Laprak Laju Konsumsi O2 [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

KONSUMSI OKSIGEN DAN LAJU KONSUMSI OKSIGEN PADA IKAN MAS (Cyprinus carpio)



Disusun Sebagai Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air Tahun Akademik 2018/2019



Disusun oleh : Kelompok 19 / Perikanan C Alvis Diandra P. Alifa Nadia R. Andiva N. Ratu Nurul S.



230110180125 230110180158 230110180181 230110150009



UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI PERIKANAN JATINANGOR 2019



LEMBAR PENGESAHAN



Judul Praktikum



Konsumsi Oksigen dan Laju Konsumsi Oksigen Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus)



Kelas



Perikanan – C



Kelompok 19



Nama Alvis Diandra P. Alifa Nadia R. Andiva N. Ratu Nurul S.



Jatinangor, Maret 2019



Asisten Laboratorium



Rahmad Afdillah 230110160154



Dosen Penanggung Jawab Praktikum Mata Kuliah Fisiologi Hewan Air



Irfan Zidni, S.Pi.,MP. NIP. 19901112 2016043 001



NPM 230110180125 230110180158 230110180181 230110150009



KATA PENGANTAR



Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas nikmat dan karunianya-Nya Laporan Praktikum Fisiologi Hewan Air tentang “Konsumsi Oksigen dan Laju Konsumsi Oksigen Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele (Clarias gariepinus.)” dapat diselesaikan. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kegiatan praktikum Fisiologi Hewan Air di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran dan memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen pada ikan mas. Laporan ini dapat tersusun tak lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu kelompok 19 mengucapkan banyak terimakasih kepada : 1.



Dosen pengampu Drs. H. Walim Lili, M.Si., Dra. Titin Herawati, M.Si., dan Irfan Zidni, S.Pi., MP. yang menyampaikan materi dengan baik.



2.



Asisten laboratorium Rahmad Afdillah yang membimbing kelompok 19 dalam praktikum.



3.



Teman-teman yang bekerja sama dengan baik pada saat praktikum. Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penyusunan laporan



praktikum, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan masukan yang membangun bagi penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga laporan praktikum yang telah disusun dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.



Jatinangor, Maret 2019



Penyusun



i



DAFTAR ISI



BAB



I



II



III



IV



V



Halaman DAFTAR TABEL ........................................................................



iii



DAFTAR GAMBAR ...................................................................



iv



DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................



v



PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1.2 Tujuan .................................................................................. 1.3 Manfaat ................................................................................



1 1 2



KAJIAN PUSTAKA 2.1 Ikan Mas ............................................................................... 2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas ............................................................ 2.1.2 Fisiologi Ikan Mas ............................................................... 2.2 Sistem Pernapasan pada Ikan Mas ....................................... 2.2.1 Mekanisme Pernafasan......................................................... 2.2.2 Oxygen Conformer ............................................................... 2.2.3 Oxygen Regulator................................................................. 2.3 Ikan Lele............................................................................... 2.3.1 Klasifikasi Lele .................................................................... 2.3.2 Fisiologi Lele ....................................................................... 2.3.3 Pernapasan pada Ikan Lele ................................................... 2.4 Laju Konsumsi Oksigen .................................................... 2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Oksigen .... 2.6 Kebutuhan Oksigen ...........................................................



3 4 4 5 6 6 7 7 7 8 9 10 11 11



METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1 Tempat dan Waktu ............................................................... 3.2 Alat dan Bahan ..................................................................... 3.2.1 Alat ....................................................................................... 3.2.2 Bahan ................................................................................... 3.3. Prosedur Praktikum ................................................................



13 13 13 13 14



HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil ..................................................................................... 4.2 Pembahasan ..........................................................................



15 18



SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan .............................................................................. 5.2 Saran .....................................................................................



20 20



DAFTAR PUSTAKA ..................................................................



21



LAMPIRAN .................................................................................



23



ii



DAFTAR TABEL



No.



Judul



Halaman



1



Alat-alat praktikum. ....................................................................



13



2



Bahan-bahan praktikum. .............................................................



13



3



Data kelompok ............................................................................



29



3



Data angkatan..............................................................................



30



iii



DAFTAR GAMBAR



No.



Judul



1



Ikan mas (Cyprinus carpio) ........................................................



3



2



Sistem pernafasan ikan mas ........................................................



5



3



Mekanisme respirasi pada ikan mas ...........................................



6



4



Ikan lele sangkuriang (Cyprinus sp.) ..........................................



8



5



Grafik hasil kelompok.................................................................



15



6



Grafik konsumsi oksigen ikan mas .............................................



16



7



Grafik konsumsi oksigen ikan lele..............................................



16



8



Grafik laju konsumsi oksigen ikan mas ......................................



17



9



Grafik laju konsumsi oksigen ikan lele .......................................



17



iv



Halaman



DAFTAR LAMPIRAN



No.



Judul



Halaman



1



Alat-alat praktikum .....................................................................



24



2



Bahan-bahan praktikum ..............................................................



26



3



Prosedur praktikum .....................................................................



27



4



Dokumentasi kegiatan .................................................................



28



5



Tabel dan hasil perhitungan kelompok .......................................



30



6



Tabel angkatan ............................................................................



