yaitu Puncak dan kami sempat menginap disana. Paginya pukul 05.25 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju Panjalu yang memakan waktu sekitar 2 Jam, diteruskan ke Pamijahan. Di Pamijahan kami mengunjungi makam Syekh Abdul Muhyi. Kemudian pukul 17.12 WIB, kami menuju ke gunung Pring, yaitu makam Raden Santri, dilanjutkan menuju tujuan terakhir yaitu Sunan Bayat. Sunan Bayat (nama lain: Pangeran Mangkubumi, Susuhunan Tembayat, Sunan Pandanaran (II), Ki Ageng Pandanaran, atau Wahyu Widayat) adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Tokoh ini terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga. Makamnya terletak di perbukitan (”Gunung Jabalkat”) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada masa Kesultanan Demak (abad ke-16). Dari Bayat sekitar pukul 10.30 WIB kami melanjutkan perjalanan untuk pulang, dan istirahat sejenak di Kota Ngawi. Perjalan pulang memakan waktu sekitar 8 Jam. Dan kami tiba di sekolah pukul 19.15 WIB.



BAB IV PENUTUP



4.1 Manfaat Setelah kami



melaksanakan Ziarah selama 5 hari kami dapat mengambil



manfaatnya sebagai berikut : a. kami memperoleh ketenangan hati b. Dapat meningkatkan rasa perikemanusiaan c. Dengan melaksanakan Ziarah Wali Songo kita dapat melakukan amal ibadah dengan baik d. Dapat meningkatkan rasa keimanan dan ketaqwaan kita terhadap Allah SWT.



4.2 Saran a. Selama melaksanakan ziarah hendaknya perbanyaklah membaca shalawat dan mendoakan para wali, ingat jangan sampai kita memohon kepada wali yang menyebabkan kita menjadi Musryik. b. Jangan mudah tergoda oleh rayuan pedagang asongan c. Dalam membuat makalah hendaknya memiliki buku tentang para wali agar memudahkan dalam penyusunan suatu makalah. d. Setelah pembaca mengetahui isi Dari pembahasan diatas, kami berharap dapat meningkatkan rasa iman dan taqwa kepada Allah SWT.



4.3 Kesan Dalam ziarah ini kami merasa sangat menyenangkan. Karena selam perjalanan kami tidak merasa januh dan bosan. Banyak sekali pengalaman – pengalaman yang dapat kami jadikan pelajaran baru untuk menunjang kehidupan selanjutnya. Kebersamaan merupakan salah satu pengalaman yang dapat kami ambil dari sana. Dengan mengucap Alhamdulilahirobbil’alamin, penyusun dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini dengan baik, meskipun masih banyak kekurangan yang perlu kita benahi bersama – sama. Harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.