Laju Konsumsi Oksigen [PDF]

  • 0 0 0
  • Suka dengan makalah ini dan mengunduhnya? Anda bisa menerbitkan file PDF Anda sendiri secara online secara gratis dalam beberapa menit saja! Sign Up
File loading please wait...
Citation preview

BAB II TINJAUAN PUSTAKA



2.1



Morfologi Ikan Nilem Ikan nilem atau Silver Shark minnow, Familia Cyprinidae, Genus



Osteochilus, Species Osteochilus hasselti (Val) mempunyai ciri morfologi antara lain bentuk tubuh hampir serupa dengan ikan mas. Bedanya, kepala ikan nilem relatif lebih kecil. Pada sudut-sudut mulutnya, terdapat dua pasang sungut peraba. Warna tubuhnya hijau abu-abu. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 1218 jari-jari lunak. Sirip ekor berbentuk cagak dan simetris. Sirip dubur disokong oleh 3 jari-jari keras dan 5 jari-jari lunak. Sirip perut disokong oleh 1 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak. Sirip dada terdiri dari 1 jari-jari keras dan 13-15 jarijari lunak. Jumlah sisik pada gurat sisi ada 33-36 keping. Dekat sudut rahang atas ada 2 pasang sungut peraba. Ikan ini terdapat di Jawa, Sumatera dan Kalimantan, Malaysia, dan Thailand. Pada umumnya, ikan nilem dapat dipelihara pada daerah dengan ketinggian sekitar 150-800 mdpl. 2.1.1



Klasifikasi Ikan Nilem (Osteochilus hasselti)



Foto diambil dari website 1001dudidaya.com Menurut Saanin (1984), Ikan Nilem mempunyai klasifikasi sebagai berikut: Phylum : Chordata Subphylum : Vertebrata



Classis : Pisces Subclassis : Teleostei Ordo : Ostariophysi Sub Ordo : Cyprinoidae Familia : Cyprinidae Sub familia : Cyprininae Genus : Ostechilus Spesies : Osteochilus hasselti 2.1.2



Sistem Pernapasan Ikan Nilem Sistem pernapasan dilakukan oleh insang yang terdapat dalam 4 pasang



kantong insang yang terletak disebelah pharynk di bawah operculum. Waktu bernapas operculum menutup lelekat pada dinding tubuh, arcus branchialis mengembang ke arah lateral. Air masuk melalui mulut kemudian kelep mulut menutup, sedangkan arcus branchialis berkontraksi, dengan demikian operculum terangkat terbuka. Air mengalir keluar filamen sehingga darah mengambil oksigen dan



mengeluarkan



karbondioksida



(Jasin,1989).



Menurut Djuhanda (1982), lengkung insang pada ikan nilem berupa tulang rawan yang sedikit membulat dan merupakan tempat melekatnya filamen-filamen insang. Arteri branchialis dan arteri epibranchialis terdapat pada lengkung insang di bagian basal pada kedua filamen insang pada bagian basalnya. Tapis insang berupa sepasang deretan batang-batang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melejat pada bagian depan dari lengkung insang. Ikan nilem memiliki gelembung renang



untuk



menjaga



keseimbangan



di



dalam



air.



Pada ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang (operkulum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes) insangnya tidak mempunyai tutup insang. Mekanisme pernapasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui mekanisme inspirasi dan ekspirasi.



Gambar 2.2 Mekanisme Pernafasan Pada Ikan Bertulang Sejati



(Sumber: http://www.sentra-edukasi.com/2011/08/sistem-pernapasan-ikan-pisces.html)



(1) Fase inspirasi ikan, gerakan tutup insang ke samping dan selaput tutup insang tetap menempel pada tubuh mengakibatkan rongga mulut bertambah besar, sebaliknya celah belakang insang tertutup. Akibatnya, tekanan udara dalam rongga mulut lebih kecil daripada tekanan udara luar. Celah mulut membuka sehingga terjadi aliran air ke dalam rongga mulut. (2) Fase ekspirasi ikan, setelah air masuk kedalam rongga mulut, celah mulut menutup. Insang kembali ke kedudukan semula diikuti membukanya celah insang. Air dalam mulut megalir melalui celah-celah insang dan menyentuh lembaran-lembaran insang. Pada tempat ini terjadi pertukaran udara pernafasan. Darah melepaskan CO2 kedalam air dan mengikat O2 dari air.