31



v



BAB I PENDAHULUAN



1.1



Latar Belakang Ikan



merupakan



hewan



berdarah



dingin



(poikilothermal)



yang



metabolisme tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Dalam menjalani kehidupannya, ikan sangat rentan terhadap perubahan lingkungan perairan karena ikan memiliki pola adaptasi yang tinggi terhadap lingkungan fisik maupun kimia (Subardja et al. 1989). Menurut Ghufran dan Kordi (2007) jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pernafasan ikan budidaya tergantung ukuran, suhu dan tingkat aktivitasnya dengan batas minimum adalah 3 ppm. Kandungan oksigen di dalam air dianggap optimum bagi budidaya ikan adalah 4-10 ppm, tergantung jenisnya. Laju respirasi terlihat tetap pada batas kelarutan oksigen antara 3-4 ppm pada suhu 20-30˚C. Ketika ikan berada pada kepadatan yang tinggi kebutuhan oksigen akan meningkat, sehingga oksigen terlarut dalam air lebih cepat menurun. Semakin tinggi kepadatan, maka kualitas air lebih cepat menurun sehingga ikan akan lebih cepat mati (Docan et al. 2010). Menurut Ernest (2000) ikan mas merupakan ikan yang sensitif terhadap perubahan oksigen terlarut. Ikan mas dapat bertahan hidup pada konsentrasi kelarutan oksigen minimum sebesar 2 mg/L. Kandungan DO kurang dari 1 mg/L dapat menyebabkan lethal atau menyebabkan kematian pada ikan dalam beberapa jam (Doudoroff dan Shumway 1970). Oleh karena itu penelitian dilakukan untuk mengetahui konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen pada suhu yang berbeda pada ikan mas dan ikan lele. 1.2



Tujuan Tujuan dari praktikum ini adalah :



1. Menghitung jumlah konsumsi oksigen dan mengetahui faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan mas. 2. Menghitung laju konsumsi oksigen dan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi



laju



konsumsi 1



oksigen



pada



ikan



mas.



2



1.3



Manfaat Manfaat dari praktikum ini adalah :



1. Memberikan informasi mengenai jumlah kelarutan oksigen yang dibutuhkan ikan mas dan faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan mas. 2. Memberikan informasi laju konsumsi oksigen dan faktor-faktor yang mempengaruhi



laju



konsumsi



konsumsi



oksigen



pada



ikan



mas.



BAB II KAJIAN PUSTAKA



2.1



Ikan Mas Ikan mas merupakan salah satu komoditas perikanan air tawar yang menjadi



primadona di sub sektor perikanan. Ikan mas memiliki nilai ekonomis tinggi dan jumlah permintaan yang besar terutama untuk beberapa pasar lokal di Indonesia. Ikan mas atau yang juga dikenal dengan sebutan common carp adalah ikan yang sudah mendunia. Hal ini tentunya menjadikan peluang untuk pengembangan budidaya ikan mas (Suseno 2000). Berikut merupakan gambar ikan mas (Gambar 1) :



Gambar 1. Ikan mas (Cyprinus carpio) Sumber: dokumen pribadi



Ikan mas berasal dari China dan Rusia. Di Indonesia, ikan mas mulai masuk sekitar tahun 1810 tepatnya di Galuh, Ciamis, Jawa Barat. Namun, baru sekitar tahun 1960 ikan mas mulai dipelihara dan berkembang ke daerah yang lainnya juga. Ikan mas memiliki beberapa keunggulan mulai dari tingkat keberlangsungan hidupnya yang cukup tinggi, tingkat pertumbuhan yang relatif cepat, serta jumlah telur yang menetas tergolong tinggi (Khairuman et al. 2008).



3



4



2.1.1 Klasifikasi Ikan Mas Menurut Susanto (2007) ikan mas dapat diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut: Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus Spesies



: : : : : : :



Animalia Chordata Actinopterygii Cypriniforme Cyprinidae Cyprinus Cyprinus carpio



2.1.2 Fisiologi Ikan Mas Sistem pernapasan ikan terdiri dari organ yang mengikat oksigen dan mengeluarkan buangan karbondioksida hasil respirasi. Organ tersebut adalah insang dan struktur yang berhubungan dengan insang seperti pembuluh darah. Insang terdiri dari gill filament yang berfungsi sebagai tempat terjadinya pergantian oksigen dengan karbondioksida yang terjadi pada pembuluh darah di dalam gill filament yang menempel pada gill arch, gill arch berfungsi sebagai penghubung antar filamen, rigi-rigi insang berfungsi sebagai penyaring air saat bernapas (Sulmartini et al. 2009). Ketika suhu di perairan tinggi, frekuensi membuka dan menutup operkulum akan cepat. Hal ini disebabkan oleh kenaikan suhu pada suatu perairan akan menyebabkan kelarutan oksigen di perairan tersebut menurun, sehingga kebutuhan ikan terhadap oksigen semakin bertambah. Sedangkan ketika suhu pada perairan rendah, frekuensi membuka dan menutupnya operkulum pada ikan akan lambat. Hal ini disebabkan oleh penurunan suhu pada suatu perairan akan menyebabkan kelarutan oksigen dalam perairan itu meningkat sehingga kebutuhan organisme dalam air terhadap oksigen semakin berkurang (Yulianto 2010).



5



2.2



Sistem Pernapasan Respirasi atau pernapasan adalah pertukaran oksigen dan karbondioksida



antara suatu organisme dengan lingkungannya. Pernapasan didefenisikan juga sebagai proses pengambilan oksigen dan pengeluaran CO2 dari dalam tubuh organisme atau disebut juga proses pertukaran antara O2 dari udara (air untuk ikan) dengan CO2 dari dalam tubuh. Peranan oksigen dalam kehidupan biota air merupakan zat yang mutlak dibutuhkan oleh tubuh yaitu untuk mengoksidasi zat makanan (karbohidrat, lemak, dan protein) sehingga dapat menghasilkan energi (Yushinta 2004). Berikut merupakan sistem pernapasan ikan mas (Gambar 2) :



Gambar 2. Sistem pernapasan ikan mas (Sumber: Neil et al. 2006)



Komponen-komponen pada sistem pernapasan antara lain alat pernapasan (insang), oksigen dan karbondioksida dan darah (butir-butir darah merah, Hb). Prinsip pernapasan yaitu proses pertukaran gas terjadi secara difusi terjadi suatu aliran molekul gas dari lingkungan atau ruang yang konsentrasinya tinggi ke lingkungan yang konsentrasi gasnya rendah (Yushinta 2004).



