(Laprak) Kelompok 9 Hibridisasi [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA IKAN EKSPLOITASI VARIAN GENETIK DOMINAN DENGAN PROGRAM HIBRIDISASI



Kelompok 9 / Sumber Daya Perairan / Perikanan B NABILA AUVA A. B



230110150079



KRISTIN DEBORA



230110150091



ANDHIKA PRIYANDINI



230110150098



FAJAR PADLI



230110150120



INDRA



230110150136



SINDI HANDAYANTI



230110150138



UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR



2016



2



KATA PENGANTAR Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan akhir praktikum Genetika Ikan. Laporan praktikum ini disusun berdasarkan hasil praktikum tentang Hibridisasi Ikan Koi (Cyprinus carpio) dan ikan Komet (Carassius auratus) yang telah dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2016. Laporan akhir praktikum Genetika Ikan ini disusun secara sistematis dan tertata dengan baik yang di jelaskan secara lebih rinci dengan menggunakan kalimat yang sederhana dan mudah untuk dimengerti. Pembahasan yang dilakukan merupakan hasil dari praktikum yang didukung oleh berbagi teori penunjang, selain itu di laporan ini juga akan ditampilkan data pengamatan dari kelompok lain sehingga dapat membandingkan hasilnya. Kami sangat berterima kasih kepada asisten laboratorium Genetika Ikan yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum. Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam laporan ini. Hal ini dikarenakan masih terbatasnya pengetahuan kami mengenai Genetika Ikan khususnya tentang Hibridisasi. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki laporan ini. Akhir kata kami berharap semoga laporan praktikum Genetika Ikan tentang Hibridisasi Ikan Koi (Cyprinus carpio) dan ikan Komet (Carassius auratus) ini dapat memperkaya wawasan tentang Genetika Ikan terhadap pembaca. Jatinangor, 8 Desember 2016



Penyusun



3



DAFTAR ISI BAB



Halaman DAFTAR TABEL.................................................................................. iv DAFTAR GAMBAR............................................................................. iv DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... iv



I



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang................................................................................ 1 1.2 Identifikasi Masalah....................................................................... 2 1.3 Tujuan............................................................................................. 2 1.4 Kegunaan........................................................................................ 2



II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ikan Koi (Cyprinus carpio)............................................................ 3 2.2 Ikan Komet (Carassius auratus).................................................... 4 2.3 Hibridisasi....................................................................................... 6 2.4 Cross Breeding............................................................................... 7 2.5 Pewarisan Sifat............................................................................... 8 III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................... 9 3.2 Alat dan Bahan............................................................................... 9 3.2.1 Alat Praktikum................................................................ 9 3.2.2 Bahan Praktikum............................................................. 9 3.3 Tahapan Praktikum................................................................ 10 3.3.1 Persiapan Praktikum.................................................. 10 3.3.2 Pelaksanaan Praktikum............................................ 10 3.4 Metode....................................................................................... 11 3.5 Parameter yang Diamati................................................................ 11 3.5.1 FR (Fertilization Rate)...................................................... 11 3.5.2 HR (Hatching Rate).......................................................... 12 3.5.3 SR (Survival Rate)............................................................ 12 3.6 Analisis Data................................................................................. 13 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Data Kelas........................................................................... 14 4.3 Pembahasan.................................................................................. 15 V



SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan....................................................................................... 18 5.2 Saran............................................................................................. 18 DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 19 LAMPIRAN



20



4



DAFTAR TABEL Nomor



Judul



Halaman 1. Hasil Hibridisasi Perikanan B................................................ 14



DAFTAR GAMBAR Nomor



Judul



Halaman 1. Ikan Koi............................................................................ 3 2. Morfologi Ikan Koi.............................................................. 4 3. Ikan Komet........................................................................ 5 4. Skema prosedur persiapan praktikum Hibridisasi........... 10 5. Skema prosedur pelaksanaan praktikum Hibridisasi....... 11 6. Telur yang Gagal Terbuahi................................................... 14



DAFTAR LAMPIRAN Nomor



Judul



Halaman 1. Alat Praktikum.................................................................. 20 2. Bahan Praktikum............................................................... 21 3. Kegiatan Praktikum............................................................ 21