2.2



Dissolved Oxygen Salah satu parameter yang biasa digunakan untuk mengukur kualitas suatu



perairan adalah jumlah Oksigen terlarut (DO), yaitu menempati urutan kedua setelah Nitrogen. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehingga jika



ketersediaannya dalam air tidak mencukupi kebutuhan ikan, maka segala aktivitas dan proses pertumbuhan ikan akan tergangu, bahakan akan mengalami kematian. Kebutuhan Oksigen mempunyai dua aspek yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan kebutuan konsumtif yang bergantung pada keadaan metabolisme ikan. Ikan membutuhkan oksigen guna pembakaran untuk menhasilkan aktivitas, pertumbuhan , reproduksi dan lain-lain. Oleh karena itu oksigen bagi ikan menentukan lingkaran aktivitas ikan, konversi pakan, demikian juga laju pertumbuhan bergantung pada oksigen dengan ketentuan faktor kondisi yang lainnya optimum. Oksigen terlarut (dissolved oxygen, disingkat DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen (Oxygen demand) merupakan salah satu parameter penting dalam analisis kualitas air. Nilai DO yang biasanya diukur dalam bentuk konsentrasi ini menunjukan jumlah oksigen yang tersedia dalam suatu badan air. Semakin besar nilai DO pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Pengukuran DO juga bertujuan melihat sejauh mana badan air mampu menampung biota air seperti ikan dan mikroorganisme. Selain itu kemampuan air untuk membersihkan pencemaran juga ditentukan oleh banyaknya oksigen dalam air. Oksigen terlarut adalah tingkat saturasi udara di air yang dinyatakan dalam kadar mg per liter air atau part per million (ppm). Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal sari suatu proses difusi dari udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut (Salmin, 2000). DO dapat diukur menggunakan DO meter



Gambar 2.3 DO Meter



(Sumber: http://www.mbhes.com/dissolved_o2.htm)



2.3



Suhu Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila



suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut yang biasanya dihasilkan oleh fitoplankton dan tanaman laut, keberadaannya sangat penting bagi organisme yang memanfaatkannya untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen dibutuhkan untuk pembakaran bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O. Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikilothermal) yang metabolisme tubuhnya dipengaruhi oleh suhu lingkungan (Neumanet al.1997). Engelsma et al. (2003) menyatakan bahwa suhu juga berpengaruh terhadap parameter hematological dan daya tahan terhadap penyakit. Pemberian suhu tinggiataupun suhu rendah yang mendadak dapat meningkatkan jumlah sel darah putih pada ikan mas. Proses fisiologis dalam ikan yaitu tingkat respirasi, makan, metabolisme, pertumbuhan, perilaku, reproduksi dan tingkat detoksifikasi dan bioakumulasi dipengaruhi oleh suhu (Fadhilet al. 2011).



2.2.1



Konsumsi Oksigen Konsumsi oksigen pada setiap jenis ikan berbeda-beda. Konsumsi oksigen



dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti temperatur, ukuran tubuh, aktivitas yang dilakukannya (Djuhanda 1981). Konsumsi oksigen pada tiap organisme berbedabeda tergantung pada aktivitas, jenis kelamin, ukuran tubuh, temperatur dan hormon (Hurkat dan Marthur 1976). Faktor lain yang menyebabkan perbedaan konsumsi oksigen terlarut adalah nutrisi dan usia. Semakin besar bobot ikan maka semakin banyak pula konsumsi oksigennya, begitu juga sebaliknya. Semakin banyak konsumsi oksigen semakin besar laju metabolismenya (Gordon 1972). Hubungan bobot ikan dengan konsumsi oksigen berbanding lurus. Hubungan konsumsi oksigen dengan laju metabolisme juga berbanding lurus (Prosser, C. C 1991). Tujuan akhir dari pernapasan adalah untuk mempertahankan konsentrasi yang tepat dari oksigen, karbondioksida dan ion hidrogen yang tepat di dalam tubuh. Karbondioksida dan ion hidrogen mengendalikan pernapasan secara langsung pada pusat pernapasan di dalam otak. Sedangkan penurunan oksigen merangsang



aktivitas



pernapasan



dengan



bekerja



pada



kemoreseptor.



Kemoreseptor tersebut kemudian mengirimkan sinyal-sinyal ke otak untuk merangsang kegiatan pernapasan. Peningkatan konsentrasi karbondioksida atau ion hidrogen menyebabkan penurunan pH darah. Karena itu, bila terjadi hal demikian, ventilasi atau kegiatan pernapasan akan ditingkatkan, demikian pula penurunan konsentrasi oksigen akan meningkatkan ventilasi. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan, dan aktivitas (Tobin 2005).