6



2.2.1 Mekanisme Pernapasan Berikut merupakan gambar mekanisme pernapasan ikan mas (Gambar 3):



Gambar 3. Mekanisme respirasi pada ikan mas (Sumber : Villee et al.1988)



Menurut Yushinta (2004) mekanisme sistem pernapasan (respirasi) organisme air dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Fase inspirasi (fase pengambilan air ke dalam insang). Mekanisme inspirasi berawal dari mulut terbuka, operkulum menutup, rongga bucco pharinx dan rongga insang menggelembung sehingga tekanan dalam mulut rendah dan air dari luar masuk ke dalam rongga mulut. 2. Fase ekspirasi (fase pengeluaran air). Setelah air masuk ke dalam rongga mulut, celah mulut menutup, operkulum membuka, rongga bucco pharinx dan rongga insang berkonsentrasi menyempit. Tekanan yang lebih besar di dalam rongga mulut menyebabkan air ke luar melewati celah tutup insang tersebut. Pada saat air keluar melalui lembaran insang, oksigen berdifusi ke dalam kapiler darah, sedangkan CO2 berdifusi dari darah ke dalam air. Jadi pertukaran O2 dan CO2 pada ikan terjadi pada fase ekspirasi. 2.2.2 Oxygen Conformer Oxygen confomer adalah tingkat konsumsi oksigennya tergantung pada keadaan tekanan okigen. Organisme tidak mampu mempertahankan tekanan parsial oksigen di dalam tubuhnya, oleh karena itu organisme tersebut harus melakukan berbagai adaptasi agar dapat bertahan di dalam tempat hidupnya. Adaptasi dapat dilakukan sepanjang perubahan yang terjadi pada lingkungannya



7



tidak terlalu besar dan masih ada dalam kisaran konsentrasi yang dapat diterimanya (Affandi dan Tang 2002). 2.2.3 Oxygen Regulator Oxygen regulator adalah tingkat konsumsi oksigennya relatif konstan pada kisaran tekanan parsial oksigen yang sempit. Organisme tersebut menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung lingkungan sekitar. Oleh karena itu organisme ini dapat hidup di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi cairan yang rendah, organisme ini akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya (Affandi dan Tang 2002). 2.3



Ikan Lele Ikan lele adalah sejenis ikan air tawar yang memiliki kemampuan hidup



lebih kuat di bandingkan ikan air tawar lainnya. Ikan ini mampu bertahan hidup dalam kondisi kurang air atau tidak ada air Menurut Djoko (2006) bahwa ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainya, seperti ikan mas, gurami dan tawes. Alat pernapasan lele sangkuriang berupa insang yang berukuran kecil sehingga lele sangkuriang sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Bila ikan lele sangkuriang mengalami kesulitan dan memenuhi kebutuhan oksigen, akibatnya lele sangkuriang sering mengambil oksigen dengan muncul ke permukaan. Alat pernafasan tambahan terletak di rongga insang bagian atas, alat berwarna kemerahan penuh kapiler darah dan mempunyai tujuk pohon rimbun yang biasa disebut “arborescent organ”. 2.3.1 Klasifikasi Lele Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus) menurut Kordi, (2010) adalah sebagai berikut : Phylum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Subordo : Siluroidae Famili : Claridae



8



Genus Spesies



: Clarias : Clarias gariepinus



Gambar 4. Ikan Lele Sangkuriang Sumber : google



2.3.2 Fisiologi Lele Sebagaimana halnya ikan lele, lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) memiliki ciri-ciri identik dengan lele dumbo sehingga sulit untuk dibedakan. Secara umum, ikan lele sangkuriang dikenal sebagai ikan berkumis atau catfish. Tubuh ikan lele sangkuriang ini berlendir dan tidak bersisik serta tidak memiliki mulut yang relatif lebar yakni ¼ dari panjang total tubuhnya. Ciri khas dari lele sangkuriang adalah adanya empat pasang dan sungut yang terletak di sekitar mulutnya. Keempat pasang sungut tersebut terdiri dari dua pasang sungut maxiral/ rahang atas dan dua pasang sungut mandibula/rahang bawah (Lukito 2002). Fungsi sungut bawah adalah sebagai alat peraba ketika berenang dan sebagai sensor ketika mencari makan. Sirip lele sangkuriang terdiri atas lima bagian yaitu sirip dada, sirip perut, sirip dubur, sirip ekor, dan sirip punggung. Sirip dada lele sangkuriang dilengkapi dengan patil (sirip yang keras) yang berfungsi untuk alat pertahanan diri (Lukito 2002). Menurut Djoko (2006) bahwa ikan lele sangkuriang mempunyai bentuk badan yang berbeda dengan jenis ikan lainya, seperti ikan mas, gurami dan tawes. Alat pernapasan lele sangkuriang berupa insang yang berukuran kecil sehingga lele sangkuriang sering mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan oksigen. Bila ikan lele sangkuriang mengalami kesulitan dan memenuhi kebutuhan oksigen, akibatnya lele sangkuriang sering mengambil oksigen dengan muncul ke permukaan. Alat pernapasan tambahan terletak di rongga insang bagian atas, alat



9



berwarna kemerahan penuh kapiler darah dan mempunyai tujuk pohon rimbun yang biasa disebut “arborescent organ”. Untuk memudahkan berenang, lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) dilengkapi sirip tunggal dan sirip berpasangan. Sirip tunggal adalah sirip punggung, sirip ekor dan sirip dubur. Sedangkan sirip berpasangan adalah sirip perut dan sirip dada. Sirip dada yang keras disebut patil (Khairuman dan Amri, 2009). 2.3.3