5



BAB I PENDAHULUAN 1.1



Latar Belakang Sektor budidaya perikanan di Indonesia hingga saat ini



masih terus berkembang. Upaya peningkatan produksi perikanan selain di bidang ikan konsumsi juga dilaksanakan di bidang ikan hias yang dilakukan dengan membudidayakan ikan hias yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Ikan koi merupakan ikan yang memiliki prospek yang baik jika ditinjau dari segi produksi maupun dari segi pemasaran. Prospek ikan koi ditinjau dari segi produksi cukup menjanjikan, karena pemeliharaannya yang tidak terlalu sulit, pertumbuhan cepat, dan memiliki daya tahan terhadap penyakit relatif lebih baik dibandingkan dengan ikan hias jenis lain. Ditinjau dari segi pemasaran, ikan koi memiliki nilai ekonomis tinggi karena tingginya permintaan dari pasar lokal maupun luar negeri, namun karena sekarang sudah banyak orang yang membudidayakan ikan koi, maka untuk tetap ada di dalam persaingan pasar, kita sudah seharusnya mencari inovasi baru dari ikan koi yang dibudidayakan sekarang. Peningkatan produksi hasil budidaya ikan koi memerlukan strategi untuk menghasilkan benih yang unggul dan memiliki karateristik pembeda dari ikan koi lainnya. Pengadaan benih ikan yang bermutu dan memiliki karakteristik yang beda dapat dilakukan dengan meningkatkan perbaikan kualitas benih. Upaya perbaikan kualitas induk ikan koi harus dilakukan agar diperoleh benih yang memiliki kualitas unggul sehingga dapat bersaing di pasaran. Perbaikan kualitas ikan koi dapat dilakukan dengan penangkaran induk berkualitas dan hibridisasi (outbreeding) ataupun



melakukan



kombinsasi



1



antara



keduanya



(Sumantadinata,



1997).



Hibridisasi yang dilakukan pada



praktikum ini dengan mengawinkan ikan koi jantan dengan ikan komet betina dengan harapan keturunan yang dihasilkan dapat mewariskan sifat – sifat genetic unggulan dari kedua induknya, baik dari morfologi, ukuran, atau pada pola warna sehingga akan memiliki daya saing saat di jual dipasaran.



2



3



1.2



Identifikasi Masalah Identifikasi permasalahan di laporan praktikum hibridisasi ini adalah



sebagai berikut: a. Apakah yang dimaksud dengan Hibridisasi? b. Ada



berapakah



jenis



Hibridisasi



yang



biasa



dilakukan



oleh



pembudidaya ikan? c. Bagaimanakah caranya melakukan Hibridisasi pada ikan? d.



1.3



Bagaimanakah sifat anakan ikan hasil hibridisai? Tujuan Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat menerapkan program



hibridisasi yang mengumpulkan varian genetic dominan apabila program seleksi induk tidak mencapai hasil yang diharapkan karena nilai SD dan CV suatu trait relatif kecil. 1.4



Kegunaan Kegunaan kegiatan hibridisasi ini di dalam dunia budidaya ikan adalah



sebagai berikut: a. Dapat menghasilkan strain baru yang memiliki efek heterosis (H) yang bisa memperbaiki suatu trait ikan. b. Dapat mengumpulkan varian dominan genetik atau sifat keunggulan dari kedua jenis indukannya. c. Dapat dijadikan inovasi supaya dapat bersaiang di pasar penjualan ikan.



BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.



Ikan Koi (Cyprinus carpio) Ikan Koi termasuk famili Cyprinidae yang mempunyai ciri-ciri umum,



badan ikan mas berbentuk memanjang dan sedikit pipih ke samping (compresed) dan mulutnya terletak di ujung tengah (terminal). Menurut Effendi (1993) Ikan koi berasal dari keturunan ikan karper hitam dan menghasilkan keturunan yang berwarna-warni. Ikan koi memiliki klasifikasi yang sama dengan ikan mas sebagai berikut : Filum Sub filum Kelas Ordo Familyi Genus Spesies



: Chordata : Vertebrata : Osteichtyes : Cypriniformei : Cyprinidae : Cyprinus : Cyprinus carpio



Ikan koi merupakan ikan air tawar, akan tetapi ikan koi masih dapat hidup pada air yang agak asin. Ikan koi masih bisa bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt. Ikan koi hidup pada salinitas netral, akan tetapi ikan koi masih bisa hidup pada salinitas yang agak basa. Kisaran pH yang dibutuhkan ikan koi agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5-8,5 sedangkan nilai kesadahan yang dapat ditoleransi ikan koi adalah 20 mg/L CaCO3 (Effendi 1993).



Gambar 1. Ikan Koi (Sumber: http://brilio.net) Menurut Susanto (2000), tubuh ikan koi berbentuk seperti torpedo dengan alat gerak berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi bentuk morfologi ikan koi 4



5



adalah sirip punggung, sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor.



Gambar 2. Morfologi Ikan Koi (Sumber : http://media.unpad.ac.id) Ikan koi merupakan ikan air tawar, akan tetapi ikan koi masih dapat hidup pada air yang agak asin. Ikan koi masih bisa bertahan hidup pada air dengan salinitas 10 ppt. Ikan koi hidup pada salinitas netral, akan tetapi ikan koi masih bisa hidup pada salinitas yang agak basa. Kisaran pH yang dibutuhkan ikan koi agar tumbuh sehat yaitu pada kisaran 6,5-8,5 sedangkan nilai kesadahan yang dapat ditoleransi ikan koi adalah 20 mg/L CaCO3 (Effendi 1993). Kelangsungan hidup ikan koi sangat bergantung pada kondisi perairan tempat hidupnya. Mengingat besarnya potensi pencemaran perairan akibat racun yang ditimbulkan dari sisa pakan dan kotoran sisa metabolisme yang mengendap di dasar perairan (Alex 2011). 2.2



Ikan Komet (Carassius auratus) Ikan Komet merupakan ikan hias yang banyak digemari oleh para pecinta



ikan hias. Sama seperti ikan Koi, ikan Komet juga termasuk kedalam famili Ciprinidae. Menurut Goenarso (2005), identifikasi dan taksonomi ikan komet sebagai berikut: Kingdom Filum



: Animalia : Chordata



6



Kelas Ordo Famili Genus Spesies



: Actinopterygii : Cypriniformes : Cyprinidae : Carassius : Carassius auratus Ikan komet (Carassius auratus auratus) merupakan salah satu jenis ikan



mas hias, ciri yang membedakan dengan ikan mas hias lainnya adalah caudal fin atau sirip ekornya lebih panjang dan percabangan di sirip ekornya sangat terlihat jelas, tidak seperti ikan mas biasa yang percabangan di sirip ekornya tidak begitu terlihat jelas. Selain itu, ikan komet mempunyai warna yang mencolok sehingga sangat menarik untuk menjadi ikan hias di dalam ruangan ataupun di luar ruangan.



Gambar 3. Ikan Komet (Sumber: http://infosiana.net) Morfologi ikan komet relatif menyerupai dengan morfologi ikan mas. Karakteristik yang membedakan dari ikan komet dan ikan mas adalah bentuk siripnya. Ikan komet mempunyai bentuk sirip yang lebih panjang dari ikan mas, meskipun jika didekatkan keduanya akan sangat mirip, oleh sebab itu diluar negeri ikan komet dijuluki sebagai ikan mas (goldfish). Perbedaan ikan komet jantan dan betina. Ikan komet jantan memiliki sirip dada panjang dan tebal, kepala tidak melebar, tubuh lebih tipis (ramping), sedangkan ikan komet betina memiliki sirip dada relatif pendek dan luar tipis, kepala relatif kecil dan bentuknya agak meruncing, tubuh lebih tebal (gemuk) (Lingga dan Heru. 1995). Bentuk tubuh ikan komet agak memanjang dan memipih tegak (compressed) mulutnya terletak di ujung tengah dan dapat disembulkan. Bagian ujung mulut memiliki dua pasang sungut. Di ujung dalam mulut terdapat gigi



7



kerongkongan yang tersusun atas tiga baris dan gigi geraham secara umum. Sebagian besar tubuh ikan komet ditutupi oleh sisik kecuali beberapa varietas yang memiliki beberapa sisik. Sisik ikan komet termasuk sisik sikloid dan kecil. Sirip punggung memanjang dan pada bagian belakangnya berjari keras. Letak sirip punggung berseberangan dengan sirip perut. Gurat sisi pada ikan komet tergolong lengkap berada di pertengahan tubuh dan melentang dari tutup insang sampai ke ujung belakang pangkal ekor (Partical Fish Keeping 2013). 2.3