Pernapasan pada Ikan Lele Sistem respirasi pada Ikan Lele tersusun atas insang yang berada pada sisi



kiri dan kanan kepala. Insang merupakan bagian dari sistem pernafasan pada ikan, jika dipotong secara melintang akan diketahui bagian-bagian berikut : - Lengkurry insang : berupa tulang rawan berbentuk sabit berwarna putih. Bagian basal dari lengkung insang terdapat arteri branchialis (sebelah dorsal) dan arteri epibranchialis (sebelah ventral). - Tapis insang : berupa deretan tulang-tulang rawan pendek berbentuk gerigi di sebelah dalam lengkung insang. - Filamen insang : berbentuk seperti dua ujung tombak berwarna merah coklat. - Septum branchialis : bagian yang memisahkan kedua belahan filamen. Menurut Angka, S.L (1990), ikan lele memilki alat pernafasan tambahan yang disebut Aborescent organ yang merupakan membran yang berlipat-lipat penuh dengan kapiler darah. Aiat ini terletak di dalam ruangan sebelah atas insang. Dalam sejarah hidupnya lele harus mengambil oksigen dari udara langsung, untuk itu ia akan menyembul kepermukaan air. Konsumsi oksigen merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh organisme yang dipengaruhi oleh laju metabolismenya, dimana laju metabolisme cepat menunjukkan bahwa organisme membutuhkan oksigen yang lebih banyak dibandingkan jika laju metabolismenya lambat (Djawad et al. 2007). Menurut Hurkat dan Marthur (1976) konsumsi oksigen pada tiap organisme berbeda-beda tergantung pada aktivitas, jenis kelamin, ukuran tubuh, temperatur dan hormon. Faktor lain yang menyebabkan perbedaan konsumsi oksigen terlarut adalah nutrisi dan usia. Semakin besar bobot ikan maka semakin banyak pula



10



konsumsi oksigennya begitupun sebaliknya. Semakin banyak konsumsi oksigen, semakin besar laju metabolismenya. Berdasarkan tingkat konsumsi oksigen terdapat dua klasisifikasi organisme yaitu oxygen conformer dan oxygen regulator. Organisme conformer merupakan hewan yang tidak mampu mempertahankan lingkungan internalnya, lingkungan internalnya berubah seiring dengan perubahan eksternal sehingga pada saat kadar oksigen turun atau naik organisme ini akan konstan dalam jumlah konsumsi oksigen. Sedangkan organisme regulator merupakan organisme yang mampu mengatur berbagai faktor stabilitas lingkungan internalnya sehingga ketika kadar oksigen turun atau naik organisme ini mampu mengatur jumlah konsumsi oksigen diterimanya (Affandi dan Tang 2002). Ikan membutuhkan oksigen untuk proses penguraian makanan dalam tubuhnya dan ke semua komponen. Proses metabolisme membutuhkan oksigen, maka kebutuhan oksigen dalam air harus tetap terjaga karena kekurangan oksigen akan mengakibatkan organisme akan bersaing satu sama lain untuk memenuhi kebutuhan oksigennya yang mengakibatkan stres sampai dengan kematian (Kremer 1981 dalam Izzati 2004). 2.4



Laju Konsumsi Oksigen Laju konsumsi oksigen adalah jumlah oksigen yang diperlukan untuk



respirasi selama waktu tertentu. Laju konsumsi oksigen biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. (Moyle dan Cech 1982). Menurut Yulianto (1988) setiap tingkat organisme memiliki perbedaan dalam laju konsumsi oksigen, karena pengambilan oksigen tergantung pada intensitas metabolisme yang dipengaruhi oleh berat tubuh. Bila kandungan oksigen dalam air rendah maka laju metabolisme juga rendah dan aktivitas hidup terbatas, perbedaan aktivitas menyebabkan perbedaan dalam kebutuhan energi dan



11



akibatnya terdapat perbedaan dalam konsumsi oksigen dalam mengoksidasi makanan dalam menghasilkan energi. Kenaikan tingkat konsumsi oksigen akan diikuti dengan meningkatnya laju metabolisme. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin 2005). 2.5



Faktor-faktor yang Mempengaruhi Konsumsi Oksigen Konsumsi Oksigen dapat dipengaruhi oleh intensitas dari metabolisme



oksidatif dalam sel, kecepatan pertukaran yang mengontrol perpindahan air disekitar insang yang berdifusi melewatinya, faktor internal yaitu kecepatan sirkulasi darah dan volume darah yang dibawa menuju insang dan afinitas oksigen dari hemoglobin (Lagler 1977). Menurut Ratningsih (2008) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi oksigen antara lain: 1. Faktor luar terdiri dari : a. Tekanan parsial oksigen yang terdiri dari 2 tipe yaitu: - Tingkat konsumsi oksigennya tergantung pada keadaan tekanan okigen (Conformer). - Tingkat konsumsi oksigennya relatif konstan pada kisaran tekanan parsial oksigen yang sempit ( Regulator ). b. Peningkatan suhu diikuti dengan peningkatann laju metabolisme. c. Faktor lain (makanan, salinitas dan karbondioksida). 2. Faktor dalam yang terdiri dari ukuran ikan, jenis ikan dan faktor lain (aktivitas, kondisi kesehatan dan reproduksi). 2.6



Kebutuhan Oksigen Kebutuhan oksigen didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang



diperlukan oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik, pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (Pescod 1973).



12



Menurut Fujaya (2004) kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh kemampuannya



memperoleh



oksigen



yang



cukup



dari



lingkungannya.