Hibridisasi Hibridisasi dapat dilakukan dengan pemijahan secara buatan. Fertilitas



atau pembuahan adalah penggabungan antara inti sperma dan inti sel telur sehingga membentuk zigot yang kemudian mengalami pembelahan. Hal ini dapat terjadi apabila sperma berhasil menembus mikrofil telur dan bersatu dengan inti telur (Lagler 1972). Derajat pembuahan pada ikan sangat ditentukan oleh kualitas telur, spermatozoa, media dan penanganan manusia. Telur-telur yang diletakkan di air akan cepat mengembang dan mempercepat proses penutupan mikrofil. Waktu yang diperlukan oleh spermatozoa untuk membuahi sel telur sangat singkat (Woynarovich dan Horvath 1980). Pada dasarnya hibridisasi merupakan penggabungan karakter dari dua jenis ikan yang nantinya dapat menghasilkan keunggulankeunggulan tertentu seperti memperbaiki kualitas benih, perbaikan laju pertumbuhan, penundaan kematangan gonad, meningkatkan ketahanan terhadap penyakit dan lingkungan yang kurang mendukung (Yandra dkk 2014). Hibridisasi pada ikan dapat dilakukan antara ras dalam satu spesies (intraspesifik), antara spesies dalam satu genus (interspesifik), antara genus dalam satu famili atau berbeda famili (intergenerik) (Hickling 1971). Hibridisasi ini bertujuan untuk mendapatkan benih dengan sifat lebih baik dari yang dipunyai tetuanya terutama dalam pertumbuhan, kematangan gonad, ketahanan terhadap penyakit serta lingkungan buruk, dan efesiensi permanfaatan makanan. Hasil hibridisasi biasanya akan menghasilkan anakan yang sepenuhnya mirip ikan jantan, sepenuhnya mirip ikan betina atau



8



kombinasi antara ikan jantan dan ikan betina yang membawa karakter kedua induk ikan tersebut (Hardjamulia dan Suseno 1976). Faktor yang paling menentukan dari keberhasilan pembuahan adalah berhasilnya spermatozoa menembus lubang mikropil sel telur, dalam kondisi hibrid ukuran lubang mikrofil telur dan kepala spermatozoa bisa jadi tidak sama karena keduanya berasal dari kekerabatan yang sangat jauh. Selain itu, hal yang juga sangat mempengaruhi pembuahan antara lain adalah kondisi fisiologis dari telur dan sperma yang dihasilkan oleh ikan uji. Seperti yang diungkapkan oleh Chervas dalam Azwar (1994) bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi nilai FR adalah faktor genetik, faktor fisiologis (seperti kualitas sperma individu jantan), dan faktor morfologis/struktur (seperti kesesuaian lubang mikrofil telur dengan kepala spermatozoa) (Yandra dkk 2014). Dalam kegiatan hibridisasi ini biasanya akan dihasilkan individu baru padaikan konsumsi yang sudah dilakukan misalnya melakukan persilanganantara ikan nila hitam dengan ikan nila putih akan dihasilkan ikan nilayang berwarna tubuh ikan merah. Pada umumnya jenis-jenis ikan hiasyang dihasilkan oleh para pembudidaya ikan banyak yang diperoleh darihasil persilangan. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalamproduksi benih ikan hias baru-baru ini dari suatu populasi yaknipersilangan antar varitas atau strain (hibridisasi intervaritas) yang memilikitampilan morfologi dari spesies yang sama. Hibridsasi intervaritas adalahmempersilangkan antara induk jantan dan induk betina yang berasal darispesies yang sama namun minimal memiliki dua karakter fenotipetampilan morfologi yang berbeda (Kirpichnikov, 1981). 2.4 Cross Breeding Cross breeding adalah program breeding yang mencoba untuk menemukan kombinasi antara populasi yang berbeda untuk menghasilkan superioritas pertumbuhan terhadap keturunan sehingga keturunan akan menampakkan hybrid vigour. Program cross breeding umunya melibatkan strain strain yang berbeda dalam satu spesies (intraspecific hybridization), namun spesies spesies ikan yang berbeda juga dapat dihibridisasikan (interspecific hybridization).



9



Pada perkembangan tahun terakhir ini, peranan bioteknologi sangat menguntungkan upaya perbaikan genetik ikan adalah satu yang telah diaplikasikan pada program breeding adalah produksi stok induk hasil kegiatan hibridisasi untuk memproduksi populasi - populasi monoseks yang memiliki sifat pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan parent nya. 2.5 Pewarisan Sifat Pewarisan sifat adalah ciri - ciri atau sifat - sifat makhluk hidup yang diturunkan dari generasi ke generasi atau diturunkan dari induk kepada anaknya. Tiap spesies memiliki ciri - ciri tertentu yang spesifik yang hampir sama dari generasi ke generasi, bahkan ciri ini ada sejak dulu kala. Pewarisan sifat yang dapat dikenal dari orang tua kepada keturunannya secara genetik disebut hereditas. Hukum pewarisan ini mengikuti pola yang teratur dan terulang dari generasi ke generasi. Dengan mempelajati cara pewarisan gen akan dimengerti mekanisme pewarisan suatu sifat dan bagaimana sifat tetap ada dalam pupolasi. George Mendel (1822 - 1884) adalah ilmuan yang dianggap sebagai peletak prinsip - prinsip hereditas (pewarisan sifat). Prinsip - prinsip dasar hereditas itu dikenal sebagai hokum Mendel. Dari hasil percobaanya ternyata diperoleh hasil bahwa sifat resesif yang tidak muncul pada F1 ternyata muncul pada F2. Sifat resesif yang muncul pada F2 kurang lebih seperempat (25%) dari seluruh sampel. Sedangkan sifat dominan yang tampak tiga perempat (75%). Mendel dapat mengemukakan beberapa hukum, yaitu hukum I Mendel dan hukum II Mendel. Hukum – hukum Mendel ini merupakan dasar prinsip genetika. 1) Hukum I Mendel (Hukum segregasi atau hokum pemisahan alel - alel dari sati gen yang berpasangan). Dalam peristiwa pembentukan sel kelamin (gamet), pasangan – pasangan alel memisah secara bebas. Hukum ini berlaku untuk persilangan denagn satu sifat benda (monohibrid). 2) Hukum II Mendel (hukum pengelompokan gen secara bebas atau asortasi). Dalam peristiwa pembentukan gamet, alel membutuhkan kombinasi secara bebas sehingga sifat yang muncul dalam keturunanya beraneka ragam. Hukum ini berlaku dengan persilangan dua sifat beda (dihibrid) atau lebih.



BAB III METODOLOGI 3.1



Waktu dan Tempat Praktikum



Genetika



Ikan



tentang



Hibridisasi



ini



dilaksanakan pada hari Jumat, 28 Oktober 2016 pukul 10.00 - 12.00 WIB di Laboratorium Sumber Daya Perairan, Gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. 3.2



Alat dan Bahan Adapun alat dan bahan yang dipersiapkan untuk praktikum



Genetika Ikan tentang Hibridisasi yaitu sebagai berikut : 3.2.1 Alat Praktikum Alat yang digunakan selama praktikum Genetika Ikan tentang Hibridisasi yaitu sebagai berikut : a. Tanki fiberglass volume 1 m3 air, untuk wadah pemeliharaan induk ikan. b. Aerator dan perlengkapannya, untuk suplai oksigen. c. Net, untuk mengambil induk ikan. d. Timbangan untuk mengukur bobot tubuh induk ikan. e. Petridish, untuk penampung sperma dan telur ikan. f. Akuarium, untuk pemeliharaan larva dan benih ikan. g. Heater, sebagai alat stabilisasi suhu air. 3.2.2 Bahan Praktikum Bahan yang diperlukan selama praktikum Genetika Ikan tentang Hibridisasi yaitu sebagai berikut : a. Ikan Koi jantan, untuk diambil sel spermanya sebagai bahan uji. b. Ikan Komet betina, untuk diambil sel telurnya sebagai bahan uji. 10



c. Hormon ovaprim, untuk mempercepat ovulasi dan pemijahan induk ikan. d. Spuit volume 1 ml dan 2 ml, untuk alat injeksi hormon. e. Larutan Na fisiologis sebagai pengencer sperma ikan.



11



12



3.3



Tahapan Praktikum Prosedur



atau



tahapan



selama



kegiatan



praktikum



Genetika Ikan tentang Hibridisasi ini, adalah sebagai berikut : 3.3.1



Persiapan Praktikum Langkah – langkah yang dilakukan pada saat persiapan



kegiatan praktikum Genetika Ikan tentang Hibridisasi ini, adalah sebagai berikut : Disiapkan dan diseleksi ikan Koi jantan dan ikan Komet betina



Dilakukan injeksi dengan hormon ovaprim dosis 0,5 ml/ kg berat induk jantan atau betina



Disiapkan tanki fiberglass dan aerator untuk tempat sampel uji



Didiamkan selama 12 jam untuk pematangan gonad Gambar 4. Skema prosedur persiapan praktikum Hibridisasi 3.3.2



Pelaksanaan Praktikum Langkah – langkah yang dilakukan pada saat pelaksanaan



kegiatan praktikum Genetika Ikan tentang Hibridisasi ini, adalah sebagai berikut : Disptripping Ikan Koi jantan dan ikan Komet betina setelah 12 jam



Dilakukan fertilisasi buatan di cawan petri



13



Dicuci campuran sperma dan sel telur yang sudah di fertilisasi buatan menggunakan air mengalir