Berkurangnya oksigen terlarut dalam perairan, tentu saja akan mempengaruhi fisiologi respirasi ikan dan hanya ikan yang memiliki sistem respirasi yang sesuai dapat bertahan hidup Konsumsi oksigen digunakan untuk menilai laju metabolisme ikan sebab sebagian besar energi berasal dari metabolisme aerobik (Ville et al. 1988). Kebutuhan konsumsi oksigen ikan mempunyai spesifitas yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang bergantung pada kebutuhan dan keadaan metabolisme ikan. Perbedaan kebutuhan oksigen dalam suatu lingkungan bagi ikan dari spesies tertentu disebabkan oleh adanya perbedaan struktural molekul darah yang mempengaruhi hubungan antara tekanan parsial oksigen dalam air dan derajat kejenuhan dalam sel darah. Ketersediaan oksigen bagi ikan menentukan aktifitas ikan. Jumlah minimal kebutuhan oksigen terlarut untuk setup jenis ikan tidak sama. Biasanya ikan yang gesit lebih banyak membutuhkan oksigen dibanding ikan yang tenang. Namun, sedikitnya untuk pemeliharaan ikan harus berkadar oksigen 5 mg/L (Barner 1963).



BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM



3.1



Waktu dan Tempat Praktikum mengenai Konsumsi Oksigen dan Laju Konsumsi Oksigen pada



Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Lele (Clarias sp.) Pada hari Rabu, 20 Maret 2019 pukul 13.30 WIB s.d. 15.30 WIB bertempat di Laboratorium Fisiologi Hewan Air, Gedung 2 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. 3.2



Alat dan Bahan Dalam pelaksanaan praktikum ini digunakan alat-alat dan bahan sebagai



berikut: 3.2.1 Alat Alat-alat yang digunakan saat praktikum adalah sebagai berikut : Tabel 1. Alat-alat praktikum



No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7 8



Nama Alat Wadah Plastik Baki Timbangan Gelas Ukur Cling Wrap Beaker glass Timer / stopwatch DO meter



Fungsi Untuk tempat percobaan. Untuk tempat tumpahan air Untuk mengukur bobot ikan Untuk mengukur volume air Untuk penutup dari wadah plastik Untuk mengambil volume air Untuk penunjuk waktu Untuk mengukur kadar DO dalam air



3.2.2 Bahan Bahan-bahan yang digunakan saat praktikum adalah sebagai berikut : Tabel 2. Bahan-bahan praktikum



No.



Fungsi



Nama Bahan



1.



Ikan Mas



Sebagai sampel ikan yang diamati



2.



Air



Sebagai media ikan yang diamati



3.



Ikan Lele



Sebagai sampel ikan yang diamati



13



14



3.3



Prosedur Praktikum Prosedur pengerjaan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai



berikut: 1.



Wadah plastik dengan volume 1150 ml disiapkan dan diisi air hingga penuh, DO awal diukur.



2.



Wadah plastik yang telah terisi air disimpan di atas baki.



3.



Ikan mas/ ikan lele ditimbang.



4.



Ikan dimasukkan ke dalam wadah plastik. Volume air yang keluar dari wadah dimasukkan kedalam gelas ukur dan diukur sebagai volume ikan.



5.



Volume air wadah dihitung dengan cara volume wadah dikurangi volume ikan.



6.



Wadah plastik ditutup dengan cling wrap agar tidak terjadi kontak dengan udara luar.



7.



Wadah percobaan didiamkan selama 30 menit.



8.



Setelah selesai cling wrap dibuka dan DO akhir diukur.



9. Konsumsi oksigen ikan mas/ikan lele dihitung menggunakan rumus : Konsumsi oksigen (mgO2/g)



(DOawal – DOakhir) (Vol. Wadah) = Bobot ikan (g)



10. Laju konsumsi oksigen ikan mas/lele dihitung menggunakan rumus : Laju konsumsi oksigen (mgO2/g/h)



Konsumsi oksigen = Waktu (jam)



BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN



4.1



Hasil



4.1.1 Hasil Kelompok Berikut merupakan tabel data hasil pengamatan kelompok 19 tentang konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen pada ikan mas (Tabel 3) : 90 80 70 60 50



Series 1



40



Series 2



30 20 10 0



Konsumsi O₂



Laju Konsumsi O₂



Gambar 5. Grafik hasil kelompok



15



4.1.2 Hasil Angkatan 80



Konsums Oksigen Ikan Mas



70 60 50



40



Series 1



30 20 10 0 22



25



27



Gambar 6. Grafik Konsumsi Oksigen Ikan Mas 80



Konsumsi Oskigen Ikan Lele



70 60 50 40



Series 1



30 20 10 0 22



25



27



Gambar 7. Grafik Konsumsi Oksigen Ikan Lele



16



90



Laju Konsumsi Oksigen IKan Mas



80 70 60 50 Series 1



40 30 20 10 0 22



25



27



Gambar 8. Grafik Laju Konsumsi Oksigen Ikan Mas 160



Laju Konsumsi Oksigen Ikan Lele



140 120 100 80



Series 1



60 40 20 0 22



25



27



Gambar 8. Grafik Laju Konsumsi Oksigen Ikan Lele



17



4.2



Pembahasan



4.2.1 Pembahasan Hasil Kelompok Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 19, ikan mas dengan bobot 85 gram pada suhu air 27± 1oC memiliki jumlah konsumsi oksigen 38,5 mgO2/g dan laju konsumsi oksigen sebesar 77 mgO2/g/h. Hasil pengamatan sesuai dengan pernyataan Zonneveld et al. (1991) yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi konsumsi oksigen pada ikan antara lain ukuran, ikan dengan ukuran lebih kecil kecepatan metabolismenya lebih tinggi dari pada ikan yang berukuran besar sehingga oksigen yang dikonsumsi lebih banyak. Temperatur, ikan yang berada pada temperatur tinggi laju metabolismenya juga tinggi sehingga konsumsi oksigen lebih banyak. Aktivitas, ikan dengan aktivitas tinggi akan mengkonsumsi oksigen jauh lebih banyak dari pada ikan yang tidak aktif. Umur, ikan yang berumur masih muda akan mengkonsumsi oksigen lebih banyak dari pada ikan yang lebih tua. Salmin (2005) menyatakan bahwa aktivitas ikan akan mempengaruhi banyaknya oksigen yang dikonsumsi karena akan mempengaruhi suhu tubuh ikan. Saat ikan aktif bergerak maka suhu tubuhnya meningkat sehingga laju metabolisme dalam tubuhnya, akibatnya laju respirasi meningkat pula karena kebutuhan oksigen untuk metabolisme menjadi besar. Ikan mas bukan jenis ikan yang dapat mengatur konsentrasi cairan tubuh di perairan yang bersuhu tinggi, jadi ikan mas tidak akan bertahan dilingkungan yang



memiliki



kadar



suhu



tinggi.



18



Beda



halnya



dengan



ikan



lele.



19



4.2.2 Pembahasan Hasil Angkatan Berdasarkan hasil pengamatan angkatan selama 30 menit ikan mas pada suhu 22 ± 1oC jumlah konsumsi oksigen sebesar 12,5 mgO2/g, pada suhu 25 ± 1oC jumlah konsumsi oksigen sebesar 24,2 mgO2/g dan pada suhu 27 ± 1oC jumlah konsumsi oksigen sebesar 68,2 mgO2/g. sedangkan jumlah laju konsumsi oksigen pada ikan mas pada suhu 22 ± 1oC sebesar 25 mgO2/g, pada suhu 25 ± 1oC jumlah laju konsumsi oksigen sebesar 48,5 mgO2/g dan pada suhu 27 ± 1oC jumlah laju konsumsi oksigen sebesar 79,4 mgO2/g. Sedangkan hasil pengamatan angkatan mengenai ikan lele selama 30 menit pada suhu 22 ± 1oC jumlah konsumsi oksigen sebesar 50,5 mgO2/g, pada suhu 25 ± 1oC jumlah konsumsi oksigen sebesar 60,5 mgO2/g dan pada suhu 27 ± 1oC jumlah konsumsi oksigen sebesar 68,5 mgO2/g. Jumlah laju konsumsi oksigen pada ikan lele pada suhu 22 ± 1oC sebesar 99,6 mgO2/g, pada suhu 25 ± 1oC jumlah laju konsumsi oksigen sebesar 124,5 mgO2/g dan pada suhu 27 ± 1oC jumlah laju konsumsi oksigen sebesar 135 mgO2/g. Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa suhu dapat mempengaruhi jumlah konsumsi oksigen pada ikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fujaya (2004) yang menyatakan bahwa semakin tinggi suhu maka semakin sedikit oksigen terlarut dan bertambah besar konsumsi oksigen. Pengaruh suhu ini terjadi karena kenaikan suhu akan menaikkan metabolisme. Riyadi (2006) menyatakan bahwa pada umumnya hewan poikiloterm metabolisme dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan, pada suhu rendah metabolisme turun dan metabolisme akan meningkat pada suhu lingkungan yang meningkat. Suhu yang baik untuk kehidupan ikan di daerah tropis berkisar antara 25 – 32oC. Secara tidak langsung pengaruh temperatur menjalar melalui kemampuan kontrolnya terhadap kelarutan gas-gas dalam air, termasuk oksigen. Dalam hal ini semakin tinggi temperatur akan semakin kecil kelarutan oksigen dalam air, sementara itu kebutuhan oksigen bagi organisme akan semakin besar karena adanya peningkatan metabolisme ikan. Ghufran dan Kordi (2007) menyatakan bahwa suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, oleh karena itu penyebaran organisme di perairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut.



20



BAB V SIMPULAN DAN SARAN



5.1



Simpulan Dalam praktikum konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen pada ikan



mas (Cyprinus carpio) dan ikan Lele (Clarias sp.) dapat disimpulkan : 1.



Ikan



mas



merupakan



jenis



ikan



conformer



yaitu



tidak



mampu



mempertahankan tekanan parsial oksigen di dalam tubuhnya. Konsumsi oksigen pada ikan mas dipengaruhi oleh tekanan parsial oksigen, suhu, aktivitas ikan, serta kondisi kesehatan pada ikan. Kelarutan oksigen minimum dalam perairan yang dibutuhkan oleh ikan mas adalah 2 mg/L. Jika kelarutan oksigen dalam perairan kurang dari 2 mg/L dapat menyebabkan lethal atau menyebabkan kematian pada ikan. 2.



Laju konsumsi oksigen pada ikan mas dan ikan lele berbanding lurus dengan konsumsi oksigen, jika konsumsi oksigen tinggi maka laju konsumsi oksigen juga tinggi. Laju konsumsi oksigen dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain suhu dan bobot tubuh. Semakin tinggi suhu maka konsumsi oksigen semakin besar begitupun sebaliknya dan semakin besar bobot ikan maka semakin kecil laju konsumsi oksigennya.



3.



Ikan lele merupakan ikan yang memiliki alat bantu pernafasan labirin dan arborecent. Itu tandanya ikan lele dapat bertahan hidup lebih lama di kondisi yang kekurangan oksigen.



5.2



Saran Penyusun menyarankan pada saat praktikum dengan ikan yang berbeda pada



pertemuan praktikum yang berbeda. Hal ini agar praktikan dapat mengidentifikasi konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen pada ikan yang berbeda.