Diletakan sampel uji kedalam aquarium



Diberi naupilii setelah menetas dan sampai umur 15 hari



Dilanjutkan pemeliharaan benih hingga 2 bulan Gambar 5. Skema prosedur pelaksanaan praktikum Hibridisasi 3.4



Metode Metode yang digunakan dalam praktikum ini berupa



eksperimental Perlakuan



dengan



yang



menggunakan



diberikan



diantaranya



beberapa adalah



perlakuan. penyuntikan



dengan menggunakan hormon ovaprim, striping, pengenceran, fertilisasi, dan pengamatan telur. 3.5



Parameter yang Diamati Parameter yang diamati selama proses kegiatan atau setelah praktikum



Genetika Ikan tentang Hibridisasi ini, adalah sebagai berikut : 3.5.1



FR (Fertilization Rate) FR atau fertilization rate adalah derajat pembuahan telur. Pengamatan



derajat pembuahan telur (FR) yang dilakukan setelah pembuahan telur pada proses hibridisasi, selesai dilakukan. Telur yang terbuahi adalah telur yang berwarna cerah, sedangkan telur yang mati adalah telur yang berwarna kusam. FR yang dihitung adalah telur yang terdapat dalam akuarium. Effendi (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat fertilisasi telur ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut :



14



FR (%) =



Po x P



Keterangan : FR



: Derajat fertilisasi telur (%)



P



: Jumlah telur sampel



Po



: jumlah telur yang dibuahi



3.5.2



HR (Hatching Rate) HR atau hatching rate adalah derajat penetasan telur. Pengamatan derajat



penetasan telur dilakukan ketika embrio menetas menjadi larva. HR yang di hitung adalah telur yang menetas dalam akuarium. Effendi (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat penetasan telur ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut : HR (%) =



Pt Po



x



Keterangan : HR



: Derajat penetasan telur



Pt



: Jumlah telur yang menetas



Po



: Jumlah telur yang dibuahi



3.5.3



SR (Survival Rate) SR atau survival rate adalah derajat kelangsungan hidup ikan. Pengamatan



derjat kelangsungan hidup ikan dilakukan hanya untuk proses ginogenesis, hibridisasi, dan triploidisasi setelah larva ikan berumur tujuh hari. Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui derajat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut : SR (%) = Keterangan :



Nt No



x



15



SR



: Kelangsungan hidup ikan selama praktikum



Nt



: Jumlah ikan pada akhir praktikum



No



: Jumlah ikan pada awal praktikum



3.6



Analisis Data Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk perhitungan



dan dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan membandingkan hasil



percobaan



dengan



literatur



yang



berkaitan



dengan



triploidisasi, hibridisasi, dan ginogenesis. Pengamatan tersebut meliputi FR atau fertilization rate adalah derajat pembuahan telur, HR atau hatching rate adalah derajat penetasan telur, juga SR atau survival rate adalah derajat kelangsungan hidup ikan.



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1



Hasil Pengamatan Kelas Adapun hasil yang didapat saat pengamatan mengenai hibridisasi yang



telah dilaksanakan oleh kelas perikanan B yaitu sebagai berikut: Tabel 1. Hasil Hibridisasi Perikanan B Kelompok 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 4.2



FR 92,26% 28% 41,11% 30.8% 95,88% 41,86% 22.5% 97,2% 15.97% 87,4 % 50,05% 89%



HR 2,52% 0,88% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 2,02%



SR 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0% 0%



Hasil Pengamatan Kelompok Adapun hasil yang didapat oleh kelompok kami yaitu jumlah total semua



telur ada 645 dan yang berhasil dibuahi sebanyak 103 telur. Sedangkan % HR dan %SR yang didapat adalah 0%.



Gambar 6. Telur yang Gagal Terbuahi (Sumber: dokumentasi pribadi)



16



17



4.3



Pembahasan Kelas Pengamatan selama praktikum ini diamati jumlah telur yang terbuahi,