21



DAFTAR PUSTAKA



Affandi, R. dan Tang, U. 2002. Fisiologi Hewan Air. Universitas Riau Press. Pekan Baru. Barner, R. 1963. Invertebrata Zoologi. W. B. Saunders Company. Philadelphia. Djawad, M., Ambas, I. dan Yusri, K. 2007. Penuntun Praktikum Fisiologi Hewan Air. Universitas Hasanuddin. Makasar. Djuhanda dan Tatang. 1981. Dunia Ikan. Armico. Bandung Docan, A., Cristea, V., Grecu, I. dan Dediu, L. 2010. Hematological response of the European catfish, Silurus glanis reared at different densities in ”flowthrough” production system. Archiva Zootechnica. 13(2): 63-70. Doudoroff, P. dan Shumway, D. 1970. Dissolved Oxygen Requirements of Freshwater Fishes. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Ernest, D. 2000. Performance Engineering. Encyclopedia of Aquaqulture. New York. 629-644 p. Fujaya, Y. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknik Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta. Ghufran, H. dan Kordi, K. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta. Jakarta. Gordon, M.1972. Animal Phisiology Principles and Adaptations.Third Edition Macmillan Publishing Co. Inc. New York. Hurkat, P. dan Marthur, P. 1976. A Text Book of animal Physiology. Schan Co. Ltd. New Delhi. Izzati, M. 2008. Karakterisasi dan Uji Potensi Makroalga Sebagai Agen Pemicu (Forcing Function) Untuk Rehabilitasi Ekosistem Tambak Udang. Disertasi. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Khairuman, S., Dodi, S. dan Bambang, G. 2008. Budidaya Ikan Mas Secara Intensif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Moyle, P. dan Cech. 1982. Fishis an Introduction to Ichthyology. Prertice Hall Inc. New York. Pescod, M. 1973. Investigation of Rational Effluen and Stream Standards for Tropical Countries. A.I.T. Bangkok. 59 p.



22



Riyadi, A. 2006. Kajian Kualitas Air Waduk Tirta Shinta di Kota Bumi Lampung. Jurnal Hidrosfir. Vol. 1. Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indikator untuk Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal Oseana. 30(1). 21-26 p. Subardja, D., Rahardjo., Affandi, R., dan Brodjo. 1989. Sistematika Ikan. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayatti Institut Pertanian Bogor. Bogor. 125 p. Sulmartini, L., Chotimah, D., Tjahjaningsih, W., Thomas, V. dan Triastuti, J. Respon Daya Cerna dan Respirasi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio) Pasca Transportasi Dengan Menggunakan Daun Bandotan (Ageratum conyzoides) Sebagai Bahan Antimetabolik. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 2(1). Susanto. 2007. Kiat Budidaya Ikan Mas di Lahan Kritis. Penebar Swadaya. Jakarta. Suseno, D. 2000. Pengelolaan Usaha Pembenihan Ikan Mas. Penebar Swadaya. Jakarta Tobin, A. 2005. Asking About Life. Thomson Brooks Cole. Canada. Villee, W., Walker, Jr., dan Robert, D. 1988. Zoologi Umum. Erlangga. Jakarta Yulianto, B. 1988. Pengaruh Klorofenol terhadap Konsumsi Oksigen dan Produksi Karbondioksida pada Udang Windu (Penaus monodon). Jurnal Perikanan dan Ilmu Kelautan. 9(1) : 45. Yulianto, I. 2010. Pendekatan Ekosistem untuk Pengelolaan Perikanan Karang di Pulau Weh, Nangroe Aceh Darussalam. Tesis. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Yushinta, F. 2004. Fisiologi Ikan Dasar Pengembangan Teknologi Perikanan. Rineka Cipta. Jakarta. Zonneveld, N., Huisman, E. dan Boon, J. 1991. Prinsip-prinsip Budi Daya Ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.



LAMPIRAN



24



Lampiran 1. Alat Praktikum



1. Wadah plastik



2. Baki



3. Timbangan



4. Gelas ukur



5. Cling wrap



6. Stopwatch



25



7. DO Meter



26



Lampiran 2. Bahan Praktikum



1. Ikan Mas



3. Ikan lele



2. Air



27



Lampiran 3. Prosedur Praktikum -



Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio)



Wadah plastik disiapkan dan diisi air hingga penuh, DO awal diukur.



Wadah plastik yang telah terisi air disimpan di atas baki.



Ikan mas ditimbang. Ikan dimasukkan ke dalam wadah plastik. Volume air yang keluar dari wadah dimasukkan ke dalam gelas ukur dan diukur sebagai volume ikan. Volume air wadah dihitung dengan cara volume wadah dikurangi volume ikan



Wadah plastik ditutup dengan cling wrap agar tidak terjadi kontak dengan udara luar.



Wadah percobaan didiamkan selama 30 menit.



Cling wrap dibuka, DO akhir diukur.



28



-



Ikan Lele (Clarias sp.) Disiapkan wadah plastik



Diisi air sampai penuh meluber, pada saat mengisi air tidak boleh ada gelembung



Diukur Dissolve Oxygen (DO) pada air di wadah



Dimasukan samapel ikan, bila ada air yang tumpah langsung ditambah lagi



Ditutup wadah dengan plastik, usahakan tidak boleh ada oksigen yang terbawa kemudian diamkan selama 30 menit



Dilakukan pengamatan Dissolve Oxygen (DO)



29



Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan



1. Air dalam wadah diukur DO awal



3. Ikan dimasukan ke dalam wadah plastik, volume air yang keluar diukur sebagai volume ikan.



5. cling wrap dibuka dan DO akhir diukur



2. ikan mas ditimbang



4. wadah plastik ditutup dengan cling wrap dan diamkan selama 30 menit.