jumlah telur yang menetas, serta jumlah telur yang dapat hidup, tumbuh dan berkembang. Dari hasil data yang telah didapat pada saat pelaksanaan praktikum eksploitasi varian genetik dominan dengan program hibridisasi yang telah dilaksanakan dan tercantum pada tabel 1, didapat hasil SR seluruh kelompok 0%. Sedangkan HR yang didapat, hanya kelompok 1, 2 dan 12 yang telur nya menetas walaupun hanya berturut-turut 2,52%, 0,88%, dan 2,02%. Persen FR yang paling banyak didapat oleh kelompok 8 yaitu sebesar 97,2% sedangkan yang paling kkecil kelompok 7 yaitu sebesar 22,5%. Hasil pengamatan yang didapat oleh kelas perikanan B dalam praktikum ini dinyatakan gagal karena tidak ada satupun kelompok yang larva nya terus hidup, tumbuh dan berkembang. Hal ini dapat disebabkan karena kekurang telitian praktikan pada saat praktikum dan kekurang pahaman praktikan da;lam melaksanakan prosedur kerja praktikum. Selain itu ada faktor – faktor lain yang menyebabkan kegagalan tersebut, diantaranya suhu yang kurang cocok dengan pertumbuhan larva, akuarium yang kurang bersih pada saat persiapan praktikum, juga karena tumbuhnya parasit dari sperma ikan yang tidak bisa masuk kedalam sel telur yang menyebabkan telur ikan mati sebelum menetas. Dibandingkan dengan hasil literatur yang didapat, bahwa faktor kegagalan dalam praktikum hibridisasi ini yaitu kegagalan sperma asing untuk menembus sel telur, sperma asing bisa masuk ke dalam telur, sperma asing bisa masuk ke dalam telur dan membesar sebagai pronukleus jantan, tapi tidak bisa menyatu dengan pronukleus inti telur untuk membentuk zigot, kondisi ini menunjukan proses pembuahan hibridisasi seksual antara sperma dan telur selesai dan hibrida dibuahi, sehingga telur mulai berkembang menjadi embrio. 4.4



Pembahasan Kelompok Hibridisasi adalah perkawinan yang menghasilkan pembuahan antara



spesies yang berbeda yang menghasilkan hibrida dari induk yang digunakan. Jadi praktikum kali ini menggunakan dua jenis indukan ikan, yaitu induk betina ikan



18



komet dan induk jantan ikan koi. Praktikum mengenai hibridisasi ini dilaksanakan oleh praktikan sesuai dengan prosedur yang dikerjaan yaitu yang pertama dilakukan adalah proses penyuntikan. Penyuntikan ini menggunakan hormon ovaprim sebanyak 0,4 ml/berat badan indukan ikan betina dan 0,1 ml/berat indukan jantan. Perhitungan volume hormon ovaprim untuk indukan adalah: A. Ikan komet betina Bobot tubuh = 31 gram. Dosis ovaprim:



0,4 1000



=



X 31



. Jadi, X =



0,0124 ml/kg. Ovaprim kemudian diencerkan dengan akuades sampai 0,3 ml. B. Ikan koi jantan Bobot tubuh = 456 gram. Dosis ovaprim:



0,4 1000



=



X 456



. Jadi, X =



0,0456 ml/kg. Ovaprim kemudian diencerkan dengan akuades sampai 0,5 ml. Langkah selanjutnya yang dilakukan yaitu proses stripping dan fertilisasi. Pada proses ini, ikan yang telah matang gonad distripping untuk mendapatkan sel sperma dari jantan dan sel telur dari betina. Kemudian setelah didapatkan sel telur dan sel sperma disatukan dan dilakukan proses fertilisasi di cawan petri ±5 menit . Setelah terjadi fertilisasi, cawan petri yang berisi telur dan sperma dibilas agar sperma nya hilang kemudian digenangi dengan air agar telur dapat terus hidup. Hal yang selanjutnya dilakukan yaitu perhitungan FR (Fertilization Rate). FR yang didapat yaitu: FR = =



Jumlah telur yang dibuahi Jumlah total telur 103 645



x 100%



x 100%



= 15.97% Cawan petri yang berisikan telur yang terbuahi dimasukkan kedalam akuarium. Setelah 3 hari cawan petri diangkat dan diamati di mikroskop untuk dilihat perkembangan sel telur. Perhitungan HR dilakukan untuk mengetahui persentase telur yang menetas. Berdasarkan hasil pengamatan dan perhitungan dari total 103 telur yang dibuahi, tidak ada satupun telur yang menetas. Sehingga HR (%) = 0 %. Otomatis SR (Survival Rate) yang didapat juga 0%.