30



Lampiran 5. Tabel dan Hasil Perhitungan Kelompok Berikut merupakan tabel hasil pengamatan dan perhitungan kelompok 19 : Bobot (g)



Volume ikan (ml)



Volume air wadah (L)



DO awal (mg/l)



DO akhir



78



1722



6,9



5



85



(mg/l)



Berikut merupakan perhitungan konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen kelompok 19 : 1. Konsumsi Oksigen Konsumsi oksigen (mgO2/g)



(DOawal – DOakhir) (Vol. Wadah) = Bobot ikan (g) (6,9 – 5) (1722) = 85 =



2.



38,5 mgO2/g



Laju Konsumsi Oksigen Laju konsumsi oksigen (mgO2/g/h)



Konsumsi oksigen = Waktu (jam) 38,5 = 0,5 =



77 mgO2/g/h



31



Lampiran 6. Tabel Angkatan Berikut merupakan tabel hasil perhitungan konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen kelas A: Kel.



Bobot (g)



1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ratarata



84,75 107 120,09 87,51 105 92,34 101,27 98,11 94,56 108,23



11



Volume Ikan (mL)



Volume Air (mL)



Suhu (℃)



DOawal (mg/L)



DOakhir (mg/L)



Konsumsi Oksigen (mg O2/g)



Laju Konsumsi Oksigen (mg O2/g/h)



6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9 6,9



3,2 4,5 3,7 4,3 3,4 3,9 3,5 3,7 6,1 3,2



76,3 37 44,15 51,1 56,1 56,7 56,4 56,1 14,2 61,54 50,959



152,6 74 88,3 103 112,2 113,4 112,8 112,2 28,4 123,08 101,998



89



6,9



5,9



19,38



38,76



12



89



6,9



6,5



7,6



15,2



13



112



6,9



6,2



10,46



20,91



14



69



20



1780



6,9



6,6



7,74



15,48



15



100



64



1736



6,9



6,2



12,152



24,304



16



82



6,9



6,3



12,7



25,4



17



92



6,9



6



16,9



33,8



18



112



6,9



6,1



11,127



22,254



19



124



6,9



5,8



14,5



29



12,506



25,012



Ratarata



150



1650



80



1720



55



1745



80 129



72



1671



1728



6,9



32



Berikut merupakan tabel hasil perhitungan konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen kelas B :



Kel.



Bobot (g)



Volume Ikan (mL)



Volume Air (mL)



Suhu (℃)



DOawal (mg/L)



DOakhir (mg/L)



Konsumsi Oksigen (mg O2/g)



Laju Konsumsi Oksigen (mg O2/g/h)



1



95,98



59



1091



21,4



4,4



1



0,05



0,09



2



88,45



63



1087



21,5



4,4



0,7



0,04



0,09



3



102



41



1109



21,4



4,4



0,8



0,06



0,11



4



45,58



62



1088



21,6



4,4



0,7



0,04



0,08



5



92,58



104



1046



21,4



4,4



0,7



0,05



0,10



6



98



58



1092



21,5



4,4



0,6



0,04



0,09



7



98,8



78



1072



21,5



4,4



0,7



0,05



0,09



8



104,91



87



1063



21,6



4,4



0,7



0,05



0,09



9



99,02



39



1111



21,7



4,4



0,8



0,04



0,08



10



95,98



45



1105



21,7



4,4



0,8



0,05



0,10



63,6



1086,4



21,53



4,4



0,75



0,047



0,089



Ratarata 11



64,81



79



1071



17,7



4,4



0,7



0,06



0,12



12



102,9



139



1011



17,8



4,4



0,7



0,04



0,07



13



75,43



103



1047



17,6



4,4



0,8



0,05



0,10



14



109,64



110



1040



18,1



4,4



0,7



0,04



0,07



15



109,49



102



1048



18,2



4,4



0,8



0,03



0,07



16



75,43



103



1047



18,3



4,4



0,8



0,05



0,10



17



85,03



105



1045



18,1



4,4



0,9



0,04



0,09



18



80,16



125



1025



18,2



4,4



0,8



0,05



0,09



19



86,07



102



1048



18,3



4,4



0,8



0,04



0,09



Ratarata



87,66



107,55



1042,44



18,03



4,4



0,78



0,044



0,090



33



Berikut merupakan tabel hasil perhitungan konsumsi oksigen dan laju konsumsi oksigen kelas C :



Kel.



Bobot (g)



Volum e Ikan (mL)



Volume Air (mL)



Suhu (℃)



DOawal (mg/L)



DOakhir (mg/L)



Konsumsi Oksigen (mg O2/g)



Laju Konsumsi Oksigen (mg O2/g/h)



1



95,98



242



1710



27



6,9



3,7



50,6



102,02



2



88,45



104



1696



27



6,9



2,8



78,61



157,03



3



102



64



1736



27



6,9



3,2



52,76



105,52



4



45,58



91



1709



27



6,9



4,0



108,73



217,46



5



92,58



64



1736



27



6,9



2,8



76,8



153,06



6



98



79



1721



27



6,9



3,6



67,95



115,09



7



98,8



71



1729



27



6,9



3,4



61,25



122,05



8



104,91



112



1688



27



6,9



3,0



62,75



125,5



9



99,02



103



1697



27



6,9



3,3



62,00



123,00



10



95,98



242



1558



27



6,9



4,0



47,01



94,02



Ratarata



68,25



135,03



11



113



78



1722



27



6,9



4,8



32



64



12



78



90



1710



27



6,9



4,9



44



88



13



79



79



1721



27



6,9



4,7



48



96



14



105



61



1739



27



6,9



4,5



39,74



79,48



15



80



78



1722



27



6,9



4,8



45,2



90,4



16



77



77



1723



27



6,9



4,4



55,94



111,8



17



99



82



1718



27



6,9



5,4



26,03



52,06



18



97



55



1745



27



6,9



4,9



25,97



71,95



19



85



78



1722



27



6,9



5,0



38,5



77



40,6



79,39



Ratarata