19



Yan dan Ozgunen (1993) mengungkapkan bahwa perbedaan spesies yang dikawinkan dapat menimbulkan beberapa kemungkinan proses biologis sperma untuk membuahi telur, seperti: 1) Kegagalan sperma asing untuk menembus sel telur, karena sperma yang tidak bisa melewati mikrofyl dari korion telur pada ikan. 2) Sperma asing bisa masuk ke dalam telur, tapi mengecil dan menghilang di sitoplasma telur tanpa melakukan fungsi apapun. 3) Sperma asing bisa masuk ke dalam telur dan membesar sebagai pronukleus jantan, tapi tidak bisa menyatu dengan pronukleus inti telur untuk membentuk zigot. 4) Sperma asing bisa masuk ke dalam telur dan membesar sebagai pronukleus jantan, kemudian menyatu dengan pronukleus inti telur sebagai zigot secara terkoordinasi di dalam telur. Kondisi ini menunjukan proses pembuahan hibridisasi seksual antara sperma dan telur selesai dan hibrida dibuahi, sehingga telur mulai berkembang menjadi embrio. Faktor kegagalan diatas juga bisa menjadi salah satu penyebab kegagalan kelompok kami dalam praktikum hibridisasi ini. Selain itu, faktor – faktor seperti suhu air yang tidak sesuai dengan suhu optimum untuk proses penetasan telur ikan menyebabkan telur ikan mati, tumbuhnya parasit disekitar telur yang menyebabkan telur terserang parasit dan mati, aerator yang tidak jalan juga menjadi faktor penyebab kematian telur ikan karena suplai O 2 yang kurang dan akuarium sebagai tempat menetasnya telur ikan yang kurang bersih sehingga telur gagal menetas karena terserang penyakit dan air yang kurang bersih.



BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Praktikum kali ini adalah mengenai hibridisasi. Ikan yang digunakan untuk hibridisasi ada dua jenis indukan, induk jantan menggunakan ikan Koi dan induk betina menggunakan ikan Komet. Pengertian hibridisasi itu sendiri adalah salah satu rekayasa genetika yang bertujuan agar generasi yang di hasilkan memiliki kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki oleh masing-masing induk sehingga generasi yang dihasilkan adalah generasi yang super dalam aspek-aspek yang kita inginkan atau bisa dikatakan program breeding yang digunakan untuk memeperbiaki suatu populasi ikan secara genetik. Dalam prosesnya, praktikum hibridisasi jauh lebih mudah karena hanya mengawinkan sepasang induk yang berbeda jenis. 5.2



Saran Banyak sekali kesalahan yang terdapat dalam laporan dan pengamatan



yang dilakukam kali ini, oleh karena itu besar harapan kami agar pembaca dapat melakukan percobaan ini dengan lebih baik begitu pula dalam penyajian laporan hibridisasi ini.



20



DAFTAR PUSTAKA Alex. 2011. Budidaya Ikan Koi Ikan Eksotis yang Menguntungkan. Pustaka Baru Press: Yogyakarta. Chervas, N.B. 1981. Ginogenesis in fishes. Dalam V.S. Khirpichnikov (ed:): Genetic bases of fish selection. Springer, Verlag, Berlin, Heidelberg, New York. Hal 223 – 273. Effendi, H. 1993. Mengenal Beberapa Jenis Koi. Kanisius: Yogyakarta. Effendi, M.I., 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. 112 hlm. Goenarso, 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka: Jakarta. Hardjamulia, A dan D. Suseno. 1976. Beberapa Aspek Tentang Pemuliaan Ikan. Fakultas Pertanian Universitas Padjajaran: Bandung. Hickling C.F. 1971. Text Book of Fish Culture. Second Edition. Faber and faber: London. 136-142p Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.E. Miller & D.R.M. Passiono. 1972. Ichtyology. John Willey and Sons: New York. 506 p. Lingga, P. dan H, Susanto. 1995. Ikan Hias Air Tawar. Penebar Swadaya: Jakarta. 84 hlm. Susanto, H. 2000. Budidaya Ikan Koi. Penebar Swadaya: Jakarta. Woynarovich dan Horvath. 1980. The Artificial Propagation on Warm Water Finfishes. A Manual for Extention. FAO: Rome. 57 hlm. Yandra, Eka, Nuraini, dan Hamdan Alawi. 2014. Hybridization of Gold Fish (Carassius auratus) with NILEM (Osteochillus hasselti). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau: Riau.



21



22



LAMPIRAN



Lampiran 1. Alat Praktikum



Akuarium dan Aerator



Selang Aerator



Petridish



Timbangan Digital



Lampiran 2. Bahan Praktikum



Ikan Komet



Ikan Koi



19



Hormon Ovaprim



Larutan NaCl Fisiologis



Lampiran 3. Kegiatan Praktikum



Stripping Penimbangan Ikan Mas



Membersihkan Telur dari Sperma Setelah Dibuahi



Memasukkan Petridisk ke Dalam Akuarium



20



Mencuci Akuarium



21